TEORI TEKTONIK LEMPENG Muhammad Abdul Mubdi Bindar - 15413098
Apa Itu Teori Tektonik Lempeng? Bumi adalah satu-satunya planet di sistem tata surya yang sampai saat ini masih diakui sebagai planet yang memiliki kehidupan di dalamnya. Berbagai makhluk hidup tinggal di bumi dan hidup dengan sumber daya alam yang berlimpah di dalamnya. Makhluk hidup tinggal di lapisan paling atas bumi yang disebut litosfer. Litosfer atau kerak bumi adalah lapisan paling keras yang mengandung materi-materi yang kaku. Litosfer bukanlah sebuah dataran yang menyelimuti lapisan di dalamnya secara keseluruhan layaknya kulit telur yang menyelubungi intinya. Litosfer terpecah menjadi lempeng-lempeng yang terapung di atas lapisan yang lebih lunak di bawah litosfer yang disebut astenosfer. Oleh karena astenosfer ini lunak, litosfer ini bergerak mengikuti pergerakan materi yang ada di astenosfer. Jika pernah menonton serial Avatar: The Last Airbender, pada episode pertama telihat adegan kakak beradik Sokka dan Katara bersampan di daerah kutub dan di sekitarnya terdapat lempengan-lempengan es yang bergerak terapung di atas air. Begitulah perumpamaan litosfer yang bergerak ‘terapung’ di atas astenosfer. Karena posisinya yang sangat rapat, pergerakan lempeng-lempeng tersebut acap menimbulkan benturan. Namun, tak jarang pula lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi atau menggeseki. Pergerakanpergerakan litosfer ini dipelajari di dalam Teori Tektonik Lempeng. Tidak hanya pergerakannya, fenomena yang ditimbulkan akibat pergerakan tersebut juga dipelajari.
Bagaimana Teori Tektonik Lempeng Ditemukan? Pengemuka Teori Tektonik Lempeng pertama kali adalah dua orang ahli Geofisika dari Inggris, Dan McKenzie dan Robert L. Parker. Mereka mengemukakan teori ini pada tahun 1967 setelah menyempurnakan teori-teori yang ditemuknan ahli-ahli sebelumnya. Salah satunya adalah Teori Uniformitas dari Charless Lyell yang dikemukakannya pada 1830. Teori ini menerangkan bahwa permukaan bumi tidak mengalami perubahan secara lempeng, tetapi hanya mengalami perubahan pada permukaannya karena proses-proses klimatologis seperti hujan, angin, atau perubahan suhu. Kemunculan teori ini berawal dari Teori Arus Benua (Continental Drift) yang dikemukakan oleh Meteorologis Alfred Wegener (1912) dalam bukunya, The Origins of Continents and Oceans, yang menyatakan bahwa dahulu seluruh benua yang ada sekarang saling menempel dan membentuk suatu benua besar yang oleh Wegener disebut Pangea (dalam bahasa Inggris disebut all earth). Pangea kemudian pecah dan pecahannya merambat ke posisi seperti yang ada sekarang. Rambatan tersebut membentuk palung-palung besar yang membentuk samudra-samudra yang ada sekarang.
Teori yang mendukung Teori Tektonik Lempeng yang selanjutnya adalah Teori Arus Konveksi (Convection Current Theory) yang dikemukakan oleh Vening Meinesz-Hery Hess. Dalam sumber nomor tiga teori tersebut menerangkan bahwa perpecahan benua dan pergerakan lempeng litosfer bumi diakibatkan oleh pergerakan yang dipicu oleh adanya arus konveksi yang berasal dari dalam astenosfer bumi. Arus tersebut muncul karena adanya peluruhan unsur radioakif Uranium menjadi Timbal yang menghasilkan energi, gradien geotermis, serangan benda asing, dan simpanan panas pada saat bumi terbentuk. Teori ketiga yang mendukung kemunculan Teori Tektonik Lempeng adalah teori Sea Floor Growth (1963). Teori ini adalah teori yang menerangkan terbentuknya punggungan memanjang di sekitar dasar samudra.
Manfaat Mempelajari Teori Tektonik Lempeng dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Teori Tektonik Lempeng menerangkan bahwa litosfer tidak diam tetapi bergerak. Karena adanya fenomena tersebut bumi mengalami fenomena-fenomena tektonik dan vulkanik. Gempa bumi dan letusan gunung api adalah salah satu contoh dari fenomena-fenomena di atas. Fenomena-fenomena tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan wilayah dan kota. Dalam merencanakan suatu wilayah, perlu dikaji sumber daya yang ada di wilayah tersebut. Dengan mengetahui Teori Tektonik Lempeng, perencana dapat mengetahui karakteristik lempeng suatu wilayah. Dengan mengetahui karakteristiknya, perencana dapat dengan mudah menentukan dengan mudah sumber daya yang akan dikembangkan atau pola pengembangan ruang wilayah sehingga Rencana Tata Ruang Wilayah yang disusun akan sesuai dengan keadaan wilayah tersebut. Misalnya, wilayah yang diketahui dekat dengan daerah penunjaman lempeng seperti bagian selatan Pulau Jawa, jalur gunung Api Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara tidak cocok dibuat permukiman vertikal karena jika terjadi gempa efek kerusakannya akan sangat parah. Atau bila kebutuhan akan permukiman vertikal ini mendesak perencanaan untuk sistem pemulihan wilayah bisa segera disusun.
Daftar Pustaka 1. Plate Tectonics, Wikipedia. http://en.wikipedia.org/wiki/Plate_tectonics#Development_of_the_theory 2. Asri Oktaviani, Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains. http://elearning.pelatihan-osn.com/riddar/kebumian/tektoniklempeng.pdf 3. Anonim, Ringkasan Materi Tektonik Lempeng http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011YAKUB_MALIK/HANDOUT_TEKTONIK_LEMPENG.pdf 4. Uniformitarianism: Charles Lyell, Understanding Evolution http://evolution.berkeley.edu/evolibrary/article/history_12