Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa) Menghitung balance cairan seseorang harus dip erhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift. PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc Cairan Infus = ......cc Therapi injeksi = ......cc Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan:
Urine = ......cc Feses = .....cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc) Muntah/perdarahan cairan drainage luka/ cairan NGT terbuka = .....cc IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari) (Insensible Water Loss)
Contoh Kasus: Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y! Input Cairan:
Output cairan:
Infus = 2000 cc Tranfusi WB = 300 cc Obat injeksi = 100 cc AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) --------------------------------------------2700 cc
+
Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) + ---------------------------------------------2900 cc Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan - output cairan
2700 cc - 2900 cc - 200 cc. Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus : IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya? berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C - 36,8 .°C) = 900 + 200 (1,7) = 900 + 340 cc = 1240 cc Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output : Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 1240 cc + -------------------------3240 cc Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc - 3240 cc = -540 cc
OK besok disambung lagi cara menghitung Balance Cairan pada Anak usia 5 - 14 tahun...selamat mencoba dan menghitung dari kasus pasien kajian Anda yang yang perlu pemantauan cairan.
PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Kebutuhan Cairan Tubuh a. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru paru dan gastrointestinal 1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. 2) Kulit Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. 3) Paru-paru Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss ± 400ml/hari. 4) Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid. a) ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. b) Aldesteron Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium c) Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal. d) Glukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
b. Cara Perpindahan Cairan
1) Difusi Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara bebas atau acak.
2) Osmosis Osmosis
adalah
proses
perpindahan
pelarut
murni
(seperti
air)
melalui
membrane
semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya. 3) Transpor aktif Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel.
c.
Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni : a) Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan b)
Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
d. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (nutrien) Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas :
Karbohidrat dan air
Asam amino
Lemak
2) Blood volume expanders Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma.
e.
Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a) Hipovolume atau dehidrasi Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu: 1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimban g. 2)
Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya : a.
Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
b.
Nadi dan pernapasan meningkat Kehilangan cairan mencapai > 10% BB Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB Serum natrium 152-158 mEq/L Mata cekung
c.
Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5 – 2 L.
b) Hipervolume atau overhidrasi Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
2. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. a.
Komposisi elektrolit Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium
: 135 – 145 m Eq/L
Kalium
: 3,5 - 5,3 m Eq/L
Klorida
: 100 – 106 m Eq/L
Bikarbonat arteri
: 22 - 26 m Eq/L
Bikarbonat vena
: 24 - 30 m Eq/L
Kalsium
: 4 – 5 m Eq/L
Magnesium
: 1,5 - 2,5 m Eq/L
Fosfat
: 2,5 - 4,5 mg/100ml
b. Jenis Cairan Elektrolit Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. c.
Pengaturan Elektrolit
1)
Pengaturan keseimbanga natrium Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh.
2)
Pengaturan keseimbangan kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
a)
Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
b)
Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui ginjal.
c)
Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
3)
Pengaturan keseimbangan kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
4)
Pengaturan keseimbangan magnesium Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
5)
Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. 6)
Pengaturan keseimbangan bikarbonat Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7)
Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4) Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit 1)
Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2)
Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. 4)
Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5)
Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6)
Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7)
Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8)
Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Jenis Asam Basa Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks. 10) Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh. 11) Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam. 12) Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45. 13) Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
d. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor=faktor : 1)
Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2)
Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3)
Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4)
Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5)
Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup.
e.
Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit
a) Pemberian cairan melalui infus Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan. Persiapan Bahan dan Alat : Standar infuse Perangkat infuse Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran Pengalas Tourniquet/pembendung Kapas alkohol 70% Plester Gunting Kasa steril Betadine
Sarung
tangan
Prosedur Kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan. Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan). Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan
terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya. Letakkan pengalas Lakukan pembendungan dengan tourniquet. Gunakan sarung tangan Desinfeksi daerah yang akan ditusuk. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus. Buka tetesan. Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasa steril. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester. Catat respons yang terjadi.
Cuci
tangan
Cara menghitung tetesan infus :
1) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml) Tetesan /menit = Jumlah cairan yang masuk Lamanya infuse (jam) x 3 Atau tetesan/menit = ∑ Keb.cairan x faktor tetesan Lama infuse (jam) x 60 menit Keterangan : Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes /menit) 2) Anak : Tetesan per menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk Lamanya infus (jam)
b) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan : 1) Standar infus 2) Perangkat transfusi 3) NaCl 0,9% 4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien 5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran 6) Pengalas 7) Tourniquet/pembendung 8) Kapas alcohol 70% 9) Plester 10)Gunting 11)Kasa steril 12)BetadineŒ 13)Sarung tangan
Prosedur Kerja : o
Cuci tangan
o
Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan.
o
Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya.
o
Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
o
Letakkan pengalas.
o
Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
o
Gunakan sarung tangan
o
Desinfeksi daerah yang akan disuntik
o
Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
o
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
o
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
o
Buka tetesan.
o
Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasa steril.
o
Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
o
Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
o
Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa.
o
Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
o
Catat respons yang terjadi.
o
Cuci tangan
INTAKE DAN OUT PUT
1. Intake Cairan Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan No.
Umur
BB (kg)
Kebutuhan Cairan (ml)
3
250 – 300
1.
3 hari
2.
1 tahun
9,5
1150 – 1300
3.
2 tahun
11,8
1350 – 1500
4.
6 tahun
20
1800 – 2000
5.
10 tahun
28,7
2000 – 2500
6.
14 tahun
45
2200 – 2700
7.
18 tahun
54
2200 – 2700
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama den gan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.
2.
Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu : a.
Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat m aka IWL dapat meningkat. c.
Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). Hal hal yang perlu di perhatikan: Rata-rata cairan per hari 1. Air minum : 1500-2500 ml 2. Air dari makanan :750 ml 3. Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml Rata- rata haluaran cairan per hari 1) Urin : 1400 -1500 ml 2) Iwl a) Paru : 350 -400 ml
b) Kulit : 350 400 ml 3) Keringat : 100 ml 4) Feses : 100 -200 ml IWL 1. Dewasa : 15 cc/kg BB/hari. 2. Anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
3. Mengukur Intake Dan Output
a.
Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put). b.
Tujuan
Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien. Menentukan tingkat dehidrasi klien. c.
Prosedur
Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air minum, air dalam
makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat, feses,
muntah, insensible water loss (IWL). Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE = OUTPUT. Mendokumentasikan
4.
Perhitungan Intake & Output Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB) Cairan Tubuh dibagi :
Cairan Intraselular
= 2/3 TBW (40%).
Cairan Ekstraseluler =
a) Cairan Intravasculer (plasma)
= 5%
b) Cairan Interstitial
= 15%
c) Cairan Transceluler
= 1-3 %
Perbandingan CIS dengan CES
Dewasa
= 2:1
Anak-Anak = 3:2 Bayi
= 1:1 Jumlah Cairan Tubuh :
1. Dewasa = 45%-75% / BB Pria
= 60 %
Wanita
= 55%
2. Anak & Bayi = 75%
Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1
Rumus Menghitung IWL Rumus Menghitung IWL ( Insensible Water Loss)
* Rumus menghitung balance cairan CM – CK – IWL Ket: CM : Cairan Masuk CK : Cairan Keluar *Rumus I WL
IWL = (15 x BB ) 24 jam Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam 24 jam *kalo dlm 24 jam ----> 37,5 x 24 = 900cc * Rumus I WL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal 24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc 24 jam = (20x2) + 37,5cc 24 = 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
Tehnik Menghitung Balance Cairan (Anak) Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme , menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu: Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5 cc/kgBB/hari Usia 7 - 11 tahun : 6 - 7 cc/kgBB/hari Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 - usia anak dalam tahu n) x cc/kgBB/hari Ji ka anak mengompol menghi tun g ur in e 0,5 cc - 1 cc/kgB B/h ari CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: "rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah" Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini! I nput cair an: Minum
: 1000 cc Infus : 1000 cc AM : 112 cc + ------------------------2112 cc
(8 cc x 14 kg)
Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg ----------------------------1478 cc Balance cairan = Intake cairan - Output Cairam 2112 cc - 1478 cc + 634 cc Out put cairan:
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gu nakan rumus: IWL + 200 ( Suhu Tinggi - 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta. IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C - 36,8 °C) 378 + 200 (3) 378 + 600 978 cc Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc IWL : 978 cc + ------------------------2078 cc Jadi Balance cairannya = 2112 cc - 2078 cc + 34 cc.
Ingat menghitung Balnce cairan harus kumpulan data/24 jam!!!!!!
Tehnik menghitung Balance Cairan (Dewasa) Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift. PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA Input cairan: Air (makan+Minum) = ......cc Cairan Infus = ......cc Therapi injeksi = ......cc Air Metabolisme = ......cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan:
Urine = ......cc Feses = .....cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc) Muntah/perdarahan cairan drainage luka/ cairan NGT terbuka = .....cc IWL = .....cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari) (Insensible Water Loss)
Contoh Kasus: Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat
tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y! Input Cairan:
Infus = 2000 cc Tranfusi WB = 300 cc Obat injeksi = 100 cc AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) --------------------------------------------2700 cc
+
Output cairan:
Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) + ---------------------------------------------2900 cc Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan - output cairan 2700 cc - 2900 cc - 200 cc. Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus : IWL + 200 (suhu tinggi - 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya? berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C - 36,8 .°C) = 900 + 200 (1,7) = 900 + 340 cc = 1240 cc Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output : Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 1240 cc + -------------------------3240 cc Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc - 3240 cc = -540 cc
ilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam-basa. TUJUAN : 1. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pe rnafasan 2. Menilai kemampuan fungsi pernafasan. ALAT dan BAHAN : 1. Arloji (Jam) atau stop-watch 2. Buku catatan nadi 3. Pena PROSEDUR KERJA : 1. 2. 3. 4. 5.
Atur posisi pasien Jangan beritahu klien jika frekuensi pernafasannya dihitung Hitung frekuensi dan irama pernafasan Jelaskan pada klien bahwa saudara telah menghitung frekuensi dan irama pernafasan klien Catat hasil
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan metode yaitu : 1. Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus 2. Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu : 1. Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop dan
2. Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan stetoskop
TUJUAN PENGUKURAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH Mengetahui nilai tekanan darah ALAT dan BAHAN PENGUKURAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH : Sfigmomanometer (Tensimeter) yang terdiri dari : Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka Manset udara Slang karet Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup Stetoskop Buku catatan tanda vital Pena PROSEDUR KERJA PENGUKURAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH Cara Palpasi Jelaskan prosedur pada pasien Cuci tangan Atur posisi pasien Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang Lengan baju dibuka Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin dengan cara ini menemukan tekanan diastolik Catat hasil Cuci tangan setelah prosedur dilakukan Cara Auskultasi
Jelaskan prosedur pada pasien Cuci tangan Atur posisi pasien Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang Lengan baju dibuka Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 c m diatas fossa cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai ini menunjukkan tekanan sistolik dan catat mmHg denyut nadi yang terakhir terdengar, niali ini menunjukkan tekanan dastolik. Suara Korotkoff I : Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi Suara Korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi Catat hasilnya pada catatan pasien Cuci tangan setelah prosedur dilakukan