KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN PROGRAM PASCA SARJANA (S2) TEKNIK GEOLOGI
MAKALAH
“TEKTONIK NUSA TENGGARA”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan penyusunan tugas mata kuliah Geotektonik berupa makalah yang berjudul Tektonik Nusa Tenggara . “
”
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam menyusun tugas makalah ini, antara lain : 1. Bapak Dr. Ir.
Musri Ma’waleda ,
MT dan Dr. Eng. Asri Jaya HS., ST. MT selaku
dosen pengasuh matakuliah Geotektonik.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ........................................... .................................................................. ......................................... ..................
i
DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ................................. ...........
ii
DAFTAR GAMBAR .......................................... ............................................................... ............................................ .......................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................ .................................................................. ......................... ...
1
BAB II
TEKTONIK NUSA TENGGARA ........................................... ...........................................
6
2.1
Tatanan Tektonik Nusa Tenggara ........................................... ............................................... ....
6
2.2
Daerah Busur Dalam .......................................... ............................................................... ......................... ....
7
2.3
Daerah Busur Belakang ............................................ .............................................................. ..................
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1
Penampang tektonik Pulau Timor (Indonesia (Indonesia bagian Timur)................. Timur).................
2
1.2
Penampang tektonik Pulau Timor (Indonesia (Indonesia bagian Timur).................. Timur)..................
3
1.3
Tektonik regional kawasan Indonesia bagian Timur................................
5
2.1
Tektonik regional Nusa Tenggara..................... Tenggara............................................................
11
2.2
Vulkanisme dan relasi tektonik Indonesia pada Kenozoikum Akhir – sekarang..................................................................................................
13
2.3
Zona kolisi Sulawesi-Maluku dan subduksi Banda................................... Banda...................................
14
2.4
Distribusi kerak benua Pre-Tersier kawasan Indonesia bagian Timur.....
15
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia bagian Timur terbentuk melalui proses geologi yang kompleks, akibat konvergensi tiga lempeng utama yaitu lempeng Pasifik barat bergerak relatif ke arah barat, lempeng Australia bergerak relatif ke utara dan lempeng Eurasia yang relatif pasif. Proses-proses geologi yang berlangsung tersebut antara lain berupa proses opening dan rifting (bukaan), spreading (pemisahan), drifting (pergeseran), subduksi dan tumbukan (collision) antar busur atau antara busur dengan kerak benua ( arc-
2
Besi dan blok Banda, yang kesemuanya bergerak ke arah barat dan berkumpul dengan Asia bagian Tenggara sebagai mikrokontinen (Hamilton, 1979). Daerah Sulawesi dan laut Banda di Indonesia bagian Timur tampaknya merupakan titik pusat dari konvergensi antara tiga lempeng : lempeng Samudera Pasifik yang mengarah ke barat, lempeng kontinen Australia yang mengarah ke utara dan lempeng kontinen Eurasia yang ada pada utara dan barat. Price dan Audley-Charles (1987) menjelaskan bahwa decoupling dimulai sekitar 3 – 5 juta tahun yang lalu. Sejak itu imbrikasi di batas kontinen
3
4
dan cekungan cekungan kecil. Secara fisografi, kepulauan ini dibatasi pada bagian barat oleh Kepulauan Jawa, di timur oleh Busur Banda, pada bagian utara oleh Laut Flores dan dibagian selatannya oleh Samudera India. Secara geologi kepulauan Nusa Tenggara terletak di bagian tengah Busur Banda, yang berasal dari gunung api muda dan membentuk lingkaran kepulauan. Berdasarkan teori tektonik lempeng, kelompok gunung api yang terdapat di Nusa Tenggara ini dihasilkan d ihasilkan oleh subduksi dari lempeng oseanik Indo-Australia
dan
diinterpretasikan
bahwa
sumber
magma
yang
membentuknya terletak pada kedalaman ±165 – 200 km (Hamilton 1979). Nusa Tenggara merupakan bagian dari sistem subduksi yang aktif hingga
5
BAB II TEKTONIK NUSA TENGGARA
2.1. Tatanan Tektonik Nusa Tenggara
Sistem tektonik ini membentang sejauh 118° – 122° bujur timur, dimana bagian kompleks dari punggungan terluar adalah adanya kehadiran Pulau Sumba (Gambar 2.1 dan 2.4), bagian dari Paparan Sunda-Sulawesi sebelum bergerak pada saat terjadi spreading di busur belakang di cekungan Flores (Miosen), hal ini dibuktikan dengan dijumpainya subduksi yang masih berhubungan erat dengan yang terjadi di pulau ini (Hamilton, 1979).
7
sedangkan pada tubuh bagian utara busur, yaitu di sepanjang sisi selatan Pulau Seram dan Buru, cekungannya relatif lebih sempit. Berdasarkan teori tektonik lempeng, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi empat satuan tektonik, yang dijumpai utara dan selatan, yaitu; a.
Kelompok Busur Belakang; terletak pada Laut Flores
b.
Kelompok Busur Dalam; disusun oleh kelompok kepulauan gunung api diantaranya, Bali, Lombok, Sumbawa, Komoda, Rinca, Flores, Adonoro, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar.
c.
Kelompok Busur Luar; yang dihasilkan oleh pulau non vulkanik yaitu
8
Banda dengan busur gunung api Jawa-Sumatera, yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. van Bammelen (1949) membagi gugusan gunung api ini menjadi dua bagian bagian yaitu bagian barat barat dan timur (Hamilton, 1979). Bagian timur (dari Romang sampai Komodo) mewakili busur dalam gunung api dari orogenesa Timor, sedangkan bagian barat (dari Sumbawa dan Bali) merupakan sistem pegunungan Jawa - Sunda. Karakteristik daerah busur dalam antara lain, yaitu; Disusun oleh batuan yang berumur Miosen, dimana batuan ini
9
dan Soromundi dengan puncak berbentuk kerucut terpancung yang merupakan gunung api berumur Kuarter. Dijumpai batas jalur gunung api diantara gunung api Sumba paling timur
dan jalur gunungpi aktif Flores. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat sebuah transcurrent fault yang besar, memotong busur antara Pulau Sumbawa dan Flores. Transcurrent fault ini ini merupakan batas yang memisahkan antara Busur
sunda Timur dan Barat ( Sumba Fracture). Dijumpai Faulting dan folding yang menyebabkan deformasi kuat pada
bagian timur Cekungan Lombok dan dicirikan oleh sesar-sesar blok,
10
Merupakan back-arc thrusting dimana pada daerah ini telah diusulkan
beberapa
hipotesa
tentang
proses
pembentukan
dan
driving
mechanism-nya. Gaya gravitasi merupakan mekanisme gerak, gravity spreading sebagai
hasil dari relief yang ada atau injeksi magma di dalam busu r gunung api, dan subduksi dengan kemiringan sudut rendah dihasilkan dalam backarc thrusting dan collisional stress . Dijumpai dua daerah utama pada busur belakang dari Kepulauan Nusa
Tenggara dimana back arc thrusting terjadi (Silver et. al., 1986; Prasetyo dan Dwiyanto, 1986 dalam Prasetyo, 1992) yaitu; Wetar bagian utara
11
Sedimen pada daerah foreland-basin dengan kedalaman 2.000 – 5.000 m berupa cekungan dengan ketebalan yang relatif dangkal. Perhitungan isostatic menunjukkan bahwa kerak di bagian bawah Cekungan Bali
merupakan jenis transisi dengan ketebalan atau kepadatan antara material yang berasal dari kerak samudera dan benua, hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kerak di wilayah ini sebagian besar terbentuk dari subduksi melange pada Kapur Akhir – Tersier Awal. Pada bagian bawah cekungan outer-arc tersusun dari kerak samudera (Purdy et. al ., ., 1977 dalam Hamilton, 1979).
12
Berikut beberapa aspek tektonik yang berkaitan dengan Kepulauan Nusa Tenggara; Kepulauan ini merupakan hasil dari subduksi dari Lempeng Indo-
Australia kebawah Busur Banda-Sunda selama Tersier Akhir dimana subduksi ini terjadi di bagian dalam dari busur gunung api Kepulauan Nusa Tenggara. Busur gunung api yang ada pada bagian timur wilayah Sunda Shelf , yang
langsung berbajtasan dengan kerak oseanik, dibatasi oleh kerak oseanik dikedua sisinya. Bagian ini mempunyai lava dengan karakteristik kimia yang dapat dibedakan dengan busur b usur gunugapi di bagian baratnya (Katili,
13
lebih cenderung ke arah barat dari Wetar, dan pergerakan strike-slipnya bertambah besar ke arah timur.
relasi tektonik Indonesia pada Kenozoikum Gambar 2.2 Vulkanisme dan relasi Akhir – sekarang (Katili, 1975).
14
Australia kini bergerak relatif ke utara menunjam di bawah Pulau Timor (Hamilton, 1979).
15
Variasi pecahan sekis dan fragmen ofiolit.
Pada tahun 1941 di daerah yang sama, van West memetakan melange yang menyebar ke arah timur laut (Hamilton, 1979). Kompleks tersebut secara acak terdiri dari lensa batuan sedimen klastik terrigenous, sedimen pelagis berumur Kapur, Trias, Eosen, dan batugamping laut dangkal berumur Miosen Awal, semua fragmen terletak di antara lensa dari sekis dan ofiolit yang berukuran lebih besar.
16
Kompleks batuan berumur Miosen Akhir – Pleistosen Awal, umumnya memiliki ketebalan ±2.000 m, dan membentuk Sabuk tidak selaras di bagian tengah dan beberapa di bagian selatan Pulau Timor. Meski berumur relatif muda, bagian lapisan bawah merupakan kontak tidak selaras terhadap kompleks melange dan memberikan informasi mengenai mekanisme deformasi di Pulau TImor. Pada akhir Miosen Tengah, pengendapan terus berlangsung hingga kedalaman laut menjadi semakin dangkal sep erti saat ini (Hamilton, 1979).
17
Pulau-pulau kecil yang berada di atas dari punggungan outer-arc dekat Pulau Timor umumnya tersusun oleh jenis batuan yang mirip dengan batuan penyusun Pulau Timor. Kemungkinan pulau-pulau tersebut tersusun dari kompleks imbrikasi dan melange (Hamilton, 1979). Di sepanjang busur vulkanik dalam Pulau Timor tidak dijumpai gunung berapi aktif. Namun, beberapa pulau lain seperti Pulau Alor, Kambing, Wetar, dan Roma memiliki aktivitas vulkanik yang masih berlangsung hingga sekarang. Daerah selatan subduksi ditandai dengan geometri di sepanjang dasar palung bagian utara dari punggungan gunung berapi yang telah non aktif dan kemungkinan telah menghasilkan perubahan/penurunan densitas
18
intervensi
cekungan
yang
sempit
dan
dangkal.
Brouwer
(1919)
mengemukakan bahwa pegunungan luar dan dalam yang berada di sistem ini, bergerak bersama-sama (dalam Hamilton, 1979). Pergerakan tersebut dapat dijelaskan oleh subduksi dari bagian bawah cekungan outer-arc baik pegunungan vulkanik atau outer-arc itu sendiri.
19
Gambar 2.7 Rekonstruksi tektonik lempeng kawasan Indonesia bagian Timur (Price and Audley-Charles, 1987).
20
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum, kondisi tektonik Nusa Tenggara dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pada Kala Miosen, lempeng Indo-Australia bertumbukan dan menunjam ke bawah busur gunungapi Sumatera-Jawa, bagian barat Irian dan blok Timor-Seram yang terletak di ujung bagian utara kontinen Australia – Papua Nugini Selatan, bertabrakan dengan Indonesia pada Kala Pliosen. 2. Nusa Tenggara merupakan daerah di antara Kepulauan Jawa bagian
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, W., 1979. Tectonics of the Indonesian Region, United States Geological Survey, Washington. Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps of Indonesia, Journal of Earth Sciences, Elsevier Publishing Company., Amsterdam, p. 143-163. Katili, J.A., 1975. Volcanism and plate tectonics in the Indonesian Island Arcs, Journal of Tectonophysics, Elsevier Scientific Publishing Company., Amsterdam, p. 165-188. his tory of the New Pigram, C.J. and Davies, H.L., 1987. Terranes and the accretion history Guinea orogen, BMR Journal of Australian Geology & Geophysics Volume 10 number 3, Department of Primary Industries and Energy, Northfield Australia, p. 193-211.
L A M
Peta Tektonik Regional Nusa Tenggara (Modifikasi dari Hamilton, 1979)