TUGAS KELOMPOK
TABLET SUBLINGUAL UNTUK PENYAKIT JANTUNG
Disusun oleh: Nama
NIM
Cecilia Nova Wahyudiana
16330706
Putu Asti Widyanti
16330715
Dessy Ananda S.
16330716
Annisa Fikry
16330717
Siti Lulu
16330718
Mantili
16330719
Ali Maskur
16330736
Kelas Teknologi Sediaan Solid E Dosen Pengampu : Ibu Yayah Siti Juariah, S. Si., M. Si., Apt.
FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas tu gas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tuntutan tugas yang diberikan oleh Ibu Yayah Siti Juariah, S. Si., M. Si., Apt. selaku dosen dalam mata kuliah Teknologi Sediaan Solid, Institut Sains dan Teknologi Nasional. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai tablet
sublingual
untuk
penyakit
jantung. Pembahasan kali ini sangatlah berguna dalam menambah wawasan kita akan cara pembuatan tablet sublingual. Selain itu juga, bisa mengetahui bagaimana proses praformulasi dan formulasi sediaan tersebut. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini, terutama kepada pembuat jurnal, karena tanpa bantuan dan dorongan dari mereka penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis pun sangat berterima kasih kepada Ibu Ya yah Siti Juariah, S. Si., M. Si., Apt selaku dosen dalam mata kuliah Teknologi Sediaan Solid. Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu proses belajar mengajar dan menambah wawasan para pembaca. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan kedepannya.
Jakarta, Mei 2017
Penulis
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas tu gas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tuntutan tugas yang diberikan oleh Ibu Yayah Siti Juariah, S. Si., M. Si., Apt. selaku dosen dalam mata kuliah Teknologi Sediaan Solid, Institut Sains dan Teknologi Nasional. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai tablet
sublingual
untuk
penyakit
jantung. Pembahasan kali ini sangatlah berguna dalam menambah wawasan kita akan cara pembuatan tablet sublingual. Selain itu juga, bisa mengetahui bagaimana proses praformulasi dan formulasi sediaan tersebut. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini, terutama kepada pembuat jurnal, karena tanpa bantuan dan dorongan dari mereka penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis pun sangat berterima kasih kepada Ibu Ya yah Siti Juariah, S. Si., M. Si., Apt selaku dosen dalam mata kuliah Teknologi Sediaan Solid. Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu proses belajar mengajar dan menambah wawasan para pembaca. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan kedepannya.
Jakarta, Mei 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................... ISI........................................................... ............................................ ........................................... ........................... ......
ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... iii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… iv BAB 1 PENDAHULUAN..... PENDAHULUAN.......................... ........................................... ............................................ ....................................... .................
1
1.1. Latar Belakang......................................... Belakang.............................................................. ........................................... .................................... ..............
1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………..
1
1.3. Tujuan Penulisan......................................... Penulisan............................................................... ............................................ ................................. ...........
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………...........................................................
2
2.1. Alasan Pemilihan dan Definisi Bentuk Sediaan....................................... Sediaan............................................ .....
2
2.1.1 Tablet Sublingual…………………………………………………………….. Sublingual …………………………………………………………….. 2 2.1.2 Bentuk Senyawa Zat Aktif …………………………………………………… …………………………………………………… 2 2.1.3 Efek Farmakologi dan Mekanisme Kerja Dalam Dal am Tubuh…………………….. Tubuh …………………….. 3 2.1.4 Zat Tambahan………………………………………………………………… Tambahan ………………………………………………………………… 5 2.1.5 Cara Penyimpanan…………………………………………………………… Penyimpanan …………………………………………………………… 6 2.2 Metode Pembuatan Tablet.................................. Tablet........................................................ ............................................ ........................
7
2.3 Persyaratan Tablet ..………........................................... .................................
9
BAB III PRA FORMULASI ........................................... ................................................................. ..................................... ...............
13
3.1 Data Pra Formulasi Bahan Aktif............................................ Aktif.................................................................... ............................ ....
13
3.2 Data Pra Formulasi Bahan Tambahan ............................................... ............................................................... ................
13
BAB IV FORMULASI…………………………………………………………..
17
4.1 Formulasi dan Penimbangan………………………………………………….
17
4.2 Penimbangan Bahan…………………………………………………………. Bahan………………………………………………………….
17
4.3 Alat dan dan Bahan……………………………………………………………….. Bahan………………………………………………………………..
18
4.4 Prosedur Pembuatan………………………………………………………….. Pembuatan…………………………………………………………..
18
4.5 Evaluasi Serbuk dan Tablet…………………………………………………... Tablet…………………………………………………...
19
BAB V PEMBAHASAN ........................................... ................................................................. ........................................... .....................
21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
24
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
24
6.2 Saran ………………………………………………………………………….
24
DAFTAR PUSTAKA................................. PUSTAKA...................................................... ............................................ ...................................... ...............
25
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Syarat keseragaman bobot tablet………………………………………….. 9 Tabel 4.1 Formulasi dan Penimbangan……………………………………………… 17
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Desintegration Tester ………………………………………………….... 10 Gambar 2.2 Hardness Tester ………………………………………………………… 11 Gambar 2.3 Friability Tester …………………………………………………………. 12
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah kesehatan terutama di negara maju. Penyakit jantung koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (artheroma dan plaques) pada dindingnya. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner, sehingga upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dan merupakan hal yang cukup penting dalam penanganan penyakit jantung koroner. Obat merupakan terapi yang digunakan untuk mengobati pasien dalam masalah dan setiap obat dapat menimbulkan efek dan reaksi yang tidak diinginkan apabila tidak diberikan sesuai aturan. Pemberian obat yang baik meliputi benar obat, benar dosis, benar paien, benar rute pemberian, dan benar waktu. Kelima hal tersebut berpengaruh pada manfaat obat yang akan dirasakan oleh pasien sehingga kelima hal tersebut harus diperhatikan dalam setiap pemberian obat kepada pasien. Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tablet sublingual mengandung bahan obat, yang akan rusak atau diinaktivasi dalam saluran pencernaan sehingga harus berhasil diresorpsi melalui selaput lendir dibawah lidah.Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbs ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. 1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tablet sublingual ? b. Zat aktif apa yang digunakan pada tablet sublingual untuk penyakit jantung ? c. Apa saja zat tambahan untuk tablet sublingual ? d. Apa formulasi tablet sublingual untuk penyakit jantung ? e. Metode apa yang cocok untuk tablet sublingual ? f.
Apa evaluasi yang dilakukan untuk tablet sublingual ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan tablet sublingual untuk penyakit jantung 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan dan Definisi Bentuk Sediaan 2.1.1 Tablet Sublingual
Tablet sublingual mengandung bahan obat, yang akan rusak atau diinaktivasi dalam saluran pencernaan sehingga harus berhasil diresorpsi melalui sela put lendir dibawah lidah. Pada umumnya dalam hal ini ditekankan pelepasan bahan aktif yang lambat. Dalam kondisi ini bagaimana bahan obat dibebaskan, sebaiknya mengikuti proses resorpsi melewati selaput lendir (R.Voight. 1995: 217). Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit diabsorpsi oleh saluran pencernaan (Ansel.2008: 249). Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap dengan cara ini (seperti Nitrogliserin dan hormone steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995: 4). Obat-obatan yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar memberikan efek sistemik, dank arena itu harus dapat diserap dengan baik oleh selaput lendir mulut. Obat yang diserap dari selaput lendir mulut masuk ke aliran daeah selanjutnya masuk ke aliran darah umum. Keuntungan yang mungkin didapat dari pemberian obat ini adalah suasana dalam lambung yang dapat menyebabkan penguraian obat yang luas (untuk beberapa jenis steroid dan hormone) dapat dihindari oleh obat-obat yang diserap dengan baik dalam mulut. Obat dapat bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada tablet yang harus ditelan (Lachman. 1994: 713). Obat ini dapat menimbulkan efek samping sakit kepala. Jika terjadi toleransi, dapat diatasi dengan meningkatkan dosisnya (Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011: 309) 2.1.2 Bentuk Senyawa Zat Aktif
Isosorbid dinitrat ini sebagaimana juga nitrat lainnya berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran empedu, lambung-usus dan kemih. Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogliserida dan nitrat di sel-sel dinding pembuluh. Nitrogliserin ini bekerja merelaksasi sel-sel ototnya, sehingga pembuluh terutama vena mendilatasi dengan langsung. Akibatnyua tekanan darah turun dengan pesat dan aliran darah vena yang 2
kembali ke jantung berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya dikurangi (Tjay. 2008; 600). Pada pasien gagal jantung Nitrogliserin ini juga digunakan sebagai obat gagal jantung kiri akibat iskemia miokard akut, gagal jantung kiri. Obat ini hanya mendilatasi vena dan dengan demikian hanya menurunkan preload jantung (Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011; 309). Sediaan isosorbid dinitrat sublingual dan bukal dapat mengurangi serangan anginal pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4 mg melepaskan rasa sakit sekitar 75% dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila rasa sakit bertahan melebihi 20 – 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet nitrogliserin berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari bantuan darurat (Sukandar, dkk, 2008: 103). Isosorbid dinitrat bekerja tampa hambatan sebagai kapsul yang digigit ataun digunakan dalam bentuk semprot dan diabsorpsi dalam mulut atau farings-paling cepat, tetapi juga paling singkat. Sejak dulu obat ini merupakan obat yang paling utama untuk terapi serangan angina pectoris akut. Jika diberikan secara sublingual, obat ini bekerja dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit (Mutschler., 1991: 474). Isosorbid dinitrat adalah nitrovasodilator digunakan dalam manajemen angina pectoris gagal jantung dan infark miokard (bawah). Gliseril trinitrat diyakini mengerahkan efek vasodilator yang melalui pelepasan oksida nitrat yang menyebabkan stimulasi dari guanylate aderulat dalam pembuluh darah halus sel-sel otot, ini menghasilkan peningkatan guanosin siklik monofosfat (Martindale. 2009: 1296). 2.1.3 Efek Farmakologi dan Mekanisme Kerja Dalam Tubuh 1. Farmakologi
Dinitrat dari gliserol berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran empedu, lambung usus, dan kemih. Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh. NO bekerja mengendurkan sel-sel ototnya, sehingga pembuluh terutama vena mendilatasi dengan langsung. Akibatnya, tekanan darah turun dengan pesan dan aliran darah vena yang kembali ke jantung berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya dikurangi. Arteri koroner juga diperlebar, tetapi tanpa efek langsung terhadap miocard. Penggunaan, per oral untuk menanggulangi serangan angina akut secara efektif, begitupula sebagai profilaksis jangka pendek, misalnya langsung sebelum melakukan aktivitas bertenaga (exertion) atau menghadapi situasi lain yang dapat
3
menginduksi serangan. Secara intravena digunakan pada dekompensasi tertentu setelah infark jantung, jika digoksin dan diuretika kurang meberikan hasil. 2. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat golongan nitrat dimulai ketika metabolisme obat pertama kali melepaskan ion nitit (NO2-), suatu proses yang membutuhkan tiol jaringan. Di dalam sel, NO2- diubah menjadi nitrat oksida (NO), yang kemudian mengaktivasi guanilat siklase, yang menyebabkan peningkatan konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP) intraseluler pada sel otot polos vaskular. Bagaimana cGMP menyebabkan relaksasi, belum diketahui secara jelas, tetapi hal tersebut akhirnya menyebabkan defosforisasi miosin rantai pendek (MCL), kemungkinan dengan menurunkan konsentrasi ion Ca2+ bebas dalam sitosol. Hal tersebut akan menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan kerja jantung melalui efek dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodilatasi menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban hulu) dan volume ventrikel menurun. Beban hulu yang menurun juga memperbaiki perfusi sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi perifer sehingga tegangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir) berkurang. Akibatnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi berkurang. Ini merupakan mekanisme antiangina yang utama dari nitrat organik. 3. Nasib Obat dalam Tubuh
Isosorbid dinitrat dengan cepat diserap dari mulut mukosa. Hal ini juga diserap dari gastrointestinal sistem dan melalui kulit. Bioavailabilitas kurang dari 100% ketika diberikan oleh dari rute-rute disebabkan oleh pra-sistemik izin; bioavailabilitas lebih jauh dikurangi setelah penggunaan oral terhutang untuk luas pertama-pass metabolisme di hati. Durasi kerja adalah sekitar 30 sampai 60 menit dengan sublingual tablet atau semprot dan 3 sampai 5 jam. Dilihat dari farmakokinetiknya, nitrat organik mengalami denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase dalam hati. Golongan nitrat lebih mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya bersifat lebih larut dalam air sehingga efek vasodilatasi dari metabolitnya lebih lemah atau hilang. Eritritil tetranitrat (berat molekul tinggi, bentuk padat) mengalami degradasi tiga kali lebih cepat daripada nitrogliserin (berat molekul rendah, bentuk seperti minyak). Sedangkan isosorbid dinitrat dan pentaeritritol tetranitrat (berat molekul tinggi, bentuk padat) mengalami denitrasi 1/6 dan 1/10 kali dari nitrogliserin. Kadar puncak nitrogliserin terjadi dalam 4 menit setelah pemberian sublingual dengan waktu paruh 1-3 4
menit. Metabolitnya berefek sepuluh kali lebih lemah, tetapi waktu paruhnya lebih panjang, yaitu kira-kira 40 menit. Isosorbid dinitrat paling banyak digunakan, tetapi cepat dimetabolisme oleh hati. Penggunaan isosorbid mononitrat yang merupakan metabolit aktif utama dari dinitrat bertujuan untuk mencegah variasi absorpsi dan metabolisme lintas pertama dari dinitrat yang dapat diperkirakan. 4. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi Pengobatan angina pektoris; bentuk injeksi IV digunakan untuk gagal jantung kongestif (terutama bila disebabkan infark miokard akut); hipertensi pulmoner; emergensi hipertensi selama operasi (terutama selama pembedahan jantung). b. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap nitrat organik; hipersensitif terhadap isosorbide, nitrogliserin, atau
komponen
lain
dalam
sediaan,
penggunaan
bersama
penghambat
phosphodiesterase-5 (PDE-5) seperti sildenafil, tadalafil, atau vardenafil; angle-closure glaucoma (terjadi peningkatan tekanan intraokuler); trauma kepala atau perdarahan serebral (meningkatkan tekanan intrakranial); anemia berat. 2.1.4 Zat Tambahan 1. Amylum Maydis
Pati merupakan bahan penghancur yang paling umum dipakai, dapat digunakan sebagai penghancur dalam (intra granular) dan sebagai penghancur luar (ekstra granular) (Arsul, 2010 ; 24). Pati mempunyai aktivitas sebagai penghancur dengan membentuk ikatan jembatan hidrogen waktu kompresi/kempa dan segera lepas bila kelembaban berlebihan. Mekanisme pengembangannya sangat tergantung dari kekerasan, porositas dan daya kapilaritas yang dimiliki oleh tablet (Arsul, 2010 ; 24). Amilum dimodifikasi memelar dalam air, akan tetapi tetap menjaga keutuhannya. Efektif sebagai penghancur pada konsentrasi 2%-8% (Agoes, Goeswin. 2008: 208). Penghancur, pengikat, pengisi, pelincir dalam pembuatan tablet dan kapsul (Excipients: 685). Pati sebagai bahan pengatur aliran serta sebagai bahan pengikat dan bahan penghancur (Voigt, Rudolf. 1995: 169).
2. Cellulosa
5
Selulosa seperti methylcellulosa dan Nacarboxymethylcellulosa menghasilkan tablet cukup keras, dapat digunakan dalam bentuk larutan atau ditambahkan dalam bentuk kering kemudian ditambahkan dengan air, granul yang dihasilkan kurang memuaskan (Arsul, 2010 ; 21) Selulosa digunakan sebagai zat tambahan sebagai pengikat/pengisi , juga sebagai pelincir dan penghancur (Excipien 6 th, 130). Yang sangat disarankan untuk dipakai adalah sellulosa kristalin mikro khusus untuk tabletasi langsung (R. Voight, 202). 3. Laktosa
Laktosa juga merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat (menurut lachman hal. 699). Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8). Di samping sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik. Yang umum digunakan adalah jenis pati dan laktosa (menurut R.Voight hal. 202). Laktosa secara luas digunakan dalam tablet kompresi langsung dan sebagai pengisi tablet dan kapsul (menurut Excipient hal. 385). 4.
Talk
Digunakan karena talk tidak diserap secara sistemik setelah konsumsi oral sehingga dianggap tidak beracun (Rowe, 2009:728). Selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan tablet dan dinding cetakan ketika tablet dilempar dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi (Ansel, 2008, 266). Talk mempunyai sifat-sifat anti-lekat (Lachman, 2008: 703). 2.1.5 Cara Penyimpanan
Pada umumnya tablet sangat baik disimpan dalam wadah yang tertutup rapat di tempat dengan kelembaban nisbi yang rendah, serta terl indung dari temperatur tinggi. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat disertai pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam wadah yang dapat menahan masuknya cahaya (Ansel, 1989). Untuk tablet sublingual yang mengandung isosorbid dinitrat (Tablet isosorbid dinitrat) memiliki peraturan tersendiri dalam pengemasannya, yaitu :
6
a.
Semua tablet harus dikemas dalam wadah gelas dengan tutup logam yang sesuai dan dapat diputar.
b.
Tiap wadah tidak boleh berisi lebih dari 100 tablet.
c.
Tablet harus disalurkan dalam wadah aslinya dan pada labelnya ada tanda peringatan “untuk mencegah hilangnya potensi, jagalah tablet ini dalam wadah aslinya dan segera tutup kembali wadahnya setelah pemakaian”.
d. Semua tablet harus disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang diatur antara 59 o sampai 86 oF (Ansel, 1989). 2.2 Metode Pembuatan Tablet a. Granulasi basah (wet granulation)
Granulasi basah adalah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif tahan lembab dan tahan panas dan sifat alirannya buruk. Keuntungan granulasi basah : 1. Memperoleh aliran yang lebih baik 2. Meningkatkan kompresibilitas 3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai 4. Mengontrol pelepasan 5. Mencegah pemisahan komponen selama prose 6. Meningkatkan distribusi keseragaman kandungan Kekurangan/kerugian granulasi basah : 1. Tahap pengerjaan lebih lama 2. Banyak tahapan validasi yang harus dilakukan 3. Biaya cukup tinggi 4. Zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini. b. Granulasi kering (slugging)
Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar, lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. metode ini boleh digunakan apabila :
7
Zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Keuntungan granulasi kering : 1. peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah 2. Cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab 3. Tahap pengerjaan tidak terlalu lama 4. Biaya lebih efisien dibanding granulasi basah 5. Mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat Kerugian/kekurangan granulasi kering : 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk slug 2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam 3. Proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang c. Kempa langsung (KL)
Kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa, umumnya pengisi yang digunakan adalah avicel. Keuntungan metode kempa langsung : 1. Lebih ekonomis 2. Lebih singkat prosesnya 3. Dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab 4. Waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat Kerugian/kekurangan metode kempa langsung : 1. Kurang seragamnya kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat aktif dan pengisi berbeda. 2. Zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung 3. Sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki kompresibilitas, kohesifitas dan adhesifitas yang baik dsb.
8
2.3 Persyaratan Tablet
Syarat tablet menurut FI edisi III & FI edisi IV Prosedur ini dilakukan dalam IPC (In Process Control) pada pembuatan tablet. IPC adalah pengujian yang dilakukan selama proses produksi dalam industri farmasi. Pengujian yang dilakukan adalah : 1. Keseragaman ukuran (FI ed. III) Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet. 2. Keseragaman Bobot (FI ed III) dan Keseragaman sediaan (FI ed. IV) ·
Keseragaman Bobot Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI ed. III):
a.
Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobit rata-ratanya
b. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”. c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”. Tabel 2.1 Syarat keseragaman bobot tablet Bobot
Penyimpangan bobot rata-rata tablet dalam %
rata-rata tablet
A
B
<25
15
30
26 – 150 mg
10
20
7,5
15
5
10
151 – 300 mg >300 mg Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau le bih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.
9
Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet b ersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. (FI ed. IV) 3. Waktu Hancur dan Disolusi (FI ed. III dan FI ed. IV)
Gambar 2.1 Desintegration Tester Alat untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration Tester . Cara kerjanya:
Memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet (menurut FI ed. IV) ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.
Waktu hancur tablet salut enteric : a. Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida (HCl) 0.06 N. b. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8 atur suhu antara 36°C dan 38°C, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. c. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi
10
pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penutun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat diatas. d. Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali t ablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda. Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam. 4. Kekerasan Tablet (FI ed. III)
Gambar 2.2 Hardness Tester Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness tester atau dengan tiga jari tangan. 5. Keregasan Tablet (Friability) Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut Friability tester.
11
Gambar 2.3 Friability Tester Caranya:
Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram)
Masukkan tablet ke dalam alat
Putar alat tersebut selama 4 menit (kecepatan 20 rpm)
Keluarkan tablet, bersihkan dari debu, dan ditimbang (W2 gram)
Kerapuhan tablet yang didapat adalah W1 - W2 / W1 x 100%
Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%
12
BAB III PRA FORMULASI 3.1 Data Pra Formulasi Bahan Aktif
Nama resmi
: ISOSORBIDE DINITRAT
Nama lain
: Sorbid nitrat
Rumus molekul
: C6H8 N2O2
Berat molekul
: 263,1
Struktur kimia
:
Gambar 3.1 Struktur kimia Isosorbid dinitrat Pemerian
: Putih atau hampir putih, kristal bubuk
Kelarutan
: Sangat sedikit larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol
Penyimpanan
: Dalam wadah kedap udara.
Kegunaan
: Zat aktif
3.2 Data Pra Formulasi Bahan Tambahan 1. Amylum Maydis (Exipient, 2009:685)
Nama Resmi
: AMYLUM MAYDIS
Nama Lain
: Pati jagung
Pemerian
: Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Range
: 5 – 10 %
Stabilitas
: Pati kering stabil dilindungi dari kelembaban tinggi. Pati akan lembab jika disimpan di bawah kondisi normal. Pati secara fisik
tidak
stabil
dan
mudah
dimetabolisme
oleh
mikroorganisme bila digunakan untuk granulasi basah. Penyimpanan
: Dalam wadah kedap udara, ditempat yang sejuk dan kering
Kegunaan
: Sebagai zat penghancur.
13
2. Cellulosa (Exipient, 2009:129)
Nama Resmi
: CELLULOSUM
Nama Lain
: Selulosa
Berat Molekul
: 36
Rumus Molekul
: C 6H10O5
Struktur Kimia
:
Gambar 3.2 Struktur kimia Selulosa Pemerian
: Serbuk hablur sangat halus, putih, tidak berbau
Range
: 5 – 15 %
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, dalam asam encer dan dalam kebanyakan pelarut organik, Sukar larut dalam larutan natrium hidroksida encer P.
Kestabilan
: Stabil dengan keadaan zat higroskopik, harus disimpan di tempat tertutup rapat dan kering.
Incompability
: Pengoksidator kuat
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai zat pengikat.
3. Lactose (Excipients 6th, 2009:364)
Nama Resmi
: LACTOSUM
Nama Lain
: Laktosa, Gula Susu, Saccharum Lactis
Berat Molekul
: 360,31
Rumus Molekul
: C 12H22O11H2O
14
Struktur kimia
:
Gambar 3.3 Struktur kimia Laktosa Pemerian
: Padat, merupakan kristal atau serbuk putih atau sedikit putih.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, eter. Larut dalam 1 bagian air pada 5,24 bagian laktosa, 1 bagian air pada 3,05 bagian laktosa pada suhu 40 oC, 1 bagian air pada 2,30 bagian laktosa pada suhu 50oC, 1 bagian air pada 1,71 bagian laktosa pada suhu 60oC, 1 bagian air pada 0,96 bagian laktosa pada suhu 80oC.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
Kegunaan
: Sebagai zat pengisi
Konsentrasi
: 65-85% (Excipients.2000:276)
Stabilitas
: Cetakan mengembang kira-kira relatif pada kelembaban ± 80%.
Laktosa
mungkin
berubah
menjadi
berwarna
coklat/sawo pada penyimpanan, reaksi ini dipengaruhi oleh panas dan kondisi yang lembab. Kemurnian laktosa dapat berubah dan berbeda sehingga penting dalam mengevaluasi warnanya
sebelum
digunakan
dalam
formulasi
tablet.
Stabilitas dari jenis warna laktosa juga berbeda. Incompability
: Banyak terjadi reaksi kondensasi antara laktosa dan campuran dengan kelompok amina primer sehingga terbentuk warna coklat/sawo, atau warna kuning kecoklatan. Banyak pula interaksi yang dapat terlihat dari laktosa dan amina sekunder. Bagaimanapun,
reaksi
akibat
ini
akan
berhenti dengan pembentukan amina, dan tidak menghasilkan warna kuning kecoklatan.
15
4. Talk (Excipients 6th, 2009:728)
Nama Resmi
: TALC
Nama Lain
: Altalc; E553b; hydrous magnesium silicate; Imperial; Luzenac Pharma; magnesium hydrogen metasilicate; Magsil soapstone; steatite; Superiore; talcum.
Berat Molekul
: 667
Struktur kimia
:
Gambar 3.4 Struktur kimia Laktosa Range
: Lubricant dan Glidant : 1,0 – 10,0 %
Diluent tablet
: 5,0 – 30,0%
Incompabilitas
: Tidak kompatibel dengan senyawa surfaktan
Stabilitas
: Merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan 160oC.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, kering dan di tempat yang sejuk.
Kegunaan
: Sebagai zat pelincir.
16
BAB IV FORMULASI 4.1 Formulasi dan Penimbangan
Nama Bahan Aktif
: Isosorbid Dinitrat
Bentuk Sediaan
: Tablet Sublingual
No.
Nama Bahan
Kegunaan
% Lazim
%
Per Tablet
Pakai
1.
Isosorbid
Per Batch
Zat Aktif
5;10 mg
5 mg
5 mg
500 mg
Amylum
Zat
5-10%
7,5 %
7,5 mg
750 mg
Maydis
Penghancur
3.
Selulosa
Zat Pengikat
5-15%
10 %
10 mg
1000 mg
4.
Talk
Zat pelincir
1-10%
7,5 %
7,5 mg
750 mg
5.
Lactosa
Zat pengisi
70 mg
7000 mg
0,1 g
10 g
Dinitrat 2.
ad 100 mg
Jumlah 4.2 Penimbangan Bahan
Per Dosis ISDN 5 mg Dosis angina pectoris
: 1 tablet 5 mg sublingual letakkan dibawah lidah hingga larut pelan-pelan.
Mencegah kambuh
: Sehari 3-4x sehari 1-2 tablet 5 mg
Mencegah serangan malam
: 1-2 tablet 5 mg sebelum tidur (ISO;Vol.47;300).
a. Per tablet Tiap tablet 100 mg mengandung : Isosorbid dinitrat
5 mg
Amylum Maydis
7,5%
Selulosa
10%
Talk
7,5%
Lactosa
ad
100 mg
Isososobid dinitrate
= 5 mg
Amylum Maydis
=
Selulosa
=
7,5
x 100 mg = 7,5 mg
100 10
x 100 mg = 10 mg
100
17
7,5
Talk
=
x 100 mg = 7,5 mg
Laktosa
= 100 – (5 + 7,5 + 10 + 7,5)
100
= 100 – 30 = 70 mg b. Per Batch Isosorbid dinitrat =
5 mg x 100 = 500 mg = 0,5 g
Amylum Maydis = 7,5 mg x 100 = 750 mg = 0,75 g Selulosa
= 10 mg x 100 = 1000 mg = 1 g
Talk
= 7,5 mg x 100 = 750 mg
Laktosa
= 70 mg x 100
= 0,75 g
= 7000 mg = 7 g
4.3 Alat dan Bahan a.
Alat
1.
Disentigrator tester
2.
Flow tester
3.
Hardness tester
4.
Jangka sorong
5.
Moisture balance
6.
Tap Density tester
7.
Timbangan digital
b.
Bahan
1.
Isosorbid dinitrat
2.
Selulosa
3.
Laktosa
4.
Talcum
4.4 Prosedur Pembuatan
Metode yang digunakan adalah kempa langsung. Adapun langkah – langkah pembuatan tabletnya sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Sebelum bahan ditimbang maka diayak terlebih dahulu. Bahan yang telah diayak dan ditimbang; Isosorbit dinitrat 0,5 g, Amylum maydis 0,75 g, selulosa 1 g, talk 0,75 g dan laktosa 7 g 3. Semua bahan baik zat aktif maupun zat tambahan haluskan 4. Bahan-bahan yang telah tercampur homogen dan telah dievaluasi serbuk 18
5. Masukkan kedalam alat kempa langsung untuk memulai pembuatan tablet dengan metode kempa langsung 6. Lakukan evaluasi sediaan. 4.5 Evaluasi Serbuk dan Tablet 1. Pengujian Kemampuan Alir
Sebanyak 20 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam flow tester untuk diuji laju alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan turun ke bawah, waktunya dicatat, diameter dan tingginya diukur. 2. Pengujian Kerapatan curah dan kerapatan mampat
25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan timbangan, lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati – hati kedalam alat tapped density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat, kemudia alat tapped density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel setelah 4 menit dicatat kembali. 3. Pengujian Susut Pengeringan
Sejumlah 10 gram zat (bahan) ditimbang, kemudian dimasukkan ke alat moisture balance yang sebelumnya telah dibersihkan dan ditara dahulu. Bahan yang telah dimasukkan ke alat diratakan dengan cara digoyang-goyang. Setelah rata, tutup alat dan dicatat bobot awal dari zat. Lalu tekan Start dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70oC. Dicatat kadar air yang dihasilkan dan dicatat juga bobot akhir dari zat (bahan) uji. 4. Pengujian Keseragaman Bobot
Sejumlah 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu per satu, dihitung bobot rata-ratanya maka menurut farmakope Indonesia edisi III tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu ta blet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mecukupi 20 tablet dapat digunakan 10 tablet tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom B.
5. Pengujian Keseragaman Ukuran
19
Tablet sebanyak 20 buah disiapkan. Masing-masing tablet diukur diameter dan ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran dicatat, lalu dihitung rata-ratanya. Syarat diameter (FI III) : 1 1/3 – 3x diameter. 6. Pengujian Kekerasan
Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan alat Hardness Tester. Alat dinyalakan. Satu per satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit (diantara pegas dan penekan). Tablet dijepit dengan memutar bagian bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam dengan panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti dan menunjukkan angka atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet. Kemudian ditekan tombol panah ke kiri untuk mengembalikan tekanan ke awal. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing tablet. 7. Pengujian Friabilitas
Di timbang tablet dengan rentang berat 6 – 6,5 g kemudian tablet yang sudah di timbang dimasukan kedalam alat friabilator . Tombol On di tekan, lalu tunggu selama 4 menit. Setelah itu berat akhir di timbang, lalu dihitung % friabilitasnya. Syarat : tidak lebih dari 1%.
20
BAB V PEMBAHASAN
Pada makalah ini sediaan tablet isosorbit dinitrat dengan metode kempa langsung digunakan formula sebagai berikut: Tiap tablet 100 mg mengandung : Isosorbid dinitrat
5 mg
Amylum Maydis
5%
Selulosa
10 %
Talk
7,5 %
Lactosa
ad
100 mg
Untuk kemudian dibuat tablet sebanyak 100 tablet dengan komposisi tiap tablet sebesar 100 mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode pembuatan ta blet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah ata u kering. Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah Isosorbid dinitrate (ISDN). ISDN ini sebagaimana juga nitrat lainnya berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran
empedu,
lambung-usus
dan
kemih.
Berkhasiat
vasodilatasi
berdasarkan
terbentuknya nitrogliserida dan nitrat di sel-sel dinding pembuluh. Nitrogliserin ini bekerja merelaksasi sel-sel ototnya, sehingga pembuluh terutama vena mendilatasi dengan langsung. Akibatnya tekanan darah turun dengan pesat dan aliran darah vena yang kembali ke jantung berkurang. Penggunaan oksigen jantung menurun dan bebannya dikurangi. ISDN mempunyai rumus molekul C6H8 N2O2 dan pemeriannya putih atau hampir putih, kristal bubuk. Pati merupakan bahan penghancur yang paling umum dipakai, dapat digunakan sebagai penghancur dalam (intra granular) dan sebagai penghancur luar (ekstra granular). Dalam formula ini konsentrasi dari amylum maydis adalah sebesar 5% sehingga dalam formula ini amylum maydis digunakan sebagai zat penghancur. Amylum maydis dapat digunakan sebagai Penghancur, pengikat, pengisi, pelincir dalam pembuatan tablet dan kapsul (Excipients: 685).
21
Eksipien berikutnya adalah Selulosa digunakan sebagai zat tambahan sebagai pengikat/pengisi, juga sebagai pelincir dan penghancur (Excipien 6 th, 130). Yang sangat disarankan untuk dipakai adalah sellulosa kristalin mikro khusus untuk tabletasi langsung (R. Voight, 202). Konsentrasi yang digunakan untuk selulosa yang dapat berfungsi sebagai distintegrator tablet adalah antara 10-15% dengan konsentrasi optimum adalah 10%. Pada formulasi yang digunakan dalam makalah ini konsentrasi selulosa yang digunakan adalah 10% sehingga dapat berfungsi sebagai pengikat. Talkum merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai anticaking agent, glidant, pembawa dalam sediaan tablet, dan sebagai pelincir tablet. Talkum juga dapat berfungsi sebagai penghambat disolusi zat aktif dari tablet untuk sediaan lepas lambat. Talkum merupakan senyawa dengan rumus molekul Mg 6(Si2O5)4(OH)4 dengan pemerian serbuk sangat halus, serbuk keputihan dan agak abu. Laktosa digunakan sebagai pengisi tablet. Dalam formulasi ini digunakan laktosa sampai sediaan tablet berjumlah 100 mg per tabletnya. Setelah evaluasi serbuk dilakukan, serbuk di persiapkan untuk dicetak. Serbuk yang telah dicampurkan dengan pelincir diaduk hingga homogen supaya terdistribusi homogen dan hasil tiap tablet yang dicetak memiliki kualitas yang sama. Setelah itu, tablet dicetak dengan menggunakan mesin kempa single punch. Dilakukan beberapa kali pencetakan awal, dimana setiap 1 tablet yang dibuat kemudian diuji bobot dan kekerasannya. Hal ini dilakukan supaya tablet yang dicetak memenuhi rentang bobot tablet teoritis yang diizinkan, yaitu sekitar 100 mg.Setelah itu cetak semua tablet. Setelah seluruh tablet dicetak, dilakukan evaluasi tablet. Pengujian keseragaman bobot dan ukuran dilakukan untuk melihat keseragaman dosis pada masing-masing tablet. Lakukan evaluasi keseragaman bobot berdasarkan FI III, untuk uji keseragaman bobot pada tablet yang telah dibuat dengan bobot rata-rata tersebut (bobot rata-rata 151-300 mg), dinyatakan bahwa tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari 7,5% bobot rata-rata dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 15% bobot rata-rata. Pada pengujian keseragaman ukuran, setelah didapatkan diameter rata-rata s dan tebal rata-ratanyta. pada farmakope disebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat tablet sehingga mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada pengujian kekerasan, tablet diletakan dengan posisi vertikal dimana permukaan tablet bagian tebal tablet menyentuh 22
permukaan alat uji hardness tester , karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat terukur. Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Pada pengujian frialbilitas, digunakan tablet dengan rentang 6-6,5 g. % friabilitas tidak boleh lebih dari 1%.
23
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
a. Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap dengan cara ini (seperti Nitrogliserin dan hormone steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan b. Isosorbid dinitrat ini sebagaimana juga nitrat lainnya berkhasiat relaksasi otot pembuluh, bronchia, saluran empedu, lambung-usus dan kemih. Berkhasiat vasodilatasi berdasarkan terbentuknya nitrogliserida dan nitrat di sel-sel dinding pembuluh. c. Zat tambahan yang digunakan untuk membuat sediaan tablet sublingual yaitu amylum maydis, cellulosa, laktosa, dan talcum. d. Formulasi yang digunakan yaitu : isosorbid dinitrate sebagai zat aktif, amylum maydis sebagai penghancur, cellulosa sebagai pengikat, laktosa sebagai pengisi dan talk sebagai pelincir. e. Metode yang digunakan yaitu kempa langsung. f. Evaluasi yang digunakan yaitu -
Pengujian Kemampuan Alir.
-
Pengujian Kerapatan curah dan kerapatan mampat
-
Pengujian Susut Pengeringan
-
Pengujian Keseragaman Bobot
-
Pengujian Keseragaman Ukuran
-
Pengujian Kekerasan
-
Pengujian Friabilitas.
6.2 Saran
Dengan adanya tugas ini, penulis dapat lebih memahami tentang pembuatan tablet sublingual untuk penyakit jantung. Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.
24