PELAKSANAAN HOME HEALTH CARE DENGAN PENGGUNAAN TELENURSING DENGAN PENDEKATAN TEORI FAMILY CENTER NURSING
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1
Dwi Rahayu Siswoyo Ana farida ulfa Alfianur Lutfiah Nur Aini Alfeus Manuntung Wahyu Endang Chindy Maria Orizani Candra Panji Asmoro Yuanita Saiful
(131214153019) (131214153020) (131214153021) (131214153022) (131214153023) (131214153030) (131214153029) (131214153031) (131214153043) (131214153033)
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan pada era globalisasi, keberhasilan program pelayanan kesehatan dan juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Depkes (1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya penduduknya hidup dalam dala m lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan. Kemajuan teknologi informasi serta tehnologi di bidang kesehatan berdampak terhadap tingginya pemahaman masyarakat terhadap dunia kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayann kesehatan berkualitas, profesional dan mengedepankan perkembangan tehnologi di bidang kesehatan itu sendiri. Salah satu bentuk tehnologi informasi di bidang kesehatan adalah penggunaan metode Telenursing Telenursing adalah suatu model sistem pelayanan keperawatan yang diberikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dibidang informasi karena keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena tujuan efektifitas dan efisiensi yang memungkinkan pasien untuk tidak harus datang ketempat-tempat pelayanan kesehatan. Trend keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan sudah mampu mengaplikasikan inovasi ini Penggunaan metode telenurisng berfokus pada konsultasi, pelayanan keperawatan di rumah ( home care ) care ) dan digunakan pada sistem triage. Pelayanan perawatan di rumah ( home care ) merupakan merupakan
isu penting penting saat ini, meliputi 2
manajemen pada penyakit kronis, health education, pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan tehnologi informasi dalam perawatan di rumah merupakan media yang penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, dan diharapkan dapat menciptakan bentuk pendidikan untuk meningkatkan hubungan yang baik dan bermanfaat antara pasien dengan tenaga kesehatan profesional .
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan model pelaksanaan home health care dengan care dengan penggunaan telenursing dari aspek multidimensial dan implikasinya terhadap praktik keperawatan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum Mengidentifikasi model pelaksanaan home health care dengan care dengan penggunaan telenursing pendekatan telenursing pendekatan teori family center nursing , Friedman. 1.3.2 Tujuan khusus 1.
Mengidentifikasi keuntungan dan kerugian model pelaksanaan home health care dengan care dengan penggunaan telenursing.
2. Mengidentifikasi penggunaan
model pelaksanaan home health care care dengan
telenursing
dari
aspek
falsafah
dan
paradigma
keperawatan, perkembangan terkini, kebijakan, program pemerintah, sosial, budaya, lingkungan, dan ekonomi. 3.
Mengidentifikasi implikasi model pelaksanaan home health care dengan penggunaan telenursing terhadap praktik keperawatan.
3
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Telenursing
2.1.1 Definisi Telenursing
didefinisikan
sebagai
praktek
keperawatan
jarak
jauh
menggunakan teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam Salim, 2010). Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis,
telekonsultasi
dan
telemonitoring.
(http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing) Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer. Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, tel ehealth,
4
dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing). Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan
pelayanan
keperawatan
jarak-jauh.
Aplikasinya
saat
ini,
menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitasfasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
2.1.2 Penggunaan telenursing Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursing centre dan melalui unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh yang paling cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk melakukan monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan luka, memberi suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas pendek (sesak nafas). Hal ini sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi-kondisi kronis dan macam-macam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary diseases. Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di 5
daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial. 5) Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia. 7). Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa komprehensif
penggunaaan
telehealth/telemedicine
termasuk
didalamnya
telenursing. Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan telenursing 4). Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 – 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien seharinya 5). Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, 6
maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer. Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis. Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang tidak terbatas. Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
7
2.1.3 Guidelines telenursing ( College of RN of Nova Scotia ) Telenursing adalah bagian darai tele health yang terjadi ketika perawat menemukan kebutuhan pasien, mengnggunakan informasi, komunikasi dengan berbasis sistem jaringan. Hal ini dapat diartikan bahwa, pelayanan, manajemen dan koordinasi dalam pemberihan perawatan dilakukan dengan menggunakan tehnologi informai dan telecomunikasi ( CNO,2005 )
1. Prinsip telenursing yang efektif meliputi : 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang ada 2) Meningkatkan akses yang lebih baik, sehingga bisa memberikan pelyanan kesehatan secara langsung. 3) Adanya deskripsi yang jelas tentang peran dan tanggung jawab. 4) Meningkatkan kualitas pelayanan 5) Menghindari pemeberian pelayanan yang tidak perlu 6) Menjaga kerahasian privai dan keamanan informasi terkait interaksi perawat dan klien (Personal Information Protection & Electronic Documents Act, 2000, Division 4, No. 20: CRNNS Documentation Guidelines for Registered Nurses, 2005, p. 13).
2.
Bidang praktik, pertanggungjawaban dan manajemen risiko dalam telenursing Dalam pelaksanaan telenursing tindakan perawatan yang dilakukan harus tetap mengacu pada proses keperawatan, karena itu hanya perawat yang sudah teregristrasi yang bisa melakaukan telenursing.Dalam pelaksanaannya perawat yang sudah teregistrasi bisa melakukan kolaborasi dengan dokter di wilayah lain yang sudah memiliki izin praktik. Perawat yang menggunakan e-health, internet based-practice ataupun tehnologi lainnya akan mengahadapi perubahan yang terus-menerus, termasuk adanya isu pertanggungjawaban. Secara hukum belum ada kejelasan terkait pertanggujawaban dalam pelaksanaan telenurisng, tetapi akuntabilitas
8
pelaksanaan telenursing harus dilakukan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1) Profesi kesehatan yang terlibat 2) Tehnologi atau aplikasi yang digunakan 3) Organisasi atau lembaga yang terlibat 4) Sumber daya manusia dan pelatihan Perawat yang melakukan telenursing juga harus memiliki kemampuan pengembangan dan sistem pendokumentasian. Perawat harus memastikan keamanan dan integritass dari situs yang digunakan. Dalam mengembangkan web side perawat bisa mengkaji kepercayaan pasien dengan beberapa hal berikut ini : 1) Kredibilitas dari organisasi ( nama organisasi jelas, sudah terakreditasi dengan baik ) 2) Menampilkan informasi yang detail 3) Informasi yang diberikan relevan dengan kebutuhan klien dan up to date 4) Adanya informasi yang jelas terkait hak klien, pembiayaan dan prosedur lainnya 5) Web yang digunakan memiliki sertifikat keamanan
3. Kompetensi, kualifikasi dan skill. Secara umum kompetensi yang dibutuhkan perawat dalam praktik telenursing sama dengan kompetensi perawat yang teregistrasi, selain kompetensi klinis dan kemampuan dalam praktik keperawatan, perawat telenursing harus memiliki : 1) Karakteristik pribadi yang positif serta terbuka terhadap tehnologi dan ketrampilan yang baik 2) Pengetahuan dan ketrampilan untuk mengoperasikan sistem tehnologi dan perangkat lainnya. 3) Mampu mengoperasikan alat-alat khusus. 4) Memiliki pengetahuan yang baik untuk dalam memberikan penilaian apakah klien perlu mendapatkan perawatan lebih dan tidak hanya telenursing. 9
5) Kemampuan untuk merubah jenis perawatan klien. 6) Pengetahuan, pemahaman dan penerapan protokol telenursing. 7) Ketrampilan kompetensi yang sangat kompeten. 8) Memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian terhadap evaluasi, mengatasi kesenjangan pengetahuan dalam kaitannya denagn praktik dan software berbasis tehnologi dan keputusan yang relevan.
4. Hubungan terapeutik perawat dan klien dalam telenursing. Hubungan perawat – klien yang terapiutik terbentuk ketika perawat memberikan perawatn kepada klien. Hubungan ini dibentuk untuk : a) memperoleh pemahaman tentang kebutuhan dasar klien sehingga bisa melakukan perawatan yang komprehensip; b) menciptakan lingkungan perawatan yang aman, efektif dan etis. Dalam perkembangannya penggunaan telekomunikasi untuk melakukan pengkajian, impleentai dan evaluasi harus memiliki unsur : kepercayaan, rasa hormat, empati, serta mempertimbangkan unsur budaya klien termasuk bahasa, agama, kebutuhan psikososial dan keinginan. Dalam telenursing adakalanya klien merasa takut atau ada sensitifitas terkait
tehnologi
yang
digunakan,
karena
itu
perawat
harus
tetap
mempertahankan standar kompetensi profesional dan etik keperawatan.
5. Keamanan dan privasi klien dalam telenursing dan informed concent. Semua perawat memiliki tanggung jawab etik dan hukum dalam mempertahankan kerahasiaan informasi yang diperoleh secara profesional. Sebagai perawat profesional harus memiliki kejujuran, integritas dan rasa hormat. Dalam telenursing, keamanan, kerahasiaan dan privasi tidak hanya antar perawat dan klien, tetapi tehnologi yang digunakan juga harus aman dari gangguan ( misalnya hacker ). Untuk memastikan bahwa data klien terjaga kerahasiannya: 1) Ada bukti bahwa catatan klien akan terlindungi secara elktr onik atau format tertulis. 2) Perawat harus berhati-hati bila menggunakan situs jejaring sosial 10
3) Tidak boleh berbagi informassi tentang klien kepada perawat yang bukan team perawatan, kecuali untuk tujuan tertentu atau klien telah memberikan persetujuan. 4) Organisasi dan perawat harus patuh pada peraturan yang dirancang untuk melindungi kerahasiaan informasi klien. Terkait dengan persetujuan klien bisa secara implisit atau eksplisit, persetujuan klien harus : tulus dan sukarela, klien mendapatkan penjelassan yang dibutuhkan dan sesuai sebelum memberikan persetujuan, memiliki otoritas
terhadap
pengobatan
atau
perawatan
tertentu,
persetujuan
mengandung aspek hukum.
6. Manajemen kualitas perawatan dalam telenursing Untuk menjaga kualitas perawatan dalam telenursing perawat teregistrasi harus menggunakan pedoman praktik klinis yang ada. Dalam praktik telenursing perawat harus bisa memberikan penilaian apakah klien bisa mendapatkan
praktik
telenursing
standat
ataukah
harus
mendapatkan
kunjungan. Perawat telenursing harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan ketrampilan
yang diperlukan untuk telenursing, sselain itu mereka harus
mematuhi prosedur yang terkait dengan paktik telenursing. Selain itu perawat juga harus mendukung organisasi dalam mengumpulkan dan melaporkan manfaat telenursing berdasarkan hasil kesehatan yang diperoleh, termasuk indikator biaya, ketepatan waktu, efektifitas klinis ( akurassi diagnostik, kesesuaian pelayanan,keselamatan klien, kepuassan klien, dan lain-lain )
7. Peran dan pertanggungjawaban perawat dalam telenursing Aspek tanggujawab perawt dalam telenursing sangtlah penting. Karena itu baik manajer perawatan maupun perawat yang terlibat dalam praktik telenursing harus teregistrasi sebagi aspek legal pelaksanaan tindakan keperawatan. Dalam tenursing bentuk kuntabilitas perawat meliputi : 1) Menginformasikan nama lengkap, kualifikasi perawat kepa klien 2) Menjaga kerahasiaan dan keamanan pesan dari klien 11
3) Memberi informasi tentang prosedur telenursing, pihak lain yang mungkin terlibat dalam perawatan, dan mendapatkan peretujuan dari klien. 4) Menginformasikan kepada klien tentang biaya telenursing serta menjelaskan bila mungkin diperlukan kunjungan. 5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan perwatan yang efektif dan berkualitas. 6) Berpartisipasi dalampengembngan, implementasi, evaluasi, termasuk pengambilan keputusan dalam praktik telenursing. 7) Mematuhi kebijakan dan pedoman yang terkait dengan, privasi organisasi, kerahasiaan, informed concent, keamanan dan dokumentasi selama telenursing 8) Bekerja berdasarkan pada kode etik perawatan
8.
Standart , panduan dan pengambilan keputusan dalam tel enursing Perawat yang terlibat dalam telenursing selain teregistrasi harus mengetahui
tentang
standar
pedoman
praktik
telenursing,
pedoman
pendelegasian fungsi medis ( kolaboratif ), prinsip dokumentasi keperawatan, mahir dalam menggunakan perangkat lunak telekomunikasi, dan protap lainnya terkait telenursing. Lima area penting dalam telenursing meliputi : 1. Standar klinis dan hasil 2. Sumber daya manusia 3. Kesiapan organisasi 4. Kepemimpinan 5. Tehnologi dan peralatan
9.
Kepemimpinan dalam telenursing Manajemen keperawatan harus memastikan kompetensi perawat yang terlibat dalam praktik telenursing dengan melakukan orientasi terhadap praktik telenursing, meliputi: 1. Protokol yang digunakan dalam telenursing 12
2. Mengenlkan media komunikasi yang relevan 3. Review terhadap penggunaan telenursing ( rekaman, video, atau catatan dokumentasi ) 4. Demontrasi atau praktik penggunakan program atau perangkat lunak komputer 5. Preceptoring pengalaman dengan perawat yang sduah mahir dalam praktik telenursing Selain itu menajer keperawatan harus memberi kesempatan untuk pengembangan pendidikan dan ketrampilan
dan kompetensi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan praktik telenursing
10. Pengembangan kebijakan Kebijakan terkait dengan praktik telenursing dikembangkan berdasarkan : 1) Akuntabilitas 2) Hak pasien dalam memilih 3) Informed concent 4) Privasi dan kerahasian 5) Dokumentasi 6) Keamanan dan kepemilikan rekam medik klien, rekaman telepon 7) Perlindungan kewajiban.
2.1.4 Keuntungan penggunaan telenursing Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain : 1) Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home). 2) Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis. 3) Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS. 13
4) Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan tehnologi. 5) Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance
learning)
informatika
dan
kesehatan.
perkembangan Telenursing
riset
dapat
keperawatan
pula
digunakan
berbasis dalam
pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif. 6) Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). 7) Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu 8) Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan 9) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan 10) Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi 11) Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan 12) Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse Assosiation, 1999). 13) Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata 14) Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance
learning )
dan
perkembangan
riset
keperawatan
berbasis
informatika kesehatan dan meningkatkan kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). 15) Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan 14
sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat dengan pelatihan khusus dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini
bermanfaat karena klien
membutuhkan dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.
2.1.5 Kerugian penggunaan telenursing Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system,
perawat bisa merasakan manfaat
telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang telenursing . Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya. Sumber lain menyebutkan, antara lain : 1) Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. 2) Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
15
2.1.6 Aplikasi telenursing Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
Gambar 2.1 Alur telenursing (Sumber : http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif , diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
16
Di dalam pelaksanaan telenursing perlu menjaga privasi pasien.
Gambar 2.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien
Gambar 2.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan (Sumber : http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 9 Oktober 2011) 17
Gambar 2.4. Jenis dan pembagian Telehealth (Sumber: Greenberg M. Elisabeth, 2000) Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
2.2 Konsep Home care
2.2.1 Definisi home care Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan 18
untuk
meningkatkan,
mempertahankan
atau
memulihkan
kesehatan
atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orangorang
yang
harus
tinggal
di
rumah
karena
kondisi
kesehatannya.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah
pasien
yang
telah
melalui
sejarah
yang
panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit. Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah: 1) Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah. 2) Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas. 3) Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan
atau
memulihkan
kesehatan
atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
19
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan dirumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes). Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit ( Depkes, 2002 ). Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) dalam Avicenna ( 2008 ) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Tidak berbeda dengan kedua definisi di atas, Warola ( 1980 ) mendefinisikan home care sebagai pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak). Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan kesehatan di rumah ( home care ) adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah : 1)
Suatu
bentuk
pelayanan
kesehatan
yang
komprehensif
bertujuan
memandirikan klien dan keluarganya. 2)
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien
dan
keluarganya
sebagai
subyek
yang
ikut
berpartisipasi
merencanakan kegiatan pelayanan.
20
2.2.2
Landasan hukum home care Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan pemerintah
dan swasta, tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan pelaporan kasus yang ditangani Fungsi hukum dalam praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut : Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
1)
yang sesuai dengan hukum . 2)
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3)
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri. Membantu
4)
mempertahankan
standard
praktik
keperawatan
dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum. Landasan Hukum Home Care diantaranya adalah sebagai berikut: 1)
UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2)
PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3)
UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daer ah.
4)
UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
5)
Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
6)
Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
7)
Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
8)
perawat. 9)
PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10)
Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
11)
Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat.
2.2.3
Lingkup pelayanan home care Homecare juga merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, 21
mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian, sehingga yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan homecare ini adalah keberhasilan proses discharge planning pasien yang perlu diperhatikan selama pasien dalam perawatan dan koordinasi yang terjalin dengan baik antara pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan tim pemberi pelayanan kesehatan di komunitas. Pasien dan anggota keluarga merupakan bagian yang penting dalam discharge planning . Ketidakadekuatan discharge planning dan follow-up merupakan penyebab kembalinya pasien ke ruang rawat dalam waktu cepat. Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan pada home care : 1)
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan,
membuat
perencanaan,
dan
melaksanakan
tindakan
keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi. 2)
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
3)
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
4)
Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan
22
standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien. 5)
Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan. Secara umum lingkup pelayanan dalam perawatan kesehatan di rumah
(home care ) dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1)
Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2)
Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
3)
Pelayanan rehabilitasi medik dan keterapian fisik
4)
Pelayanan informasi dan rujukan
5)
Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6)
Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7)
Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home
care adalah: 1) Pelayanan medik dan asuhan keperawatan 2) Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik 3) Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik 4) Pelayanan informasi dan rujukan 5) Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan 6) Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan 7) Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
2.2.4 Lingkup praktik keperawatan di rumah Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan: 1) Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, 23
melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan,
membuat
perencanaan,
dan
melaksanakan
tindakan
keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi. 2) Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan. 3) Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok. 4) Sebagai pembela/pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien. 5) Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.
2.3 Dasar Teori Keperawatan
2.3.1 Family center nursing Praktek keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert,Thomas, 1999).
24
Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model . Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2005). Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Keluarga merupakan entry point dalam pemberian pelayanan
kesehatan di
masyarakat, untuk menentukan resiko gangguan akibat pengaruh gaya hidup dan lingkungan. Potensi dan keterlibatan keluarga menjadi makin besar, ketika salah satu anggota keluarganya memerlukan bantuan terus menerus karena masalah kesehatannya bersifat kronik, seperti misalnya pada penderita pasca stroke. Praktek keluarga sebagai pusat keperawatan ( family-centered nursing ), didasarkan pada perspektif bahwa keluarga unit dasar untuk keperawatan individu dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, relasi, lingkungan, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, lingkungan, tipe keluarga dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert & Thomas 1999; Friedman dkk, 2003). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing, salah satunya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang didasarkan pada Friedman model. Pengkajian dengan model ini, melihat keluarga dengan subsistem dari masyarakat (Friedman dkk, 2003; Allender dan Spradley 2005). Proes keperawatan keluarga dengan fokus pada keluarga sebagai klien ( family-centered nrsing ) , meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. 1)
Asuhan keperawatan keluarga, difokuskan pada peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga, melalui perbaikan dinamika hubugan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang terdiri dari efeksi, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga, untuk dapat merawat anggota keluarganya yang sakit dan bagi anggota keluarga yang lain agar tidak tertular penyakit, serta adanya interdependensi antar 25
anggota keluarga sebagai suatu system, dan meningkatkan hubungan keluarga dengan lingkungannya (Friedman dkk, 2003) 2)
Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga memandirikan keluarga dalam melakukan pemeliharaan kesehatan para anggotanya, untuk itu keluarga harus melakukan
5
tugas
kesehatan
keluarga,
diantaranya
yaitu:
mampu
memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, mampu merawat anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan
kesehatan,
mampu
mempertahankan suasana di rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan anggota keluarga; mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Bailon dan Maglaya dalam Freeman, 1981). Keluarga merupakan suatu sistem, dimana jika salah satu anggota keluarga bermasalah, akan mempengaruh sistem anggota keluarga yang lain, begitupun sebaliknya (Stanhope & Lancaster, 2004). Masalah individu dalam keluarga diselesaikan melalui intevensi keluarga diselesaikan melalui keterlibatan aktif anggota keluarga lain. Dengan demikian, melaluai intervensi keluarga, yakini keluarga yang sehat, maka akan membuat komunitas atau masyarakat menjadi sehat, karena keluarga merupakan subsistem dari komunitas (Friedman dkk, 2003; Stanhope & Lancaster, 2004). 3)
Ada beberapa alasan mengapa keluarga menjadi salah satu sentral dalam perawatan yaitu: (1) keluarga sebagai sumber dalam perawatan kesehatan; (2) masalah kesehatan individu akan berpengaruh pada anggota keluarga yang lainnya; (3) keluarga merupakan tempat berlangsungnya komunikasi individu sepanjang hayat, sekaligus menjadi harapan bagi setiap anggotanya; (4) penemuan kasus-kasus suatu penyakit sering diawali dari keluarga; (5) anggota keluarga lebih mudah menerima suatu informasi, jika informasi tersebut didukung oleh anggota keluarga lainnya, dan (6) keluarga meruakan support sytem bagi individu (Friedman dkk, 2003). Pendekatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan, yang terdiri dari pengkajian individu dan keluarga, perumusan diagnosis keperawatan, penyusunan rencana asuhan keperawatan,
26
pelaksanaan dan evaluasi dari tindakan yang telah dilaksanakan (Friedman dkk, 2003).
1. Pengkajian
Adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mendapatkan informasi secara terus-menerus, terhadap anggota keluarga yang dibinanya. 2. Diagnosis keperawatan
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian, selanjutnya dianalisis,
sehingga
dapat
dirumuskan
diagnosis
keperawatannya.
Rumusan diagnosis keperawatan keluarga ada tiga jenis, yaitu diagnosis aktual, resiko dan potensial. Etiologi dalam diagnosis keperawatan keluarga didasarkan pada pelaksanaan lima tugas kesehatan (Friedman dkk, 2003). 3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari, penetapan tujuan yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, dilengkapi dengan kriteria dan standar serta rencana tindakan. Penetapan tujuan dan rencana tindakan dilakukan bersama dengan keluarga, karena diyakini bahwa keluarga bertanggung jawab dalam mengatur kehidupannya, dan perawat mambantu menyediakan informasi yang relevan untuk memudahkan keluarga mengambi keputusan (Carey, dikutip dalam Friedman dkk, 2003). 4. Implementasi
Implementasi keperawatan dinyatakan untuk, mengatasi malasah kesehatan dalam keluarga dan ditujukan pada, lima tugas kesehatan keluarga dalam rangka menstimulasi kesadara atau penerimaan keluarga mengenai malasalah kesehatannya. Disamping itu menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, memberi kemampuan dan kepercayaan diri pada keluarga, dalam merawat anggota keluarga yang sakit, serta membantu keluarga menemukan bagaimana cara membuat lingkungan menjadi sehat, dan memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yag tersedia (Bailon & magalaya, dikutip dalam Freman 1981; Friedman dkk, 2003). 27
5. Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk menilai tingkat kognitif, afektif dan psikomotor keluarga (Friedman dkk, 2003). Evaluasi perlu pada setiap tindakan, untuk mengetahui apakah suatu tindakan keperawatan tidak diperlukan lagi, menambah ketepat-gunaan dari tindakan yang dilakukan dan perlunya tndakan keperawtan lain untuk menyelesaikan masalah. Proses evaluasi yang digunakan peneliti untuk menilai tingkat kemandirian keluarga, berdasarkan kriteria keluarga mandiri dari Depkes R.I (2006). Kriteria ini akan dibahas lebih mandalam pada konsep kemandirian keluarga merawat anggota keluarga yang menderita pasca stroke. Pengkajian terhadap keluarga
Mengidentifikasi data sos-bud, data Susu lingkungan, struktur dan fungsi, stress keluarga dan koping strategis
Pengkajian anggota keluarga secara individual Mental, fisik, emosional, sosial dan spiritual.
Identifikasi masalah-masalah keluarga dan individu Diagnosis keperawatan
Rencana keperawatan
Sususn tujuan, identifikasi sumber daya, definisikan pendekatn alternatif, pilih intervensi keperawatan, susun prioritas
Intervensi; implementasi rencana
Evaluasi keperawatan
Skema 2.2 Model family-centered nursing, (Friedman dkk, 2003)
28
2.3.2 Model integrasi self care model dan family-centered nursing model Fokus pengkajian pada family centered nursing untuk mendapat informasi, sejauh mana peran keluarga (care giver ) dalam merawat anggota keluarga pasca stroke. Pengkajian yang dilakukan adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam melakukan terapi latihan/latihan mobilisasi pada anggota keluarga yang pasca stroke. Sedangkan fokus self care ditujukan untuk mendapatkan informasi sejauh mana peran keluarga (care giver ) mengetahui tanda dan gejala stroke, resiko stroke, dampak stroke, cara pencegahan agar tidak terjadi serangan stroke ulangan dan kemampuan
merawat anggota keluarga pasca stroke dalam
melakukan aktifitas sehari-hari(ADL). Setelah dilakukan pengkajian terhadap anggota keluarga sebagai care giver , maka perawat akan menetukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi kesehatan keluarga, dari hal tersebut perawat sebagai nursing agency akan melakukan perencanaan dan berespon pada keluarga berupa: (1) mempertahankan hubungan interpersonal (2) berespon pada pertanyaan kelarga dan (3) koordiasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari. Tahap selanjutnya perawat melakukan implementasi dengan cara edukasi suportif. Pada tahap ini peran perawat adalah sebagai pendidik/trainer, dalam meningkatkan kemampuan keluarga sebagai self care agency/care giver . Dengan demikian baik pasien, keluarga (care giver ) maupun perawat komunitas akan bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan melalui pendekatan proses keperawatan. Pada fase ini keluarga (care giver ) belajar melakukan tindakan merawat anggota keluarga yang pasca stroke yang diaplikasikan kedalamkegitan sehari-hari. Fase selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kemampuan keluarga, berdasarkan 5(lima) tugas kesehatan keluarga yaitu: (1) mengenal masalah keehatan setiap anggota keluarganya (2) mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarganya (3) merawat anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan,(4) mempertahankan suasana rumah yang sehat atau memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga (5) memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnay (Bailon dan Maglaya dalam Freeman, 1981). Namun pada tahap evaluasi ini digunakan dengan mengintegrasikan 29
indikator keluarga mandiri yang dikeluarkan d oleh Depkes tahun 2006, hal ini disebabkan oleh karena indikator tersebut tahap-tahapnya hampir sama dengan 5(lima) tugas kesehatan keluarga namun ditambah dengan menerima petugas kesehatan, karena keluarga akan meningkat kemandiriannya dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga lainnya jika terlebih dahulu menerima petugas kesehatan. Integrasi
dari
kedua
model
ini
merupakan
suatu
program
yang
memberdayakan anggota keluarga melalui pendidikan kesehatan dan pelatihan yang diberikan oleh perawat komuntas kepada anggota keluarga yag bertanggung jawab dalam merawat anggota keluarganya yang pasca stroke. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa keyakinan untuk melakukan perawatan rutin timbul karena merasakan manfaat dari tindakan tersebut, sehingga keluarga (care giver ) dengan anggota keluarga yang pasca stroke dapat melaksanakan perawatan diri secara teratur. Fokus utama model integrasi self care dan family centered nursing adalah care giver dapat merawat anggota keluarganya yang pasca stroke, melakukan latihan untuk mobilisasi dan memotivasi untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Model ini merupakan cara terbaik dalam upaya memandirikan keluarga merawat anggota keluarga pasca stroke di rumah.
30
Integrasi model self care dan family-centered nursing dalam meningkatkan kemandirian keluarga merawat keluarga yang pasca stroke dapat dijelaskan sebagai berikut : Family-contered nursing model Pengkajian
Kemampuan melakukan latihan modelisasi
Ketidakmampuan keluarga melaksanakan fungsi kesehatan keluarga
Self care model Self care Agency :
Pengetahuan tentang dampak stroke Kemampuan memotivasi melakukan ADL
Konditioning factor
Perencanaan Nursing agency 1. Mempertahankan hubugan interpersonal 2. Berespon pada pertanyaa keluarga 3. Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari
Umur Jenis kelamin Kepercayaan Dukungan keluarga
Nursing sistem Dalam bentuk edukasi suportif Trainer Keluarga
Implementasi
Pasien Evaluasi 1. Kemampuan keluarga untuk merawat dan memotivasi untuk ADL 2. Kemampuan keluarga untuk melakukan mobilisasi
Keluarga mandiri dalam merawat anggota keluarga yang pasca stroke
Gambar 2.3 integrasi model self care dan family-centered nursing (di adaptasi dari Orem 2001; Tomey dan Alligood 2002, 2006; Friedman dkk, 2003).
31
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Aspek Multidimensional Telenursing
3.1.1 Falsafah dan paradigma keperawatan 1) Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan. Dalam dunia keperawatan, komunikasi bahkan merupakan alat bagi perawat dalam melaksanakan seluruh kegiatan keperawatan. Pelaksanaan telenursing membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik, seperti halnya komunikasi langsung atau tatap mata, dengan bantuan saluran elektromagnetika. Kemampuan komunikasi merupakan kunci sukses dalam melakukan telenursing. Tujuan komunikasi dapat dicapai apabila perawat mengenal diri sendiri dan mengenal pasien yang akan diajak berhubungan serta menggunakan dirinya secara efektif 2) Dalam pelaksanaannya, diperlukan perawat yang memiliki kompeten sehingga mempunyai kewenangan mulai dari menganalisa data, membuat keputusan dan memberikan bantuan sesuai dengan area kewenangan perawat. Jadi yang berhak melaksanakan adalah perawat yang telah terigistrasi oleh organisasi profesi. 3) Menghargai otonomi individu adalah dasar melakukan kegiatan ini, termasuk menghormati privacy pribadi, kerahasiaan, persetujuan yang diberitahukan, dokumentasi dan keamanan informasi selama pelayanan telenursing Semua kegiatan komunikasi ditujukan untuk membantu memperbaiki status kesehatan pasien dan tujuan akhir dari pelaksanaan telenursing ini adalah untuk mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
3.1.2 Perkembangan terkini Gaya hidup manusia saat ini tidak bisa lepas dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang teknologi. Berbagai 32
kemudahan dalam menjalani hidup ditawarkan oleh piranti-piranti hasil dari kemajuan teknologi. Perkembangan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi berdampak terhadap dunia kesehatan, dimana penggunaan teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam mendukung perkembangan pelayanan kesehatan. Tantangannya adalah bagaimana perawat, juga sebagai tim pelayanan kesehataan mampu menguasai dan memanfaatkan perkembangan IPTEK terkini dalam meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan khususnya dalam pelayanaan keperawatan medikal bedah. Terkini, kebutuhan layanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang cepat, efisien, dan efektif merupakan tuntutan masyarakat modern saat ini. Perawat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dengan perkembangan teknologi, sangat memungkinkan perawat memiliki
inovasi
dalam
pelayanan
keperawatan,
khususnya
pelayanan
keperawatan di rumah menggunakan konsep telenursing . Telenursing , adalah suatu model sistem pelayanan keperawatan yang diberikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dibidang informassi karena keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena tujuan efektifitas dan efisiensi yang memungkinkan pasien untuk tidak harus datang ke tempat-tempat pelayanan kesehatan. Hal ini seolah menjawab tuntutan masyarakat terkini agar perawat mampu profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi dibidang kesehatan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi dibidang kesehatan terutama pelayanan keperawatan, dimana pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan dapat berasal dari berbagai kalangan dalam “dunia maya”, dapat terakses pelayanan keperawataan jarak jauh dimanapun klien dan perawat berada. Telenursing telah berhasil dinegara dengan laju pertumbuhan yang tinggi karena beberapa faktor yaitu penghematan dalam biaya kesehatan, peningkatan angka penuaan dan penduduk dengan penyakit kronik serta peningkatan cakupan kesehatan jarak jauh, pedesaan dan daerah terpencil. Telenursing dapat membantu menyelesaikan kekurangan perawat, menurunkan jarak, waktu kunjungan dan menjaga pasien yang sudah keluar dari rumah sakit .
33
Di Indonesia sendiri telenursing baru diterapkan disalah satu universitas negeri terkemuka di Indonesia yakni Universitas Gajah Mada. Telenursing yang ada di UGM melalui program e-learning atau model e-lisa yang terintegrasi di semua fakultas UGM. Seperti untuk perawatan luka bisa dilihat di e-lisa UGM studi
dengan
terlebih
dahulu
menjadi
anggota.
Telenursing juga dapat memberikan kesempatan kerja kepada perawat yang memiliki pengalaman klinik namun perawat tersebut telah pensiun atau tidak bekerja lagi disebuah institusi pelayanan kesehatan ataupun dirumah sakit. Keefisienannya dapat dilihat dari untuk mengurangi resiko terjangkitnya infeksi nosokomial atau infeksi yang berasal dari rumah sakit dan dapat memberikan kenyamanan ruang dan waktu bagi pasien, keluarga pasien, dan perawat.(Unggul 2009).
3.1.3 Kebijakan Dasar hukum terkait pelayanan keperawatan atau kesehatan dengan menggunakan telenursing tertulis pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) nomor 192/menkes/SK/IV/2012 tentang roadmap rencana aksi penguatan sistem informasi kesehatan Indonesia. Produk kebijakan ini mempertimbangkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor. Berdasar hal tersebut diatas, kelompok mengasumsikan bahwa model pelayanan keperawatan dengan telenursing dilindungi dan diharapkan penggunaannya dalam pelayanan kesehatan oleh undang-undang. Selain itu, terkait dengan peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan
34
malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah: 1) Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga. 2) Pasien
yang
mendapatkan
intervensi
melalui
telehealth
harus
diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya. 3) Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email. 4) Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
3.1.4 Program pemerintah Aplikasi telehealth dalam keperawatan, dapat dikembangkan di Indonesia. Peluang tersebut ada karena saat ini pemerintah khususnya Departemen Kesehatan,
dalam hal ini sebagai tangan kanan pemerintah dalam upaya
penanganan masalah kesehatan masyarakat Indonesia juga sedang menggencarkan program Sistim Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Peluang untuk pengembangan sistem informasi, termasuk juga aplikasi telehealth dan te lenursing
35
bisa kita lihat dari pengalaman beberapa negara yang sudah mengembangkan, ternyata didapatkan banyak keuntungan dan manfaat yang bisa diperoleh. Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing (Bureau of Labor Statistics, 2001). Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan telenursing. Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 – 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien seharinya (Wooten et all, 1998) Telenursing dapat mengurangi jumlah home visit dengan telehomecare visit (Britton ett all,1999). Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang setengahnya ( WHO, 1999). Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. (Thome,M. and Adler. B A, 1999) Beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin dengan eklamsia Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer.
36
Yun dan Park (2006) meyatakan bahwa ada beberapa factor penting yang mempengaruh implementasi telenursing. Diantaranya aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Manajemen dan supervisi pelayanan pemerintah merupakan hal penting dalam kontrol kualitas dan kelangsungan telenursing. Dalam implementasi telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di home care. Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing , perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system komunikasi yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung menggunakan system transmisi elektronik. Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video
37
conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis (AHRQ, 2000). Pemanfaatan tekhnologi telenursing mempunyai banyak manfaat dan keuntungan bagi berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan pemerintah. Aspek kemudahan dan peningkatan jangkauan serta pengurangan biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat secara langsung. Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam bidang keperawatan banyak sekali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku.
3.1.5 Sosial Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan merupakan hal penting dalam
seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, implementasi telenursing . Kerja sama dan
koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing . Selain itu perlu dipertimbangkan terkait hubungan perawat dan klien, selama ini hubungan yang terapeutik terwujud ketika perawat memberikan perawatan secara langsung kepada klien, pada praktik telenursing perawat 38
membangun komunikasi dan hubungan terapeutik melalui telekomunikasi. Dalam hal ini perawat saat melakukan pengkajian, implementasi dan evaluasi harus memiliki unsur : kepercayaan, rasa hormat, empati, serta mempertimbangkan unsur budaya klien termasuk bahasa, agama, kebutuhan psikososial dan keinginan, agar tercipta hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Sisi lain secara geografis Indonesia tediri dari ribuan pulau yang letaknya berjauhan dengan kondisi beberapa daerah belum
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang memadai. Telenursing diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia. Tentu saja hal ini memerlukan kebijakan pemerintah terkait dengan sistem tehnologi dan informatika, diperlukan pengadaan perangkat dan sistem yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia.
3.1.6 Budaya Dalam telenursing biasanya penelepon bukan pasien yang sebenarnya, tetapi kerabat dekat. Mungkin orang tua memanggil nama anak yang sakit atau istri meminta suaminya. Para telenurses mendapat pengalaman dilema etika dalam situasi yang terakhir adalah konflik antara otonomi pasien dan kerabat. Perawat selalu berusaha untuk berbicara dengan pasien sendiri, tetapi ketika itu tidak mungkin dia harus berjalan garis tipis antara bantuan dan hormat. Seperti contoh di Swedia adalah sebuah masyarakat multikultural dan beberapa telenurses telah mengalami konflik etika jenis ini dalam kaitannya dengan pertemuan lintas budaya. Sebagai contoh, perempuan muda dari apa yang disebut budaya terkait kehormatan terkadang tidak diperbolehkan untuk menghubungi layanan kesehatan sendiri, dan dengan demikian percakapan harus melalui pihak ketiga, yang pada gilirannya dapat menciptakan dilema etika untuk telenurse tersebut. Sama halnya di Indonesia, dengan beraneka ragam bahasa dan budaya juga dapat menghambat interaksi antara perawat dengan pasien atau keluarga dalam berkomunikasi.
3.1.7 Lingkungan Dari aspek lingkungan telenursing tidak hanya mencakup lingkungan pasien tapi juga lingkungan perawat. Dengan adanya telenursing lingkungan pasien harus 39
terhubung dengan sistem komunikasi yang memadai. Keluarga pasien adalah lingkungan yang juga perlu pembelajaran apa dan bagaimana telenursing . Karena penerapan telenursing melalui pendekatan keluarga maka keluarga adalah harus terlibat dalam prosedur pelaksanaan telenursing. Lingkungan perawat juga harus dipersiapkan. Lingkungan perawat meliputi hubungan perawat-perawat, perawat-tim medis, perawat-alat. Dalam pelaksanaan telenursing perawat tidak bekerja sendiri tapi berhubungan dengan sesama perawat yang harus berkoordinasi terkait dengan perawatan yang diberikan. Hubungan perawat dokter dalam memberikan pelayanan telenursing dan homecare juga perlu dipelihara dengan baik untuk tujuan bersama yaitu kesehatan/kesembuhan pasien. Hubungan yang baik akan menciptakan suasana yang kondusif dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat dan tim telenursing harus mengenal dengan baik sarana komunikasi yang digunakan. Perawat
diharapkan
mampu
mengatasi
adanya
gangguan
terkait
sarana
komunikasi yang digunakan. Gangguan dalam berkomunikasi dapat berakibat yang membahayakan pasien sehingga hal ini harus bisa segera teratasi. 3.1.8 Ekonomi Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan telenursing dan Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk mengaktifkan telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan. Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing. Akan tetapi apabila sarana dan prasarana telenursing sudah tersedia, hal ini akan sangat membantu pasien dan keluarga, karena dari segi biaya kesehatan yang dikeluarkan akan lebih kecil dan akses perawatannya lebih mudah. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan
40
ke pelayanan kesehatan (dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
3.2 Implikasi dalam Praktik Keperawatan
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan. Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.
41
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Walaupun di Indonesia masih belum teraplikasikannya telenursing ini dengan optimal namun telenursing sebenarnya sangat memudahkan akses ke pelayanan kesehatan yang berkenaan dengan populasi yang jauh dari pelayanan (under-serviced) seperti halnya memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau individu dengan permasalahan kesehatan kronis. Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa telenursing merupakan salah satu alternative yang bisa digunakan dalam layanan kesehatan dan keperawatan pada saat pasien tidak mungkin untuk datang langsung menemui layanan kesehatan dan keperawatan baik untuk alasan jarak yang jauh ataupun ingin mengefesien dan mengefektifkan waktu dalam perjalanan.
4.2 Saran
1. Hendaknya telenursing dapat dikembangkan di Indonesia dengan mempertimbangkan aspek multidimensial. 2. Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat telenursing, menuruti anjuran dari perawat, membantu dalam proses tindakan keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari perawat.
42
DAFTAR PUSTAKA
AHRQ /Agency for Health Care Research and Quality. 2000. The Characteristics of Long-Term Care Users. Rockville, M.D: AHRQ. Britton, B.P., Keehner Engelke, M., Still, A.T. & Walder, C.M., 1999. Innovative Approaches to Patient Care Management Using TeleHomecare. Home Health Care Consultant , 6(12), pp. 11-16. Bureau of Labor Statistics. (2001). Occupational Health Handbook. Washington, D.C.: U.S. Department of Labor. http://stats.bls.gov/oco/ocos083.htm Bohnenkamp K.S. Lopez. A.M. Blackett A. Traditional Versus Telenursin Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomies. Oncology Nursing Forum. 31;5. Clark R. A, Yallop J, Wicket D, et al. 2006. Nursing Sans Frontieres: Three Year Case Study of Multy-State Registration to Support Nursing Practice Using Information Technology. Australian Journal of Advance Nursing. 24;1. Dep.Kes, 1999, Penggunaan Tekhnologi Informasi Bidang Kesehatan, available from web http://www.hakli.or.id/modules.phpop=modload&name=News&file=articl e&sid= Fairchild L.S, Elfrink V, Dieckman A. 2006. Patient Safety, Telenursing and Telehealth. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. ch48 Hartford Kathleen. 2005. Telenursing and Patients’ Recovery from Bypass Surgery. Journal of Advance Nursing . 50; 5; 459-468. Hoglund A.T. 2007. Ethical Dilemmas in Telenursing. Journal of Clinical Nursing. 16; 1865-1871. Available from: http://www.crb.uu.se/research/clinical-ethics/telenursing.html Jackson S. 2008. Technology Study Show Growing Use, Increase Satisfaction with Telehealth. Hospital Home Health. 25;5;61-72. Available from: www.ahcmedia.com/online.html. Martono.(2006). Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh) "Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang Indonesia Sehat 2010" dalam http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name=News&file=article&sid=71, diperoleh tanggal 02 Oktober 2013
43