BAB I Sungai Aluvial adalah sungai yang terbentuk karena adanya ad anya endapan. yang rata rata terdapat di sungai yang berada berada dataran dataran rendah, rendah, ataupun ataupun cekungan yang memungkinkan terjadinya endapan. Sungai aluvial memiliki beberapa manfaat di bidang bidang pertanian salah satunya satunya untuk mempermudah mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian. Sungai ini terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti aluvial dan koluvial yang juga berasal dari berbagai macam asal. Sungai alluvial berasal dari Tanah aluvial tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai. Tanah alluvial alluvial yang berasal dari sungai alluvial alluvial dapat dimanfaatkan dimanfaatkan sebagai sebagai lahan pertanian karena kandungan unsur hara yang relatif tinggi. sungai aluvi al memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%. Contoh aliran sungai sungai aluvial di Indonesia antara lain: sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, dan Sungai Glagah. Gerakan geologi air di permukaan tanah yang sumber airnya berasal dari lapisan atmosfer atau hujan atau mata air, akan mengalir ketempat yang lebih rendah. Dalam perjalanan, air menjalankan proses geologis. Air yang bergerak dari dataran dataran tinggi, yang semula semula sangat sedikit dan dan akan semakin banyak berkumpul di daerah lereng dan lembah. lembah. Dan pada tempat tempat datar arus akan melemah dan akan an akan terjadi proses pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di bawa hanyut hanyut air itu mengendap di di dasar tebing sehingga sehingga terbentuk onggokan yang berbaris-baris maka bahan itu disebut delluvium (collivium). Pergerakan air akan melebar seolah merupakan lembaran yang tipis dan merata di permukaan tanah, akan mencari celah0celah bukit dan berkumpul membentuk alur air yang kecil dan beberapa alur tersebut berkumpul di bagian bawah akan membentuk parit-parit sehingga sehingga akan membentuk jaringan dan membuat sungai kecil. Bila bahan ini terangkut oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan diendapkan di sana, disebut Alluvial. Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya Teksturnya berkaitan dengan laju air air mendepositkan mendepositkan Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran air dan bertekstur lebih halus halus di dekat pinggiran pinggiran luar paparan banjir. banjir. Secara mineralogy, mineralogy, jenis jenis tanah ini berkaitan dengan tanah tanah yang bertindak sebagai sebagai sumber Alluvium. Endapan-endapan alluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai sususnan mineral seperti daerah diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan.
Sifat Morfologis pada Tanah alluvial Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang dipersawahan dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial yang lahannya sering menjadi penyebab banjirdan mengalami endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan aluval yang sudah tua dan menampakan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin lebih berkembang. Ciri-ciri pada pembentukan tanah aluvial Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Alluvial adalah bahwa sebagian bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan lebih seragam. Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut.Tanah Alluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang didalamnya terkandung banyak bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman. Dan disamping itu juga, bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian besar organism tanah, dalam memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.Tanah Alluvial mengalami proses pencucian selama ber tahun-tahun. Tanah ini ditandai dengan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi. Tanah Alluvial berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika kering akan keras dan pijal dan lekat jika basah. Kaya akan kandungan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Kandungan Tanah Aluvial Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di d alam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat
kesuburan tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral. Persebaran jenis tanah alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungaisungai besar seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Glagah) Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Ada juga sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai "underground river". Misalnya sungai bawah tanah di Gua Hang Soon Dong di Vietnam, sungai bawah tanah di Yucatan (Meksiko), sungai bawah tanah di Gua Pindul (Filipina). Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungaidi mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). Sungai aluvial adalah sungai yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai.
Aluvial adalah jenis tanah yang terbentuk karena endapan. Daerah endapan terjadi di sungai, danau yang berada di dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkin kan terjadinya endapan. Sungai aluvial memiliki manfaat di bidang pertanian salah satunya untuk mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian. Sungai ini terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti aluvial dan koluvial yang juga berasal dari berbagai macam asal. Aluvial tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai. Tanah aluvial dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena kandungan unsur hara yang relatif tinggi. Sungai aluvial memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%. Contoh sungai aluvial di Indonesia antara lain: sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, dan Sungai Glagah. Tanah aluvial umumnya terbentuk di daerah sungai besar, salah satu contoh lainnya adalah tanah aluvial yang berada di Sungai Nakdong, Korea Selatan Tanah Alluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur danpasir halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan. Gerakan geologi air di permukaan tanah yang sumber airnya berasal dari lapisan atmosfer atau hujan atau mata air, akan mengalir ketempat yang lebih rendah. Dalam perjalanan, air menjalankan proses geologis. Air yang bergerak dari dataran tinggi, yang semula sangat sedikit dan akan semakin banyak berkumpul di daerah lereng dan lembah. Dan pada tempat datar arus akan melemah dan akan terjadi proses pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di bawa hanyut air itu mengendap di dasar tebing sehingga terbentuk onggokan yang berbaris-baris maka bahan itu disebut delluvium (collivium). Pergerakan air akan melebar seolah merupakan lembaran yang tipis dan merata di permukaan tanah, akan mencari celah0celah bukit dan berkumpul membentuk alur air yang kecil dan beberapa alur tersebut berkumpul di bagian bawah akan membentuk parit-parit sehingga akan membentuk jaringan dan membuat sungai kecil. Bila bahan ini terangkut oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan diendapkan di sana, disebut Alluvium.
Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogy, jenis jenis tanah ini berkaitan dengan tanah yang bertindak sebagai sumber Alluvium. Endapan-endapan alluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai sususnan mineral seperti daerah diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan. Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang dipersawahan dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpaipada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur granular danwarna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak berstruk tur dan berwarna berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial yang lahannya sering menjadi penyebab banjirdan mengalami endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, dianggap masih muda dan belumada perbedaan horizon. Endapan aluval yang sudah tua dan menampakan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk inceptisol, mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Alluvial adalah bahwa sebagian bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan lebih seragam. Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut. Tanah Alluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang didalamnya terkandung banyak bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan bahan sumber hara tanaman Dan disamping itu juga, bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian besar organism tanah, dalam memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.
Tanah Alluvial mengalami proses pencucian selama bertahun-tahun. Tanah ini ditandai dengan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi. Tanah Alluvial berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika kering akan keras dan pijal dan lekat jika basah. Kaya akan kandungan fosfot yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal yang dalam keadaan kerng dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan
tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relativerendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daeradaerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan n etral. Persebaran jenis tanah alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Glagah) Proses pembentukan : Proses pembentukan tanah Aluvial sangat tergantung dari badan induk asal tanah dan topografi, tingkat kesuburan tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induknya. Tanah Alluvial memiliki kadar ,pH yang sangat rendah yaitu kurang dari sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan.
BAB II STUDI KASUS PENURUNAN MUKA TANAH DI KOTA-KOTA BESAR PESISIR PANTAI UTARA JAWA (STUDI KASUS : KOTA SEMARANG) Kota-kota besar di pesisir pantai utara Jawa banyak berkembang di daerah muara aliran sungai. Secara genetik, di wilayah tersebut tersebar material endapan aluvial. Endapan-endapan hasil pelapukan dan erosi terbawa oleh air sungai yang mengendap di muara sungai. Karakteristik material penyusun wilayah sangat tergantung oleh batuan yang digerus oleh sungai tersebut. Fenomena amblesan/ penurunan muka tanah banyak terjadi di wilayah ini. Secara alami, daerah tersebut mengalami penurunan muka tanah akibat dari sifat material endapan aluvial. Penyebab terjadinya penurunan ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya akibat beban tanah itu sendiri, sehingga terjadi penurunan secara alami. Konsolidasi yang terjadi termasuk ke dalam normal konsolidasi. Faktor yangdiperhitungkan untuk mengetahui penurunan yang terjadi, adalah beban tanah itu sendiri pada setiap lapisan klastika halus, sehingga dapat diketahui penurunan akibat beban overburden. Dalam jangka waktu tertentu penurunan muka
tanah masih akan terjadi, terutama di kota Semarang bagian utara (kota lama) yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir laut pasang sehingga perlu dipikirkan penanggulangannya. Analisis Penurunan Muka Tanah Perhitungan penurunan muka tanah dengan mempergunakan data log bor dari 3 lokasi dilakukan dengan menggunakan persamaan Terzaghi dan Peck, dengan korelasi data empiric hasil pengujian contoh tanah di laboratorium, analisa perhitungan penurunan yang terjadi dilakukan sampai kedalaman 20 meter berdasarkan data yang didapat bahwa secara umum penurunan muka air tanah di Semarang bawah telah mencapai kedalaman 20 meter sehingga konsolidasi yang berpengaruh terhadap penurunan yang terjadi hanya sampai – 20 meter dengan diasumsikan bahwa di bawah kedalaman 20 meter terdapat aquifer tertekan sehingga tekanan air pori memberikan perlawanan terhadap tekanan overburden. Untuk mengetahui besarnya penurunan tanah akibat beban tanah itu sendiri dan beban tanah di atasnya maka dapat dihitung nilai tekanan tanah penutup pada tiap tiap lapisan, dan hasil total penurunan selama jangka waktu tertentu dikurangi sebesar 10 sampai 15 persen dari total penurunan yang terjadi untuk keterandalan perhitungan penurunan tanah. Sedangkan untuk perhitungan waktu penurunan atau konsolidasi untuk mengetahui berapa lama waktu yang ditempuh untuk mengalami penurunan total digunakan persamaan rumus Terzaghi dan Peck dipengaruhi variasi derajat konsolidasirata – rata terhadap factor waktu yang tak berdimensi, Tv, diberikan dan berlaku untuk keadaan dimana Uv tetap untuk seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi. Kurva yang digunakan pada Gambar 4.8 adalah kurva C3, hal ini dikarenakan hanya berlaku pada lapisan yang dasarnya impermeable dan mendapatkan tekanan hanya dari bebab tanah itu sendiri kondisi tersebut sesuai dengan analisa penurunan muka tanah akibat beban overburden pada penelitian ini. Untuk kurva C2 berlaku untuk tekanan pada lapisan dengan dasar yang impermeable berkurang dari suatu nilai delta p di permukaan atas lapisan sampai nol di dasar lapisan, seperti pada kondisi dimana lapisan yang terkonsolidasi sangat tebal disbanding area yang terbebani. Sedangkan kurva C1 berlaku untuk lapisan yang bebas menekan ke kedua arah atas dan bawah merupakan lapisan terbuka atau untuk lapisan setengah tertutup dengan ketebalan H yang memberikan tekanan ke satu arah. Oleh karena kondisi yang cocok dengan kondisi daerah penelitian maka nilai variasi factor waktu yang digunakan adalah nilai nilai pada kurva C3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.Permasalahan yang dihadapi kota kota besar di pesisir pantai terutama daerah muara sungai mempunyai kendala yang hampir sama yaitu bencana banjir terutama banjir rob. Banjir rob terjadi akibat pasang air laut, amblesan tanah yang terjadi di dataran pantai menyebabkan muka tanah berada di bawah muka air laut sehingga banjir semakin luas. 2.Salah satu penyebab yang cukup berperan terhadap meluasnya genangan air atau banjir diakibatkan oleh penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah ini disebabkan akibat material penyusun wilayah berupa klastika halus yang mengalami normal konsolidasi 3.Morfologi daerah studi kasus di sebelah utara merupakan dataran dan di daerah selatan merupakan daerah perbukitan. Sehingga daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi satuan geomorfologi pedataran alluvium untuk Semarang Utara, hal ini atas dasar hasil pengamatan di lapangan serta analisa peta topografi. 4.Tanah penyusun untuk lokasi penelitian dan sebagian besar Semarang Utara merupakan dominan tanah lunak atau aluvim sehingga mempunyai kompresibilitas tinggi. 5.Berdasarkan hasil perhitungan, penurunan muka tanah yang terjadi akibat beban overburden untuk jangka waktu 10 tahun mendatang cukup besar yang dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur. Saran 1.Sebaiknya pengembangan kota di daerah pesisir pantai terutam endapan alluvium perlu pertimbangan yang sebaik mungkin terutama untuk daerah yang mengalami penurunan yang cukup besar, agar pengembangan kota kota besar mempunyai perencanaan yang cukup matang dengan tidak lupa mempertimbangkan daerah serapan air. 2.Adanya titik pengamatan (Monitoring pile) di sepanjang pantai, sehingga penurunan yang terjadi dapat dipantau. 3.Pembuatan polder – polder banjir sebaiknya diletakkan di daerah yang sering mengalami banjir.