TA.Ref. Cover
Studi Kasus Vibrasi Pada Sistem Perpipaan Minimum Flow Boiler Feed Water Disusun oleh : Yogie Maradona NIM. 41309120016
Menu
Finish
Pokok Pembahasan
Latar Belakang 1. Blok Diagram dan Aliran Proses 2. Vibrasi Jalur Pipa Minimum Flow BFW Tujuan Penulisan Perumusan Masalah Skema Perbandingan Analisis Statik dan Dinamik Analisis Statik Analisis Dinamik Kesimpulan dan Saran
TA.Ref. Page. vi
Menu
Next
TA.Ref. Page. 1 - 4
¾Latar Belakang : 1. Blok Diagram dan Aliran Proses Unit Pembangkit Uap (Steam) Unit pengolah uap bertekanan tinggi (Steam) dan air umpan ketel uap (Boiler FeedWater=BFW)
4b 4a
5
2
1 3
4. Air dari daerator di pompakan ke ketel uap (Boiler) dan HRSG 5. Supplai uap (HP steam) menuju STG dan utilitas lainnya (LP steam)
1. Supplai air hasil demineralisasi (berasal dari air laut) laut) menuju Daerator. Daerator. 2. Menjaga kualitas air supaya memiliki kadar O2 <= 0.007 mg/L untuk mencegah serangan korosi pada bagian tube ketel uap (boiler)dalam kondisi T dan P sangat tinggi.(Daerator Pmax=2.03 Pmax=2.03 kg/cm2G T=120 -> jalur minimum flow). 3. Dalam kondisi normal operasi memerlukan total laju aliran 885 m3/jam untuk kondisi 2 (dua (dua)) pompa beroperasi, beroperasi, masingmasing-masing pompa 442,5 m3/jam, terkecuali jika kekurangan maka secara otomatis pompa keke-3 (tiga (tiga)) akan ikut beroperasi. beroperasi. Berkaitan dengan kapasitas masingmasing-masing ketel uap adalah 160ton/jam maka akan ada situasi dimana suplai air yang di butuhkan hanya sedikit. sedikit. Untuk mencegah kerusakan pompa sentrifugal akibat kenaikan temperatur dan kenaikan tekanan di suction, gejala kavitasi, kavitasi, dan pulsasi) pulsasi) akibat kebutuhan suplai yang sedikit ini, ini, maka dibutukan proteksi dengan menetapkan minimum flow sebesar 230 m3/h.
Menu
Next
TA.Ref. Page. 1 - 4
¾Latar Belakang : 2. Vibrasi pada Jalur Minimum Flow BFW a. Lokasi tumpuan pipa yang retak (crack) Sistem perpipaan air umpan ketel uap (Boiler FeedWater=BFW)
Berkaitan dengan persyaratan minimum flow ini, ini, ditemukan retak (crack) pada bagian laslas-lasan tumpuan pipa, pipa, Lokasi pipe shoe tersebut berada dekat dengan bagian deaddead-end jalur minimum flow menuju daerator seperti tampak pada gambar disamping. disamping.
2
1
5 4
3
Gambar tumpuan pipa (pipe shoe) bagian las-lasan yang mengalami crack (konsentrasi tegangan) dan jika dibiarkan maka akan merambat terus dan bisa menyebabkan kegagalan/ kerusakanberlanjut pada pipa.
Tindakan perbaikan yang telah dilakukan pada waktu phase commissioning untuk mengantisipasi vibrasi dan kerusakan yakni: yakni: 1. Mengganti semua tipe shoe tumpuan pipa yang di las menjadi clamp shoe dan strap. 2. Menambahkan penahan ayunan (sway brace) dibagian hulu dan hilir pengatur tekanan (pressure regulator). 3. Menambahkan penguat percabangan (Reinforcing pad) untuk pipa yang tersambung ke jalur pipa minimum flow ini. ini. Pengambilaan keputusan dalam melakukan tindakantindakan-tindakan perbaikan tersebut diatas tidak sempat diuraikan secara rinci, rinci, sistematis dan mendalam, mendalam, oleh karena itu penelitian tugas sarjana ini dilakukan. dilakukan.
Menu
¾Latar Belakang : 2. Vibrasi pada Jalur Minimum Flow BFW b. Hasil Pengukuran Vibrasi di Lapangan
Telah dilakukan pengukuran vibrasi pipa pada 7 lokasi yang berbeda dimana hasilnya tampak pada kurva tingkat keseriusan (j. wachel), sebagai berikut: 1. Vibrasi terbesar terjadi pada titik no. 4 (tees). 2. Frekuensi pipa 19,37 Hz dengan amplitudo 461,01 micron-peak, dominan arah sumbu-y. 3. Berada pada tingkatan “koreksi”. Kondisi sistem perpipaan harus secepatnya diperbaiki.
TA.Ref. Page. 106 - 107
Menu
TA.Ref. Page. 10
¾Tujuan Penulisan : 1. Meninjau kembali permasalahan vibrasi pada sistem pemipaan minimum flow yang sebelumnya tidak diuraikan secara rinci penyebab utama terjadinya vibrasi (sumber eksitasi). eksitasi). Karya tulis ini telah membandingkan berbagai macam metoda kalkulasi yang relevan untuk mencari sumber penyebab utama vibrasi dan mengkonfirmasi perhitungan analisa tegangan untuk membuktikan bahwa sistem perpipaan berada dalam kondisi yang aman (dalam batas izin) izin) untuk beroperasi. beroperasi. 2. Menjelaskan langkahlangkah-langkah sistematis dalam melakukan analisa dinamik. dinamik. Pada tahap desain (EPC) analisa vibrasi tidak pernah dilakukan dengan beberapa alasan seperti jarangnya permintaan klien (owner), sulitnya untuk memperkirakan terjadinya vibrasi yang diakibatkan oleh perilaku fluida (VIV, FIV), juga membutuhkan data dan waktu yang lebih lama dan akhirnya berujung pada biaya yang mahal, mahal, sehingga sangat sedikit orang yang tahu apa yang harus dilakukan ketika ingin melakukan analisa vibrasi. vibrasi. Masalah dinamik yang dapat diantisipasi pada tahap desain hanya terbatas pada masalah surging, acoustic induced vibration (AIV), pulsasi akibat kompresor atau pompa reciprocating memang dapat diantisipasi lebih awal dengan pendekatan analisa statis, statis, seringnya analisa vibrasi akan dilakukan setelah sistem pemipaan ini beroperasi. beroperasi. 3. Memberikan berbagai referensi bahan ajar (code, standard, paper, journal) yang dapat dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan vibrasi pada sistem pemipaan, pemipaan, sampai saat ini belum adanya Code maupun Standard yang pernah diterbitkan khusus untuk memmem-validasi masalah ini, ini, maka referensi dan pengalaman menjadi kunci utamanya. utamanya. 4. Dokumentasi yang dapat dijadikan bahan ajar dan studi banding untuk pihakpihak- pihak yang menghadapi masalah yang serupa (taransfer of knowledge)
Next
TA.Ref. Page. 4 - 10
¾Rumusan Masalah: - Pandangan Global (Overview) Tahapan penyelesaian masalah secara ideal dan sistematis ketika berhadapan dengan vibrasi adalah sebagai berikut: 1. Proses Pengukuran Tingkat keseriusan (severity level) Æ Kondisi Aktual Tingkat keseriusan dimulai dengan pengambilan (pengukuran) pengukuran) data vibrasi untuk kemudian hasilnya di plot pada kurva batas izin tingkat vibrasi, vibrasi, dan mencari solusi untuk menguranginya sampai pada batas yang dapat diterima jika masuk dalam kategori koreksi (correction) dan berbahaya (danger).
2. Proses Analisis Sederhana (Simplified Analysis) Æ Solusi Sementara Besaran amplitudoamplitudo-frekuensi hasil pengukuran vibrasi akan di konversi menjadi pergerakan (displacement) pipa, pipa, kemudian akan digunakan untuk menganalisa tegangan, tegangan, gaya dan momen (equipment) yang terjadi apakah masih dalam batas izin atau tidak, tidak, analisa dilakukan secara statik. statik. Pada tahapan ini bisa jadi belum ada tindakan modifikasi yang dilakukan atau tindakan perbaikan sementara bisa juga dilakukan. dilakukan.
3. Proses Analisis Detil (Detail Analysis) Æ Solusi permanen Vibrasi yang terjadi atau yang telah diukur belum diketahui penyebabnya, penyebabnya, oleh karena itu detil analisis harus dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimum dan bersifat jangka panjang. panjang. Detil analisis selain membutuhkan waktu lebih lama juga melibatkan penyelesaian dengan cara numerik dimana bantuan perangkat lunak komputerisasi (software) tidak dapat dihindari. dihindari. Pada tahap ini kiranya dapat diuraikan lagi seperti berikut: berikut: - Mencari sumber eksitasi yang paling memungkinkan apakah disebabkan olah eksitasi mekanik seperti mesin berputar (kompresor, kompresor, pompa) pompa) atau eksitasi hidrolik akibat perilaku fuida. fuida. - Melakukan analisis dinamik menggunakan perangkat lunak Piping Stress Analysis (PSA) dengan metoda (harmonic, spectum, spectum, time history) yang sesuai Æ Analisa Tegangan. Tegangan. - Khususnya vibrasi akibat aliran fluida yang transient (turbulence, waterhamer, waterhamer, surge, slug) maka dibutuhkan perangkat lunak lain untuk mencari tahu profil fluktuasi tekanan yang lebih akurat Æ Analisa Hidrolik. Hidrolik.
Menu
TA.Ref. Page. 4 - 10
¾Rumusan Masalah: - Lebih Lanjut (Root Cause Analysis) Melihat permasalahan vibrasi pada jalur pipa minimum flow yang telah diuraikan diatas, kiranya dapat diperkirakan bahwa kemungkinan eksitasi mekanis tidak ada, karena sistem pemipaan sudah dilengkapi ARV (Automatic Recirculating Valve) dan BPR (Back Pressure Regulator) yang akan mencegah timbulnya pulsasi pada pompa, akan tetapi pemakaian kedua katup tersebut bisa menyebabkan aliran fluida transien akibat buka tutupnya. Ada 2 kemungkinan penyebabnya yakni : 1. Fenomena Palu Air (Water Hammer) -> serentak (1 x) 2. Fenomena Kavitasi -> osilasi frekuensi pada sistem pipa Hal ini merujuk pada range kerja tekanan jalur minimum flow ini sangat ketat yakni harus berada diantara 1,03 Kg/cm2G (vapor pressure) – 3,5 Kg/cm2G (max design daerator) dan drop tekanan yang sangat tinggi dari 59 Kg/cm2G, sehingga faktor fluktuasi tekanan (akibat buka-tutup katup/ palu air) dan fenomena kavitasi menjadi peran utama penyebab timbulnya vibrasi dan crack pada tumpuan pipa (pipe shoe) yang harus dianalisa lebih lanjut.
Menu
¾Skema Perbandingan Analisis Statik dan Dinamik
TA.Ref. Page. 91
Menu
TA.Ref. Page. 113
¾Analisis Statik
1. Metode Likelihood of Failure – LOF (MTD Ltd). 2. Metode Displacement (ANSI/ASME OM-3) - “NOMOGRAM”. 3. Analisis statik menggunakan perangkat lunak CAESAR dengan cara: 3.1. Input displacement dari hasil pengukuran getaran dan 3.2. Input gaya transien (metoda pseudo static) - Sebelum Modifikasi - Setelah Modifikasi (penambahan sway-braces)
Next
TA.Ref. Page. 92, 96 – 102, 117-122
¾Analisis Statik 1. Metode Likelihood of Failure – LOF (MTD Ltd). 1> Faktor aliran penyebab getaran (Fv-Flow Induced Vibration) dan LOF aliran penyebab turbulensi - Hitung рv2 - Tentukan faktor viskositas fluida (FVF-Fluid Viscosity Factor), untuk fluida multifase dan cairan maka FVF = 1 - Tentukan konfigurasi tumpuan pipa (support arrangement) - Tentukan faktor aliran penyebab getaran (Fv-Flow Induced Vibration) - Hitung LOF untuk aliran penyebab turbulensi, dimana
Harga LOF <= 0.3 maka disarankan bahwa untuk melakukan visual survey untuk melihat kekurangan konstruksi dan atau bentuk dan atau tumpuan pipa pada pipa utama (main line) dan atau kemungkinan adanya transmisi getaran dari sumber yang lain.
Next
TA.Ref. Page. 92, 96 – 102, 117-122
¾Analisis Statik 1. Metode Likelihood of Failure – LOF (MTD Ltd). 2> LOF Penutupan katup (valve closure)
LOF akibat penutupan katup ini termasuk besar yakni 8.22 maka disarankan untuk: untuk: 1. Melakukan detil analisis, analisis, karena dirasa perlu untuk melakukan modifikasi jalur pipa utama (main line) atau penambahan pipe support 2. Getaran yang terjadi harus terus dimonitor 3. Tindakan perbaikan harus dipikirkan dan dilakukan secepatnya 4. Sambungan terhadap pipa kecil SBC harus dievaluasi. dievaluasi.
Next
TA.Ref. Page. 92, 96 – 102, 117-122
¾Analisis Statik 1. Metode Likelihood of Failure – LOF (MTD Ltd). 3> Penilaian akan kemungkinan kavitasi atau flashing Energi yang dihasilkan akibat kavitasi dan flashing dapat dipindahkan ke sepanjang pipa dan perkiraan LOF pipa utamanya harus diterapkan pada pipa sampai 2 bagian atau keseluruha tumpuan pipa dibagian hulu dan hilir terputusnya aliran.
Karena (P1(P1-P2) / δ <= 1 maka LOF = 0 (Nol (Nol)) menyatakan bahwa kavitasi maupun flashing tidak akan terjadi selama P2 tidak lebih kecil dari 2 Kg/cm2A, dan hanya disarankan untuk melakukan visual survey untuk melihat kekurangan konstruksi dan atau bentuk dan atau tumpuan pipa pada pipa utama (main line) line) dan atau kemungkinan adanya transmisi getaran dari sumber yang lain.
Next
¾Analisis Statik 2. Metode Displacement (ANSI/ASME OM-3) “NOMOGRAM”. Metoda untuk menganalisa vibrasi pada pipa dengan menganalisa besaran defleksi dinamis akibat getaran dan kemudian menentukan apakah displacement yang terjadi akibat getaran tersebut masih dalam batas toleransi dan diijinkan. diijinkan. Metode Displacement diatur dalam standar internasional ANSI/ASME Operational and Maintenance Part 3 “Requirements for Preoperational and Initial StartStart-Up Vibration Testing of Nuclear Power Plant Piping Systems” Systems”.
TA.Ref. Page. 92
Next
TA.Ref. Page. 126 - 129
¾Analisis Statik 3. Input Displacement (CAESAR 5.1)
Setelah displacement akibat getaran dimasukan dalam model dan secara statik dianalisa menunjukkan hasil perhitungan masih aman (PASSED) dengan rasio 55% yang tidak berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya. sebelumnya.
Next
TA.Ref. Page. 132
¾Analisis Statik 3. Input Displacement (CAESAR 5.1) Sebelum Modifikasi
Hasil perhitungan gaya transient paling besar terjadi ketika katup menutup sebesar 3241 Kg pipa 6 inch cabang dari header dan 5299 Kg pipa header 10 inch – dead end. Asumsi bahwa DLF adalah 2 maka gaya yang dimasukkan dalam model sebesar F = 2*3241 = 6482 Kg dan F = 2*5299 = 10598 kg. Setelah gaya transien dimasukkan dalam model, hasil perhitungan GAGAL karena tegangan berlebih untuk case eksapansi (overstress) pada nodal 4450 yang bertepatan dengan point-4 dimana pengukuran getaran maksimum terjadi.
Menu
¾Analisis Statik 3. Input Displacement (CAESAR 5.1) Setelah Modifikasi – Penambahan sway-braces
Mengacu pada hasil penilaian LOF >= 1 akibat aliran tansien (surging) bahwasanya detail analisis perlu dilakukan, dilakukan, telah dibuktikan oleh analisa sederhana dengan metoda quasi statik seperti diatas yang hasilnya GAGAL, sehingga tindakan modifikasi perlu dilakukan. dilakukan. Modifikasi yang telah dilakukan adalah dengan menambahkan pipe support penguat getar (sway braces). braces). Tampak pada hasil analisis diatas bahwa penambahan sway braces berhasil mengatasi tegangan berlebih untuk case ekspansi. ekspansi. Dimana setelah dimodifikasi tegangan akibat ekspansi berkurang sebesar 57% dari kondisi sebelumnya 113%.
TA.Ref. Page. 133 - 135
Menu
TA.Ref. Page. 136
¾Analisis Dinamik
1. Analisa transient menggunakan perangkat lunak AFT-IMPULS. 2. Analisa dinamik menggunakan CAESAR 5.1 - Modal (Modus Getar) - Quasi statik (input tekanan dari hasil analisis hidrolik)
Next
¾Analisis Dinamik 1. Kalkulasi Transien (AFT-IMPULS) Model Hidrolik
TA.Ref. Page. 136 - 140
Next
TA.Ref. Page. 136 - 140
¾Analisis Dinamik 1. Perangkat Lunak AFT-IMPULS Kalkulasi Transien (Hidrolik) Dapat disimpulkan sebagai berikut: berikut: 1. Maksimum tekanan transien atau surging pada jalur minimum flow (P6) adalah 78,4 Kg/cm2 melebihi tekanan desain sistem perpipaan 78 Kg/cm2 , akan tetapi masih dalam batas aman karena lebih kecil dari batas izin tekanan maksimum 103,7 Kg/cm2. 2. Minimum tekanan transien atau surging dibagian hilir (downstream) BPR (P7) adalah 0,9964 Kg/cm2G lebih rendah dari tekanan uapnya adalah 1,02 Kg/cm2G sehingga terjadi kavitasi. kavitasi. 3. Fenomena kavitasi inilah yang kemungkinan besar menghasilkan lonjakan energi dan memiliki frekuensi 3,46 Hz; 3,738 Hz; 8,125 Hz; dan 8,75 Hz sebagai sumber eksitasi dan beresonansi dengan sistem perpipaan. perpipaan.
Next
¾Analisis Dinamik 2. Perangkat Lunak CAESAR 5.1 Modal – Modus Getar Analisis modal sangat berguna untuk melihat karakter pergerakan (symptom) sistem pemipaan pada tiaptiap-tiap frekuensi pribadinya pada model yang sedang dianalisa, dianalisa, yang selanjutnya karakter pergerakan tersebut akan dibandingkan dengan kondisi getaran yang terjadi dilapangan sehingga dapat diperkirakan sistem beresonansi pada frekuensi berapa, berapa, sehingga sumber eksitasi dapat diketahui serta langkah modifikasi selanjutnya dapat didesain dengan menggeser sejauh mungkin frekuensi pribadi dari sumber eksitasi (biasanya ± 20%) dan karakteristik pergerakannya dapat dianalisis kembali. kembali.
TA.Ref. Page. 141 - 144
Menu
TA.Ref. Page. 146 - 147
¾Analisis Dinamik 2. Perangkat Lunak CAESAR 5.1 Tegangan Pipa Hasil analisis akhir menunjukan bahwa tegangan pipa berada dalam batas aman, namun demikian karena gaya transien yang terjadi sangat besar menyebabkan ratio menjadi cukup tinggi 90,3% dibandingkan dengan hasil analisis konvensional (manual) tanpa analisis hidrolik.
Next
TA.Ref. Page. 148 - 149
¾Kesimpulan 1. Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air yang baik , cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Kondisi air dengan temperatur kerja yang tinggi 120°C, debit aliran dan tekanan yang harus dikontrol dalam interval tertentu menjadikan jalur sistem perpipaan air umpan pembangkit uap (boiler feed water) ini banyak menghadapi masalah teknis. Fluktuasi tekanan yang terjadi akibat buka-tutup katup untuk mengontrol debit dan tekanan air diperkirakan mampu menghasilkan frekuensi yang mendekati frekuensi pribadi dari sistem perpipaan sehingga terjadi osilasi pada frekuensi 3,46 Hz; 3,738 Hz; 8,125 Hz; dan 8,75 Hz yang menyebabkan pipa bergetar. Hasil analisis hidrolik telah membuktikan bahwa getaran pada jalur minimum flow ini disebabkan karena fenomena kavitasi. 2. Data hasil pengukuran getaran dilapangan telah di plot pada kurva batas tingkat keseriusan getaran, menunjukan berada pada tingkat correction (kurva wachel) dan pada tingkat concern (kurva MTD) yang berarti bahwa tindakan perbaikan harus segera dilakukan. Namun demikian jika tegangan yang terjadi akibat beban dinamik tersebut (getaran) di plot terhadap kurva S-N (Kurva Tegangan-Siklus) masih jauh berada di batas izin lelahnya (endurance limit). 3. Hasil analisis dengan metoda LOF (Likelihood of Failure) adalah sebagai berikut: 1. LOF aliran penyebab turbulensi = 0,16 < 0,3 2. LOF perubahan momentum/ surging akibat buka-tutup katup = 8,22 > 1 3. LOF akan kemungkinan kavitasi atau flashing = 0 < 0,3 (tidak terjadi kavitasi) Dimana penilaian LOF adalah disebabkan oleh perubahan momentum akibat penutupan katup ARV dan disarankan agar dilakukan analisis detil, memonitor getaran dan dilakukan perbaikan secepatnya.
Next
TA.Ref. Page. 148 - 149
¾Kesimpulan (Lanjutan…) 4. Hasil analisis dengan metoda displacement baik yang merujuk pada ANSI/ASME OM-3 – J.C.Wachel maupun perangkat lunak CAESAR II.5.1 berada dalam batas AMAN (PASSED). 5. Gaya transien hasil perhitungan sederhana (manual) adalah 6482 kg (Tekanan transient total = 11 Kg/cm2) dan hasil perhitungan hidrolik dengan perangkat lunak AFT adalah 13120 kg (Max Tekanan transien = 78 Kg/cm2), kedua gaya inilah yang menyebabkan timbulnya ketidaksetimbangan momentum pada sistem pemipaan dan harus mampu ditahan atau diserap oleh sistem. 6. Hasil analisis kuasi statik dengan perangkat lunak CAESAR II.5.1 pada sistem pemipaan sebelum modifikasi dengan memasukan gaya transien sebesar 6482 kg adalah GAGAL (FAILED) dengan ratio tegangan Code sebesar 113%. Setelah sistem pemipaan dimodifikasi dengan penambahan sway braces hasil analisis menunjukkan bahwa tegangan yang terjadi berada dibawah batas izin Code (PASSED) dengan rasio tegangan 56%. 7. Hasil analisis menunjukan bahwa aliran transien yang terjadi adalah fenomena surging bukan palu air (waterhammer) sehingga analisis detail tidak dapat dilakukan secara dinamik dengan perangkat lunak CAESAR II.5.1, namun demikian cara kuasi statik tetap dilakukan dengan memasukan gaya transien hasil perhitungan hidrolik-AFT sebesar 13120 kg pada sistem perpipaan. Rasio tegangan code yang terjadi cukup tinggi yakni 90% akan tetapi masih berada dalam batas izinnya (PASSED).
Menu
TA.Ref. Page. 148 - 149
¾Saran 1. Metoda analisis sederhana dan detil masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu dalam pemakaiannya sangat tergantung pada tingkat keseriusan getaran yang tejadi, ketersediaan waktu, data dan kondisi kerja atau produksi dari Kilang. 2. Fenomena kavitasi sebaiknya dianalisa lebih lanjut dengan CFD (computational Fluid Dynamic) dan finite element sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap tegangan lokal dari komponen pipa (elbow, tees). 3. Tidak adanya informasi/ data dari vendor untuik nilai t-rise (waktu tekanan naik) pompa dan t-close (waktu efektif penutupan) katup ARV bisa menyebabkan kekurang akuratan hasil analisis, oleh karena itu disarankan agar melakukan penelitian lanjut terhadap kedua parameter tersebut diatas. 4. Pemilihan pipe support penguat getar (sway braces) didasarkan pada besarnya displacement dan gaya yang terjadi akibat pergerakan tersebut, kemudian membandingkannya dengan katalog pabrik pembuatnya. Penelitian lebih lanjut untuk pemilihan sway braces yang didasarkan pada perhitungan kekakuan pegas (stiffness) sebagai peredam getaran atau penggeser frekuensi sistem perpipaan sangat dianjurkan guna perbaikan yang lebih akurat.
TA.Ref. Cover
TERIMA KASIH Studi Kasus Vibrasi Pada Sistem Perpipaan Minimum Flow Boiler Feed Water Disusun oleh : Yogie Maradona NIM. 41309120016