BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Kondisi ini terjadi di kota sorong dengan semakin bertambahnya timbunan sampah yang ada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, sarana dan prasarana yang masih minim untuk mengangkut sampah, dan juga budaya masyarakat yang masih belum sadar untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang tempat pembuangan akhir yang telah ada di kota sorong, bagaimana pandangan
mengenai tempat
pembuangan akhir tersebut dari sudut pandang penulis berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan sampah? 2. Bagaimana pengelompokan sampah-sampah yang ada? 3. Seperti apa metode-metode pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir? 4. Metode pengolahan sampah manakah yang diterapkan di Kota Sorong?
Geologi Teknik
1
1.3 TUJUAN 1. Mengetahui definisi sampah 2. Mengetahui pengelompokan sampah. 3. Mengetahui metode-metode pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir. 4. Mengetahui metode pengolahan sampah yang diterapkan di Kota Sorong.
Geologi Teknik
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 DASAR TEORI 1. Definisi sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar.(Panji Nugroho, 2013). Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial (sulit terselesaikan). Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural/kebiasaan karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama di kota besar.
Oleh sebab itu bila tidak ditangani secara benar, maka akan
menimbulkan dampak seperti pencemaran air, udara, dan tanah yang mengakibatkan sumber penyakit. Pengolahan
sampah
membutuhkan
lahan
sebagai
tempat
pembuangan akhir (TPA). Sampah sebagai barang yang masih bisa dimanfaatkan tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya. Seharusnya pengolahan sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sebisa mungkin dekat dengan sumbernya, seperti dilingkungan RT/RW, sekolah, dan rumah tangga sehingga jumlah sampah dapat dikurangi. Pengelolaan sampah diantaranya dapat dimanfaatkan menjadi kompos organik yang didalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Panji Nugroho, 2013), perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan residu / sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi (Tresna Sastrawan, 2014).
Geologi Teknik
3
2. Jenis-jenis sampah Berdasarkan sifatnya Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Contohnya : Daun, kayu, kulit telur, bangkai hewan, bangkai tumbuhan, kotoran hewan dan manusia, Sisa makanan, Sisa manusia. kardus, kertas dan lain-lain. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Sampah
Anorganik,
yaitu
sampah
yang
tidak
mudah
membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersial atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Sampah beracun (B3) limbah dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-lain. Berdasarkan bentuknya Sampah padat Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
Geologi Teknik
4
organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Sampah cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Berdasarkan sumbernya Sampah alam Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampahsampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman. Sampah manusia Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit
Geologi Teknik
5
melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. Sampah konsumsi Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. Sampah nuklir Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability) Biodegradable Biodegradable
yaitu sampah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. Non-biodegradable Non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
Geologi Teknik
6
Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
3. Metode-metode pengolahan sampah Metode open dumping. Metode ini adalah penimbunan sampah di lokasi TPA tanpa aplikasi teknologi yang memadai. Metode ini memungkinkan adanya perembesan air lindi (cairan yang timbul akibat pembusukan sampah) melalui kapiler-kapiler air dalam tanah hingga mencemari sumber air tanah, terlebih di musim hujan. Efek pencemaran bisa berakumulasi jangka panjang dan pemulihannya bisa membutuhkan puluhan tahun. Metode ini sudah tidak populer karena selain sudah tidak akan diperbolehkan lagi juga berpotensi pada pencemaran lingkungan.
Gambar 2.1. Metode open dumping
Metode sanitary landfill. Metode ini mengelola sampah dengan melakukan pelapisan geotekstil yang tahan karat pada permukaan tanah sebelum ditimbuni sampah.
Geotekstil
berfungsi
mengalirkan air
Geologi Teknik
lindi
7
ke
bak
penampungan agar tidak mancemari air tanah. Air lindi selanjutnya diolah menjadi pupuk organik cair (POC). Setelah sampah ditimbun, kemudian dilapisi lagi dengan geotekstil di bagian atasnya dan ditutup dengan tanah. Sistem sanitary landfill harus memiliki beberapa elemen, yaitu :
Lining system : atau bagian terbawah yang bersentuhan dengan tanah. Bagian ini biasa terbuat dari campuran tanah dan bentonite agar cairan dari pembusukan sampah tidak akan merembes ke dalam tanah dan mencemari air tanah
Leachate Collection System : leachate atau lindi adalah cairan
yang
keluar
dari pembusukan sampah dan
terkontaminasi oleh berbagai bahan kimia atau bakteri. Oleh karena itu tidak boleh merembes ke dalam tanah. Selain lining system di bagian bawah , di atasnya akan dibuatkan leachate collection system untuk mengumpulkan lindi agar tidak menggenang dan pada akhirnya merembes ke dalam tanah
Cover or cap system : gunanya untuk mengurangi air, seperti hujan yang masuk ke dalam tumpukan sampah agar jumlah leachate atau lindi tidak semakin banyak
Sistem Ventilasi : pembusukan sampah akan menghasilkan gas metana dan konsentrasi gas tanpa bisa disalurkan beresiko menimbulkan ledakan
Sistem Monitor : untuk mengawasi dan memberi peringatan dini jika terjadi kebocoran dalam sistem yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan
Geologi Teknik
8
Gambar 2.2. Metode Sanitary Landfill
Metode rooftiling, floortiling, walling. Metode ini mengkonversi sampah menjadi material untuk atap (genteng), lantai (tegel/keramik), dan atau bahan-bahan untuk tembok. Dengan sistem reuse dan recycle ini, permasalahannya adalah pada biaya investasi yang besar dan output yang masih terlalu mahal dan kalah kualitas dibandingkan dengan produk regular darimaterial nonsampah pada umumnya. Metode insenerator. Metode ini dilakukan dengan memasukkan sampah (disortir maupun tanpa disortir) ke dalam unit pembakaran dalam suhu 800°C1.200°C. Metode ini bisa mereduksi sampah 80%–100%. Panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Lahan yang diperlukan untuk sistem ini relatif lebih kecil daripada metode sanitarylandfill tetapi berbiaya mahal. Metode ini sudah tidak akan diizinkan karena kontribusinya yang sangat besar pada efek gas rumah kaca.
Geologi Teknik
9
Gambar 2.3. Metode Insenerator
Metode gas metana. Metode ini menggunakan teknik fermentasi secara anaerobik terhadap sampah organik. Secara teknis sampah disortir menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik dicampur dengan air dan digester (dimasukkan dalam tempat kedap udara) selama kurang lebih dua pekan dan akan menghasilkan gas metana (CH4) yang bisa digunakan sebagai energi listrik. Metode ini menguntungkan karena bisa menghasilkan energi terbarukan.
Gambar 2.4. Metode gas metana
Metode autoclave. Metode ini relatif baru walaupun secara teknis sebetulnya sangat sederhana. Sistemnya adalah melakukan pembongkaran langsung dari dump truk masuk ke mesinautoclave. Di dalam autoclave sampah diinjeksi dengan uap bersuhu 160°C selama 2 jam.
Geologi Teknik
10
Sampah kemudian secara otomatis disalurkan melalui belt conveyor ke mesin penyortiran. Proses pada sistem ini ramah lingkungan dan berpeluang mendapatkan kredit karbon. Metode komposting. Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahanbahan organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme.
Aktivitas
mikroorganisme
bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungkinkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta) - Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran. 2.2 INFORMASI WILAYAH 1. Waktu dan lokasi Pengamatan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Rabu, 12 Desember 2018 Pukul
: 11:00-15:00 WIT
Lokasi
: Tempat Pembuangan Akhir, Jl. Sorong-Makbon, Matalamagi, Sorong Utara, Kota Sorong, Papua Barat.
Geologi Teknik
11
2. Kesampaian daerah
Gambar 2.5. Kesampaian daerah
Lokasi pengamatan terlekak di Tempat Pembuangan Akhir, Jl Sorong-Makbon, Matalamagi, Sorong Utara, Provinsi Papua Barat yang berjarak ± 16 Km dari Kampus II Universitas Papua Sorong. Perjalanan ditempuh selama ± 30 menit menggunakan kendaraan roda 2 dan pengamatan dilaksanakan selama ± 4 jam ditempuh dengan berjalan kaki dengan medan perjalanan yang dilalui adalah perbukitan. 3. Tinjauan regional
Gambar 2.6 Peta Geologi Regional Sorong (sumber: Peta Geologi lembar Sorong)
Geologi Teknik
12
Secara regional daerah pengamatan merupakan bagian dari peta geologi lembar sorong (CH. Amri dkk . 1990) yang masuk kedalam formasi batuan konglomerat sele (Qps) berumur kwarter (60.000 tahun yang lalu-sekarang), yang terdiri dari konglomerat aneka bahan, sedikit batupasir dan batulumpur dengan sisa tumbuhan dan kurang terpadu. 2.3 HASIL 1. Stasiun 1 Lokasi
: Tempat Pembuangan Akhir, Jl. Sorong-Makbon, Matalamagi, Sorong Utara, Kota Sorong, Papua Barat.
Cuaca
: Cerah
Pukul
: 12:00 WIT
Koordinat
:S
:-
E
:-
Elevasi
: 134 mdpl
Vegetasi
: rerumputan yang lebat
Arah foto
: N 3080 E
Stasiun
: 01
Bedding 01 Warna
Ukuran : Tebal 10,8 m Akses : Mudah Formasi : Konglomerat sele Strike/dip : N1800E/200 Bedding 01 : Spasi 5,2 m Bedding 02 : Spasi 1,7 m Bedding 03 : Spasi 3,9 m
: Lapuk Segar
: Coklat kemerahan : Coklat terang
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Kerakal Sortasi
: Buruk
Geologi Teknik
13
Derajat kebundaran : Rounded
Komposisi
Kemas
: Terbuka
: Fragmen
: Andesit
Matriks
: Batupasir kasar
Semen
:-
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Konglomerat
Bedding 02 Warna
: Lapuk
: Merah
Segar
: Coklat
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Lanau Sortasi
: Baik
Derajat kebundaran : Kemas
: Tertutup
Komposisi
: Mineral lanau
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Batulanau
Bedding 03 Warna
: Coklat kemerahan
Struktur
:-
Tekstur
: Ukuran Butir : Sortasi
: Buruk
Kemas
: Terbuka
Komposisi
:-
Jenis batuan
:-
Nama
: Soil
Geologi Teknik
14
Gambar 2.7. Stasiun Pengamatan 01
2. Stasiun 2 Lokasi
: Tempat Pembuangan Akhir, Jl. Sorong-Makbon, Matalamagi, Sorong Utara, Kota Sorong, Papua Barat.
Cuaca
: Cerah
Pukul
: 12:45 WIT
Koordinat
:S
: 00052’27,75”
E
: 131021’40,83”
Elevasi
: 123 mdpl
Vegetasi
: rerumputan yang lebat terdapat aliran air
Arah foto
:-
Stasiun
: 02
Bedding 01
Ukuran : Tebal 7,7 m Akses : Mudah Formasi : Konglomerat sele Strike/dip : N230E/80 Bedding 01 : Spasi 2,7 m Bedding 02 : Spasi 3 m Bedding 03 : Spasi 2 m
Warna
: Coklat kemerahan
Struktur
:-
Geologi Teknik
15
Tekstur
: Ukuran Butir : Sortasi
: Buruk
Derajat kebundaran : Kemas Komposisi
:-
Jenis batuan
:-
Nama
: Soil
: Terbuka
Bedding 02 Warna
: Lapuk
: Coklat kemerahan
Segar
: Coklat kemerahan
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Lanau Sortasi
: Baik
Derajat kebundaran : Kemas
: Tertutup
Komposisi
: Mineral lanau
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Batulanau
Bedding 03 Warna
: Lapuk
: Coklat kemerahan
Segar
: Coklat kemerahan
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Kerakal Sortasi
: Buruk
Derajat kebundaran : Rounded
Komposisi
Kemas
: Terbuka
: Fragmen
: Andesit
Geologi Teknik
16
Matriks
: Batupasir kasar
Semen
:-
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Konglomerat
Gambar 2.8. Stasiun Pengamatan 02
3. Stasiun 3 Lokasi
: Tempat Pembuangan Akhir, Jl. Sorong-Makbon, Matalamagi, Sorong Utara, Kota Sorong, Papua Barat.
Cuaca
: Cerah
Pukul
: 14:08 WIT
Koordinat
:S
: 00052’23,77”
E
: 131021’37,46”
Elevasi
: 137 mdpl
Vegetasi
: sedikit rerumputan
Arah foto
: N 2960E
Stasiun
: 03 -
Ukuran : Tebal 6,5 m Akses : Mudah Formasi : Konglomerat sele Strike/dip : N230E/80
Geologi Teknik
17
Bedding 01
Bedding 01 Bedding 02 Bedding 03
: Spasi 2 m : Spasi 1 m : Spasi 3,5 m
Warna
: Kuning
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Kerakal Sortasi
: Buruk
Derajat kebundaran : Rounded
Komposisi
Kemas
: Terbuka
: Fragmen
: Andesit
Matriks
: Batupasir kasar -sedang
Semen
:-
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Konglomerat
Bedding 02 Warna
: Kuning
Struktur
: Masif
Tekstur
: Ukuran Butir : Pasir kasar-sedang Sortasi
: Baik
Derajat kebundaran : Kemas
: Tertutup
Komposisi
: Pasir kasar-sedang
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Batupasir
Bedding 03 Warna
: Merah kecoklatan
Struktur
: Masif
Geologi Teknik
18
Tekstur
: Ukuran Butir : Kerakal Sortasi
: Buruk
Derajat kebundaran : Rounded
Komposisi
Kemas
: Terbuka
: Fragmen
: Andesit
Matriks
: Batupasir kasar-sedang
Semen
:-
Jenis batuan
: Batuansedimen Klastik
Nama
: Konglomerat
Gambar 2.9. Stasiun Pengamatan 03
4. Tracking GPS Z1
Z2
Z3
Koordinat
:S
: 00052’24,35”
E
: 131021’33,89”
Elevasi
: 135 mdpl
Koordinat
:S
: 00052’27,66”
E
: 131021’32,60”
Elevasi
: 134 mdpl
Koordinat
:S
: 00052’28,20”
E
: 131021’39,69”
Elevasi
: 124 mdpl
Geologi Teknik
19
Z4
Z5
Z6
Koordinat
:S
: 00052’24,12”
E
: 131021’39,64”
Elevasi
: 127 mdpl
Koordinat
:S
: 00052’27,26”
E
: 131021’64,16”
Elevasi
: 141 mdpl
Koordinat
:S
: 00052’33,31”
E
: 131021’42,09”
Elevasi
: 137 mdpl
Sketsa Tracking
5. Informasi Tempat Pembuangan Akhir di Kota Sorong
Geologi Teknik
20
Gambar 2.10. TPA tahun 2016(31/08/16) (Sumber:https://www.google.com/maps/place/Kantor+Tempat+Pembuangan+Akhir+(TPA)+Makbon/)
Gambar 2.11. TPA tahun 2017 (22/04/17) (Sumber:https://www.google.com/maps/place/Kantor+Tempat+Pembuangan+Akhir+(TPA)+Makbon/)
Gambar 2.12. Wilayah tercemar di sekitar TPA (12/12/18)
Geologi Teknik
21
Gambar 2.13 Wilayah TPA saat ini (12/12/18)
Gambar 2.14 Pembangunan TPA saat ini (12/12/18)
Metode yang digunakan hingga saat ini pada pengelolaan sampah TPA dikota sorong adalah open dumping yaitu penumpukan sampah ditempat terbuka dimana dapat menghasilkan bau yang disebabkan oleh penguraian mikroorganisme secara aerob.
Metode ini sudah menimbulkan dampak
negative yaitu pencemaran lingkungan seperti yang terlihat pada gambar 2.12, pada bagian atas wilayah tersebut merupakan penumpukan sampah berbagai macam yang tercampur secara acak sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat dan
tentunya
apabila air yang mengalir tersebut terkena /
Geologi Teknik
22
terkonsumsi makhluk hidup, dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Dari bahaya yang ditimbulkan sampah-sampah tersebut, tampaknya pemerintah kota sorong telah memberikan perhatian khusus kepada TPA ini dimana pemerintah telah
merencanakan pengolahan sampah agar dapat
mengurangi dampak negative yang sudah terjadi.
Metode yang akan
digunakan pada pengolahan sampah yang akan diterapkan yaitu metode sanitary landfill dengan luas kubangan panjang 220m, lebar 110 m dan tinggi 8,2 m. Metode ini
dirasa cocok untuk daerah TPA matalamagi karena
lokasinya yang jauh dari pemukiman sehingga meminimalkan pencemaran dan biaya perawatannya yang relative murah dibandingkan dengan metode yang lain.
Geologi Teknik
23
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari pengamatan
kali ini diketahui bahwa sampah banyak
menimbulkan dampak negative apabila tidak dikelola dengan baik. Peran pemerintah sangat penting dalam
meminimalkan dampak negative yang
ditimbulkan oleh sampah. Selain itu, peran masyarakat dalam mengurangi dan mendaurulang penggunaan sebagainya
sampah anorganik seperti plastic, botol dan
juga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat
penimbunan sampah di tempat pembuangan akhir.
Geologi Teknik
24
DAFTAR PUSTAKA https://www.google.com/maps/dir/Kampus+UNIPA+Sorong,+Aimas,+Sorong,+Papua+ Barat/Kantor+Tempat+Pembuangan+Akhir+(TPA)+Makbon,+Matalamagi,+North+So rong,+Sorong+City,+West+Papua+98416/@0.9216421,131.2981193,13z/data=!4m13!4m12!1m5!1m1!1s0x2d5bf94e2f525585:0x613 a6e743db0219c!2m2!1d131.3507634!2d0.9727677!1m5!1m1!1s0x2d59568290596a6f:0xe0a8ba2cf68f557e!2m2!1d131.3609412! 2d-0.875904 http://www.wartaekspres.com/pemkot-sorong-bangun-sanitary-landfill/ http://www.lingkungan.lovelybogor.com/mengenal-sanitary-landfill-sistem-pengelolaansampah-yang-banyak-digunakan-di-indonesia/ http://darsono.staff.uns.ac.id/tapak-pembuangan-sampah/ https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah https://www.kompasiana.com/hasrulhoesein/54ffff02a333115d6f50f8fa/metodepengelolaan-sampah-kota http://ciptakarya.pu.go.id/v3/news.php?id=6634
Geologi Teknik
25