TEORI FUNGSI MENURUT GEOFREY BROADBENT Di ajukan sebagai tugas akhir dari pertemuan mata kuliah teori arsitektur I Yang di bimbing oleh Bapak : Frits O.P Siregar, ST., MSc
NAMA KELOMPOK : RICHARD MARVEL TOWOLIU (14021102127) MARSHALL KOLANUS (14021102009) CHRISTINE PANGULU (14021102007) FLORENSIA PUNUINDOONG (14021102006) JOSHIA SUSANTO (14021102008) (14021102008)
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
Universitas Sam Ratulangi, Manado
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan yang maha kuasa, karna atas kasih karunianya paper ini bisa diselesaikan. diselesaikan. Paper ini penulis katakana kepada kepada Pembina mata kuliah Pengantar Pengantar Arsitektur Arsitektur Kota, Bapak D.M Rondonuwu, ST , MT Sebagai salah satu tugas pertemuan perdana/pertama perdana/pertama dengan Bapak dosen. Tidak lupa penulis mengucapkan mengucapkan terima kasih terhadap Bapak dosen yang telah telah mengajukan atau menerangkan materi materi yang telah disampaikan pada pada pertemuan pertama mata kuliah Pengantar Pengantar Arsitektur Kota. Kota. Penulis memohon kepada Bapak dosen khususnya. Umumnya para pembaca apabila menemukan menemukan kesalahan atau kekurangan kekurangan dalam karya tulis ini.Baik dari segi segi bahasanya maupun isinya, isinya, penulis mengharapkan kritik kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Manado, 24 Agustus 2015 Penulis,
DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………………i Daftar isi ………………………………………………………………………ii I.
II.
Pendahuluan………………………………………...…………….……..1 1.1 Pengertian Teori Fungsi Arsitektur ………….…………………....…1 1.2 Teori Fungsi Arsitektur Menurut Broadbent…………….…………..2 Pembahasan……………………………………..……………………….13 2.1 Konsep Fungsi Arsitektur Menurut Broadbent…………..………….13
Artistik Form (Fungsi Bentuk Arsitektur)……………………13
Container (Fungsi Perwadahan)………………………………13
Climatic Modifier (Fungsi Modifikasi / Kontrol Iklim) ……..13
Environmental Filter (Fungsi Filter Lingkungan) …………,,..13
Behaviour Modifier (Fungsi Pembentuk Perilaku)……………13
Capital Investment (Fungsi Investasi Modal) ………………..14
Cultural Symbolization (Fungsi Simbol Budaya) …………....14 2.2 Pengaplikasian Konsep fungsi dalam bangunan…………………….14
Artistik Form (Fungsi Bentuk Arsitektur)……………………..15
Container (Fungsi Perwadahan)………………………………..15
Climatic Modifier (Fungsi Modifikasi / Kontrol Iklim) ………16
Environmental Filter (Fungsi Filter Lingkungan) ……………..17
Behaviour Modifier (Fungsi Pembentuk Perilaku)……………...18
Capital Investment (Fungsi Investasi Modal) …………………..18
Cultural Symbolization (Fungsi Simbol Budaya) ………………19
III. Kesimpulan………………………………………… 20 Daftar Pustaka……………………………………………….. 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Teori Fungsi Arsitektur Tantangan dalam dunia arsitektur dapat dilihat dari praktek dan karya arsitektur itusendiri.Teori yang berkembang di dunia Arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dandeskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat sehingga timbul pemahaman baru. Sejak pertengahan tahun 1960 – an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner ; bergantung pada kritis. Proyek perbaikan modernisme inidisajikan sebagai pembuatan teori agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandangpolitik, etika, ilmu bahasa, estetika, dan fenomenologi.Inti dari teori – teori yang ada pokoknya mengenai masalah pelaksanaan dan seni.Berasitektur dinyatakan sebagai cikal bakal seni bangunan yang halus. Hal ini sangat berbedadengan prinsip ilmu matematika dan ilmu yang lainnya. Dilihat dari subjek dasar, prinsip dalamdunia arsitektur dapat digolongkan menjadi 5 point, diantaranya: 1. Arsitektur yang memiliki tingkatan mutu yang diharuskan oleh seor ang arsitek dalamhal kepribadian, pendidikan, dan pengalaman. 2.Apresiasi arsitektur baik berupa seni maupun kesenangan sebagai salah satu kriteriaarsitektur. 3.Teori desain atau metode konstruksi. Meliputi: teknik, bagian, jenis, bahan, danprosedur unsur pokok. 4.contoh contoh senjata arsitektur, pemilihan, dan penyajian ya ng menyatakan sikapmenulis terhadap sejarah. 5.Sikap tentang hubungan antara teori dan praktek. Pandangan yang tentang subyekpokok ini dinyatakan oleh arsitektur Bernard Tschumi. Bagi Tschumi arsitek bukanlahseni dan teori yang mengambarkan. Tulisannya menunjukan bahwa peran teorimerupakan penafsiran dan propokasi.
1.2 Teori Fungsi Menurut Broadbent Geofrey Broadbent memandang bahwa fungsi arsitektur perlu ditelususri berdasarkan hubungan antara arsitek itu sendiri dengan penikmat (manusia). Broadbent mencoba menelusurinya berdasarkan 3 (tiga) aspek utama dalam kaitan evaluasi suatu karya arsitektur, yaitu : Arsitektur (perancangnya) Pemakai, Penikmat dan Pengamat Karya Arsitektur itu sendiri secara otonom
Pemahaman tentang fungsi dalam arsitektur bisa dibangun antara lain dengan mencari referensi-referensi terkait definisi istilah ‘fungsi’ itu sendiri baik definisi secara umum maupun definisi secara kearsitekturan. Setelah proses pemahaman yang saya jalani, saya berhasil mendapatkan beberapa macam pengertian fungsi mulai dari pengertian secara umum maupun khusus dalam bidang arsitektur. Fungsi secara umum dapat didefinisikan sebagai sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. (id.wikipedia.org). Fungsi secara umum dapat pula diartikan sebagai kegunaan, serta cara untuk memenuhi keinginan yang timbul dari adanya kebutuhan-kebutuhan dalam hidup; untuk bertahan hidup dan berkembang. Menurut beberapa praktisi arsitektur, fungsi adalah; “secara umum artinya kegunaan, fungsi dalam dunia arsitektur, bentuk bangunan harus mengikuti aktivitas yang akan berlangsung. contoh: apabila akan membangun sekolah atau rumah sakit, maka kita harus memperhatikan aktivitas yang akan berlangsung dalam bangunan tersebut sehingga nantinya bentuk bangunan akan menyesuaikan fungsi dari bangunan tersebut.” (Teddy Priyatna, S.T/arsitek). “Fungsi dalam pengertian sederhana adalah kegunaan. Fungsi itu juga bisa dibilang suatu cara untuk memenuhi keinginan. Fungsi adalah sekelompok aktifitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Dalam istilah matematika, fungsi berarti pemetaan setiap anggota himpunan (dinamakan domain) kepada anggota himpunan (dinamakan kodomain).. Kata ini tentu beda dengan istilah fungsi misalnya dalam kalimat "Alat ini berfungsi dengan baik". Fungsi adalah suatu bagian dari program yang dipergunakan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu dan letaknya dipisahkan dari bagian program yang menggunakannya.” (Ir. Joko Wibisono/arsitek). “Arti fungsi lebih ke isi arti dari kata tersebut, tapi makna kandungan yang memaknai arti dari kata fungsi itu sendiri. Fungsi itu harus dipenuhi agar bisa melakukan suatu aktivitas secara leluasa.” (Ir. Imam Pesuwantoro/arsitek). “Fungsi itu sesuatu yang harus bisa dipenuhi yang berhubungan dengan aktivitas pengguna” (Muhammad Pramya, S.T/arsitek) “Fungsi itu berhubungan dengan manusia yang ada di dalamnya.” (Wiyugo Hari P., MT/arsitek)
Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para praktisi arsitektur di atas, bisa saya simpulkan bahwa fungsi adalah suatu kegunaan yang harus dipenuhi untuk melakukan suatu aktivitas dan memenuhi kebutuhan. Namun pengertian-pengertian tersebut di atas apabila kita lihat lagi masih terlalu sempit untuk memaknai fungsi dalam arsitektur. Istilah fungsi yang seringkali sangat dibatasi pada pengertian fungsi sebagai wadah aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar bangunan ini mengakibatkan rancunya makna “arsitektur” dan “bangunan”. Dari kamus Webster, fungsi dapat memiliki makna: aktivitas, peran, peruntukan, tugas dan tanggung jawab. Dengan demikian, maka sangat dimungkinkan kita akan berhadapan dengan sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan semua fungsi. Keadaan ketika arsitektur memiliki kemampuan untuk menjalankan serta melaksanakan berbagai fungsi dikatakan sebagai Multifungsionalitas Arsitektur (Josep Prijotomo, 1998). Seiring dengan perkembangan pemikiran multifungsi ini, beberapa praktisi arsitektur maupun non-arsitektur mencoba untuk merumuskan beberapa fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Geofrey Broadbent Broadbent melontarkan enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab pertanyaan : apa yang dituntut oleh bangunan ? Keenam fungsi tersebut adalah : 1. Environmental Filter (penangkal factor lingkungan) Bangunan bisa mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai saringan atau filter antara lingkungan luar dengan aktivitas yang akan kita lakukan. Bangunan dapat membantu kita untuk membuat kondisi-kondisi agar aktivitas-aktivitas dapat dilaksanakan dengan menyenangkan dan dalam kenyamanan. Kita bisa menentukan ruang-ruang mana yang harus dekat satu sama lain dan yang mana yang bisa dijauhkan. 2. Container of Activities (wadah kegiatan) Bangunan sebagai wadah kegiatan-kegiatan yang menempatkannya pada tempat yang khusus dan tertentu. 3. Capital Investment (investasi atau penanaman modal) Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Keduanya dapat menjadi sumber investasi yang baik. 4. Symbolic Function (fungsi simbolik) Fungsi simbolik, bangunan dapat memberikan nilai-nilai simbolik terutama pada kegiatankegiatan yang bersifat keagamaan atau berhubungan erat dengan kebudayaan. 5. Behavior Modifier (pengaruh perilaku) Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah perilaku dan kebiasaan, sesuai dengan suasana ruang. 6. Aesthetic Function (=pursuit of delight). Pada pengertian ini bangunan-bangunan akan menyenangkan bila bangunan tampak bagus/cantik, sesuai dengan imajinasi yang fashionable saat ini, sesuai dengan asas-asas tertentu dari order visual dan lain-lain. Jadi Broadbent memahami fungsi sebagai apa saja yang dipancarkan dan diinformasikan oleh arsitektur melalui panca indera kita. Pengertian Teori Yunani = Therio maksud= Pemandangan
TEORI Dalam banyak literatur dijelaskan bahwa teori (yang berasal dari kata: thea) selalu
menggunakan bangunan berfikir yang tersusun sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis dalam menjelaskan suatu fenomena. DEFINISI TEORI Definisi ini membayangkan bahwa, teori berasaskan kepada konsepsi seseorang yang kemudiannya mengemukakannya dalam bentuk suatu pandangan (view). Definisi ini juga memberikan pemahaman kepada kita sifat teori yang relatif kepada pelbagai pendapat. Sampai saat ini, definisi teori berbeda-beda berdasarkan pandangan yang berbeda-beda dalam kalangan ahli teori. Mike Bal (1985) memberi makna teori, menyebutkan “ a theory is a systematic set of generalized statements about a particular segment of reality”. Menurut Heinan (1985) pula, teori ialah “a group of logically organized laws or relationships that constitute explainnation in a discipline”. Davis (2000) pula menyebutkan `theory is a simply an idea about why people are the way they are and act the way they act’. Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah (John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993) hal 120) Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep atau konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi. Dari bukunya Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena so sial tertentu. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian. Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan phenomena. Ada dua macam teori, yaitu teori intuitif dan teori ilmiah. Teori intutif adalah teori yang dibangun berdasarkan pengalaman praktis. Sedangkan teori ilmiah (teori formal) adalah teori yang dibangun berdasarkan hasil-hasil penelitian. Guru lebih sering menggunakan teori jenis yang pertama. Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan. Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara “sementara” dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Namun, secara umum, teori diartikan sebagai seperangkat ide, penjelasan a tau prediksi secara ilmiah. Dengan nafas positivistik, Kerlinger (Creswell, 2003: 120) mengartikan teori sebagai seperangkat ide, konstruk atau variabel, definisi, dan proposisi yang memberikan gambaran suatu fenomena atau peristiwa secara sistematik dengan cara menentukan hubungan antar-variabel. Lengkapnya definsi Kerlinger tersebut adalah: “A theory is a set of interrelated constructs (variables), definitions, and propositions that pre sents a systematic view of phenomena by specifying relations among variables.
Menurut Christian Noberg Schultz ada 4 fungsi dalam arsitektur, 1. physical control (Pengendali Faktor Alam) bangunan dapat mengendalikan factor alam, bangunan dapat melindungi manusia dari terpaan pergantian cuaca, dapat melindungi dari bencana, dan lain sebagainya. 2. functional frame (kerangka fungsi) arsitektur dapat menciptakan kerangka fungsi 3. social milieu (lingkungan social) bangunan dapat membentuk lingkungan sosial 4. cultural symbolization (symbol budaya) bangunann dapat menjadi symbol budaya masyarakat setempat di lingkungan terdapatnya bangunan tersebut. sehingga menurut Christian Noberg Schultz, fungsi adalah tugas dan pekerjaan yang harus dijalankan oleh sebuah lingkungan. maka fungsi dalam arsitektur dapat dikelompokkan menjadi: 1. FUNGSIONALISME BENTUK Fungsionalisme bentuk merupakan fungsi yang paling lazim dan paling mudah ditangkap dari sebuah produk arsitektur atau lingkungan hasil binaan manusia. Karena fungsi ini memiliki makna paling awal; Form Follow Function (bentuk mengikuti fungsi), dimana segala rancangan arsitektur terjadi karena fungsi, pembedaan bagian bangunan menurut tujuannya, rancangan bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan bentuk berasal dari keinginan manuasia yang akan menggunakannya sesuai aktivitasnya. 2. FUNGSIONALISME KONSTRUKSI Struktur, konstruksi dan bahan bangunan sampai batas tertentu memiliki kedudukan yang lebih tinggi, Form Follow Structure Function (bentuk terjadi akibat syarat-syarat konstruksi), dimana bentuk berasal dari syarat sistem struktur, konstruksi dan bahan bangunan menurut penggunaan struktur, konstruksi yang jujur, jelas dan wajar tanpa disembunyikan, rancangan struktur untuk tujuan estetik yang terwujud melalui elemen-elemen struktur itu sendiri. Contoh dari fungsi ini adalah menara Burjj Khalifa, Dubai. Menara tersebut memiliki pondasi segitiga, dimana pondasi ini merupakan pondasi yang paling ideal digunakan untuk bangunan-bangunan pencakar langit. Menara yang mempunyai berat 500.000 ton ini berdiri di atas pondasi berbentuk segitiga dengan ketebalan 3,7m. Didukung oleh rangka-rangka baja yang mengelilingi dan mengisi pondasi dengan diameter masing 1,5m. Pondasi ini menyebabkan terciptanya bentuk burj khalifa yang terdiri dari tiga elemen atau sayap yang disusun mengelilingi satu pusat yang berada tepat di tengah. Struktur yang berbentuk Y memberikan kestabilan pada masing-masing (ketiga) elemen/sayap, dimana struktur tersebut merupakan landasan yang baik dan ideal untuk pembuatan residen. Dengan struktur Y,
memaksimalkan pemandangan ke arah Teluk Arab. Burj Khalifa bila dilihat dari atas menyerupai kubah masjid seperti lazimnya bangunan-bangunan berarsitektur Islam. Dengan demikian, struktur dari Burj Khalifa mempengaruhi bentuk dari Burj Khalifa. 3. FUNGSIONALISME EKSPRESI Fungsi ekspresi memperlihatkan guna dan struktur secara bersama-sama dalam arsitektur, dimana bentuk merupakan wujud dari kegunaan / fungsi di dalamnya, bentuk secara simbolik melukiskan fungsi, rancangan bangunan memperlihatkan struktur & konstruksi serta peralatan bangunan secara menonjol Sebuah rumah di Korea Selatan memiliki bentuk yang unik dan menarik. Setiap orang pasti akan dengan sangat mudah mengenali bantuk yang diadopsi oleh bangunan seluas 419 m2 ini. Bangunan bernama Haewooajae ( yang dalam bahasa Korea “berarti sebuah tempat yang memberikan solusi kecemasan bagi seseorang” ) sengaja dibuat identik dengan bentuk kloset duduk, agar sesuai dengan kegunaan dominan yang dimiliki bangunan tersebut. Kaitannya dengan Toilet House, produk arsitektur ini menyajikan makna fungsi ekspresi. Toilet House yang berbentuk kloset yang merupakan bagian dari toilet adalah bangunan yang mempunyai fungsi utama untuk sanitasi. Sang pemilik, Sim Jae-duck yang merupakan salah satu orang berpengaruh di Asosiasi Toilet Dunia (World Toilet Association) ingin mempertegas fungsi dari bangunan ini dengan mengambil bentuk dari elemen toilet yang simbolik, yaitu kloset duduk. Dengan demikian, bentuk dan struktur yang ditampilkan selaras dengan kegunaan bangunan tersebut, yaitu berbentuk kloset, dan memiliki kegunaan utama untuk sanitasi. Bagian luar bangunan ini dilapisi baja yang dicat putih mirip dengan permukaan kloset keramik. Terdapat juga kaca-kaca tidak tembus pandang sebagai pelapis dinding luar. Bukaan di atas bangunan yang serupa dengan lubang kloset, murupakan pintu masuk dari Toilet House ini. Toilet House terdiri dari dua lantai, berisi tiga kamar mandi mewah dan komplit, serta 2 kamar tidur. Dinding dalam bangunan dan jendela-jendela lengkung cantik juga mengikuti permukaan bangunan. Nuansa yang ditampilkan adalah nuansa bersih, penggunaan cat keramik putih sebagai pelapis dinding bagian dalam memperkuat citra kloset pada bangunan ini. Banguan ini dilengkapi dengan tombol-tombol sensor otomatis. Seperti ketika seseorang memasuki kamar mandi ini, tombol sensor otomatis akan memainkan musik-musik klasik yang diharapkan membuat nyaman pengguna. Kini, Sim Jae-duck yang selalu mengkampanyekan untuk mempercantik toilet yang higienis ini tengah mencari seseorang yang mau menginap semalam di rumah toilet dengan membayar usd50.000. Dana ini rencananya akan digunakannya untuk membantu program pemerintah dalam rangka menciptakan toilet yang sehat dan bersih di negaranya. Toilet House ini membuktikan bahwa produk arsitektur memiliki makna fungsi espresif, dimana kegunaan bangunan dapat tercermin dan tersimbolkan oleh struktur dan bentukan bentukan ekspresif suatu bangunan. 4. FUNGSIONALISME GEOMETRIS Fungsi ini mencoba mengabaikan kegunaan bangunan dan memusatkan perhatian pada cara dimana geometri bangunan berfungsi secara visual dan estetis.
Kebalikan dari fungsi bentuk, prinsip Function Follow Form mengiringi fungsi geometri ini, dimana penciptaan bentuk bukan untuk menyesuaikan dengan guna, tetapi akibat penyesuaian bentuk geometris itu sendiri, kesederhanaan bentuk dengan geometri dan bebas dari ornament, nilai estetis didapat dari pengolahan elemen geometri.
Contoh dari fungsi ini adalah Wooden House karya Sou Fujimoto di Kumamoto, Jepang. Dalam wooden house yang didesain dari tahun 2006 sampai tahun 2006 dan berbentuk kubus ini, balok-balok kayu ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan produk arsitektur yang geometris. Sedangkan aktivitas yang terjadi di dalamnya mengikuti bentuk dari wooden house tersebut. Balok kayu yang terbentang dengan permukaan lebar dan memanjang sesuai untuk aktivitas berbaring atau tidur, sedangkan balok yang mempunyai permukaan horizontal sempit namun mempunyai permukaan vertical tinggi bisa digunakan untuk duduk layaknya kursi. Di sinii terlihat bahwa fungsi menyesuaikan atau dipengaruhi oleh bentuk bangunan itu sendiri. 5. FUNGSIONALISME ORGANIS Karya arsitektur tidak hanya fungsional tetapi juga organis (bentuk terinspirasi dari kehidupan yang alamiah), dimana bentuk dan fungsi identik, karya arsitektur berwawasan lingkungan, bentuk terinspirasi fenomena alam dan penggalian gagasan dari mahluk hidup, fungsi bangunan adalah aktifitas yang menciptaka bentuk, sehingga bentuk adalah fungsi dari keseluruhan. Arsitektur yang dipahami sebagai seni dan keseluruhan proses membangun, ternyata bukan hanya dilakukan oleh manusia, tetapi juga oleh alam seisinya. Binatang-binatang yang dengan instingnya – sendiri maupun bersama koloninya- membangun sebuah produk arsitektur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, entah itu untuk tempat tinggal, tempat mencari mangsa, atau pun untuk tujuan lainnya sebagai wujud dari eksistensi dirinya, disebut dengan arsitektur alam (natural architecture). Bahkan binatang-binatang sudah terlebih dahulu bisa ‘hidup’ di alam ini, secara alamiah telah membangun sarang-salah satunyadengan kompleksitas melebihi produk arsitektur manusia yang baru ditemukan berabad-abad kemudian. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kebutuhan akan ruang sebagai tempat melangsungkan kehidupannya dengan mapan dan kerasan perlulah manusia -sendirian atau bersama dengan sesamanya- berada dalam kesesuaian dengan alam dan seisinya. Bisa jadi, dialah yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitarnya (dinamakan tindakan akomodasi), namun bisa jadi pula sebaliknya: ia mengubah alam agar sesuai dengan pola kehidupannya (tindakan asimilasi). Sepanjang hidupnya manusia harus mengusahakan keseimbangan antara akomodasi dan asimilasi itu, yang disebut sebagai tindakan adaptasi. Adaptasi itulah yang hendak kita usahakan dalam ber-arsitektur: yaitu tercapainya keselarasan manusia dengan alam melalui gubahan massa dan ruang. Membangun arsitektur -dengan demikian- adalah berarti menciptakan suatu lingkungan yang di dalamnya berisi (menampung) keselarasan antara pola kehidupan manusia penghuninya dengan alam di luarnya. Yang pertama kali terlintas dalam benak seseorang ketika berpikir tentang laba-laba adalah jaringnya. Ia merupakan keajaiban desain yang memiliki rancangan tersendiri, beserta perhitungan teknik yang menyertainya. Jika kita memperbesar laba-laba menjadi seukuran
manusia, jaring yang dianyamnya akan memiliki tinggi sekitar seratus lima puluh meter. Ini sama tingginya dengan gedung pencakar langit berlantai lima puluh. Andaikan laba-laba sedemikian besar sehingga mampu membuat jaring dengan lebar lima puluh meter, maka jaring ini akan mampu menghentikan pesawat jumbo jet. Jika demikian, bagaimana laba-laba mampu membuat jaring dengan sifat ini? Agar dapat melakukan hal ini, ia pertama kali harus menggambar rancangannya, persis seperti seorang arsitek. Sebab, struktur arsitektural dengan ukuran dan kekuatan seperti ini, mustahil dilakukan tanpa sebuah perancangan. Setelah rancangan dipersiapkan, laba-laba perlu menghitung seberapa besar beban-beban yang akan menempati posisi-posisi tertentu pada jaring, persis layaknya insinyur konstruksi. Jika tidak, jaring ini pasti akan runtuh. Namun kenyataannya, laba-laba membangun itu semua tanpa perancangan, hanya insting dari Sang Pencipta lah yang menuntunnya hingga mampu membuat sarang sedemikian lengkap dengan unsur kekuatan, elastisitas maupun keindahan. Contoh lain dari fungsi organis adalah bisa kita lihat sekali lagi pada Burj Khalifa. Bila dipandang dari udara kita juga bisa melihat bahwa tampak atas Burj Khalifa menyerupai kelopak bunga; Hymenocallis, dari batang hingga sayap menara yang membentang dari inti pusatnya. Arsitek Adrian Smith sedikit banyak memasukkan pola dari arsitektur Islam tradisional, tetapi bentuk dan konsep yang paling inspiratif dan menonjol adalah bunga gurun lokal, yaitu Hymenocallis. Desain bunga Hymenocallis tidak hanya mampu mengurangi tekanan angin yang akan mengarah kepada bangunan tapi juga menjadikan setiap sisi mempunyai pemandangan Teluk Arab yang luar biasa. 6. FUNGSIONALISME EKONOMIS Menggunakan pendekatan ekonomi dalam proses penciptaan karya Arsitektur, dimana bentuk terjadi akibat pemakaian peralatan dan bahan secara ekonomis, penggunaan metode dan cara yang paling efektif dan efisien agar bisa menyesuaikan biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan dengan biaya yang disediakan. Contoh dari fungsi ini adalah kembali lagi kita melihat Wooden House karya Sou Fujimoto di Kumamoto, Jepang. Sou Fujimoto menggunakan satu bahan bangunan yang dominan untuk membangun seluruh bagian dari Wooden House ini. Fungsi ekonomis terjadi di sini, dimana harga kayu akan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan bahan bangunan lain dengan mangingat bahwa kayu memiliki ketahanan yang sangat kuat terhadap fenomena alam seperti gempa, sehingga fengan masa ketahanan yang lama, akan mamperkecil biaya pembuatan serta perawatan. 7. FUNGSIONALISME KULTURAL Fungsi ini menempatkan manusia secara sentral sebagai pusat, pedoman dalam menciptakan bentuk karya arsitektur. Mengikuti prinsip Form Follow Culture, dimana bentuk berasal dari pola perilaku, tradisi, adat istiadat, kondisi sosial budaya pemakai, bentuk dijiwai oleh kehidupan manusia, watak, kecenderungan dan nafsu serta cita-cita. Manusia dalam berarsitektur hendaknya memahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bahkan penentu produk arsitekturnya berkaitan erat dengan alam dan seisinya, diantaranya; tradisi masyarakatnya sendiri, pola kegiatan masyarakat dan tentunya faktor alam, seperti
Keadaan geografis suatu wilayah -perlu kita ketahui ciri-sifatnya (karakternya)- untuk mengetahui bagaimana teknologi (bahan,alat dan metode) yang dipilihnya melahirkan bentuk arsitektur tertentu, dan iklim dari lokasi produk arsitektur. Rumah masyarakat Jawa Tengah misalnya, yang mempunyai tradisi mengagungkan Nyi Roro Kidul, mereka membangun rumah menghadap selatan sebagai penghormatan terhadap Ratu Pantai Selatan, ini menunjukkan bahwa factor tradisi masyarakat mempengaruhi arsitektur mereka. Faktor geografis yang berpengaruh terhadap arsitektur bisa dilihat dari rumah panggung di Minahasa misalnya, mereka menyesuaikan diri dengan alam sekitar dimana terdapat banyak binatang buas dengan membuat rumah yang berbentuk panggung.
METAFORA (definisi dalam arsitektur) Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Po stmodern.
Pengertian metaf ora secara umum berdasarkan Oxford Learner’s Dictionary : A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or idea in place of another to
suggest a likeness between them A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily designates to on object it
may designate only by implicit comparison or analogies A figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which it is not literally
applicable The use of words to indicate something different from the literal meaning
Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”
Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Ada tiga kategori dari metafora intangible Metaphor (metafora yang tidak diraba)
menerangkan suatu subyek
yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep,
sebuah ide, kondisi manusia atau
kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya) Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba)
Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)
Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai pernyataan untuk
unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai
mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.
Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”
Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”
Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
No. I 1
Modern (1920-1960) One International Style, or ‘no
Late Modern (1960- ) Unconscions Style :
Post Modern (1960- ) Double-coding of Style :
style’ :
D
Bnetuk Model sama dimanapun berada Tanpa langgam / gaya
Secara tidak sadar telah memakai langgam / gaya.
Menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur lain (vernacular, local, komersial, konstektual), juga berarti memperhatikan nilainilai yang dianut arsitek dan penghuni atau masyarakat awam
2
Utopian and Idealist :
E
Arsitek seakan-akan melaksanakan impiannya memperbaiki realita dan cenderung bersifat memaksakan.
Pragmatic :
O 3
Deterministic form, fungtional
Setiap bangunan didirikan untuk tujuan tertentu. Tiap bangunan mempunyaiciri khasnya masingmasing. Bangunan setujuan mempunyai kemiripan satu sama lain
Loose Fit :
Popular and Popularist:
Tidak terikat oleh aturan atau kaidah tertentu, tetapi mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Semiotic Form :
/D.F.F :
L
O 4
Syarat utama dari bangunan adalah bangunan mencapai kegunaaan yang semaksimal mungkin. Ruang – ruang yang direncanakan sesuai dengan fungsinya. Bangunan tidak harus berdiri dari kepala, badan dan kaki.
Zeitgeist :
Berlatar balakang logika dan keilmuan.
Bentuk yang ditampilkan tidak sesuai dengan fungsi atau kehilangan kecocokannya dengan fungsi.
Late – Capitalist :
Berlatar belakang efisiensi dan keuntungan.
Tradition and Choice :
G
5
Artist as Prophet/healer :
I
Arsitek mendudukkan diri sebagai yang maha tahu.
Suppressed Artist :
Arsitek merasa dibatasi / tertekan dan terpaksa untuk memunculkan kreatifitasnya.
Bentuk yang ada mempunyai tanda makna dan tujuan sehingga penampilannya sangat mudah dipahami.
Bentukan yang ada mengandung unsureunsur atau nilai-nilai tradisi yang penerapannya secara terpilih, atau disesuaikan dengan maksud dan tujuan perancang.
Artist / Client :
Arsitektur mengandung dua hal pokok yang menjadi tuntutan perancang. Bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern) sehingga mudah dipahami.
6
Elitst / ‘for every man’ :
C
7
Arsitekturnya lebih menonjolkan sikap eksklusif perancangnya yang tumbuh dari keinginan bersama.
Wholistic, comprehensive
Elitist Profesional :
Arsitekturnya lebih menonjolkan sikap eksklusif perancangnya saja.
Wholistic :
Elitist and Participative
Arsitekturnya lenih menonjolkan kebersamaan serta mengurangi sikap keangkuhan.
Piecemeal :
redevelopment :
A
8
Adanya pemahaman yang menyeluruh dan saling mendukung antar elemen-elemen pembentuk arsitektur.
Architect as savior/doctor :
Adanya kesatuan antar unsure-unsur pembentuknya.
Architect provides service :
Adanya penerapan unsur-unsur dasar seperti history, vernacular, lokasi, dll
Architect as representative and activist :
L
arsitek menempatkan dirinya sebagai penyelamat/penyembuh dari segala permasalahan arsitektur dan yang mempunyai banyak gudang ide.
Arsitek menempatkan dirinya sebagai pelayan aau penerjemah ide
Arsitek berfungsi sebagai wakil penerjemah ide kepada perencana dan secara aktif berperan serta dalam perancangan
Bab II PEMBAHASAN 2.1 KONSEP FUNGSI ARSITEKTUR menurut Broadbent Menurut Geoffrey Broadbent, ada beberapa gagasan tentang fungsi konsepnya tentang fungsi arsitektur dikemukakan oleh Broadbent dalam buku “Signs, Symbols, and Architecture”. Broadbent memandang bahwa fungsi arsitektur perlu ditelususri berdasarkan hubungan antara arsitek itu sendiri dengan penikmat (manusia). Dalam memfomulasikan konsepnya mengenai fun arsitektur (disebutnya “BUILDING TASK”), Broadbent mencoba menelusurinya berdasarkan 3 (tiga) aspek utama dalam kaitan evaluasi suatu karya arsitektur, yaitu : Arsitektur (perancangnya) Pemakai, Penikmat dan Pengamat Karya Arsitektur itu sendiri secara otonom Dari dasar pemikirannya ini Broadbent merumuskan fungsi arsitektur atau “Building Task” itu dalam sejumlah kategori sebagai berikut :
1. Artistik Form (Fungsi Bentuk Arsitektur) Dalam arsitektur dianggap sebagai bentukan seni, sehingga arsitektur yang fungsional diartikan sebagai suatu bentukan yang artisitk dan memiliki nilai-nilai keindahan. Jadi dapat diambil patokan secara emprikal bahwa suatu bangunan harus mempunyai fungsi estetika untuk memperindah suatu karya arsitektur agar dapat dinikmati.
2.
Container (Fungsi Perwadahan) Pengertian Container ini lebih mengacu pada fungi perwadahan aktifitas. Dalam arti bahwa bentukan arsitektur yang fungsional secara fisik adalah sesuatu yang mampu mewadahi suatu kegiatan/aktifitas tertentu, sehingga penikmat dapat merasa aman dan nyaman.
3. Climatic Modifier (Fungsi Modifikasi / Kontrol Iklim) Dalam kategorinya, fungsi ini lebih menunjuk bahwa bentukan arsitektur yang fungsional itu dapat diartikan sebagai bangunan yang mampu mengantisipasi, mengontrol, dan beradaptasi dengan lingkungan fisiknya, dalam hal ini adalah aspek iklim yang berlaku disekitarnya. Arsitektur harus dapat menyesuaikan diri secara klimatologis dalam lingkungannya karena kehadirannya menurut fungsionalisasinya dari berbagai aspek termasuk iklim.
4.
Environmental Filter (Fungsi Filter Lingkungan) Bangunan mampu beradaptasi dengan mengikutsertakan karakteristik dominan dan setidaktidakya dapat memberikan nilai tambah dalam meningktakan kualitas lingkungan tersebut.
5. Behaviour Modifier (Fungsi Pembentuk Perilaku) Dalam kajian perilaku ini arsitektur atau bangunan harus berfungsi sebagai pembentuk perilaku. Dalam tautan ini diyakini, bahwa setiap olahan dalam setiap bentukan arsitektur pada gilirannya akan mampu memodifikasi, membentuk bahkan memanipulasi tingkah seseorang yang secara aktif berinteraksi dengan bentukan arsitektur tersebut.
6. Capital Investment (Fungsi Investasi Modal) Pengertiannya disini, arsitektur berfungsi sebagai suatu investasi modal yang mengartikan bahwa adanya semacam tujuan untuk memperoleh manfaat atau nilai tambah tertentu atau keuntungan. Investasi yang dimaksud adalah suatu upaya pemanfaatan sumber daya, baik modal uang, alat dan tenaga untuk menghasilkan keuntungan tertentu. Keuntungan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi dua keuntungan yaitu keuntungan profit dan keuntungan benefit. Ø Keuntungan Profit adalah keuntungan dalam hal yang dapat diukur, misalnya pengembalian modal investasi. Contoh arsitektur yang bersifat “Profit Oriented” yakni Hotel, Supermarket, Bioskop, dsb. Ø Keuntungan Benefit adalah keuntungan yang sifatnya tidak dapat diukur dengan uang karena berhubungan dengan peningkatan kualitas nilai-nilai atau norma kehidupan tertentu. Contoh arsitektur “Benefit Oriented” yakni Bangunan Peribatan, Rumah Sakit, Gedung Pemerintah, dsb. 7.
Cultural Symbolization (Fungsi Simbol Budaya) Dalam pengertiannya, arsitektur yang berfungsi sebagai simbol budaya adalah arsitektur yang mampu mengekspresikan karakteristik suatu budaya tertentu. Pengertian budaya dapat diartikan sebagai nilai-nilai, norma, gagasan, pola tingkah laku dan aktivitas, maupun artefaknya. Pengertian simbol atau lambang bukan berarti lambang yang dikemukakan memiliki kemiripan rupa atau sama dengan apa yang dilambangakan.
2.2 APLIKASI TERHADAP BANGUNAN Objek desain yang akan dirancang (Hotel Bisnis) dijadikan investasi modal, dengan maksud modal yang ditanamkan investor lewat fisik bangunan suatu saat dapat dikembalikan dengan dan dapat memperoleh keuntungan dalam hal ini bersifat “Profit Oriented” yakni retail-retail, ruang-ruang Hotel yang disewakan maupun yang dijual. Dengan memperhatikan segi ekonominya, yaitu : ü Memanfaatkan setiap m2 tanah agar tidak terbuang sia-sia. ü Memperhatikan penggunaan bahan material dan sistem struktur pengganti yang sama kualitasnya namun lebih ekonomis. Objek desain tidak hanya memperhatikan biaya fisiknya, tapi juga harus memperhatikan energi, biaya daur hidup (perawatan dan perbaikan, fleksibilitas dan perubahan akomodasi serta biaya fungsional) dan akibat-akibat pajak.
FUNGSI ARSITEKTUR Artistik Form (Fungsi Bentuk Arsitektur)
PENERAPAN DALAM BANGUNAN
Pada entrance diekspose kolom-kolom bulat selain berfungsi sebagai struktur berfungsi juga sebagai estetika. Pada bagian badan bangunan lebih menekankan pada keseimbangan bangunan, baik itu keseimbangan bentuk, grid dan struktur yang kesemuanya nampak pada tampilan bangunan dan unsur kajian tipologi objek terhadap bangunan lain.
ntuk arstistic pada bangunan yang memiliki keindahan tersendiri untuk memikat para pemakai, penikmat dan pengamat
Container (Fungsi Perwadahan)
Dibuat aktifitas.
hall
atau
lobby
sebagai
perwadahan
Penggunaan material, khusunya material selubung Climatic Modifier (Fungsi Modifikasi / bangunan khususnya pada skylight hall penerima utama dan hall terbuka untuk mendapat pencahayaan alami. Kontrol Iklim) Penggunaan barrier dalam menanggapi masalah yang timbul karena angin dan hujan Penggunaan drainase yang baik dan terjaga, juga penggunaan elemen-elemen yang dapat mengantisipasi banjir akibat kapasitas air hujan yang besar.
Environmental Filter
Suasana dibuat dapat memberikan suatu daya tarik
(Fungsi Filter Lingkungan)
bagi lingkungan sekitar sehingga memberi kesan menyatu dengan bangunan sekitar.
Penggunaan material pada dinding, kolom, dan Behaviour Modifier (Fungsi Pembentuk balok berbeda pada setiap ruangan menjadikan fungsi pembentuk perilaku. Perilaku) Disekitar pedestrian way ditanami tumbuhan sepanjang jalan dan lampu jalan sebagaimana fungsi pengantar pengunjung menuju pintu masuk. Penataan, hubungan dan dimensi ruang pada setiap fasilitasnya sehingga akan melekat pada pengunjung yang datang diHotel Bisnis.
Capital Investment (Fungsi Investasi Modal)
Hotel Bisnis ini bertujuan untuk mencari keuntungan. Keuntungan yang diinvestasikan melalui objek ini berupa keuntungan profit dan benefit. Keuntungan profit didapat melalui pemakaian fungsi ruang yang ada serta jumlah pengunjung. Sedangkan keuntungan benefit diperoleh melalui manfaat yang didapat dari pengunjung/pemakai akan fasilitas yang ada pada Hotel Bisnis ini.
Cultural
Memberikan simbol budaya pada bangunan dengan
Symbolization (Fungsi Simbol Budaya)
memasukkan unsur-unsur yang berkaitan dengan budaya daerah dimana objek berada.
Bab III PENUTUP. 3.1 Kesimpulan Dari konsep diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu adanya keseimbangan antara bangunan dan tatanan landscape selain sebagai area hijau juga dapat berfungsi sebagai penyeimbang siklus alam terutama air.Bahwa sejauh ini konsep geometris merupakan alat ukur yang paling popular di dunia arsitektur karena memberikan kemudahan baik dalam pengolahan fasad bangunan maupun struktur bangunan. Agar senantiasa memperhatikan potensi alam yang ada pada site tersebut sehingga desain bangunan tidak merusak ekosistem. Ketika membuat suatu konsep setidaknya dipikirkan terlebih dahulu faktor positif dan negatif yang ditimbulkan dari konsep tersebut
DAFTAR PUSTAKA 1. http://en.wikiarquitectura.com/index.php/Ennis_House 2. http://en.wikipedia.org/wiki/Ennis_House 3. http://en.wikipedia.org/wiki/Edward_E._Boynton_House 4. http://www.beroarchitecture.com/frank-lloyd-wright-houserestoration-in-progress/ 5. http://www.archdaily.com/83583/ad-classics-frank-lloydwright-ennis-house/