STUDI KASUS SWAMEDIKASI SWAMEDIKASI
1. Jelaskan yang dimaksud dengan batuk ! Jawaban :
Batuk yang dalam bahasa latin disebut tussis tussis adalah reflek yang dapat terjadi tiba-tiba dan sering berulang-ulang. Reflek ini bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernafasan dari lendir, iritasi, partikel asing, dan mikroba.Batuk adalah reaksi perlindungan alami yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat yang mengganggu di tenggorokan, dimana hal ini dapat disebabkan oleh dahak, debu, partikel-partikel asing yang terhirup dan unsur-unsur infeksi serta merupakan suatu pertanda adanya alergi pada paru-paru (Behrman et al., 2000). Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir, gumpalan darah atau benda asing yang ada pada jalan nafas. Namun, ada pula batuk yang tidak bertujuan untuk mengeluarkan lendir maupun benda asing, seperti batuk yang disebabkan oleh iritasi jalan nafas. Hal ini disebabkan karena jalan nafas yang hiperreaktif sehingga iritasi yang minimal sekalipun sudah dapat menimbulkan munculnya refleks batuk (Djojodibroto, 2009). Batuk juga merupakan reflek fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia, dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan ja lan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernafasan. Batuk bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan (Kumar et al, 2007). Urutan batuk terdiri dari stimulus yang sesuai untuk memulai inspirasi dalam. Keadaan ini diikuti oleh penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang tertutup sehingga menghasilkan tekanan dalam jalan napas dan intratoraks. Tekanan intratoraks ini menyebabkan
penyempitan trakea, yang ditimbulkan oleh lipatan ke dalam membran posterior yang lebih lentur. Begitu glotis terbuka, kombinasi perbedaan tekanan yang besar antara jalan napas dan atmosfer yang disertai penyempitan trakea ini menyebabkan laju aliran melalui trakea mendekati kecepatan suara (Isselbacher et al., 1999). Hasilnya, tekanan yang tinggi dapat membantu mengeliminasi mukus dan benda asing (Paat, 2010). Ada 4 fase mekanisme batuk, yaitu fase iritasi, fase inspirasi dalam, fase kompresi dan fase ekspulsi (fase ekspirasi). Selama fase kompresi, glotis menutup, otot-otot interkostal dan abdominal berkontraksi kuat sehingga tekanan intratoraks dan intraabdomen meningkat. Bila tekanan intratoraks mencapai tingkat yang sangat tinggi, glotis membuka sedikit secara tiba-tiba. Keadaan ini menyebabkan tekanan intrapulmoner turun. Menurunnya tekanan intrapulmoner menyebabkan turunnya tekanan intraabdomen yang tinggi akibat kontraksi otot-otot abdomen. Keadaan ini menyebabkan diafragma akan naik secara tajam. Naiknya diafragma akan menimbulkan pengeluaran udara yang kuat dari paru. Aliran udara ini akan mendorong benda asing di saluran nafas ke dalam mulut sehingga bisa dikeluarkan. Bunyi batuk terutama disebabkan oleh getaran pita suara dan kadang-kadang oleh getaran sekret. Pada Gambar 1 dapat dilihat keempat fase batuk (Yunus, 1993).
Gambar 1. Fase Batuk Secara umum, gejala batuk meliputi adanya pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan pengeluaran dahak dan adanya perasaan sakit serta gatal pada tenggorokan (Anonim, 2006). Gejala klinis
pada batuk dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi batuk berdasarkan tanda klinis yang meliputi : 1. Batuk kering Gejala yang timbul pada pasien yang mengalami batuk kering meliputi batuk tanpa dahak berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih, demam dan berkeringat pada waktu malam, selera makan dan berat badan menurun, merasa sakit pada dada, mudah letih dan lemah. Jika batuk kering terjadi secara terus menerus, batuk ini dapat menimbulkan gejala yang parah yaitu timbulnya batuk berdarah (Anonim, 2004). 2. Batuk berdahak Gejala dari batuk berdahak meliputi batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu, sesak nafas, dapat juga disertai batuk yang mengeluarkan darah. Penderita mengalami demam khususnya pada siang atau sore dan berkeringat pada malam hari. Nafsu makan menurun sehingga mengakibatkan badan menjadi kurus (Anonim, 2010). Indikator kesembuhan untuk terjadinya peristiwa batuk pada pasien baik untuk pasien dengan batuk kering maupun batuk berdahak umumnya sama, yaitu : 1. Pasien dikatakan sembuh jika penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap. 2. Pada pasien batuk kering, gejala yang menyertai batuk seperti sakit dada dan sesak napas tidak terjadi lagi. 3. Pada pasien batuk berdahak, pasien tidak menghasilkan sputum dalam waktu ≤ 3 minggu (jika pasien mengalami batuk berdahak ≥ 3 minggu berarti pasien mengalami gejala penyakit TBC) dan nafsu makan pasien kembali normal.
Kesembuhan dari gejala batuk baik batuk kering maupun batuk berdahak sebenarnya sangat tergantung pada beberapa faktor penting seperti faktor internal yang meliputi karakteristik penderita seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis kelamin. Selain itu, ada pula faktor eksternal yang
mempengaruhi kesembuhan seperti lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya maupun ekonomi. Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat juga merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kesembuhan pasien (Ivanti, 2010).
Rujukan ke Dokter
Batuk harus dirujuk ke dokter bila: a. Batuk pasien lebih dari 2 minggu dan tidak membaik atau bertambah parah. b. Untuk pasien bayi dan balita yang mengalami batuk disertai sesak napas. c. Bila pasien mengalami kesulitan bernafas. d. Terjadi pembengkakan di muka dan kerongkongan disertai kesulitan menelan. e. Bila batuk mengeluarkan darah. f. Konsultasikan ke dokter bagi ibu hamil dan anak di bawah 2 tahun yang menggunakan ekspektoran (Gliseril Guaiakolat). (Anonim, 2006) Anonim. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.