TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN PANGAN “Studi Kelayakan Bisnis”
Oleh : Meilani Anugrah Anugrah G. 115100100111055 115100100111055 Lilis Karlina
115100500111010 115100500111010
Luvviana H. M
115100500111016 115100500111016
Yayuk D.
115100500111030 115100500111030
Ainina A. S.
115100513111004 115100513111004
Kelas : A Dosen : Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS.
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Dasar Gagasan Membuka Bisnis Baru/ Pengembangan Bisnis
Bisnis yang dirancang yaitu bisnis pangan dengan bahan baku limbah nanas yang berupa kulit nanas dan diolah menjadi nata de pina. Penggunaan limbah nanas ini ditujukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh beberapa industry berbasis nanas serta untuk meningkatkan nilai ekonomi dari limbah nanas itu sendiri. Limbah nanas ini diperoleh misalnya dari industry selai nanas, minuman fermentasi nanas, dsb. Produk nata de pina dipilih dikarenakan produk pangan ini memiliki peluang pasar yang cukup besar. Nata umumnya umumnya digunakan sebagai makanan makanan penyegar (pencuci mulut), yaitu dihidangkan dalam bentuk campuran dengan buah-buahan (cocktail), serta dapat dihidangkan secara dingin, dicampur dengan es, campuran kue srikaya, atau sebagai pengisi es krim, pengisi jelly dan sebagainya. Nata didaulat sebagai makanan kesehatan dikarenakan kandungan seratnya yang tinggi namun rendah kalori. Bahkan orang Jepang mempercayai bahwa produk ini mampu melindungi tubuh dari kanker dan baik bagi pencernaan. pencernaan. Karena rendah kalori dan tinggi ti nggi serat, produk pangan ini cocok dikonsumsi oleh orang yang sedang melakukan diet. Oleh karena itu, produk nata ini memiliki prospek yang cerah seiring mulai bertambahnya bertambahnya kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi mengkonsumsi makanan yang sehat. Selain itu, peluang ekspor nata juga terbuka lebar. Negara pengimpor antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Pada tahun 1996 kedua negara ini membutuhkan pasokan antara 50-100 ton per bulan. Negara pengekspor pengekspor terbesar saat ini adalah Filipina, akan tetapi negara ini belum mampu memenuhi memenuhi permintaan tersebut, sehingga peluang Indonesia untuk mengekspor mengekspor produk nata ini masih terbuka lebar. Diperkirakan masa depan dari bisnis nata ini akan semakin cerah. Hal ini dikarenakan kegunaan produk yang semakin beragam. Selain sebagai makanan penyegar, nata juga telah mulai digunakan sebagai bahan membrane akustik untuk sound untuk sound system seperti system seperti di Australia. 1.2
Nama dan Alamat Perusahaan
Perusahaan nata de pina ini memiliki nama perusahaan yaitu PT. Food Ind. dimana lokasi yang akan digunakan dalam mendirikan perusahaan dan pabrik ini adalah di Pasuruan. Letak lokasi perusahaan nata yang dirancang ini ditetapkan setelah dilakukan peninjauan dan analisis dengan menggunakan tabel keputusan untuk lokasi perusahaan. Nata de pina yang berasal dari limbah nanas ini memiliki umur simpan yang cukup tinggi, namun tidak dengan bahan bakunya yakni kulit nanas. Kulit nanas ini memiliki umur yang relatif pendek s ehingga ehingga lokasi perusahaan haruslah dekat dengan sumber bahan baku agar kualitas bahan baku tetap terjaga dan produk yang dihasilkan pun juga akan memiliki kualitas yang baik. Bahan baku berupa kulit nanas ini diperoleh dari industry minuman nanas yang terdapat dibeberapa wilayah seperti Jogja dan Pasuruan itu sendiri. Pasar produk ini adalah seluruh Indonesia, dan seperti yang dijelaskan diatas bahwa nata memiliki umur simpan yang cukup tinggi maka lokasi perusahaan yang mungkin jauh dari pasar tidaklah masalah asalkan kualitas produk dapat dijaga. dijaga. 1.3
Bidang Usaha
Perusahaan yang kami rancang ini bergerak di bidang usaha pangan dimana industry ini tergolong industry manufaktur. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, oleh karena itu bisnis pangan tentu akan memiliki prospek yang cerah mengingat setiap orang tidak dapat lepas
dari makanan. Industry manufaktur ini dirancang untuk memproses pengolahan nata dari limbah nanas, mulai dari penerimaan bahan baku hingga proses pendistribusian. 1.4
Bentuk Perusahaan
Bentuk perusahaan yang kami rancang ini adalah PT (Perseroan Terbatas), yaitu perserikatan beberapa pengusaha pengusaha swasta menjadi satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama, bersama, di mana perusahaan memberikan memberikan kesempatan kesempatan kepada masyarakat masyarakat luas untuk menyertakan menyertakan modalnya ke perusahaan dengan cara membeli membeli saham perusahaan. Bentuk perusahaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Tabel I.1 Kelebihan K elebihan dan kekurangan PT (Perseroan Terbatas)
Kelebihan a) Memiliki masa hidup yang tidak terbatas b) Pemisahan kekayaan dan utang-utang pemilik dengan kekayaan dan utang-utang perusahaan c) Kemampuan keuangan yang sangat besar d) Kemampuan manajerial yang tinggi e) Kontinuitas kerja karyawan yang panjang.
Kekurangan a) Pajak yang besar karena PT merupakan subyek pajak tersendiri sehingga bukan perusahaan yang kena pajak, tetapi deviden yang dibagikan kepada pemegang saham juga kena pajak b) Penanganan aspek hukum yang rumit karena dalam pendirian PT memerlukan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu c) Biaya pembentukan yang relative tinggi dibandingkan dengan badan usaha lain d) Kerahasiaan perusahaan kurang terjamin karena setiap aktivitas perusahaan harus dilaporkan kepada pemegang saham.
(Sumber : Suliyanto, 2010)
1.5
Gambaran Perkembangan Perusahaan
Nata merupakan merupakan bahan pangan hasil olahan dengan proses fermentasi. Nata yang umum dipasaran adalah nata de coco yang berasal dari air kelapa dan nata de pina dari nanas. Perusahaan yang kami rancang ini juga berbasis nanas namun menggunakan bahan baku berupa limbah nanas, bukan buahnya. Hal ini dilakukan karena adanya limbah nanas yang cukup banyak dan untuk memanfaatkan limbah tersebut agar memiliki nilai jual lebih tinggi kami menyusun rancangan perusahaan ini yaitu perusahaan yang bergerak dalam pengolahan limbah nanas menjadi nata dengan proses fermentasi. fermentasi. Selain itu, dengan penggunaan bahan baku berupa limbah nanas, tentu HPP (harga pokok produk) akan menjadi menjadi lebih rendah. Jika HPP rendah otomatis harga produk akan lebih murah dan ini dapat dijadikan salah satu alat promosi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama. Dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk yang sama dari perusahaan lain tentu produk perusahaan yang kami rancang ini akan lebih unggul, karena tidak dipungkiri masyarakat yang merupakan konsumen tentu lebih memilih produk dengan harga yang lebih murah dengan kualitas yang bagus. Dengan demikian, dapat dipastikan profit yang akan didapat pun akan meningkat tiap tahunnya, mengingat mengingat konsumsi nata akan meningkat pula tiap tahunnya, tahunnya, dan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan yang kami rancang, kami akan melakukan inovasiinovasi berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen. Inovasi yang kami lakukan ini misalnya saja penambahan penambahan varian rasa nata, varian kemasan, kemasan, dan sebagainya. sebagainya. Di Indonesia sendiri nata yang paling banyak dipasarkan adalah nata de coco, sedangkan nata de pina masih belum begitu banyak. Oleh karena itu, dengan dirancangnya perusahaan ini diharapkan
nata de pina atau nata yang terbuat dari nanas ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat dan menjadi salah satu pilihan varian di masyarakat.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN DEWASA INI 2.1
Gambaran Umum Perusahaan Perusahaa n
Perusahaan nata yang paling banyak di Indonesia adalah nata de coco. Salah satunya adalah perusahaan nata de coco di Kabupaten Lampung Selatan. Di daerah ini terdapat tiga jenis j enis usaha nata de coco, yaitu: pertama usaha membuat nata de coco lembaran (mentah) saja, kedua usaha membuat nata de coco kemasan saja, dan ketiga adalah usaha membuat nata de coco lembaran sekaligus kemasan. Perusahaan yang akan dibahas pada bab ini adalah perusahaan jenis ketiga, yakni usaha membuat nata de coco lembaran dan kemasan. Perusahaan jenis ini memiliki kegiatan memproduksi nata de coco mentah sendiri sampai menjadi nata de coco kemasan. Perusahaan nata yang terletak di Lampung Selatan ini dapat dipastikan dipastikan berprod b erproduksi uksi secara s ecara kontinyu/permanen kontinyu/permanen sepanjang tahun. Bahan baku pada perusahaan ini ini diperoleh dari perusahaan lain di Lampung Lampung Selatan yang bergerak bergerak di bidang pangan dengan dengan memanfaatkan memanfaatkan kelapa sebagai sebagai bahan bakunya. 2.2
Perizinan
Perusahaan formal seperti perusahaan kategori tiga ini hanya perlu mendapatkan izin usaha dari pemerintah pemerintah daerah. Perizinan memerlukan memerlukan biaya yang mana mana dikeluarkan hanya satu kali pada awal usaha. Karena hanya dikeluarkan satu kali, biaya perizinan ini tidak mengalami penyusutan. Biaya perizinan ini masuk ke dalam fixed cost (biaya tetap). Biaya yang dikeluarkan untuk perizinan ini yaitu Rp 3.300.000. 2.3
Aspek Teknis Produksi/ Operasi
a. Lokasi Usaha
Terkait dengan jenis produk, di daerah survey Kabupaten Lampung terdapat tiga macam produsen yaitu produsen yang menghasilkan menghasilkan nata de coco lembaran, produsen yang menggunakan menggunakan nata de coco lembaran untuk diolah kembali menjadi nata de coco kemasan siap konsumsi dan produsen yang menangani menangani keduanya, yaitu membuat membuat nata de coco lembaran sekaligus membuat membuat nata de coco kemasan. Input utama dari nata de coco adalah air kelapa. Lokasi usaha untuk jenis usaha nata de coco ketiga yaitu usaha membuat nata de coco lembaran sekaligus membuat nata de coco kemasan tidaklah menuntut tempat khusus dan tidak harus dekat dengan sumber inputnya (bahan baku). Usaha nata de coco ini tidak harus dekat dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air kelapa yang digunakan tidak harus air kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung selama kurang lebih 5-6 hari sebelum memasuki proses produksi. Meski demikian, usaha ini tetap terletak di Kabupaten Lampung Selatan. b. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Dalam proses pembuatan nata de coco, terdapat fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Usaha ini sangat membutuhkan fasilitas bangunan, sumber air dan pembuangan limbah cair. Peralatan usaha nata de coco sangat sederhana dan dapat ditemukan dengan mudah di sekitar lokasi usaha. Berikut ini adalah fasilitas dan peralatan yang biasa digunakan: Fasilitas : 1. Bangunan untuk proses produksi. Proses produksi membutuhkan suhu kamar yang optimal. 2. Pompa air untuk memasok air dari sumur 3. Tandon air untuk tempat menyimpan cadangan air dalam proses pencucian
4. Tempat pembuangan limbah cair.
Peralatan: 1. Botol bekas syrup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit 2. Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber bahan baku seperti dari para petani kopra, pasar, dan lain-lain 3. Hand refractometer refractometer untuk untuk mengukur kandungan padatan air kelapa 4. Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de coco 5. Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain (seperti serabut, pecahan tempurung, dll) dari air kelapa 6. Panci/ dandang perebus, dimana sebaiknya alat ini terbuat dari stainless steel untuk menghindari reaksi dengan media maupun produk nata de coco yang dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air kelapa dan juga nata de coco 7. Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor bisa dengan kompor spiral yang dilengkapi dengan solenoid ataupun kompor gas 8. Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless atau stainless steel steel 9. Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/ memindahkan 10. Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur pengukur volume) digunakan untuk menuangkan menuangkan bahan air kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastic 11. Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi 12. Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi 13. Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/ nampan plastic selama proses fermentasi 14. Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/ koran penutup baki/ nampan 15. Ember pencuci 16. Pisau dan telenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus kubus nata de coco 17. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat 18. Teko 19. Kursi 20. Sepatu plastic 21. Sarung tangan 22. Timbangan 23. Mesin press
c. Bahan Baku
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air a ir kelapa yang telah t elah dibasikan/ disimpan kurang lebih 5 sampai 6 hari. Bahan pembantu digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan bakteri ( Acetobac ( Acetobacter ter xylinum) xylinum) dan untuk mengatur kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri tersebut. Penggunaan bahan baku tersebut bervariasi tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan tambahan yang biasa digunakan:
Untuk nata de coco lembaran: a. Air kelapa sebagai media fermentasi bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Acetobacter xylinum b. Gula pasir pasir sebagai sumber sumber karbohidrat c. Asam cuka glasial/ cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH)
d. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen e. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco f. Asam sitrat (zitrun zuur) g. Bibit nata de coco (starter Acce (starter Accetobacter tobacter xylinum) xylinum) h. Air i. Minyak tanah atau gas sebagai bahan bakar untuk merebus nata hasil fermentasi.
Untuk nata de coco kemasan: a. Gula/syrup b. Pewarna Pewarna c. Pewangi d. Pengawet e. Kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik) f. Kardus g. Lakban d. Tenaga Kerja
Produksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Kebutuhan tenaga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Tenaga kerja tetap bekerja kurang lebih 8 jam per hari, sedangkan tenaga tidak tetap biasanya berdasarkan borongan. Misalnya Misalnya untuk membersihkan membersihkan nata de coco lembaran lembaran tenaga kerja diupah Rp 50 per lempeng. e. Teknologi
Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat guna. Untuk usaha nata de coco lembaran dan kemasan ini dapat dilakukan tanpa peralatan mekanis. Kalau pun menggunakan peralatan mekanis, mekanis, peralatan peralatan tersebut dapat dapat dirancang dirancang sendiri. Sebagai Sebagai contoh, pisau/ mesin mesin pemotong 3 nata lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm dapat dirancang sendiri dan dipesan di pasar lokal. Namun demikian, terdapat beberapa mesin seperti mesin kemasan kemasan yang harus didatangkan dari luar daerah sebab memiliki desain khusus. f. Proses Produksi
Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu: penyaringan; pemasakan dan pencampuran pencampuran bahan pemban p embantu; tu; penempatan penempatan dalam nampan dan pendinginan; inokulasi (penanaman/ (penanaman/ penebaran) penebaran) bibit (starter Acetobacter Acetobacter xylinum); xylinum); pemeraman (fermentasi); panen dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi). 1. Penyaringan. Bahan baku berupa air kelapa bisa dibasikan selama kurang lebih 4 hari. Kemudian, air kelapa tersebut disaring dengan menggunakan penyaring lembut untuk memisahkan memisahkan air kelapa dengan material-material atau kotoran-kotoran seperti: sabut, pecahan pecahan batok kelapa, cikal/ cikal/ buah kelapa dan lain-lain. Kandungan air kelapa yang masih segar berkisar antara 400-500 ml per butir. Buah kelapa yang berumur 4-5 bulan memiliki volume air yang maksimum. Namun demikian, kualitas air kelapa yang paling baik adalah ketika buah kelapa berumur kurang lebih 5 bulan dengan kandungan total padatan maksimal 6 gram per 100 ml. Kandungan Kandungan gula gula terlarut biasa diukur diukur dengan menggunakan menggunakan hand refractometer. refractometer. 2. Pemasakan dan Pencampuran Bahan Pembantu. Air kelapa yang sudah di saring selanjutnya dimasukkan ke dalam panci/ dandang stainless dandang stainless steel untuk untuk dimasak sampai mendidih selama
3.
4.
5.
6.
kurang lebih 30 menit. Selama mendidih bahan-bahan pembantu seperti: gula pasir, pupuk ZA, garam inggris, asam sitrat ( zitrun zuur ) ditambahkan. Sebelum pendidihan diakhiri, ditambahkan asam asetat glasial/ cuka hingga mencapai pH kurang lebih 3,2. Tidak terdapat relevansi antara cita rasa dengan pH. Penempatan dalam baki/ nampan plastik. Semua peralatan harus bersih dan steril. Nampan plastik yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan dibersihkan dan disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara dicelup dalam air mendidih, dibasahi dengan alkohol 70% atau spiritus. Media fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan yang dididihkan) dituangkan dalam nampan dan selanjutnya segera ditutup rapat dengan koran dan diikat karet. Volume media fermentasi sebanyak 1,2 sampai 1,3 liter untuk setiap nampan tergantung ukuran nampan. Kemudian, media fermentasi tersebut dibiarkan sampai hangat-hangat kuku selama satu malam. Inokulasi Bibit (starter). Setiap nampan yang berisi media fermentasi yang telah didinginkan selama satu malam tersebut kemudian ditambah dengan bibit (starter) Acetobacter Acetobacter xylinum sebanyak 10% dari media fermentasi (kurang lebih 13 ml jika dalam satu nampan berisi 1,3 L media fermentasi). Inokulasi bibit Acetobac bibit Acetobacter ter xylinum xylinum ini dilakukan dengan cara membuka sedikit tutup kain/ koran yang menutupi nampan kemudian memasukkan starter tersebut dan segera ditutupkan kembali koran/ kain pada nampan. Fermentasi. Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit/ starter A. xylinum xylinum selanjutnya diperam selama 6-7 hari. Kebersihan tempat pemeraman dengan suhu kamar (28 oC-31oC) sangat mutlak diperlukan untuk menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang dapat menggagalkan proses fermentasi. Keberhasilan proses fermentasi ini dapat dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada permukaan media fermentasi setelah dua hari dan akan semakin bertambah tebal dari hari ke hari. Panen dan Pasca Penen. Setelah pemeraman selama 6-7 hari, lapisan nata de coco akan memiliki ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk lembaran-lembaran ( slab) slab) yang asam dan berbau ammonia serta memiliki pH rendah. Lembaran-lembaran ini kemudian diangkat dan lendirnya dibuang melalui pencucian. Baik dalam bentuk lembaran ataupun potongan kubus harus direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Air rendaman setiap hari harus diganti agar bau dan rasa asam hilang. Kemudian, nata de coco dicuci kembali dan direbus untuk mengawetkan dan sekaligus menyempurnakan proses penghilangan bau dan rasa asam. Pencucian dan perebusan ini pada hakekatnya dilakukan hingga nata de coco menjadi tawar. Penyimpanan nata de coco tawar cukup dilakukan dengan merendamnya dalam air tawar yang harus sering diganti.
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran, bentuk kubus kecil-kecil tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup. Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil tawar biasanya diminta oleh produsen/ pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco lembaran dan kubus-kubus kecil tawar sebagai bahan baku proses produksi nata de coco dalam syrup. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar maka nata de coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik dan diikat rapat serta didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk dikonsumsi harus melalui beberapa proses yaitu pembuatan syrup, pencampuran nata de coco dan bahan lain, pengemasan dan pengepakan. Berikut merupakan pembuatan nata de coco dalam kemasan:
1. Pembuatan Syrup. Gula dituangkan ke dalam air dan dipanaskan sampai mendidih dan disaring beberapa kali sampai jernih. Tingkat kemanisan syrup disesuaikan dengan selera. Komposisi umum untuk 3 kg nata de coco dibutuhkan 2 kg gula pasir dan 4,5 liter air. 2. Pencampuran. Nata de coco kubus kecil-kecil tawar dicampur dalam larutan syrup dan dididihkan selama 15 menit. Dalam proses perebusan ini juga dapat ditambahkan garam, cita rasa (flavour misal vanili, frambosen, cocopandan, rose, mangga) dan essence. Kemudian, nata de coco dibiarkan selama kurang lebih setengah hari dengan tujuan terjadi proses penyerapan gula dan cita rasa. Nata de coco direbus kembali dalam larutan syrup (gula) dan untuk mengawetkan bisa ditambah natrium benzoat 0,1% ke dalam larutan syrup perendam. 3. Pengemasan dan Pengepakan. Dalam keadaan panas, nata de coco dimasukkan ke dalam kemasan kantong/ gelas plastik pengemas, ditutup rapat dan direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Selanjutnya, kantong/ gelas plastik diangkat dan disimpan dalam suhu kamar dalam posisi terbalik. Pengepakan dilakukan dan siap untuk dipasarkan. 2.4
Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran ini terdiri dari beberapa hal, yakni: a. Permintaan
Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak goreng, gula merah dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang menggunakan bahan baku air kelapa. Kebutuhan kelapa dan produksi kelapa nasional nasional mengalami mengalami peningkatan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari sisi permintaan, permintaan, kebutuhan kebutuhan kelapa setara konsumsi kopra pada tahun 1992 di dalam negeri sebesar 1,782 juta ton dan pada tahun 1996 meningkat menjadi 1,913 juta. Dengan melihat trend kenaikan tersebut, tahun 2004 diprediksikan menjadi 2,175 juta. Peningkatan konsumsi tersebut mengindikasikan peningkatan supply air supply air kelapa yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan nata de coco. Di tengah situasi semakin maraknya konsumsi berbagai ragam minuman ringan dengan label 'minuman kesehatan' oleh masyarakat, nata de coco memiliki prospek yang cerah sebagai salah satu 'makanan kesehatan' yang alamiah dari air kelapa. Nata de coco merupakan 'makanan kesehatan' karena memiliki kandungan serat yang tinggi tetapi rendah kalori. Orang Jepang percaya bahwa produk ini mampu mampu melindungi tubuh dari dari kanker dan baik bagi pencernaan. pencernaan. Pasar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha nata de coco, selain aspekaspek yang lain seperti pengelolaan, distribusi, lembaga keuangan, pasokan bahan lain, serta sumber daya manusia. Gambar II.1 menunjukkan keterkaitan antar aspek di dalam usaha nata de coco. Pasar dalam usaha nata de coco terdiri dari pasar input dan pasar output. Pasar input nata de coco meliputi pasar bahan baku, baku, tenaga kerja dan modal. modal. Karakteristik pasar input nata de coco akan mempengaruhi mempengaruhi pola produksi produksi nata de coco. Seperti pada umumnya umumnya pasokan bahan baku produk-produk agribisnis, input nata de coco juga dipengaruhi oleh musim, meskipun tidak terlalu besar penyimpangannya. Lembaga keuangan merupakan sumber modal investasi dan modal kerja bagi usaha. Pasar kedua adalah pasar output nata de coco. Setelah output dihasilkan oleh perusahaan kemudian dipasarkan dengan tujuan akhir konsumen. Di pasar domestic jalur pemasaran ke konsumen dapat melalui pedagang pengecer maupun pedagang besar. Sedangkan untuk pasar luar negeri, negeri, jalur pemasaran pemasaran ke konsumen melalui eksportir. Untuk usaha nata de coco skala kecil (dengan kredit dibawah 500 juta) biasanya hanya hanya melayani melayani konsumen domestik domestik lokal, luar daerah, daerah, dan luar pulau.
Gambar II.1 Aspek Sistem Pasar Input dan Output Nata de Coco
Produk nata de coco memiliki kandungan serat serat yang tinggi t inggi tetapi rend r endah ah kalori sehingga sangat cocok untuk orang yang sedang menjalankan diet. Produk nata de coco dapat dibagi menjadi dua yaitu nata de coco tawar (bentuk lembaran dan kubus kecil-kecil: 1x1x1 cm3) dan nata de coco kemasan siap konsumsi. Produk nata de coco tawar biasanya diminta oleh produsen lain sebagai bahan baku pembuatan nata de coco kemasan kemasan siap konsumsi. Produk ini populer sebagai hidangan penutup (dessert). Permintaan nata de coco seorang konsumen merupakan hasil interaksi antara variabelvariabel yang mempengaruhi seperti harga nata de coco, harga barang-barang lain, selera, pendapatan, ekspektasi dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan perekonomian konsumen maka kesadaran akan pentingnya kesehatan akan semakin meningkat dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat. Sehingga prospek nata de coco sebagai makanan kesehatan dinilai cerah. Namun demikian, perlu diperhatikan perkembangan perkembangan faktor-faktor lain seperti produk pesaing, kejenuhan pasar dan lainlain. b. Penawaran
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk produksi nata de coco mengingat Indonesia sebagai sebagai penghasi p enghasill kelapa terbe t erbesar sar di dunia. Jumlah perusahaan baik perusahaan jenis jenis I (penghasil nata de coco lembaran), perusahaan jenis II (penghasil nata de coco kemasan saja), maupun perusahaan jenis III (penghasil nata de coco lembaran dan kemasan kemasan sekaligus) cukup banyak. Perusahaan P erusahaan yang dapat mencapai skala ekonomi akan berproduksi secara kontinyu, sedang perusahaan yang tidak mencapai skala ekonomi hanya berproduksi secara sporadis melayani limpahan permintaan domestik pada hari-hari hari-hari khusus seperti seperti puasa, lebaran, tahun tahun baru dan sebagainya. sebagainya. Tidak terdapat hambatan legal (legal (legal barriers) barriers) khusus untuk perusahaan baik pemerintah daerah maupun penguasaan input. Perusahaan formal seperti perusahaan nata de coco kategori ketiga yang sedang dibahas ini hanya perlu mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah. Bahkan banyak yang informal karena merupakan usaha rumah tangga yang berproduksi secara sporadis. Pasokan nata de coco tidak tergantung dari musim mengingat pasokan kelapa yang bisa sepanjang tahun. c. Persaingan dan Peluang pasar
Tingkat persaingan usaha nata de coco sesuai dengan jenis yang dihasilkan dalam bentuk lembaran atau kemasan. Di daerah perusahaan ini yaitu Lampung Selatan terdapat perusahaan nata de coco kemasan yang besar yaitu PT Keong Nusantara Abadi dan PT Sari Segar Husada yang memiliki segmen pasar domestik yang lebih luas bahkan pasar ekspor. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah mengambil segmen pasar lokal, daerah sekitar dan beberapa ke luar pulau. Persaingan terjadi lebih ketat pada input karena baik perusahaan besar, menengah atau kecil mengambil input air kelapa dari sumber yang relatif sama. d. Harga
Baik nata de coco lembaran maupun kemasan (gelas) harga relatif stabil dan terjangkau. Hal ini disebabkan oleh harga input utama air kelapa yang relative sama. Persaingan dalam mendapatkan input serta sifat input yang mudah rusak merupakan faktor utama kestabilan harga air kelapa. Harga air kelapa berkisar antara Rp 100 - Rp 150 per liter. Harga nata de coco lembaran berkisar antara Rp 900 - Rp 1000 per lembaran (kurang lebih 1 kg). Nata de coco kemasan bervariasi antar perusahaan. Sebagai contoh di daerah Lampung Selatan ini, CV Nagamas Lampung Perkasa menjual Rp 10.000 per karton untuk local dan Rp 11.000 per karton untuk luar daerah. daerah. Satu karton berisi 24 gelas. Sedangkan, CV Tambak Sari menjual nata de coco dengan harga Rp 9.000 per karton untuk lokal. e. Jalur Pemasaran
Nata de coco yang dihasilkan oleh pabrik ini adalah nata de coco lembaran dan kemasan kemasan dimana nata de coco lembaran dapat dijual ke perusahaan lain yang bergerak dalam pengemasan nata de coco sirup, sementara untuk nata de coco kemasan akan dijual langsung ke konsumen lewat distributor. Pemasaran nata de coco ini mencakup penjualan local, luar daerah, bahkan luar pulau. 2.5
Aspek Manajemen
Kepemilikan dari perusahaan ini adalah miliki perseorangan. Sementara itu, tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan ini adalah para tenaga kerja yang berasal dari local setempat dengan status tenaga kerja tetap atau borongan. Produksi nata de coco ini tidak memerlukan pendidikan formal atau pengetahuan pengetahuan khusus, akan tetapi lebih memerlukan memerlukan ketrampilan ketrampilan dan ketekunan. Tenaga kerja tetap bekerja kurang lebih lebih 8 jam ja m per hari, sementara sementara untuk pekerja t idak tetap biasanya biasanya borongan, misalnya seperti pekerja yang bekerja membersihkan nata de coco lembaran dengan upah Rp 50 per lempeng. Sementara itu, manajemen perusahaan nata de coco ini memiliki cakupan yang luas karena memiliki karakteristik integrasi vertical. Integrasi vertical ini terjadi ketika keterpaduan sistem komoditas secara vertical yang membentuk membentuk suatu rangkaian r angkaian pelaku-pelaku pelaku-pelaku yang terlibat dalam s ystem komoditas tersebut, mulai dari produsen/ penyedia input, distributor input, pengolahan hasil, dan distribusi. 2.6
Aspek Keuangan
A. Asumsi dan Paramete Perhitungan
Usaha yang menghasilkan nata de coco lembaran dan kemasan ini memiliki kapasitas usaha sebanyak 500 karton (12.000 kemasan gelas). Dalam analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya dilandaskan atas beberapa asumsi yang terangkum dalam Tabel II.1. Periode proyek adalah 4 tahun (tahun 1, 2, 3 dan 4). Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan tingkat keberhasilan fermentasi sebesar 95%, pengusaha dapat menghasilkan 1.600 nata de coco lembaran (kurang lebih 1.600 kg). Tabel II.1 Asumsi Analisis Keuangan
No
Asumsi
Satuan
1. 2.
Periode proyek Tingkat keberhasilan keberhasilan fermentasi Kapasitas mesin/ peralatan - Nata de coco lembaran lembaran - Nata de coco kemasan kemasan
Tahun Persen
Jumlah/ Jumlah/ nilai 4 95
Kg Gelas
1.600 12.000
3.
4.
5.
6. 7.
Harga nata de coco a. lembaran b. kemasan kemasan gelas Pasar local Pasar luar daerah Proporsi penjualan - Pasar local - Pasar luar daerah Hari produksi dalam dalam 1 tahun Persyaratan Persyarata n kredit - Kredit investasi Kredit Dana sendiri - Kredit modal kerja Kredit Dana sendiri
Rp/lembaran Rp/karton Rp/karton
hari
8.
Discount rate
Keterangan Periode proyek 4 tahun
Tingkat keberhasilan 95% 500 karton (1 karton 24 gelas)
1.000 11.500 12.500 30% 70% 313
Perbedaan Perbedaan biaya transportasi
Hari minggu minggu libur
70% 30% 12% 88%
Disesuaikan dengan siklus usaha dari produksi sampai mendapatkan pembayaran (kurang lebih 1,5 bulan)
14,50%
(Sumber: Gunadi, 2012)
Harga nata de coco kemasan adalah Rp 11.500 per karton di pasar lokal dan Rp 12.500 per karton di pasar luar daerah. Output yang dijual di pasar local 30% dan di pasar luar daerah adalah 70% . Deng D engan an asumsi bahwa setiap hari Minggu tidak berproduksi, maka jumlah hari pr oduksi adalah 313 hari dalam setahun. Persyaratan kredit investasi adalah 70% kredit dan 30% dana sendiri. Untuk kredit modal kerja tidak terdapat persyaratan mengenai persentase dana sendiri. Dengan melihat siklus usaha dari produksi sampai dengan mendapat pembayaran adalah kurang lebih 1,5 bulan maka dana untuk modal kerja dari yang berasal dari kredit adalah 12% dari total modal kerja. Discount rate riil diasumsikan diasumsikan sebe s ebesar sar 14,5%. B. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional O perasional
Untuk memproduksi nata de coco dibutuhkan input yang dibedakan atas input tetap (fixed input) input) dan input variabel (variabel input). input). Pemakaian input membawa konsekuensi pada biaya tetap (fixed cost) cost) dan biaya variabel (variable cost). cost). Input tetap adalah input yang jumlahnya tidak tergantung dari jumlah output nata de coco yang diproduksi, contoh: mesin, bangunan pabrik, peralatan, dan lain-lain. Dalam bahasa sehari-hari sehari-hari biaya tetap ini sering disebut disebut dengan biaya investasi. Input variabel adalah input yang jumlahnya tergantung dari jumlah output nata de coco yang
diproduksi misalnya saja bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, dan lain-lain. Dalam bahasa seharihari biaya variabel ini sering disebut biaya operasional. Selanjutnya, kita akan menggunakan istilah biaya investasi investasi dan biaya operasional. operasional. Secara sederhana, biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan nata de coco yang menambah stok kapital perusahaan tersebut. Komponen biaya investasi meliputi: perijinan usaha, bangunan dan tanah, mesin/ peralatan (drum, kompor, dandang, penyaring, pH meter, nampan, dll) dan kendaraan. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan upah, bahan baku, bahan pembantu, listrik dan lain-lain yang terkait dengan penggunaan input. input. (1). Biaya Investasi
Biaya investasi usaha nata de coco adalah biaya tetap (fixed cost) cost) yang terdiri dari biaya perizinan usaha, biaya tanah t anah dan bangunan, mesin mesin dan peralatan. Biaya perizinan hanya dibutuhkan satu kali. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya sewa yang dibayarkan pada awal periode. Dalam analisis keuangan ini diasumsikan umur usaha adalah 4 tahun. Pada kenyataannya setiap mesin/ peralatan memiliki umur ekonomis ekonomis masing-masing. masing-masing. Sehingga, mesin/ peralatan yang memiliki memiliki umur ekonomis di bawah 4 tahun harus diadakan kembali (reinvestasi). Sebagai contoh, setiap saringan memiliki umur ekonomis 1 tahun, maka setiap tahun harus ada investasi untuk saringan. Selama umur proyek berarti akan terdapat reinvestasi reinvestasi sebanyak empat empat kali. Untuk mempermudah mempermudah proses perhitungan, perhitungan, peralatan yang umur ekonomisnya ekonomisnya di bawah empat tahun diasumsikan tersedia di awal periode perhitungan sejumlah tertentu sehingga dapat mencukupi mencukupi umur proyek. Sebaliknya, mesin/ mesin/ peralatan yang memiliki memiliki umur ekonomis ekonomis di atas umur proyek maka pada akhir proyek peralatan tersebut masih memiliki nilai ekonomis (scrap value). value). Sebagai contoh hand refractometer memiliki memiliki nilai ekonomis 10 tahun. Oleh karena itu, pada akhir periode proyek hand refractometer memiliki nilai ekonomis sebesar penyusutan dikalikan dengan sisa umur ekonomis. Beberapa barang investasi dapat dibeli bekas, seperti mesin pemotong, mesin pengemas, kendaraan. Sebagai contoh, mesin pengemas pengemas dibeli bekas dari Surabaya dengan dengan harga 40 juta. Tentu saja, karena barang investasi tersebut dibeli bekas maka umur ekonomisnya pun lebih pendek dibanding bila dibeli dalam kondisi baru. Pada Tabel II.2 menunjukkan biaya investasi awal proyek. Biaya perizinan hanya dikeluarkan sekali pada awal usaha sehingga tidak memiliki penyusutan. Biaya sewa tanah dan bangunan sebesar Rp 16.000.000 untuk 4 tahun, sehingga nilai penyusutannya adalah Rp 4.000.000. Biaya investasi peralatan dan mesin mesin sebesar Rp 224.570.000. Dengan memperhatikan memperhatikan umur umur ekonomis masing-masing peralatan/ mesin, mesin, maka nilai penyusutan peralatan/ mesin mesin secara total adalah Rp 22.508.000 per tahun selama periode usaha 4 tahun. Untuk mesin/ peralatan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 4 tahun maka di akhir periode usaha mesin/ peralatan tersebut memiliki nilai sisa (scrap value) sebesar value) sebesar sisa umur ekonomis dikalikan biaya penyusutan per tahun. Total nilai sisa mesin/ peralatan yang diterima pada akhir periode usaha adalah Rp 134.538.000. Total nilai sisa mesin/peralatan tersebut merupakan penerimaan usaha di tahun ke 4. Tabel II.2 Biaya Investasi Pengolahan Nata de Coco No. 1. 2. 3.
Jenis Biaya Perijinan Sewa tanah dan bangunan Mesin/ peralatan Jumlah Biaya Investasi
(Sumber: Gunadi, 2012)
Nilai (Rp) 3.300.000 16.000.000 16.000. 000 224.570.000 243.870.000
Penyusutan (Rp)
0 4.000.000 4.000.0 00 22.508.000 26.508.000
(2). Biaya Operasional
Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya variabel (variable cost) yang cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco yang diproduksi. Produk akhir dari usaha nata de coco ini dalam bentuk kemasan. Tabel II.3 menunjukkan biaya operasional usaha nata de coco lembaran sekaligus kemasan. Untuk 1600 lembaran (kurang lebih 1600 kg) dibutuhkan biaya produksi/ biaya operasional sebesar Rp 855.600 per hari. Dengan 1600 lembaran dapat diproduksi 12.000 nata de coco kemasan gelas (500 karton) dan biaya operasional Rp 2.979.075. Biaya pemasaran meliputi biaya distribusi, transportasi transportasi dan telekomunikasi telekomunikasi yang diperlukan sebesar Rp 190.000 per per hari. Kolom terakhir menunjukkan biaya operasional dalam setahun dengan asumsi terdapat 313 hari produksi. Tabel II.3 Biaya Operasional Nata de Coco No. I. A.
B.
II.
Jenis Biaya Biaya Produksi Nata de Coco Lempengan Lempenga n 1. Bahan baku dan pembantu 2. Tenaga kerja 3. Listrik 4. Minyak tanah Sub Jumlah Nata de Coco Kemasan 1. Bahan baku dan pembantu 2. Tenaga kerja 3. Listrik 4. Minyak tanah 5. Kemasan Sub Jumlah Distribusi/ Transportasi Jumlah
578.600 195.000 10.000 72.000 855.600
181.101.800 61.035.000 3.130.000 22.536.000 267.802.800
454.075 195.000 10.000 120.000 2.200.000 2.979.075 190.000 4.024.675
142.125.475 61.035.000 3.130.000 37.560.000 688.600.000 932.450.475 59.470.000 1.259.723.275
(Sumber: Gunadi, 2012)
C. Kebutuhan Dana Investasi dan Kredit
Dalam proses pengolahan untuk menjalankan usaha nata de coco lembaran ini diperlukan biaya investasi dan operasional. Dana yang diperlukan bisa berasal dari dana milik sendiri dan dana kredit. Tabel II.4 menunjukkan rincian kebutuhan dana untuk investasi dan modal kerja dalam setahun. Untuk investasi dibutuhkan dana sebesar Rp 243.870.000. Pengusaha menggunakan skema kredit umum yang ditawarkan oleh bank. Untuk kredit investasi, bank mensyaratkan perbandingan 70% kredit bank dan 30% dana sendiri. Dengan perbandingan tersebut, kredit investasi yang dibutuhkan adalah Rp 170.709.000. Sedangkan dana sendiri untuk investasi sebesar Rp 73.161.000. Dari responden yang dijadikan dasar perhitungan di sini didapatkan informasi bahwa kredit modal kerja saat ini adalah sekitar 12% dan dana sendiri adalah 88% dari total biaya operasional. Angka 12% disini sesuai dengan perbandingan antara jangka waktu produksi sampai mendapatkan penerimaan penjualan (1,5 bulan) dengan jumlah hari operasi dalam setahun (313 hari). Dengan perbandingan tersebut, kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 151.166.793 sedangkan dana sendiri untuk biaya operasionalnya adalah Rp 1.108.556.482. Tabel II.4 Rincian Kebutuhan Dana No. 1.
Rincian Biaya Proyek Dana Investasi yang Bersumber dari a) Kredit b) Dana sendiri
Total Biaya
170.709.000 73.161.000
2.
3.
Jumlah Dana Investasi Dana Modal Kerja yang Bersumber dari a) Kredit b) Dana sendiri Jumlah Dana Modal Kerja Total Dana Proyek yang Bersumber dari a) Kredit b) Dana sendiri Jumlah Dana Proyek
243.870.000
151.166.793 1.108.556.482 1.259.723.275 321.875.793 1.181.717.482 1.503.593.275
(Sumber: Gunadi, 2012)
Secara umum untuk kredit investasi persyaratan yang diajukan yaitu suku bunga 14,5% per tahun dan efektif/ menurun, tidak terdapat grace period, period, jangka waktu kredit 3 tahun, persyaratan dana sendiri sebesar 30% dari plafon, dan periode angsuran adalah bulanan. Dengan menggunakan informasi tersebut dan kebutuhan dana i nvestasi Rp 170.709.000 besarnya besarnya angsuran pokok, angsuran bunga, total angsuran, saldo awal, dan saldo akhir setiap periode dapat dihitung. Sementara itu, untuk kredit modal kerja persyaratan yang harus dipenuhi yaitu suku bunga 14,5% per tahun dan efektif/ menurun, tidak ada grace period , jangka waktu kredit satu tahun, tidak terdapat persyaratan dana sendiri, periode angsuran adalah bulanan. Dengan menggunakan persyaratan tersebut dan dana kredit modal kerja sebesar Rp 151.166.793, angsuran pokok, angsuran bunga, total angsuran, saldo awal, dan saldo akhir setiap periode dapat dihitung. D. Produksi dan Pendapatan
Output dari usaha nata de coco dalam analisis keuangan ini adalah nata de coco kemasan gelas. Dengan 1,6 ton nata de coco lembaran (±1600 nata de coco lembaran) dan dengan kapasitas mesin/ peralatan yang ada (pergantian/shift (pergantian/shift 2 kali: pagi dan sore), dapat dihasilkan dihasilkan nata de coco kemasan kemasan sebanyak 12.000 gelas (atau 500 karton dimana setiap karton terdiri dari 24 nata de coco gelas). Karena adanya biaya transportasi maka terdapat perbedaan antara harga di pasar lokal dan di pasar luar daerah. Harga di pasar lokal adalah Rp 11.500 dan harga di pasar luar daerah adalah Rp 12.500. Distribusi pemasaran nata de coco adalah 30% untuk pasar local dan 70% untuk pasar luar daerah. Dengan demikian harga rata-rata tertimbang nata de coco per karton adalah: (30% X Rp. 11.500) + (70% X Rp. 12.500) = Rp. 12.200 Penerimaan setiap produksi sebanyak 500 karton adalah: Rp. 12.200 X 500 = Rp. 6.100.000 6. 100.000 Dengan asumsi dalam setahun terdapat 313 hari produksi (hari minggu libur), maka penerimaan dalam setahun adalah: Rp. 6.100.000 X 313 = Rp. 1.909.300.000 1.909.300.000 Dengan demikian, demikian, aliran penerim p enerimaan aan usaha nata de coco tersebut adalah Rp 1.909.300.000 per tahun. Sedangkan aliran biaya seperti yang telah dikemukakan di atas terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dalam aliran biaya dinyatakan dalam biaya penyusutan barang-barang investasi. E. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Analisis keuangan (financial analysis) dari analysis) dari sebuah rencana kegiatan investasi berkaitan dengan tingkat keuntungan/ profitabilitas yang akan didapat dari kegiatan investasi tersebut. Keuntungan
(profit) secara sederhana merupakan selisih antara penerimaan total (total revenue) revenue) dan total biaya produksi (total cost). cost). Tabel II.5 Profitabilitas laba Rugi dan Break Even Point No. 1. 2.
3. 4.
Uraian Pendapatan Pengeluaran a) Biaya operasional b) Penyusutan c) Angsuran pokok d) Bunga bank Jumlah Laba sebelum pajak e) Pajak 15% Laba rugi Profit margin % - BEP (nilai penjualan) - BEP (produksi nata de coco dalam karton) - BEP Rp/ karton berdasarkan berdasarkan Biaya operasional Total Biaya
Tahun 1 1.909.300.000
Tahun 2 1.909.300.000
Tahun 3 1.909.300.000
Tahun 4 1.909.300.000
1.259.723.275 26.508.000 208.069.793 32.844.018 1.527.145.086 382.154.914 57.323.237 324.831.677 786.032.573 64.429
1.259.723.275 26.508.000 56.903.000 12.720.191 1.355.854.466 553.445.534 83.016.830 470.428.704 24,64% 282.558.283 23.161
1.259.723.275 26.508.000 56.903.000 4.469.256 1.347.603.531 561.696.469 84.254.470 477.441.998 25,01% 258.306.320 21.173
1.259.723.275 26.508.000 0 0 1.286.231.275 623.068.725 93.460.309 529.608.416 27,74% 77.914.929 6.386
2.519.447 3.054.290
2.519.447 2.711.709
2.519.447 2.695.207
2.519.447 2.572.463
(Sumber: Gunadi, 2012)
Penerimaan usaha nata de coco merupakan penerimaan dari penjualan nata de coco tersebut yang secara sederhana merupakan perkalian antara harga per unit dikalikan dengan unit kuantitas yang terjual. Sedangkan total biaya terdiri dari biaya penyusutan barang investasi, biaya operasional produksi dan biaya biaya distribusi. F. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Berdasarkan proyeksi arus kas dilakukan perhitungan kelayakan usaha nata de coco dengan menggunakan kriteria Net Benefit-Cost Ratio Ratio (NBCR), Net Present Present Value Value (NPV), Internal Rate of Return Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha atau proyek layak secara finansial jika NBCR > 1, NPV > 0, dan IRR > discount rate. rate. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha nata de coco (lembaran sekaligus kemasan gelas) ini menguntungkan secara finansial karena pada tingkat suku bunga 14,5% per tahun didapatkan NBCR 1,15 (NBCR > 1) dan NPV sebesar Rp 224.235.166. Dengan IRR sebesar 21,49% berarti proyek ini secara finansial layak dilaksanakan sampai dengan tingkat suku bunga 21,49% . Usaha ini juga memiliki PBP usaha 0,69 tahun (8 bulan 8 hari) artinya seluruh biaya investasi sudah dapat dikembalikan dalam masa 0,69 tahun (8 bulan 8 hari) dan sisa periode usaha memberikan memberikan pendapatan bersih dari kegiatan investasi usaha nata de coco. PBP kredit 0,92 tahun (11 bulan) artinya total kredit (modal kerja dan investasi) sebesar Rp 321.875.793 bisa dilunasi selama 0,92 tahun (11 bulan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendirian pabrik ini dinilai layak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2013. Perencanaan Perencanaan Produksi Produksi Nata De Coco Mentah dan Siap-Santap. Siap-Santap. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-conten http://tekpan.unim us.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/PEREN t/uploads/2013/07/PERENCANAA CANAAN-PRODUKSIN-PRODUKSI NATA-DE-COCO-MEN NATA-D E-COCO-MENTAH-DAN TAH-DAN-SIAP-SANTA -SIAP-SANTAP.pdf P.pdf . diakses tanggal 21 Juni 2014. Gunadi. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) (PPUK) Industri Pengolahan Nata De Coco. Coco. http://digitalbooks.blogspot.com/2012/01/ind http://digitalbooks.blog spot.com/2012/01/industri-pengolahan-n ustri-pengolahan-nata-de-cocoata-de-coco-bank.html bank.html. diakses tanggal 21 Juni 2014. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis, Praktis, Edisi Pertama. Yogyakarta.