1
STRUKTUR GEOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geologi Indonesia Yang dibina oleh Drs.Mustofa,M.Pd
Oleh Arizky Putra Perdana Zulmi Dian Lisna Wati Muhammad Agung Muhajir Muhammad Ra’ad Assidiqy
130721616011 130721611763 130721611757 130721616013
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI April 2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “STRUKTUR GEOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA” dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Tulisan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia. Selesainya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada: 1. Drs.Mustofa,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Geologi Indonesia yang membimbing dan memberikan arahan kepada penulis. 2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya. 3. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Malang, April 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3 1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 4 1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4 2. PEMBAHASAN .................................................................................................. 5 2.1 Stratigrafi dan Fisiografi Bali ........................................................................ 5 2.2 Stratigrafi dan Fisiografi Nusa Tenggara ...................................................... 12 3. PENUTUP ............................................................................................................ 20 3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20
4
STRUKTUR GEOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Bali dan Pulau Nusa Tenggara merupakan dua buah pulau yang terletak masing-masing di tengah dan di kawasan timur Indonesia. Kedua pulau tersebut memiliki karakteristik yang kompleks, baik dari segi geologis maupun geomorfologisnya. Hal ini dikarenakan kedua pulau tersebut terdiri atas beberapa pulau kecil dan terletak pada beberapa sistem geologis Indonesia. Kedua factor diatas merupakan factor yang saling berkaitan satu sama lain. Bentukan lahan atau fisiografi sangat berkaitan erat dengan kondisi serta aktivitas geologinya, begitu pula pada kedua pulau tersebut. Pengkajian aspek geologi dan geomorfologi suatu kawasan menjadi sangat penting berkaitan dengan pengenalan suatu kawasan, mulai dari tahapan historis, kondisi realita hingga terhadap prediksi maupun prakiraan di masa depan. Selain itu, pengenalan suatu kawasan menjadi sangat penting berkaitan dengan potensi maupun bahaya yang dapat timbul 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Bali? 1.2.2 Bagaimanakah Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Nusa Tenggara? 1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mendeskripsikan Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Bali 1.3.2 Untuk mendeskripsikan Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Nusa Tenggara
5
2. Pembahasan 2.1 Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Bali Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" -8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara bagian tengah dan dikelilingi oleh laut. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Utara
: Laut Bali
Timur
: Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)
Selatan
: Samudera Indonesia
Barat
: Selat Bali (Propinsi Jawa Timur) Menurut Dena, Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan
kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529 km (Dena, 2012:1-2). Stratigrafi Pulau Bali Struktur geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah
6
pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan. Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah. Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam Dena (2012), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
7
Formasi Ulakan Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu. Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip. Formasi Selatan Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida. Formasi Batuan Gunung api Pulaki Klompok batuan ini berumur pliosen, merupakan klompok batuan beku yang umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.
8
Formasi Prapatagung Kelompok batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir gampingan dan napal. Formasi Asah Klompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana pengendapan laut. Formasi batuan gunungapi kuarter bawah Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api. berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan. Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut. Formasi batuan gunungapi kwarter Kegiaan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan
9
gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.
Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony Purnomo, (2010). Kala Geologi Kwarter
Formasi Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai, tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang, Gunung Lesung Lava dari Gunung Pawon Batuan dari gunung api Gunung Batukaru Batuan gunung api Gunung Agung Batuan gunung api Gunung Batur Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur
Kwarter bawah
Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir, batu gamping terumbu Batuan gunung api Gunung Sraya Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufa dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan batuan yang tergabung
Pliosen
Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung, dengan isian rekahan bersifat gampingan
10
Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan, Napal Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi Miosen - Pleosen
Formasi Selatan: terutama batugamping
Miosen Tengah-Atas
Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir
Miosen Bawah-Atas
Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa dengan sisipan batuan gampingan
Fisiografi Pulau Bali Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi sebagian besar wilayah. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung (3.142 m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya mencapai ketinggian antara 1.000 – 2.000 m. Rantai pegunungan yang membentang di bagian tengah Pulau Bali menyebabkan wilayah ini secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dari kaki perbukitan dan pegunungan dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian besar terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 – 2 % sampai dengan 15 – 40 %. Selebihnya adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %( Purnomo, 2010). Sebagai salah satu kriteria untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan, maka lahan dengan kemiringan di bawah 40 % pada umumnya dapat diusahakan asal persyaratan lain untuk penentuan lahan terpenuhi. Sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40 % perlu mendapat perhatian bila akan dijadikan usaha budidaya. Lahan dengan kemiringan 0 – 2 % mendominasi daerah pantai bagian selatan dan sebagian kecil pantai bagian utara Pulau Bali, dengan luas areal 96,129 ha. Sedangkan lahan dengan kemiringan 2 – 15 % sebagian besar terdapat di wilayah
11
Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, dan sisanya tersebar secara merata di daerah sekitar pantai dengan luas mencapai 132.056 ha. Daerah dengan kemiringan 15 – 40 % meliputi areal seluas 164.749 ha secara dominan terdapat di wilayah bagian tengah Pulau Bali, mengikuti deretan perbukitan yang membentang dari arah barat ke timur wilayah ini. Daerah dengan kemiringan melebihi 40 % merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak pada bagian Pulau Nusa Penida. Ditinjau dari ketinggian tempat, Pulau Bali terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut:
Lahan dengan ketinggian 0 – 50 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan yang cukup landai meliputi areal seluas 77.321,38 ha.
Lahan dengan ketinggian 50 – 100 m di atas permukaan laut mempunyai permukaan berombak sampai bergelombang dengan luas 60.620,34 ha.
Lahan dengan ketinggian 100 – 500 m di seluas 211.923,85 ha didominasi oleh keadaan permukaan bergelombang sampai berbukit.
Lahan dengan ketinggian 500 – 1.000 m di atas permukaan laut seluas 145.188,61 ha.
Lahan dengan ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut seluas 68.231,90 ha.
12
2.2 Stratigrafi dan Fisiografi Pulau Nusa Tenggara Stratigrafi Pulau Nusa Tenggara Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa Tenggara bagian barat (NTB) dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan Sunda Kecil. Secara tarikh geologi dasar, kepulauan Sunda Kecil memiliki proses pembentukan kepulauan yang hampir sama dengan kepulauan-kepulauan lainnya yang ada di Indonesia. Namun kepulauan Sunda Kecil tersebut memiliki kekhasan dikarenakan struktur kepulauannya yang terdiri atas pulau-pulau kecil diantara Bali hingga Timor. Pada dasarnya kepulauan Sunda Kecil merupakan kepulauan hasil bentukan pergerakan lempeng Indo-Australia, yang bergerak kearah utara sehingga mendesak lempeng Eurasia atau lempeng Asia Tenggara. Akibat benturan tersebut, lantai dasar benua yang semula berada bawah rata-rata permukaan daratan, menjadi terangkat dan membentuk gugusan kepulauan Sunda Kecil khususnya Nusa Tenggara. Sedangkan pulau-pulaunya memiliki karakteristik yang massif pada bentukan lahan vulkanik, bahkan cenderung masih aktif. Menurut Verstappen, Hal ini dikarenakan kepulauan Sunda Kecil dilewati oleh jalur pegunungan Busur Sunda (Mediteran) (Verstappen, 2013:Geomorphological Map). Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang berada diantara bagaian timur Jawa dan kepulauan Banda. Secara fisik, Nusa Tenggara terdiri atas pulau-pulau kecil, basin, lembah, serta sungai. Berdasarkan batas relatifnya, Nusa Tenggara dapat dijabarkan sebagai berikut: Utara
: Laut Flores
Selatan
: Samudra Hindia
Barat
: Jawa dan Bali
13
Timur
: Tanimbar
Sehingga batas-batas Nusa Tenggara hampir keseluruhan merupakan lautan atau perairan. Hal ini yang membuat kompleksitas kondisi fisik Nusa Tenggara. Ditinjau dalam sudut pandang geologis, Nusa Tenggara terletak pada satu sistem busur Sunda-Banda yang mana juga merupakan factor utama dalam proses pembentukan rangkaian kepulauannya yang bersifat vulkanik, khususnya pegunungan vulkanik muda. Apabila menilik teori tektonik lempeng, rangkaiann pegunungan vulkanik muda Nusa Tenggara memiliki konfigurasi tepat pada zona subduksi lempeng Indo-Australia yaitu pada kerak samudra, yang mana apabila magmanya diinterpretasikan, kedalamannya dapat mencapai 165-200km. selain itu, keberadaan busur Nusa Tenggara juga sangat berpengaruh terhadap kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara. Sebagian besar busur yang ada di Nusa Tenggara merupakan representasi dari adanya zona subduksi lempeng Indo-Australia pada kurun waktu tersier. Terdapat setidaknya 5 sistem yang memengaruhi kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara, yaitu: palung belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, palung antara yang membagi atas dua wilayah, yaitu NTT dan NTB, dan busur luar yang dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, serta palung depan dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu. Busur vulkanik timur Nusa Tenggara merupakan busur yang berbatasan langsung dengan kerak samudra, yang mana memiliki perbedaan dengan bagian barat busur nusa tenggara berdasarkan karakteristik lavanya. Pada bagian barat pegunungan nusa tenggara merupakan kawasan pegunungan yang terbentuk pada masa senozoikum. Sedangkan batuan vulkanik yang berada dalam busur banda merupakan batuan yang berumur lebih tua daripada batuan yang berumur early miosen, yaitu pada kedalaman 150km dibawah zona gempa. Wilayah seismik jawa adalah wilayah yang terbentang pada kedalaman sekitar 600km, serta merupakan indikasi suduksi sub-ocean
14
litosfer antara lempeng Indo-Australia yang berada dibawah busur banda. Pada early pleistosen adanya tabrakan antara timor dengan Alor dan Wetar, yang terlihat setelah laut rusak karena adanya zona subduksi pada seberang Timor. Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, yang mana secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.
Nusa Tenggara Barat Strtaigrafi Nusa Tenggara Barat pada dasarnya secara umum merupakan batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan termuda), serta didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan tersiernya merupakan perselingan antara sandstone kuarsa, breksi, lava, tuff, batu gamping, dan dasit. Pada pulau Sumbawa, terdiri atas lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan, claystone, dasit, tonalit, batu gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan, serta lempung tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan dari breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff, tuff, batu apung, serta breksi lahar. Sedang di pulau Sumbawa, terdiri atas terumbu, koral terangkat, konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan alluvium cukup luas. Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gunung Tambora, dan gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores justru memiliki struktur geologi yang sama dengan pulau Jawa. Namun terdapat perbedaan pada struktur
15
genatiklinal yang sebagian besar mengalami proses tektonik sekunder dermal, yaitu proses peluncuran menuju dasar laut, khususnya bagian utara. Pulau Bali dan Pulau Jawa, berdasar pada sejarah hindu, maka menunjukkan bahwa keduanya terpisah pada tahun 208 masehi. Sedangkan perluasan dengan konfigurasi mengarah ke timur melalui proses vulkanis membentuk pulau-pulau kecil, seperti Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, yang mana pada setiap pulau tersebut terdapat zona vulkan kuarter. Pada bagian utara Bali ditempati gunung Batur dan gunung Agung, pada bagian utara Lombok ditempati gunung Rinjani. Namun tidak nampak pada Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut dan membentuk teluk Sholeh. Sedangkan di Flores bekas geantiklinalnya terlihat pada pualu Komodo, pualu Rinca, serta teluk Maumere Flores timur. Punggungan dasar laut di sebelah selatan pulau-pulau tersebut terbentuk oleh busur luar yang bersifat non-vulkanik.
Nusa Tenggara Timur Pada bagian Nusa Tenggara Timur, yaitu mulai dari pulau Alor, Kambing, Wetar dan Romang, merupakan zona orogene timor dengan pusat penggelombangan di Flores. Terjadinya proses evolusi orogenik Nusa Tenggara Timur merupakan siklus yang kompleks. hal ini dikarenakan proses penggelombangan ini dimulai sejak early mesozoikum, termasuk didalamnya sirkum Australia yang menghasilkan busur dalam Sumba dengan konfigurasi mengarah ke timur laut serta busur luar Sawu yang mengarah ke timur laut. Pada periode tersier, kawasan tersebut mengalami proses penggelombangan dengan pusatnya berada di laut Flores, sebagai bagian dari sistem pegunungan Sunda. Distorsi-distorsi terdapat pada posisi interdeep Sumba, garis arah busur luar Rote hingga Timor yang mengarah ke timur laut. Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut: Busur dalam
: Alor, Kambing, Wetar, non vulkanis
Palung Antara
: Pulau Sumba-L. Sawu
Busur Luar
: Dana, Raijua, Sawu, Rote, Semau, Timor.
Backdeep
: Punggungan Batutaza.
16
Matinya aktivitas vulkanis pada daerah tersebut dikarenakan jalan keluar magma mengalami penyumbatan akibat pergeseran lempeng Australia ke utara. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa tidak terdapat tanda-tanda adanya pergeseran lateral menuju ke utara disekitar Bantar hingga Alor, yang mana merupakan tempat matinya aktivitas vulkanis timur. Selain itu, tidak adanya perubahan konfigurasi structural busur luar akibat tekanan blok Australia, sedang busur tersebut akan menerima tekanan terlebih dahulu. Apabila ditelusuri lebih jauh, maka deretan busur dalam non-vulkanik tidak bersambung dengan deretan busur dalam Damar hingga Banda yang bersifat vulkanik, namun cenderung bersambung dengan zona Ambon yang non-vulkanik. Hilangnya aktivitas vulkanik dari Alor ke arah timur, termasuk didalanya zona Ambon, dikarenakan berbatasan dengan dangkalan Sahul. Factor lainnya yang mungkin dapat berpengaruh terhadap hilangnya aktivitas vulkanik tersebut adalah: 1. Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis 2. Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma yang keluar tersumbat. Sumbu geantiklinal Nusa Tenggara pada bagian timur tenggelam, sedangkan semakin ke barat semakin kelihatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa selat antara pulau yang ada di kawasan Sunda kecil mulai dari barat hingga ke timur semakin dalam. Hal ini ditunjukkan dengan: 1. Barat Tampar
: kurang dari 200m
2. Antara Pantar Alor
: 1140m
3. Alor hingga Kambing : 1260m 4. Kambing
: 1040m
5. Wetar hingga Roman : lebih dari 2000m 6. Timur Roman
: 4000m
Pulau Rote merupakan pulau yang tersusun atas sedimen-sedimen yang mengalami pelipatan yang kuat, tertutup dengan karang berumur kuarter hingga ketinggian 430m. Pulau Sawu terdiri atas batuan pra tersier yang dikelilingi karang koral hingga setinggi 300m. pulau Timur terdapat puncak genatiklinal yang mengalami
17
depresi memanjang mulai dari teluk Kupang hingga Lois. Menurut kepercayaan penduduk asli Timor, hampir kesluruhan Timor dahulunya merupakan laut, sedangkan yang merupakan pulau adalah gunung Lakaan. Hal ini berarti bahwa pulau Timor mengalami pengangkatan. Hal ini ditunjukkan dengan bukti ditemukannya sisa karang pada ketinggian lebih dari 1000m. Pulau tersebut mengalami over thrust, yang mana bantuan intrusinya banyak mengalami singkapan. Sheingga banyak ditemukannya bahan galian eksotis seperti emas, tembaga, chrome, dan uranium, namun dalam jumlah yang tidak ekonomis. Sebaran batuan di wilayah Timor dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Silicic antara Alor, Lembata, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Kupang. 2. Matic Basic 3. Intermediate Basic 4. Pre Tersier Undivideo 5. Paleagen 6. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reefs 7. Neogene 8. Keknenno Series 9. Sonnebait Series 10. Sonnebait dan Ofu Series terefolde 11. Ofu Series 12. Silicic Efusive 13. Triassic 14. Crystalline Schist
Fisiografi Pulau Nusa Tenggara Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang terletak pada dua jalur genatiklinal hasil perluasan busur banda di sebelah barat. Genatiklinal tersebut membujur dari Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,
18
Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda. Secara umum, fisiografi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut: Daratan
:3%
Laut, Sungai, Danau : 1 % Vulkanik
: 90 %
Denudasional
:5%
Karst
:1%
Sedangkan fisiografi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: Daratan
: 10 %
Vulkanik
: 36 %
Karst
:6%
Struktural
: 45 %
Laut, Sungai, Danau : 3 %
Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. Kedua, Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). Ketiga, Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan
19
palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara. Busur Dalam Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal. Palung Antara dengan Sumba Palung ini berada di antara busurdalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Busur Luar Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu. Palung Depan Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor.
20
3. Penutup 3.1 Kesimpulan 1. Struktur geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping 2. Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara 3. Pada dasarnya kepulauan Sunda Kecil merupakan kepulauan hasil bentukan pergerakan lempeng Indo-Australia, yang bergerak kearah utara sehingga mendesak lempeng Eurasia atau lempeng Asia Tenggara. 4. Ditinjau dalam sudut pandang geologis, Nusa Tenggara terletak pada satu sistem busur Sunda-Banda yang mana juga merupakan factor utama dalam proses pembentukan rangkaian kepulauannya yang bersifat vulkanik, khususnya pegunungan vulkanik muda. DAFTAR RUJUKAN Dena, Kadek.2012. Kondisi Geologi dan Topografi Pulau Bali.Singaraja:Geografi USB. Purnomo, Dony.2010. Pulau Bali.Singaraja:Geografi USB. Vertsappen, H.Th.2013.Garis Besar Geomorfologi Indonesia.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press (GMUP)