Hypertermi b/d proses infeksi Tujuan : Suhu tubuh stabil 36-37 C Intervensi : Termoregulasi Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforesis, menggigil/diaforesis, Pantau suhu lingkungan, Batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi, Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol, Berikan minum sesuai kebutuhan, Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, Anjurkan menggunakan pakaian tipis menyerap keringat., Hindari selimut tebal
SPIDER WEB : KEJANG
Faktor keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor risiko terbesar penyumbang terjadinya kejang demam sederhana pada anak. (Wardhani AK., 2013). Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian KD berulang adalah suhu tubuh ≤38, 50C dan diagnosis KDK saat KD pertama. Probabilitas terjadinya KD berulang pada anak dengan suhu tubuh di bawah 38,50C, dan didiagnosis mengalami KDK adalah 48%. (Prastiya Indra Gunawan, Darto Saharso, 2012).
Infeksi
Peradangan Resiko Kejang berulang
Suhu tubuh meningkat
Metabolisme basal 2
Kebutuhan O
meningkat
meningkat Faktor resiko (teks book) : 1. Riwayat kejang demam dan atau epilepsi dlm keluarga. 2. Usia dibawah 18 bulan. 3. Suhu tubuh sebelum kejang. 4. Lamanya demam sebelum kejang.
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
Resiko Aspiksia
Difusi Na+, K + dan Cl- berlebih Resiko tinggi terjadi injury b.d ketidakefektifan orientasi, aktivitas kejang. Tujuaan : Cedera tidak terjadi Intervensi : a. Pre Konvulsif · Mengidentifikasi faktor resiko pre konvulsif untuk penyakit kejang. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar anak yang dapat melukainya. Monitor cardiopulmonal secara terus-menerus. Kaji kadar gula darah. Sediakan dan dekatkan peralatan suction. Sediakan O2 sesuai dengan indikasi b.Konvulsif · Baringkan anak ditempat yang rata. Posisikan miring. Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang terlibat dan frekuensi kejang. Atur pemberian pengobatan ( contoh contoh Diazepam ). Pertahankan jalan nafas ( Airway ). Pastikan klien dalam keadaan aman. c. Post Konvulsi · Monitor TTV dan kesadaran klien. Pertahankan jalan nafas efektif. Setelah anak bangun dan sadar berikan minum hangat, cairan untuk rehidrasi. Sediakan oral hygiene.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rekurensi kejang demam, di antaranya adalah suhu pasien ketika kejang, riwayat keluarga dengan kejang demam, usia pertama kali kejang, dan tipe kejang pasien. (Dewanti, at all, Sari Pediatri 2012). Faktor status paritas, cara persalinan dan masa gestasi tidak berpengaruh terhadap terjadinya kejang pada neonatus. Faktor infeksi intrauterin, gawat janin, resusitasi, berat lahir dan umur ibu bila berdiri sendiri memiliki hubungan dengan kejadian kejang pada neonatus. Jika digabung bersama faktor lain, resusitasi menjadi tidak berhubungan.(Atika berhubungan.(Atika Nurmalitasari, at all, 2014)
Metabolisme
Perubahan potensial membran sel neuron
meningkat
PENATALAKSANAAN Bila penderita datang dalam keadaan status konfusifus, Diazepam yang diberikan secara IV. a. BB BB kurang kurang dari 10 kg : 0,5 0,5 – – 0,75 0,75 mg/kg BB. b. BB 10 – 10 – 20 20 kg : 0,5 mg /kg BB. c. BB diatas 20 kg : 0,5 mg /kg BB. Dosis 0,3mg/kgBB tiap kali maks 5mg (umur < 5 thn) & 10mg (>5thn)
Pelepasan muatan listrik
Aktivitas otot meningkat
Gangguan Peredaran Kejang
Kesadaran menurun Pemeriksaan Diagnostik Pungsi lumbal, Darah lengkap, Gula darah, Elektrolit (Kalium, Magnesium, Natrium), Faal hati, Foto tengkorak, EEG, Enchepalografi
Refleks menelan turun
Darah
Hipoksia
Suplai darah ke otak
Kerusakan
turun
sel neuron
Permeabilitas
Kelompok 4 Ai Ifah Hanifah Eli Wulan Yully Nugraha Elis Tintin Gustini Euis Rokayah Otong Adiharyanto Yayat Rohaeti
Kejang secara internasional dibagi menjadi 2 yaitu 1. Kejang Parsial a. Sederhana b. Kompleks c. Sekunder menyeluruh 2. Kejang Umum a. Kejang tonik klonik b. Absence c. Kejang Mioklonik d. Kejang Atonik e. Kejang Klonik f. Kejang Tonik Kejang Demam dibagi dua : 1. Kejang Demam Sederhana 2. Kejang Demam Kompleks
Manifestasi klinik Bangkitan kejang dpt terjadi bersamaan dgn kanaikan suhu tubuh yg tinggi dan cepat karena infeksi di luar SSP, spt ; Tonsilitis, OMA, bronkhitis dll. Serangan berlangsung singkat, tonik klonik, tonik, klonik, fokal atau kinetik. Dpt berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang unilateral kadang diikuti hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegi), beberapa jam/hari. Kejang unilateral yg lama dpt diikuti oleh hemiplegi yg menetap.
Edema otak
kapiler meningkat
Tidak efektifnya jalan nafas b.d spasme otot pernapasan, aspirasi. Tujuan : Jalan nafas efektif Intervensi : Baringkan pasien dengan sikap extensi / miringkan kepala klien untuk mencegah aspirasi. Berikan O2 (1- 2 liter/menit) bila berat, berikan hingga 4 liter. Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah supaya lidah tidak tergigit. Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan (misalnya ikat pinggang, gurita dan lain sebagainya). Observasi TTV secara kontinue setiap ½ jam.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak bd gangguan aliran darah ke otak akibat kerusakan sel neuron otak, hipoksia dan oedema, kejang NOC : Circulation Status, Tissue Perfusion : Cerebral NIC : Monitor TTV, Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi, Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala, Monitor level kebingungan dan orientasi, Monitor tonus otot pergerakan, Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis, Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus, Monitor status cairan, Pertahankan parameter hemodinamik, Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada kondisi pasien dan order medis.