KELOMPOK IV
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini, khususnya dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuan bangunan bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang dibangun ialah bendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu dirancang dan dibangun oleh tenaga teknik Indonesia, juga oleh tenaga teknik asing yang datang ke Indonesia dengan membawa konsep baru. Rancangan itu itu baik oleh tenaga teknik Indonesia maupun oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangan tipe, bentuk, dan tata letak bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, namun sebagian diantara ribuan bendung baru itu mengalami masalah yang disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimen, masalah penggerusan setempat, sampai masalah hancurnya bangunan. Merancang bendung baru dan menangani bendung bermasalah hasil pembangunan ini dan penanganan terhadap bendung-bendung tua baik yang dibangun sebelum tahun 1970-an maupun bendung-bendung tua warisan Pemerintahan Belanda telah memberikan masukan dan pengalaman bagi ahli-ahli teknik Indonesia. 1.2. Definisi Bendung Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure) merupakan bangunan
(komplek
bangunan)
melintasi
sungai
yang
berfungsi
mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan irigasi. Menurut ARS Group, 1982, Analisa Upah dan Bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken), Bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai atau pada sudetan untuk meninggikan taraf
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
1
KELOMPOK IV
muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. 1.3. Maksud Pembangunan Bangunan Bendung Dengan maksud memenuhi kebutuhan air bagi pertanian maka diperlukan berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya antara lain bangunan bendung. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. 1.4. Bendung Tetap Untuk Irigasi 1.3.1. Pemilihan Lokasi Bendung Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya, dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung,
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
2
KELOMPOK IV
pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa alternatif lokasi. Dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan harus terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu : 1) Keadaan topografi a. Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari. b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan. c. Kedua hal diatas lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi. d. Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan. 2) Kondisi topografi a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi. b. Trace saluran induk terletak ditempat yang baik. c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen. 3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil. b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir sedang dan kecil.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
3
KELOMPOK IV
c. Tinggi muka air pada debit rencana, dan potensi dan distribusi angkutan sedimen. d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen. Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai. 4) Kondisi tanah fondasi bendung harus dipertimbangkan di lokasi dimana tanah fondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. 5) Biaya
pelaksanaan
dipertimbangkan,
beberapa
selanjutnya
alternatif biaya
lokasi
harus
pelaksanaan
dapat
ditentukan dan cara pelaksanaanya, peralatan dan tenaga. 6) Faktor-faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir. 1.3.2. Bendung Pelimpah/Bendung Tetap Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Umum Bendung, yang diartikan dengan bendung
adalah suatu bangunan air dengan
kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun. Sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah setiap pekerjaan sipil yang dibangun di badan sungai untuk berbagai keperluan. Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga muka air banjir tidak dapat diukur elevasinya. Dibangun umumnya di sungai – sungai ruas hulu dan tengah. Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengandalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
4
KELOMPOK IV
sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efesien, dan optimal. Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sebagai dapat dibedakan menjadi bendung pelimpah dan bendung gerak. Bendung pelimpah terbuat dari pasang batu. Bendung pelimpah yang dibangun melintang sungai, akan memberikan tinggi minimum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi, merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di udik bendung. Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu bendung. Tubuh bendung merupakan bendung ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir dan untuk membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung. 1.3.3. Bangunan Intake Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas Tata letak intake diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi fungsi dan biasanya diatur sebagai berikut. 1) Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas. 2) Merupakan satu kesatuan dengan pembilas. 3) Tidak menyulitkan penyadapan aliran. 4) Tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran di udik intake.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
5
KELOMPOK IV
1.3.4. Bangunan Pembilas Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake. Bangunan pembilas dapat dibedakan menjadi: 1) Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu dan dua lubang pintu. Umumnya dibangun pada bendung kecil dengan bentang berkisar 20 m. 2) Tipe bangunan undersluice dan shunt undersluice. Bangunan pembilas konvensional banyak dijumpai pada bendung yang dibangun sesudah tahun 1970-an untuk bentuk bendung irigasi teknis. Ditempatkan pada bentang di bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainya terhadap bangunan. 1.3.5. Bangunan Peredam Energi Struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu, yang berfungsi meredam energi air akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan struktur.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
6
KELOMPOK IV
BAB II DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP 2.1. Soal Lebar sungai
= 52,00 meter
Tinggi muka air
= 2,80 m
Debit
= 3600 m3/dt
Elevasi MAT di sawah + 152,20 Tanah terjauh berjarak 560,00 meter dari lokasi bendung.
Kemiringan tanah sama dengan kemiringan dasar sungai. Luas sawah 4200 ha, pemberian air 1,5 lt/dt/ha. Tanah sedikit berpasir. Rencanakan
bendung
tetap
di
sungai tersebut agar dapat mengairi sawah!
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
7
KELOMPOK IV
2.2. Tahap-Tahap Desain Dalam desain hidraulik bendung tetap ada beberapa tahap-tahap yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut. 1) Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan ke intake, keadaan hidraulik sungai, tinggi muka air sungai saat banjir, elevasi lahan yang akan diairi telah diketahui. 2) Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung. 3) Penentuan panjang mercu bendung. 4) Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas. 5) Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di udik bendung. 6) Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung. 7) Perhitungan dimensi hidraulik bangunan intake. 8) Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas. 9) Penetapan tipe, bentuk dan ukuran bangunan peredam energi. 10) Perhitungan panjang lantai udik bendung. 11) Penetapan dimensi tembok pangkal, tembok sayap udik dan tembok sayap hilir dan sebagainya. 2.3. Perhitungan Hidraulik Bendung 2.2.1. Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu bulat. Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung dengan memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang akan diairi. Sawah yang akan diairi Tinggi air di sawah
+ 152,20 0,37
Kehilangan tekanan -
Dari saluran tersier ke sawah
0,37
-
Dari saluran sekunder ke hilir
0,37
-
Dari saluran induk ke sekunder
0,37
-
Akibat kemiringan saluran
0,42
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
8
KELOMPOK IV
-
Akibat bangunan ukur
0,67
-
Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen
0,47
-
Bangunan lain, antara lain kantong sedimen
0,52
Eksploitasi Elevasi mercu bendung
0,37 + 156,20
Gambar 1. Penentuan Elevasi Mercu Bendung
2.2.2. Penentuan panjang mercu bendung Panjang mercu bendung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata. Panjang mercu bendung = 1,2 * 52 m = 62 m 2.2.3. Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas Untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunanpembilas diambil 1/10 kali dari lebar bentang bendung. Lebar bangunan pembilas = 1/10 * 52 m = 5,2 m Lebar satu lubang maksimal 2,50 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
9
KELOMPOK IV
Pembilas dibuat 2 buah, masing-masing 2,50 m. Pintu pembilas ditetapkan 2 buah dengan lebar masing-masing pilar 1,50 m. 2.2.4. Perhitungan panjang mercu bendung efektif Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus: Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He dimana:
Be
: panjang mercu bendung efektif, m
Bb
: panjang mercu bendung bruto, m
n
: jumlah pilar pembilas
Kp
: koefisien kontraksi pilar = 0,01
Ka
: koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,10
He
: tinggi energi, m
Panjang mercu bendung efektif: Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He = 62 – 2 (2 * 0,01 + 0,10) He = 62 – 0,24 He 2.2.5. Perhitungan tinggi muka air banjir di udik bendung Elevasi muka air banjir di udik bendung dapat diketahui dengan menghitung tinggi energi dengan menggunakan rumus berikut. Qd = C * Be * He3/2 dimana:
Qd : debit banjir sungai rencana = 3600 m3/dt C
: koefisien debit pelimpah : 3,97 ( He/Hd)0,12 = 3,97 (dimana He = Ha) (Open Channel Hydraulic, Ven Te Chow hal. 369)
Be
: panjang mercu bendung efektif
He : tinggi energi, m
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
10
KELOMPOK IV
Perhitungan dilakukan dengan cara trial & error. -
Langkah I, diasumsikan nilai Be = 61,50 m He = (Qd / C * Be)2/3 He = (3600 / 3,97 * 61,50)2/3 = 6,013 m
-
Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,00 m He = (3600 / 3,97 * 62,00)2/3 = 5,980 m
-
Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,50 m He = (3600 / 3,97 * 62,50)2/3 = 5,948 m
Nilai He diambil 6,0 meter, sehingga: Be = 62 – 0,24 He = 62 – 0,24 * 6,0 = 60,56 m ≈ 61,00 m Tinggi tekanan (desain head) Ha = He – (V2 / 2g) Ha = He = 6,0 m (V2 / 2g diabaikan) Kesimpulan: - Tinggi muka air banjir di udik bendung = Ha = 6,0 m - Elevasi muka air banjir = + 156,20 + 6,0 = + 162,20 2.2.6. Penentuan nilai jari-jari mercu bendung Nilai jari-jari mercu bendung untuk pasangan batu berkisar antara 0,3 s.d 0,7 kali dari Ha dan untuk mercu bendung dari beton nilai jari-jarinya antara 0,1 s.d 0,7 kali Ha. Mercu bendung yang digunakan adalah pasangan batu, dan nilainya diambil 0,3H sehingga: Jari-jari mercu bendung = 0,3 * 6,0 m = 1,8 m 2.2.7. Resume perhitungan hidraulik bendung Elevasi mercu bendung
=
+ 156,20
Panjang mercu bendung
=
62,00 m
Lebar pembilas (2 * 2,50 m)
=
5,00 m
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
11
KELOMPOK IV
Lebar pilar pembilas (2 * 1,50 m)
=
3,00 m
Panjang bendung total
=
70,00 m
Tinggi muka air di udik bendung
=
6,00 m
Elevasi muka air banjir
=
+ 162,20
Tinggi pembendungan
=
6,00 m
Kemiringan tubuh bendung
=
1:1
Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung
2.4. Perhitungan Dimensi Peredam Energi 2.3.1. Pemilihan tipe peredam energi Sungai di daerah ini mengandung tanah yang sedikit berpasir sebagai angkutan sedimen, maka bangunan peredam energi yang dipilih yaitu lantai datar dengan ambang akhir berkotak-kotak atau Tipe MDO. 2.3.2. Desain dimensi peredam energi -
Kedalaman air di hilir: D2 = Y Q = C * L* Y3/2 Q = 3600 m3/dt C = 2,10 (diperkirakan) L = bentang sungai rata-rata di hilir = 70 m
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
12
KELOMPOK IV
Y = (Q/ C * L)2/3 = (3600 / 2,10 * 70) 2/3 = 8,40 m -
Kecepatan awal loncat air (v1) v1 = [2g (1/2 Ha + P)]1/2 = [2 * 9,81 m/dt2 (1/2 6,0 m + 4,2 m)] ½ = 11,885 m/dt
-
Debit desain persatuan lebar (q) q = Q / Be = 3600 / 61 = 60 m3/dt/m
-
Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir (z) V1
= √(2g*z)
13,065 = √(2 * 9,81*z) 13,065 = 4,43 √z
-
√z
= 13,065 / 4,43
z
= 8,7025 m
Parameter energi (E) E = q / √(gz3) = 60 / √(9,81 * 8,70253) = 0,7462
-
Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi E = 0,7462
L/D2 = 1,70 (Grafik MDO)
L = 1,70 * 8,40 = 14,00 m E = 0,7462
D/D2 = 1,13 (Grafik MDO)
D = 1,13 * 8,40 = 9,50 m
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
13
KELOMPOK IV
Gambar 3. Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air
-
Tinggi ambang akhir a = 0,3 D2
-
= 0,3 * 8,40 = 2,52 m
Lebar ambang akhir b =2a
= 2 * 2,52 = 5,04 m
Gambar 4. Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
14
KELOMPOK IV
2.5. Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake 2.4.1. Bentuk intake Intake didesain dengan bentuk biasa dengan luang pengaliran terbuka dilengkapi dengan dinding banjir. Arah intake terhadap sumbu sungai dibuat tegak lurus. Lantai intake tanpa kemiringan dengan elevasi lantai sama tinggi dengan elevasi pelat undersluice. 2.4.2. Dimensi lubang intake Dimensi lubang intake dihitung dengan rumus berikut. Qi = μ b a √(2gz) dimana: Qi
: debit intake = 12,3 m3/dt
Μ
: koefisien debit = 0,85
B
: lebar bukaan, m
A
: tinggi bukaan, m
G
: percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2
Z
: kehilangan tinggi energi pada bukaan = 0,47
Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditetapkan 2 : 1 (pendekatan). Tinggi bukaan dihitung dari gambar 5 sehingga diperoleh nilai sebesar 1,20 m. Qi
= μ b a √(2gz)
12,3 = 0,85 * b * 1,20 √(2 * 9,81 * 0,47) 12,3 = 3,10 b b
= 4,00 m
b diambil 4,00 meter, dibuat 2 bukaan sehingga lebar pintu 2 * 2 m Kesimpulan: -
Lebar bukaan pintu intake: 2 * 2,00 m
-
Tinggi bukaan lubang intake: 1,20 m
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
15
KELOMPOK IV
Gambar 5. Penampang Memanjang Intake Bendung
2.4.3. Pemeriksaan diameter sedimen yang masuk ke intake Rumus yang akan digunakan untuk memperkirakan diameter partikel yang akan masuk ke intake, yaitu: v = 0,396 [(Qs – 1) d]0,5 dimana:
v
: kecepatan aliran, m/dt
Qs : berat jenis partikel = 2,65 d -
: diameter partikel,
Kecepatan aliran yang mendekat ke intake Q = A*v dimana:
Q
: debit intake = 12,3 m/dt
A
: luas penampang basah = (2 * 2) 1,20 m = 4,80 m2
v
: kecepatan aliran, m/dt
v =Q/A = 12,3 / 4,80 = 2,60 m/dt -
Diameter partikel v
= 0,396 [(Qs – 1) d]0,5
2,60 = 0,396 [(2,65 – 1) d]0,5 2,60 = 0,396 * 1,30 * d0,5 d
= 26 mm
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
16
KELOMPOK IV
Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake diperkirakan sebesar 26 mm. 2.4.4. Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas Bangunan pembilas direncanakan dengan undersluice lurus. Dimensi lubang undersluice: -
Lebar lubang
= 2,50 m
-
Tinggi lubang
= 1,25 m
-
Lebar mulut
= 11,0 m
-
Lebar pilar
= 1,50 m
-
Undersluice dibagi 2 bagian
Gambar 6. Bentuk Denah Pembilas Bendung
2.4.5. Perhitungan bangunan ukur pada intake Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Gruyter, karena debit intake besar. Q = Cd * B * Y √[2 g (H * Y)] K = Y / H atau Y = 0,63 H
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
17
KELOMPOK IV
dimana:
Q
: debit intake = 12,3 m3/dt
Cd
: koefisien debit = 0,94
B
: lebar bukaan pintu, m
Y
: bukaan pintu
H
: tinggi energi total di atas ambang di udik pintu
Q = 0,94 B * 0,63 H √[2 * 9,81 (H – 0,63 H)] = 0,5922 B H √(7,252 H) = 0,5922 B H * 2,70 √H = 1,595 B H3/2
Qmax
B = Qmax / 1,595 H3/2 = 5,87 m ≈ 5,80 m Pintu dibuat 2 buah dengan lebar bukaan masing-masing 2,90 m - Perhitungan kehilangan tekanan Anggapan Qmax / Qmin = γ = 3 Δ h / H = 0,495 (diperoleh dari grafik) Ymin / H = 0,140 (diperoleh dari grafik) Jadi, Δ h = 0,495 H = 0,495 * 1,20 = 0,6 m - Bukaan pintu minimum (Ymin) Ymin = 0,140 * 1.20 = 0,17 m - Bukaan pintu maksimum (Ymax) Ymax = 0,60 * 1,20 = 0,72 m
Gambar 7. Parameter Hidraulik di Intake Saluran
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
18
KELOMPOK IV
2.6. Perhitungan Panjang Lantai Udik Rumus yang digunakan berdasarkan Teori Lane’s: L = Lv + 1/3 LH dimana:
L
: panjang total rayapan
Lv
: panjang vertikal rayapan
LH
: panjang horizontal rayapan
∆H : kehilangan tekanan
dalam desain ini diambil nilai: L / ∆H = 4 Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik, sehingga: Q
= 0, jadi:
∆H = 156,20 – 135,20 = 21,00 m Panjang rayapan seharusnya: Lb > 4 * 21,00 = 84,00 m Berdasarkan gambar 8 diperoleh: LV = 2,5 + (6 * 1,5) + 3,80 + 1,5 + (2 *2,00) + 4,25 + 1,98 = 28,57 m LH = = 35,42 m Lp = LV + 1/3 LH = 28,57 + 1/3 35,42 =40,38 m Jadi Lb yang dibutuhkan = 28,0 m Lp = 84,00 m > Lb = 28,0m Panjang lantai udik cukup memadai 2.7. Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap 2.6.1. Tembok pangkal a.
Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini, panjang dari mercu bendung sampai dengan ujung ambang akhir yaitu 18,00 m. Jadi ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir panjangnya 9,00 m.
b.
Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian udik dihitung dari mercu bendung, diambil sama dengan panjang lantai peredam energi yaitu 10,00 m.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
19
KELOMPOK IV
c.
Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu: Elevasi mercu bendung + Ha + jagaan = +156,20 + 6,0 m + 1,50 m = + 163,70
d.
Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu: Elevasi dasar sungai + D2 + jagaan = +152,00 + 8,40 m + 1,50 m = + 162,00
2.6.2. Tembok sayap a. Panjang tembok sayap hilir; Lsi = 1,5 Ls = 1,5 * 10,0 m = 15,0 m b. Elevasi dekzerk tembok sayap hilir: + 162,00
Gambar 8. Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
20
KELOMPOK IV
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan perhitungan desain hidraulik bendung tetap di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Debit sungai (Q)
3600 m3/dt
Mercu bendung
Mercu bulat dari pasangan batu
Jari-jari mercu bendung
1,80 m
Elevasi mercu bendung
+ 156,20
Panjang mercu bendung efektif
61,00 m
Tinggi muka air di udik
6,00 m
Elevasi muka air banjir
+ 162,20
Tipe peredam energi
MDO
Panjang lantai
14,00 m
Kedalaman lantai peredam energi
9,50 m
Lebar bukaan pintu intake
2 * 2,00 m
Tinggi bukaan lubang intake
1,20 m
Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake
26,00 mm
Tipe bangunan ukur pada intake
Crum de Gruyter
Lebar pintu bangunan ukur pada intake
2 * 2,90 m
Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu
+ 163,70
Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu
+ 162,00
Panjang tembok sayap hilir
15,00 m
3.2. Saran Dalam perencanaan sebuah bangunan bendung, harus diperhatikan pemilihan lokasi untuk bendung tersebut agar pembangunan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tercapainya tujuan dari pembangunan bendung tersebut, yaitu untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
21
KELOMPOK IV
Perhitungan desain hidraulik bendung, harus dilakukan sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP – 02 yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengairan.
Tugas Besar Irigasi II ~ Perencanaan Bendung Tetap
22
DAFTAR PUSTAKA
CHOW,V.T.: Open channel hydraulic. McGraw-Hill, New York 1959.
Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010. Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.
STANDAR
PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA
BAGIAN BANGUNAN UTAMA KP – 02, 1986
PERENCANAAN
Lampiran 1. Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air
Lampiran 2. Coefficient of Discharge of Overflow Spillways
Lampiran 3. Standart Spillways Shapes for Different Values of Hd