PEMERINTAH KABUPATEN BREBES SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN PEMBANGUNAN
UNIT LAYANAN PENGADAAN Jl. P. Diponegoro No. 141 Telp (0283) 671031 – 671031 – 671032 671032 fax 72323 email :
[email protected] [email protected]
RENCANA KERJA DAN SYRAT – SYARAT TEKNIS ( RKS ) PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP INAP RSUD BUMIAYU KAB.BREBES
A.
TUGAS DAN KEWAJIBAN / TANGGUNG TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
B.
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURAL
C.
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTURAL
D.
SYARAT- SYARAT TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
TAHUN ANGGARAN 2015
A.
TUGAS DAN KEWAJIBAN / TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Kontraktor adalah suatu perusahaan yang berbadan hukum yang telah ditugaskan dan ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan atau mengadakan peralatan/material, yang mana tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
UMUM
2.
DOKUMEN KONTRAK
3.
GAMBAR - GAMBAR DOKUMEN
4.
GAMBAR – GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH - CONTOH
5.
MATERIAL DAN PERALATAN
6.
PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG , HARTA BENDA DAN D AN PEKERJA
7.
FASILITAS SEMENTARA
8.
KEBERSIHAN
9.
INSPEKSI / TESTING
10.
GAMBAR AS-BUILT, PETUNJUK PETUNJUK / PANDUAN , SERTIFIKAT DAN DATA DATA KONTRAK
11.
SUB KONTRAK
TAHUN ANGGARAN 2015
A.
TUGAS DAN KEWAJIBAN / TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Kontraktor adalah suatu perusahaan yang berbadan hukum yang telah ditugaskan dan ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan atau mengadakan peralatan/material, yang mana tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
UMUM
2.
DOKUMEN KONTRAK
3.
GAMBAR - GAMBAR DOKUMEN
4.
GAMBAR – GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH - CONTOH
5.
MATERIAL DAN PERALATAN
6.
PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG , HARTA BENDA DAN D AN PEKERJA
7.
FASILITAS SEMENTARA
8.
KEBERSIHAN
9.
INSPEKSI / TESTING
10.
GAMBAR AS-BUILT, PETUNJUK PETUNJUK / PANDUAN , SERTIFIKAT DAN DATA DATA KONTRAK
11.
SUB KONTRAK
1.
UMUM
1.1.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pekerjaan, sebagaimana sebagaimana dalam dokumen kontrak, kedua belah pihak harus mentaati segala peraturan yang berlaku, hukum dan peraturan pemerintah atau daerah yang berlaku dilokasi yang bersangkutan.
1.2.
Peraturan teknis pembangunan yang digunakan : 1.2.1. Dalam melaksanakan melaksanakan pekerjaaan pekerjaaan , kecuali bila bila ditentukan lain lain dalam Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya : . a. Peraturan umum tentang pelaksanaan pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwaarden Voorwaarden voor de Uitvoering Bij Aanneming van Openbare Werken (AV) 1941. b. Keputusan-keputusan Keputusan-keputusan dari mejelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari dewan Teknik Pembangunan Indonesia. c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( PBI – 1971 ) . d. Peraturan Perencanaan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia Indonesia (PPKBI) (PPKBI) Th. 1980 e. Peraturan Umum Umum Dari Dinas Dinas Kesehatan Kerja Departemen Departemen Tenaga Tenaga Kerja . f. Pedoman Instalasi Alarm kebakaran otomatis th. 1980 g. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran th. 1980 h. Ketentuan Pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung th. 1985. i. Peraturan umum umum tentan tentang g pela pelaksanaan ksanaan instalasi instalasi listrik (PUIL) (PUIL) 1977 dan PL PLN N setempat . j. Peraturan Konstruksi Konstruksi kayu indonesia indonesia (PPKI – 1961) k. Peraturan Peratura n Semen Portland Indonesia NI – 08 l. Peraturan Peratura n Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan. m. Peraturan Peratura n Muatan Indonesia n. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/intansi pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan. 1.2.2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan mengikat pula : a. Gambar bestek bestek yang dibuat dibuat konsultan Perencana Perencana yang yang sudah disahkan disahkan oleh Pemberi tugas termasuk juga gambar-gambar gambar -gambar detail yang diselesaikan oleh kontraktor dan sudah disahkan/disetujui disahkan/disetujui Direksi. b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. d. Berita Acara Penunjukkan. Penunjukkan. e. Surat Keputusan Keputusan Pemberi Pemberi Tugas tentang Penunjukan Penunjukan Kontraktor. f. Surat Perintah kerja (SPK). g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya. lampiran- lampirannya. h. Jadwal pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui. i. Kontrak/surat Perjanjian Perjanjian Pemborongan. Pemborongan.
1.4. 1.5.
Kontraktor harus menempatkan personilnya atau tenaga ahlinya yang berpengalaman dan sesuai. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu dari surat penunjukan pemenang, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi hal-hal berikut ini : 1.5.1. Organisasi pelaksanaan pekerjaan dilapangan, lengkap dengan - Nama Site Manager - Nama Personil Tenaga ahli (full time) - Curriculum vitae personil tenaga ahli. 1.5.2. Jadwal pelaksanaan pekerjaan termasuk kurva S. 1.5.3. Mobilisasi tenaga kontraktor. 1.5.4. Jadwal pengadaan material utama untuk gedung. 1.5.5. Jadwal pengiriman peralatan permanen. 1.5.6. Jadwal penyerahan gambar-gambar kerja, contoh material, dan atau material dan peralatan (brosur).
1.6.
Kontraktor harus berada penuh pada setiap pertemuan pelaksanaan pekerjaan.
1.7.
Setiap 1 (satu) minggu kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi rencana pelaksanaan pekerjaan mendatang dimulai dari 2 (dua) minggu setelah surat penunjukan pemenang sampai serahterima pekerjaan I.
1.8.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi laporan harian, mingguan dan bulanan dimulai dari 2 (dua) minggu setelah surat penunjukan pemenang sampai serah terima pekerjaan I.
1.9.
Jika dianggap perlu dan atas instruksi dari Direksi kontraktor diminta untuk bekerja selama 24 (dua puluh empat ) jam atau pada hari-hari libur, tanpa biaya tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2.
DOKUMEN KONTRAK
2.1.
Kontraktor harus menyediakan 7 (tujuh) rangkap dokumen kontrak lengkap dengan gambar-gambar kontrak atas biaya sendiri, dan didistribusikan kepada : Kontraktor = 2 (dua) rangkap Pemberi tugas = 2 (dua) rangkap Direksi = 2 (dua) rangkap Dinas Ciptakarya = 1 (satu) rangkap
2.2.
Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set dokumen kontrak untuk dilapangan, dan pekerjaan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya dokumen kontrak tersebut.
2.3.
Kontraktor harus memeriksa isi dokumen kontrak dan jika terdapat hal-hal yang menyimpang yang mempengaruhi arsitektural, struktural, mekanikal, elektrikal dan lainlain (operasi, pemeliharaan) sebelum pelaksanaan pekerjaan harus dilaporkan kepada Direksi secara tertulis yang kemudian akan diputuskan pemecahan permasalahannya. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedulle)
2.4.
2.4.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja. 2.4.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, maka Pelaksana Kontraktor
membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan. membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus diketahui Konsultan Pengawas Lapangan. membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4 (empat) lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding bangsal kerja. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi
2.4.3. 2.4.4. 2.4.5.
2.4.6.
3.
GAMBAR – GAMBAR DOKUMEN
3.1.
Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar – gambar yang ada dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi akibat keadaan di Tapak, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan di tapak setelah Konsultan Pengawas berunding terlebih dahulu dengan Perencana. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untu memperpanjang waktu pelaksanaan.
3.2.
Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan selesai / terpasang.
3.3.
Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor diwajibkan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum seperti peil-peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya sebelum memulai pekerjaan. Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum dicantumkan dalam gambar kontraktor wajib melaporkan hal tersebut secara tertulis kepada konsultan pengawas/Direksi dan Konsultan pengawas / direksi memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan setelah berunding terlebih dahulu dengan perencana.
3.4.
Kontraktor tidak diperkenankan mengubah dan atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan pengawas. Bila hal tersebut terjadi, segala akibat yang akan ada menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
3.5.
Kontraktor harus selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan, segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, addenda berita-berita perubahan dan gambar-gambar pelaksanaannya yang telah disetujui ditempat pekerjaan. Dokumen-dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi setiap saat sampai dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.
4.
GAMBAR – GAMBAR PELAKSANAAN DAN CONTOH – CONTOH
4.1.
Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram,
4.2.
Contoh – contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontaktor yang menunjukkan bahan, kelengkapann dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh Konsultan Pengawas untuk menilai pekerjaan, setelah terlebih dahulu oleh Konsultan Perencana.
4.3.
Kontaktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan menyerahkan dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh yang diisyaratkan dalam dokumen Kontrak atau oleh Konsultan Pengawas. Gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh harus diberi tanda-tanda sebagaimana ditentukan oleh Konsultan pengawas. Kontraktor harus melampirkan keterangan tertulis mengenai setiap perbedaan dengan dokumen kontrak jika ada halhal demikian.
4.4.
Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut dengan dokumen Kontrak.
4.5.
Konsultan pengawas dan perencana akan memeriksa dan menolak atau menyetujui gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan mempertimbangkan syaratsyarat dalam dokumen kontrak dan syarat-syarat keindahan.
4.6.
Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta konsultan pengawas dan menyerahkan kembali segala gambar-gambar pelaksanaan dan contoh-contoh samapai disetujui.
4.7.
Persetujuan Konsultan Pengawas terhadap gambar-gambar pelaksanaan dan contohcontoh, tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawabnya atas perbedaan dengan Dokumen kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak diberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas Dan Perencana.
4.8.
Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar pelaksanaan dan contohcontoh,yang harus disetujui konsultan pengawas dan perencana, tidak dilaksanakan sebelum ada persetujuan tertulis dari konsultan pengawas dan perencana.
4.9.
Gambar – gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus dikirimkan kepda konsultan pengawas akan memeriksa dan mencantumkan tanda- tanda ― telah diperiksa tanpa perubahan‖ atau ― telah diperiksa dengan perubahan‖ atau ― ditolak ―. Satu salinan ditahan oleh Konsultan pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua dikembalikan kepada Kontraktor untu dibagikan atau diperlihatkan kepada sub kontraktor atau yang barsangkutan lainnya.
4.10.
Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut konsultan pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang cetakan sudah jelas dan tidak perlu diubah. Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan diperlukan sama seperti butir diatas.
4.11.
Contoh – contoh yang disebutkan dalam spesifikasi teknis harus dikirimkan kepda konsultan pengawas dan perencana.
4.12.
Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh, katalog-katalog kepada konsultan pengawas dan perencana menjadi tanggung jawab kontraktor.
5.1.
Sebelum memulai pekerjaan/pemasangan dan atau mensuply masing-masing jenis material/peralatan (impor atau buatan lokal), kontraktor harus mengajukan contoh / brosur dari matrial kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan dengan kondisi berikut : 5.1.1. Material atau peralatan umum seperti kabel listrik, pipa dan lain-lain, kontraktor harus menyerahkan contoh maupun brosur. Untuk material atau peralatan inpor, kontraktor diijinkan hanya menyerahkan brosur. 5.1.2. Satu set dari contoh dan atau brosur dan material/peralatan akan dikembalikan kepada kontraktor setelah direksi memberikan persetujuannya, dimana satu set lainnya sebagai arsip. 5.1.3. Persetujuan direksi atas contoh dan atau brosur tersebut tidak melepas tanggung jawab kontraktor untuk melaksankan pekerjaan atau mensuplay material/peralatan sesuai dengan dokumen kontrak.
5.2.
Material / peralatan yang didatangkan kelokasi oleh kontraktor harus dilaporkan kepada pengawas lokasi dan selama masa konstruksi / pelaksanaan material/peralatan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.
5.3.
Material/peralatan yang dibawa keluar dari lokasi harus mendapat ijin dahulu dari pihak direksi.
6.
PERLINDUNGAN TERHADAP ORANG, HARTA BENDA DAN PEKERJA
6.1.
Perlindungan terhadap milik umum : Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalulintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
6.2.
Orang – orang yang tidak berkepentingan Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan perintah kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga .
6.3.
Perlindungan Terhadap Bangunan Yang Ada / Disekitar Lokasi selama masa-masa pelaksanaan kontrak, kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan, dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan operasi-operasi kontraktor, dalam arti kata yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh kontraktor hingga dapat diterima pemberi tugas.
6.4.
Penjaga Dan Perlindungan Pekerjaan : Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan kontrak, siang dan malam. Pemberi tugas tidak bertanggung jawab terhadap kontraktor dan sub kontraktor, atas kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
6.5.
Kesejahteraan, Keamanan Dan Pertolongan Pertama : Kontraktor harus mengadakan dan memelihar fasilitas kesejahteraaan dan tindakan pengamanan yang layak untuk melindungi para pekerja dan tamu yang datang kelokasi. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini disyaratkan harus memuaskan pemberi
Di lokasi pekerjaan. Kontraktor wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk pertolongan pertama , yang mudah dicapai. Setiap tambahan hendaknya ditiap site di tempatkan paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama. 6.6.
Gangguan pada Tetangga : Segala pekerjaan yang menurut Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan adanya ganguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan pada waktu-waktu sebagaimana Pemberi Tugas akan menentukannya dan tidak akan ada tambahan penggantian uang yang akan diberikan kepada kontraktor sebagai tambahan, yang mungkin ia keluarkan
7. FASILITAS SEMENTARA 7.1.
Kontraktor atas biaya sendiri harus menyediakan fasilitas sementara, meliputi. 7.1.1. Kantor dan direksi keet untuk kontraktor dilokasi lengkap dengan penerangan dan toilet untuk tenaga kerjanya. 7.1.2. Seluruh instalasi dan konstruksi sementara penerangan dan peralatan 7.1.3. Air untuk konstruksi 7.1.4. Pembuangan air kotor dan segala pembuangan 7.1.5. Fasilitas keamanan dan fasilitas penerangan sementara 7.1.6. Pagar keamanan dan gardu penjaga untuk keamanan lokasi 7.1.7. Tempat sampah 7.1.8. Keamanan penerangan sementara 7.1.9. Bench mark pengukur
7.2.
Kontraktor harus meminta persetujuan kepada direksi untuk fasilitas sementara di lokasi.
7.3.
Setelah pekerjaan selesai, seluruh fasilitas sementara harus dihilangkan dan dipindahkan keluar dari lokasi proyek atas biaya kontraktor.
7.4.
Kontraktor atas biaya sendiri mengadakan tenaga pembangkit listrik untuk keperluaan pengetesan, penerangan konstruksi dan menjalankan peralatan.
7.5.
Kontraktor harus menyediakan pompa air.
7.6.
Jika tidak disediakan lokasi untuk penampungan/gudang, maka kontraktor harus memperhitungkan biaya penampungan diluar untuk material/peralatan.
8.
KEBERSIHAN
8.1.
Kontraktor melakukan pembongkaran bangunan lama yang berada dilokasi dan bertanggung jawab mengangkut hasil bongkaran keluar lokasi, termasuk mengangkut bahan/material/perabotan yang sudah diseleksi oleh Direksi,dan dibawa ke jalan Rawangun.
8.2.
Seluruh material yang dibawa ke lokasi harus ditempatkan ditempat yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
8.3.
Seluruh sampah/limbah/buangan dari kontraktor harus ditempatkan ditempat yang telah
8.4.
Dalam memelihara fasilitas jalan umum bebas dari kotoran dan tanah, kontraktor bertanggung jawab untuk membersihkan kendaraan yang digunakan sebelum meninggalkan lokasi.
8.5.
Jika kontraktor tidak mentaati kondisi tersebut diatas maka direksi berhak menginstruksikan atau menunjuk pihak lain untuk melaksanakan pekerjaan atas biaya kontraktor.
8.6.
Sebagai tambahan atas tenaga kerja pembersih kontraktor, kontraktor harus menyediakan tenaga pembersih dibawah koordinasi direksi selama berlangsungnya proyek.
9.
INSPEKSI / TESTING
9.1.
Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai atas bagian pekerjaan atau menurut pemikiran direksi atas bagian dari pekerjaan yang harus ditest, maka direksi akan mengeluarkan instruksi kepada kontraktor untuk melaksankan test atas biaya kontraktor.
9.2.
Jika hasil test menyatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan dokumen kontrak maka bagian pekerjaan tersebut harus diperbaiki atas biaya kontraktor.
10.
GAMBAR AS-BUILT, PETUNJUK/PANDUAN, SERTIFIKAT DAN DATA KONTRAK
Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah serahterima pekerjaan I, kontraktor harus menyerahkan kepada direksi gambar As-built, petunjuk, sertifikat dan data kontrak biaya kontraktor, dengan kondisi berikut : 10.1.
3 (tiga) set gambar As-built yang telah disetujui oleh direksi sebelum penggandaan.
10.2.
Petunjuk penggunaan dan pemeliharaan bangunan atau peralatan, yang terdiri dari data-data umum, data-data teknis dan penggunaan peralatan. Petunjuk ini harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga), dimana 1 (satu) set asli 2 (dua (dua) set fotocopy dan mendapat persetujuan dari direksi sebelum dilakukan penggandaan.
10.3.
Garansi atas peralatan dan sertifikat dari badan/departemen yang bersangkutan atas : - Listrik dari PLN - Telpon dari PERUMTEL - Lift dari Dinas keselamatan kerja - Lain-lain Diserahkan dalam rangkap 3 (tiga), 1 (satu) set asli dan 2 (dua) fotocopy.
10.4.
Data kontrak (kontrak asli dan kontrak akhir) menyangkut jadwal pelaksanaan dan jumlah harga kontrak, semuanya dalam rangkap 3 (tiga) dan setelah mendapatkan persetujuan dari direksi sebelum dilakukan penggandaan.
10.5.
Penyerahan seluruh dokumen-dokumen yang termasuk dalam pasal 9.1. sampai 9.4 tersebut diatas, adalah kondisi dalam proses 100% sertifikat kemajuan pembayaran
11.
SUB KONTRAK
11.1.
Kontraktor diijinkan untuk men-sub-kan bagian kontrak (bukan seluruh kontrak), dan sub kontraktor harus mendapatkan persetujuan direksi.
11.2.
Kontaktor bertanggung jawab penuh atas bagian pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KETIGA (sub kontraktor), dan juga bertanggung jawab atas segala tindakan dan kelalaian dari sub kontraktor.
11.3.
Bila mana kontraktor men-sub kan pekerjaan kepada PIHAK KETIGA, maka pemberi tugas mempunyai hak untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengamankan pekerjaan dan tugas kontraktor. Tindakan ini dapat dalam bentuk memberikan pembayaran langsung kepada Sub kontraktor jika dipandang perlu.
B. SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURAL
DAFTAR ISI
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
PASAL 2
BEKISTING BETON
PASAL 3
BETON BERTULANG
PASAL 4
PEKERJAAN KONSTRUKSI BESI/BAJA
B. SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURAL PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
PEKERJAAN TANAH
1.1. GALIAN
1.1.1
UMUM
1)
Uraian a)
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b)
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan sementara, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuatan papan nama, pagar keliling proyek, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c)
Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan galian dapat berupa : i) ii) iii)
Galian Biasa Galian Batu Galian Struktur
d)
Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal
e)
Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
f)
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu
Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi, tembok beton penahan tanah, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur mencakup : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya. Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang. 2)
3)
Toleransi Dimensi a)
Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.
b)
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genanga
Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan a)
Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.
b)
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti penyokong (shoring) , pengaku (bracing) , cofferdam, dan dinding penahan rembesan (cut-off wall), dan gambar-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.
c)
Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3.1.2.
d)
Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan, yang menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Kontraktor untuk diperiksa Direksi Pekerjaan.
e)
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal yang akan dikupas atau digali. Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah dikupas atau digali.
a)
Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
b)
Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
5)
c)
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah dipadatkan.
d)
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
e)
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
f)
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
g)
Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8, Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah Milik Jalan.
Jadwal Kerja a)
Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
6)
7)
b)
Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.
c)
Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasioperasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak yang berwenang dan juga dari Direksi Pekerjaan.
d)
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan maka setiap galian perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
Kondisi Tempat Kerja a)
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut-off wall) dan cofferdam . Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
b)
Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.
Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan a)
8)
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal 3.1.1(3) di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut : i)
Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
ii)
Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
iii)
Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang melebihi yang telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai mencapai elevasi rancangan.
Utilitas Bawah Tanah a)
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang
membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak. b)
9)
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.
Restribusi Untuk Bahan Galian Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut.
10)
11)
Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian a)
Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
b)
Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c)
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor di luar Daerah Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d)
Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.(8).(ii) dan (iii), juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(2).(f) dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara a)
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh Kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
b)
Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Kontraktor atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
1.1.2
c)
Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
d)
Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.
PROSEDUR PENGGALIAN
1)
Prosedur Umum a)
Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
b)
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
c)
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d)
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
e)
Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk
tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam pelaksanaannya.
2)
f)
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh Direksi Pekerjaan.
g)
Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan Talud. Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam Seksi ini.
3)
Galian untuk Struktur dan Pipa a)
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
b)
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai. c)
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
d)
Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
e)
Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak
4)
Galian pada Sumber Bahan a)
Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
b)
Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus diperoleh secara tertulis dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap operasi penggalian dimulai.
c)
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
d)
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
e)
Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
f)
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
TIMBUNAN 3.2.1
UMUM
1)
Uraian a)
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b)
Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis , yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.
2)
3)
c)
Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.
d)
Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan derek, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Toleransi Dimensi a)
Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b)
Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c)
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.
d)
Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88 - 90) SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90) SNI 03-1966-1989 (AASHTO T 90 - 87) SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99 - 90) SNI 03-1743-1989 (AASHTO T180 - 90) SNI 03-2828-1992 (AASHTO T191- 86) SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193 - 81)
: :
Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer. Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
:
Metode Pengujian Batas Plastis.
:
Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
:
Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
:
Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir. Metode Pengujian CBR Laboratorium.
:
AASHTO : AASHTO T145 - 73
:
AASHTO T258 - 78
:
Classification of Soils and Soil Aggregate Mixtures for Highway Construction Purpose Determining Expansive Soils and Remedial Actions
4)
Pengajuan Kesiapan Kerja a)
b)
c)
5)
Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari Spesifikasi ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan : i)
Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii)
Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal 3.2.3.(1).(b) di bawah ini.
Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan : i)
Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode Kontrak;
ii)
Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal 3.2.2.
Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya : i)
Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
ii)
Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3) dipenuhi.
Jadwal Kerja a)
Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
b)
Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok sayap jembatan, Kontraktor harus menunda sebagian pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya dapat diperkenankan untuk menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa adanya resiko gangguan atau kerusakan pada pekerjaan jembatan.
6)
7)
Kondisi Tempat Kerja a)
Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.
b)
Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengen-dalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.
Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil a)
Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3) harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
b)
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan lain yang disetujui.
c)
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
d)
Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e)
Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifatsifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
f)
8)
Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(8).(c) dari Spesifikasi ini.
Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.
9)
Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.(3).(b).
3.2.2
BAHAN
1)
Sumber Bahan Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Seksi 1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.
2)
Timbunan Biasa a)
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.(1) dari Spesifikasi ini.
b)
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 031742-1989.
c)
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
3)
4)
Timbunan Pilihan a)
Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Timbunan Pilihan" bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai dengan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).
b)
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c)
Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
d)
Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.
5)
Timbunan Batu Pilihan Batu harus keras dan awet dan disediakan dalam rentang ukuran yang memenuhi ketentuan di bawah ini. Jika tidak disebutkan lain dalam Gambar atau dalam Spesifikasi Khusus, maka semua batu harus mempunyai volume lebih besar dari 120 centimeter kubik. Untuk timbunan batu dengan manual, 75% batu terhadap volume total tidak boleh lebih kecil dari ukuran batu untuk rip-rap sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 7.10.(2) agar dapat mengunci batu-batu besar tersebut sampai rapat dan yang terpenting dapat mengisi rongga-rongga antar batuan besar yang dipasang sebagai timbunan. Bagian muka batu yang terekspos harus seragam, tanpa adanya tonjolan lebih dari 30 cm untuk timbunan batu dengan derek dan 15 cm untuk timbunan batu dengan manual, di luar garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN
1)
2)
Penyiapan Tempat Kerja a)
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.1.1.(11) dan 3.1.2.(2) dari Spesifikasi ini.
b)
Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c)
Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
Penghamparan Timbunan a)
Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3). Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. b)
Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c)
Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
d)
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e)
3)
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
Pemadatan Timbunan a)
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b)
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c)
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.(2) di bawah.
d)
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya- ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e)
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f)
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g)
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
h)
Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan
bersebelahan
. i)
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
j)
Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
JAMINAN MUTU
1)
2)
Pengendalian Mutu Bahan a)
Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b)
Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
c)
Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(2).(c).
Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah a)
Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾‖, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b)
Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c)
Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.
3)
Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.
4)
Percobaan Pemadatan Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.
PASAL 2 BEKISTING BETON
2.1. Umum 2.1.1. Lingkup pekerjaan a. Kayu dan baja untuk bekisting beton cor di tempat, lengkap dengan perkuatan dan angkur-angkur yang diperlukan. b. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain. c. Bekisting lantai dipakai combideck/smartdeck tebal : 0,75 mm (cetakan beton untuk lantai). Pada waktu pemasangan kombideck/smartdeck harus ada pengecekan dari pihak pabrik cara-cara pemasangannya. 2.1.2. Pekerjaan yang berhubungan dengan . a. Pondasi beton bertulang. b. Kolom dan balok beton c. Lantai plat beton d. Pasangan Bata. d. Elektrikal e. Plafond. 2.1.3. Standart Standart Indonesia a. Peraturan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982, NI-3. b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (SKBI) – 1961, NI-5. c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) – 1971, NI-2. 2.1.4. Shop Drawing a. Dimana diperlukan, menurut Direksi Lapangan atau perencana/pengawas, pemborong harus membuat Shop Drawing. b. Siapkan shop drawing tipikal unuk tiap rancangan bekisting yang berbeda, yang memperhatikan : - Dimensi. - Metode kanstruksi. - Bahan. - Hubungan dan ikatan-ikatan (ties).
2.2.
BAHAN / MATERIAL 2.2.1. Bekisting Beton Biasa (Non Ekspose) a. Plywood t = 12 mm atau papan tebal 2cm dengan perkuatan kayu balokbalok usuk 5/7. b. Paku, angkur dan sekrup-sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran. c. Combideck/smartdeck tebal : 0,75 mm. 2.2.2. Syarat-syarat umum bekisting a. tidak mengalami deformasi, Bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat. b. Kedap air : dengan menutup semua celah dengan tape. c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting
2.3.
PELAKSANAAN 2.3.1. Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kuat untuk mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh ada lekukan, lubanglubang atau tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada bekisting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal bila digunakan untuk permukaan yang tidak diplester lagi (ekspose concrete). Dalam hal kehalusan/ kerataan dari hasil beton cor;
2.3.2. Tiang penyangga dan anti lendutan (Cumbera). Tiang-tiang penyangga harus digunakan tiang-tiang besi/baja ataupun kayu dolken Rasamala/sejenis, tidak diperkenankan menggunakan bambu. Tiang-tiang penyangga yang vertical untuk semua bekisting harus dibuat untuk memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya kerusakan atau overstress atau pepindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi demikian sehingga konstruksi ini benar-bnar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang berada di atasnya selama pelaksanaan, kecuali detaildetail yang berlainan, pada gambar-gambar, bekisting-bekisting untuk semua balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke atas sebagai berikut : Semua balok atau dan pelat lantainya 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah bentang. Semua balok centilever dan pelat lantainya 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung bebas. 2.3.3. Baut-baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat pengikat tidak diizinkan pada beton ―expose‘ yang akan berhubungan langsung dengan keadaan alam dimana dapat menimbulkan perubahan warna yang tidak merata. Semua bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan paku tanpa merusak beton. 2.3.4. Semua bekisting dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan pada beton. 2.3.5. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. 2.3.6. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu. 2.3.7. Pelapisan (coating)/konsultan. Sebelum pemasangan besi beton bertulang, bekisting yang dipergunakan untuk beton yang tidak perlu dipelester lagi (expose concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. 2.3.8. Khusus untuk bekisting-bekisting kolom maka pada tepi bawah kolom harus dibuatkan pembukaan pada 2 tepi sisi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat pada dasar kolom. Pembukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa kebersihan dasar kolom dan disetujui oleh Direksi Proyek. Hal yang sama harus dikerjakan pada balok-balok yang tinggi atau dinding beton. Bekisting beton yang biasa (yang perlu dipelester permukaannya) harus dibasahi dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor. 2.3.9. Pada bekisting kolom yang tinggi, maka setiap tinggi 2 m harus diberi pintu untuk memasukkan spesi beton sehingga terhindar terjadinya sarang kerikil. 2.3.10. Bangunan tidak boleh mengalami perubaha bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran bekisting pada beton. Pertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada di Pihak Pemborong .
Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting. Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai berikut:
BAGIAN-BAGIAN STRUKTUR
- Sisi balok dinding - Penyanggah pelat lantai - Penyanggah balok
PASAL 3 3.1
WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN BEKISTING (hari) 3 hari 21 hari 21 hari
BETON BERTULANG
UMUM 3.1.1. Lingkup pekerjaan a. Pembesian Tulangan besi, lengkap dengan kawat pengikatnya. Beton decking (support chairs), bolster, spaceer for reinforcing. b. Pengecoran Beton Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding pondasi dan slabs pendukung. Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks. Finishing permukaan beton pada dinding, pelat, beton dan kolom. 3.1.2. Produk beton alternatif Pemakaian/usulan pemakaian produk beton alternatif berupa beton siap pakai (READY MIX CONCRETE) dapat diusulkan kepada Konsultan pengawas 3.1.3. Pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan ini antara lain : a. Bekisting Beton. b. Finishing Beton. c. Pondasi Beton Bertulang. d. Pasangan Bata. e. Struktur Baja. f. Bagian-bagian pekerjaan Mekanikal yang harus dicor dalam beton. g. Bagian-bagian pekerjaan elektrikal yang harus dicor dalam beton.
3.1.4. Standart Indonesia
3.2.
PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3). PBI : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-3). Peraturan Portland Cement Indonesia 1973, NI-8 PBN : Peraturan Bangunan Indonesia 1978.
BAHAN / MATERIAL 3.2.1. Portland Cement a. Portland cement yang dipakai type PCC, yang memenuhi standart ASTM C 595, Spesification for Blended Cement, dan memenuhi standart SNI 157064, tentang semen Portland Composite b. Untuk permukaan beton expose, harus dipakai semerk dengan semen yang dipakai. 3.2.2. Aggregates a. Kualitas aggregate harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971. Aggregate kasar harus berupa batu pecah (split) yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 5% berat kering. b. Dimensi maksimum dari aggregates kasar tidak lebih dari 3,0 cm dan tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan. c. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahanbahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. 3.2.3. Pasir dan kerikil: Pasir dan kerikil harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahanbahan organic.Agregar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %, apabila lebih dari 1 % harus dicuci, dan harus memenuhi komposisi butiran serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI-1971dan SKSNI T-15-1991-03. Besar butiran agregat kerikil yang digunakan untuk bahan beton harus berada diantara ayakan 4mm-31,5mm. Besar butiran agregar pasir yang digunakan untuk bahan beton harus berada diantara ayakan 0.063mm- 4 mm.Agregat pasir tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5 %, bila lebih dari 5 % maka agregat pasir harus dicuci. Untuk membuktikan banyaknya kadar Lumpur dilapangan, dapat dilaksanakan dengan menggunakan gelas ukur. Gelas ukur tersebut diisi pasir atau kerikil sampai garis angka 100, kemudian diisi air sampai garis angka 200.Gelas dikocok hingga air nya keruh dan didiamkan sampai airnya bersih kembali, maka diantara pasir dan kerikil akan terdapat Lumpur yang akan dibuktikan banyaknya. 3.2.4. Air : a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat mengurangi mutu pekerjaan. b. Apabila dipandang perlu, Konsultan pengawas dapat minta kepada Pemborong supaya air yang dipakai diperiksa laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biya Pemborong. 3.2.5. Besi Beton a. Mutu baja tulangan : U-39 untuk besi ulir > 12 mm U-24, U-32 untuk besi polos < 12 mm Selanjutnya lihat gambar kerja dan ikuti petunjuk Direksi. b. Semua baja tulangan yang digunakan sesuai dengan standart PBI 1971
c.
Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi mutu TP 12mm dan TD 13mm. d. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur jarak tulangan/besi beton dan mengikat tulangn- tulangan pada tempatnya. e. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik,juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun pada saat periodik minimum masing-masing 2 contoh percobaan (stresstrain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan pengawas. f. Toleransi diameter penampang baja tulangan : Polos : 0,2 mm Ulir : 0,2 mm 3.2.6. Admixture : a. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecuran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture. b. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Pemborong diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas mengenai hal tersebut. Untuk itu Pemborong diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangn mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. 3.2.7. Syarat Penyimpanan Bahan dan Pengiriman a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contohcontoh material misalnya : besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari perencana/Konsultan pengawas. b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Perencana/Konsultan pengawas, akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke site. c. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat. Beberapa barang tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya. d. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik. e. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindung sesuai dengan jenisnya. Pemborong bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan bahan dan apabilan, Pemborong wajib mengganti atas biaya Pemborong.
3.3. PELAKSANAAN 3.3.1. Kualitas Beton a. Untuk pekerjaan struktur Pondasi (Bore Pile dan Pile Cap) menggunakan Beton Mutu K-300, untuk Kolom Struktur Beton Bawah dan Atas (Lt.dasar, Lt. tingkat-1, Lt.tingkat-2 dan Atap digunakan beton mutu K-300, untuk Sloof dan Balok Lantai digunakan beton mutu K.250, kecuali pekerjaan nonstruktur beton mutu K-175 dan mutu K-100. (tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15x15x15 cm pada usia 28 hari). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971. Mutu beton K-175 pada umumnya digunakan untuk struktur sekunder seperti kolom-kolom praktis dan bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain. b. Untuk beton lantai kerja digunakan jenis beton dengan campuran 1Pc: 3Psr:5krl. c. Beton lanatai kerja 1pc:3psr:5krl dilaksanakan untuk pekerjaan dibawah pondasi. Tebal lapisan lantai kerja adalah 7 cm dan permukaan lantai kerja harus sama dengan permukaan pangkal atas tiang pancang. d. Untuk beton structural yang berhubungan dengan air tanah/air hujan, digunakan jenis beton dengan camp. 1pc:1,5psr:2,5krl. e. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengn mengadakan trial-mixes dilaboratorium yang ditunjuk oleh Konsultan pengawas/membuat mix design. f. Test selama pekerjaan : Buat 3 kubus 15cm x 15cm x 15cm dari setiap 15 cm 3 atau sebagian dari itu, atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan dari setiap mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang dicor. Buat dan simpan kubus-kubus menurut ASTM C 31. Test satu kubus pada hari ke-7 dan satu kubus pada hari ke-28 menurut ASTM C 39. Simpan satu kubus sebagai cadangan untuk test pada hari ke56 jika test pada hari ke-28 gagal. Jika test pada hari ke-28 berhasil, test kubus cadangan untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua kubus pada hari ke-28. Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyinpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan penguji. g. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan pengawas. h. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5cm dan maximum 12,5cm. (PBI‘71 Tabel 4.4.1) sebagai berikut:
Bagian konstruksi
a. b.
Dinding, pelat, pondasi dan pondasi telapak Pelat, balok, kolom, dam dinding
min
max
5
12,5
Dalam pengujian slump ini dikecualikan untuk adukan-adukan yang mempergunakan bahan-bahan pembantu (adhetives). Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan betin (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas kayu rata atau palet baja. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16mm panjang 60cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, maka dbiarkan ½ menit lalu cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya). f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan pengawas/Perencana. g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tetapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka. h. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari, tanpa additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan kekuatan angka yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam PBI 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas. i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer. j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen beton. k. Harus menggunakan fibrator untuk pemadatan beton. 3.3.2. Pengecoran dan pemadatan (PBI‘71 pasal 6.4): a. Tidak ada satu bagian pekerjaan beton yang dapat dicor tanpa persetujuan tertulis dan pengamatan Direksi dan Pengawas Ahli. b. Selama pengecoran berlangsung orang lain dilarang berjalan dan berdiri diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai, harus dipergunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani penulangan. c. Pengecoran dari satu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan satu operasi continous. Bilamana pengecoran dari salah satu bagian harus diputuskan, tempatnya harus terletak pada construction joint/siar pelaksanaan yang ditentukan oleh Pengawas Ahli, sebelum pekerjaan yang diputuskan itu dilanjutkan, maka permukaan yang mengeras itu harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi saus semen. d. Untuk pengecoran kolom dan dinding, beton tidak boleh dicurahkan dari ketinggian lebih dari 1,5m yang mana dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemisahan bahan (segregasi), sarang kerikil/keropos. Untuk ini harus dibuat lubang-lubang untuk memasukkan adukan beton yang mana lubang ini dapat ditutup kembali setelah adukan beton mencapai ketinggian tempat lubang tersebut. e. Untuk menghindari rusaknya penulangan plat dan menghindari kotornya bekisting plat tersebut maka untuk pengecoran balok dan plat lantai harus dilakukan secara bertahap sbb: 1. Bekisting balok diselesaikan lebih dahulu kemudian setelah pengesahan pembesian maka pengecoran balok segera dilaksanakan sampai setinggi batas tepi bawah plat lantai.
dimulai dari bidang terjauh dari lokasi beton molen/mesin pengaduk berada. 3. Untuk menghindari rusaknya penbesian plat lantai tersebut harus digunakan jembatan berkaki. f. Sebelum pengecoran balok dan pelat, semua kolom struktural harus dicor terlebih dahulu, tidak boleh ada kolom struktural yang dicor kemudian setelah balok dan pelatnya. g. Khusus pada pengecoran kolom beton bertulang yang langsung bertemu dinding batu bata atau kusen pintu/jendela/ventilasi/penerangan, maka sebelum pengecoran dimulai, Pelaksana Kontraktor harus mempersiapkan: angker untuk pasangan batu bata dari baja tulangan 10 mm, panjang yang keluar dari kolom sama dengan 20 cm, dengan jarak satu sama lain 50 cm. angker untuk kosun pintu/jendela/ventilasi/penerangan sesuai gambar detail. h. Tebal Penutup Beton Tebal penutup beton harus sesuai dengan gambar perencanaan, apabila tidak terdapat dalam perencanaan, maka penutup beton dapat diambil sesuai tabel 1 dengan persetujuan Konsultan Perencana. Tabel 1. Tebal Penutup Beton Minimum BAGIAN Tabel Penutup Beton Minimum (cm) KONSTRUKSI Didalam Diluar Tidak Terlihat (dalam tanah) Pelat dan 1,0 1,5 2,0 selaput Dinding & 1,5 2,0 2,5 Keping Balok 2,0 2,5 3,0 Kolom 2,5 3,0 3,5 Didalam tabel 1 diatas, yang diartikan dengan ―di dalam‖ adalah bila bidang luar beton terlindung dari pengaruh-pengaruh cuaca (hujan, terik matahari langsung, dan lain- lain) dan tidak berhubungan dengan air, yang diartikan ―di luar‖ adalah bila bidang luar beton mengalami pengaruh-pengaruh cuaca (hujan, terik matahari langsung, dan lain-lain) dan berhubungan air, sedangkan yang diartikan ―tidak terlihat‖ adalah bila bid ang luar beton setelah beton selesai dicor tidak dapat diperiksa lagi. i. Pada pengecoran beton, bahan campuran beton harus diaduk dengan mesin pengaduk Mollen sampai bahan beton menyatu menjadi satu warna (untuk pekerjaan beton non-struktur K175 dan K100). Sedang untuk pengecoran kolom struktur bawah dan struktur atas menggunakan ready-mix mutu K.300, dan struktur balok Lantai dan plat lantai menggunakan beton mutu K.250, dangan memakai concrete pump. j. Untuk pengecoran pelat beton diusahakan setiap pengecoran per lantai tidak boleh sampai putus dan harus sekaligus. k. Penahapan pengecoran harus dihentikan ditempat-tempat yang diperhitungkan aman. Untuk menyambung suatu pengecoran, permukaan yang akan disambung harus ditambah bonding agent (apabila terpaksa harus dengan persetujuan konsultan pengawas). l. Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan langsung akibat sinar matahari dan melindunginya dengan penyiraman air/ pembasahan terus-menerus selama 7 hari setelah pengecoran, terutama untuk pengecoran atap daak beton, lantai km/wc, talang beton dan bagian-bagian lain yang kedap air.
m. Pengecoran dapat dimulai, bila keadaan bekisting dan tulangan sudah memenuhi syarat dan telah diperiksa oleh Konsultan Pengawas serta mendapat izin pengecoran. n. Untuk memperbaiki kepadatan beton, maka harus digunakan alat pemadat mesin vibrator. Lamanya pemakaian vibrator tidak boleh lebih 30 detik pada satu titik. o. Khusus untuk pengecoran kolom, spesi beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter. p. Pekerjaan beton yang permukaannya masih diplester, atau permukaan yang masih kena pekerjaan pengecoran lanjutan, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan dan bidang yang akan diplester atau disambung harus disiram air semen. q. Setelah selesai pekerjaan pengecoran, maka beton harus dirawat selama masa pengikatan. Perawatan tersebut dilaksanakan dengan jalan mengalirkan air terus menerus pada permukaan beton atau menutup permukaan beton dengan karung goni atau bahan yang lain yang dapat basah terus menerus sampai selesai waktu pengikatan. Apabila ingin mempercepat waktu pengikatan boleh mempergunakan obat (cement additif) setelah mendapat ijin dari konsultan pengawas. r. Lamanya perawatan khusus untuk pelat minimal selama 1 minggu dan selama perawatan itu beton tidak boleh mendapat beban yang berat dan harus dibasahi terus menerus selama 1 minggu. s. Apabila cuaca berawan tebal, sedangkan Konsultan Pengawas tetap menghendaki agar pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Kontraktor harus menyediakan alat pelindung yang cukup unuk melindungi tempat yang sudah atau akan dicor. t. Bila terjadi pengecoran yang tidak sempurna (berongga/keropos), maka bagian tersebut harus diperbaiki dengan cara dibongkar dan dicor ulang. u. Perbaikan beton yang tidak sempurna (berongga) dapat dengan cara grouting. Jenis material grout yang digunakan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. v. Pada setiap pengiriman (untuk ready mix beton) atau campuran beton harus dilakukan slump test. Pencatatan data dari test tersebut harus menyebutkan dengan jelas nomor-nomor, bagian, tanggal, dan jam pengecoran. Sebuah copy dari data tersebut harus langsung diserahkan kepada Konsultan Pengawas. w. Kontraktor diwajibkan menggunakan beton molen untuk pencampuran segala macam campuran beton dan spesi (untuk beton non-struktur mutu K 175 dan K100). Sedang untuk beton struktur mutu K.250 dan K.300 diwajibkan pakai beton ready-mixed 3.3.3. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting Pembongkaran acuan dan penetapan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari PBI 1971. Siarsiar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Leak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Konsultan pengawas. 3.3.4. Penggantian Besi a. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah seesuai dengan apa yang tertera pada gambar. b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya terhadap kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada, maka: 1. Pemborong dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar ; Secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
3.3.5.
3.3.6.
3.3.7.
3.3.8.
2. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. 3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari Pemborong. c. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan : 1. Harus ada persetujuan dari Direksi dan Perencana. 2. Jumlah besi pesatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). 3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang berkurang. 4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkankeruwetan pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar. Perawatan Beton a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat. b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan. c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran. d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound. Tanggung Jawab Pemborong Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai ketentuanketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan pengawas selaku wakil Pemberi Tugas atau Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. Contoh yang harus disediakan a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh material : split, pasir, besi beton, PC untuk mendapat persetujuan Konsultan pengawas. b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas akan dipakai sebagai standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontrakor ke lapangan. c. Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui di bangsal Konsultan pengawas. Sparing Conduit dan Pipa-pipa a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur. b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka pemborong harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan pengawas. c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan pengawas. d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton. e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran. Lain-lain
menggunakan dyna bolt 12mm diletakkan setinggi 20cm dari atas lisplang tersebut. b. Pada tepi bawah lisplang harus diberi tali air, agar air hujan tidak meranbat dan merusak plfond didekatnya. c. Pemborong wajib memiliki buku Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1972-NI.2) dan disimpan di kantor lapangan untuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan.
PASAL 4
PEKERJAAN KONSTRUKSI BESI/BAJA
4.1.
UMUM 4.1.1. Lingkup Pekerjaan a. Meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi baja seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana untuk pekerjaan yang tercantum sebagai berikut : Pekerjaan bangunan dan bagian-bagiannya digunakan konstruksi baja, dengan bentuk dan ukuran sesuai gambar yang disetujui pihak Direksi/Pemberi Tugas. c. Meliputi semua penyambungan dan pengelasan d. Pengecatan 4.1.2. Peraturan-peraturan yang berlaku : Untuk bahan, design dan pelaksanaan dari pekerjaan ini harus mengikuti peraturan sebagai berikut: Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984 (PPBBI) American Institute of Steel Construction Specification (AISC) American Society for Testing and Materials (ASTM) spesifikasi: a. ASTM A 35 type E atau S (pipa struktur) b. ASTM A 36 – 70a Structure Steel c. ASTM A 53 – 72a Welded and Seamless Steel Pipe d. ASTM A 153 – 71 Zinc Coating (hot dip) on Iron and Steel Hardware. e. ASTM A 307 – 68 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners f. ASTM A 325 – 71a High Strength Bolt for Structure Steel Joint, Include Suitable Nuts and Plain Hardenerd Washers. g. ASTM A 370. h. ASTM A 490 – 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolt for Structure Steel joints. - American Welding Society – Structural Welding Code (AWS) - Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI-1982) - Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah.
4.2.
BAHAN / MATERIAL 4.2.1. Bahan baja yang dipakai untuk konstruksi utama adalah ST 37/FC 360 atau A 36 atau SS 41 yang mempunyai tegangan tarik leleh maximum (Maximum Yield Stress / sebesar 2400 kgf/cm 2) , angker ST 41 , kawat las elektroda dari seri E 70 merk KOBE. 4.2.2. Mutu baja dan mutu baut angker yang digunakan adalah Bj 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau BJ 37 (JIS U3101 –1970) yang memiliki tegangan leleh minimal Fy = 240 MPa. Semua pekerjaan las harus menggunakan elektroda yang sesuai dengan mutu baja dan dilakukan dengan mutu yang layak serta memenuhi ketentuan pekerjaan baja. 4.2.3. Bentuk dimensi, berat dan detail-detail lainnya harus sesuai dengan gambar dan
4.2.4. 4.2.5. 4.2.6. 4.2.7. 4.2.8.
4.2.9.
mengikuti ketentuan ASTM A 6 yang sebagian tercantum dalam AISC (American Institute of Steel Construction) Code of Standard Practice section 5 & 6. Baut dan mur yang digunakan untuk pemasangan konstruksi baja harus sesuai gambar rencana dan dari jenis mutu tinggi F 10 T. Kawat las yang dipakai RB 26/ tipe E6013 / E6010 dan disesuaikan dengan mutu bajanya BJ 37. Grouting antara pedestal dan base plate menggunakan grouting produk Sikagrout 215 ex Sika atau Fosroc atau setara. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib mengajukan contoh material yang akan digunakan. Semua bahan baja yang digunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang belum pernah digunakan dan bilamana dirasa perlu, Konsultan Pengawas berhak meminta sertifikat pengiriman dari pabrik. Standar Toleransi Material JENIS MATERIAL WF/ H beam
Pipa Struktur (BS 1387-67) / SII 0161-81 Gording C Pelat Besi Siku Plat Strip UNP
EX/Setara Gunung Garuda / Cigading / Krakatau steel Ex Bakrie / Spindo GG/KS atau setara GG/KS atau setara GG/KS atau setara GG/KS atau setara GG/KS atau setara
TOLERANSI TINGGI / LEBAR (mm) ±2
TOLERANSI TEBAL (mm)
-
5%
±2
± 0,1
±2
± 0,3
±2
± 0,3
±2
± 0,1
±2
± 0,3
± 0,3
4.2.10. Pengadaan untuk semua bagian konstruksi baja, seperti plat, profil, baut-baut, dan angker-angker dan pengadaan material penunjang . 4.2.11. Pengadaan bahan atap kuda-kuda baja ringan zincalume multi truss. 4.3.
PELAKSANAAN 4.3.1. Sambungan dan pengelasan a. Untuk sambungan menggunakan high tention bolt (HTB), untuk baut HTB bisa menggunakan baut 8.8 DIN standart atau A 325. Sedang untuk angker-angker kolom dipakai mutu dari baja AS roda setara U 40 Semua lubang-lubang untuk baut harus dibor pada ukuran yang sesuai dengan diameter baut yang digunakan. Tidak diperkenankan membuat lubang dengan menggunakan brander (las api). Toleransi diameter lubang baut: Baut mutu tinggi : < 20 mm d ± 1 mm High tension bolt : > 20 mm d ± 1,5 mm Baut hitam d ± 2 mm Baut angkur d ± 5 mm b. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman.
mutu dan kwalitas dari las yang dikerjakan. Setelah pengelasan maka sisasisa/kerak-kerak las harus dibersihkan dengan baik. c. Konstruksi-konstruksi sambungan rangka dilaksanakan menggunakan las dan dilakukan dengan kuat dipasang plat simpul sebagai pengikat / pengaku. Untuk plat kaki kolom baja digunakan mutu bahan ST. 41 (baja keras). Untuk penyambungan baut digunakan High Tension Bolts mengikuti ASTM A . 325 d. Pada semua peng elasan harus dilakukan ―Visual Inspection‖ untuk mengetahui: Persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik (kebersihan, gap yang cukup, roof fase yang betul dll.) Pemeriksaan/Check porosity, undercut, retak permukaan atau cacatcacat lain). Pemeriksaan ukuran dan type las. e. Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul berpengalaman dan telah mendapatkan sertifikat. f. Seluruh pekerjaan pengelasan harus dilakukan dengan teliti tanpa menyebabkan kerusakan pada baja. g. Listrik yang digunakan untuk pengelasan harus dijaga / diatur sehingga menjamin penempatan dan bentuk sesuai waktu yang tersedia. h. Apabila dianggap perlu bila ada keragu-raguan/keganjilan terhadap hasil ―Liquid Penetrant Test‖ tersebut, maka Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk melakukan Radio Grafik atau Ultrasonic Test sesuai AWS D 1.1 –90. Sedikitnya satu ring harus dipasang di bawah bagian yang diputar waktu mengencangkannya. Pengencangan baut harus menggunakan kunci ring standard. i. Metode pengelasan yang digunakan harus menunjang kualitas daripada pengelasan yang dilakukan. j. Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan debu-debu yang melekat , kotoran yang ada akan berpengaruh besar terhadap aliran listrik. k. Setelah pelaksanaan pengelasan selesai sisa-sisa / kerak-kerak seluruhnya dibersihkan. 4.3.2. Pemasangan a. Pemasangan baja pada plat landas menggunakan baut / angker , dasar kolom dan baut angker harus pada satu tempat yang sama (satu kesatuan) b. Pengikat dan tali pengencang digunakan selama pelaksanaan dari kawat baja yang sesuai. c. Toleransi Pemasangan Toleransi pemasangan antara kolom dengan kolom dalam kedua arah dan deviasi sumbu kolom-kolom terhadap garis vertikal pada titik terjauh masing-masing dibatasi sampai maksimum 5 milimeter. 4.3.3. Pengecatan a. Semua material-material struktur baja harus dicat. Sebelum pengecatan semua permukaan baja harus bebas dari kotoran dan minyak. b. Pembersihan harus dilakukan dengan sikat kawat atau Sand Blasting dan dicat Zink-Cromate setarav ICI. c. Kerusakan-kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan pengecatan harus diperbaiki sebelum pekerjaan pengecatan diserahkan. 4.3.5. Persyaratan Pengujian a. Contoh Material Kontraktor wajib menyediakan contoh material (baja, baut, dan lain-lain)
b.
Segala biaya pengujian harus termasuk di dalam penawaran yang diajukan. Uji pengelasan Apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, maka akan dilakukan testing pada hasil pengelasan. Type dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan kebutuhan sesua AWS serta dilakukan atas biaya Kontraktor.
C.
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTURAL & FINISHING
DAFTAR ISI
PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
PASAL 2
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
PASAL 3
PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING
PASAL 4
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA
PASAL 5
PEKERJAAN BAHAN PENGGANTUNG DAN KUNCI
PASAL 6
PEKERJAAN KACA
PASAL 7
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT / PLAFOND
PASAL 8
PEKERJAAN PENGECATAN
PASAL 9
PEKERJAAN WATER PROOFING
PASAL 10
PEKERJAAN STAINLESS STEEL DAN PIPA
PASAL 11
PEKERJAAN PENUTUP ATAP / LISTPLANK
PASAL 12
PERALATAN SANITAIR
PASAL 13
PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT
C.
PASAL 1
1.1.
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN FINISHING
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
PEKERJAAN PASANGAN BATU GUNUNG 1.1.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan tersebut meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini dan tidak terbatas pada pemasangan pondasi batu gunung dan atau seperti disebutkan dalam gambar rencana. 1.1.2. Bahan / Material : a. Batu gunung Batu gunung yang dipakai harus batu pecah jenis keras bersudut tajam dan tidak poreus serta mempunyai kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam PBI 1971. b. Semen Semen yang digunakan harus bermutu baik terdiri dari satu jenis merk atas persetujuan pengawas. Semen yang telah mengeras asebagian atau keseluruhan tidak dibenarkan untuk digunakan. ( Standart untuk semen P –C NI – 8 ) c. Pasir Pasir yang dipakai adalah jenis yang digunakan untuk pemasangan bata dengan permukaan tajam, keras, bebas dari tanah dan lumpur, kandungan organik dan sesuai dengan syarat-syarat pasir . ( Standart untuk pasir NI-3 ) d. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila dipandang perlu kontraktor dapat memeriksakan air yang dipakai di Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor 1.1.3. Pelaksanaan / Persyaratan Pekerjaan . a. Sebelum pekerjaan pondasi dilaksanakan harus dibuat / dipasang patok yang terbuat dari kayu pada beberapa titik . b. Penggalian untuk pondasi harus sesuai dengan persyaratan penggalian dan penggalian didasarkan sesuai gambar kerja. Batu gunung diletakkan diatas lapisan pasir tersebut, pemasangan sesuai dengan gambar kerja. c. Persyaratan batu gunung untuk pondasi menggunakan campuran 1 PC : 4 PSR, kecuali persyaratan untuk pekerjaan kedap air disebutkan dalam gambar kerja. Pondasi harus menggunakan campuran kedap air 1 PC : 2 PSR, tinggi 20 cm dihitung dari permukaan pondasi paling atas kebagian bawah. d. Campuran harus menutupi semua lubang-lubang batu gunung, khususnya bagian utama. e. Tiap jarak 100 cm dari as ke as harus dipasang angker dengan diameter 10 mm untuk pemasangan sloop dan dinding-dinding yang tersebut dalam
1.2.
PEKERJAAN PEMASANGAN DINDING BATA 1.2.1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan tersebut meliputi pengadaan tenaga kerja, material-material, peralatan dan peralatan pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. b. Pekerjaan tersebut meliputi : 1) Pemasan gan pond asi bata / rolag bata.
1.2.2. Bahan / Material a. Batu bata Batu bata yang digunakan adalah batu bata dengan mutu yang baik, berukuran standart lokal, dengan permukaan yang rata dan sesuai dengan persyaratan material. Batu bata harus bebas dari cacat, retak-retak, cat-cat atau campuran, sudutnya siku. b. Semen Semen yang digunakan harus bermutu baik terdiri dari satu jenis merk atas persetujuan pengawas. Semen yang telah mengeras asebagian atau keseluruhan tidak dibenarkan untuk digunakan. ( Standart untuk semen P –C NI – 8 ) c. Pasir Pasir yang dipakai adalah jenis yang digunakan untuk pemasangan bata dengan permukaan tajam, keras, bebas dari tanah dan lumpur, kandungan organik dan sesuai dengan syarat-syarat pasir ( Standart untuk pasir NI-3 ). d. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila dipandang perlu kontraktor dapat memeriksakan air yang dipakai di Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor 1.2.3. Pelaksanaan / Persyaratan Pekerjaan a. Untuk pekerjaan ini, kontraktor harus memperhatikan secara detail sesuai aturan, ikatan-ikatan dan hubungan batu bata dengan material lain dan pelaksanaan pekerjaan harus dengan gambar kerja. b. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih sampai jenuh. Pada saat pemasangan tidak boleh ada air dipermukaan batu bata. c. Spesi atau campuran perekat : 1) Campuran untuk pemasangan batu bata kedap air menggunakan perbandingan 1PC : 2 PSR, yang dipakai untuk : i. Pemasangan pondasi batu bata. 2) Untuk seluruh pemasangan batu bata campuran 1 ; 4 persyaratan terdapat dalam gambar kerja. 3) Pemasangan harus benar-benar diperhatikan, ketebalan spesi kira-kira 1 cm s/d 1,5 cm seluruh kotak horisontal maupun vertikal harus sempurna dan terisi sepenuhnya. d. Pemasangan batu bata harus rapi, sama ketebalannya, lurus dan tegak. Perencanaan pengikat harus benar-benar diperhatikan selama pelaksanaan seluruh pekerjaan.
2) Pemasangan dengan batu ½ batu untuk bagian dalam dan bagian luar bangunan. 3) Ukuran kolom praktis beton bertulang harus sesuai dengan gambar kerja. f. Di atas setiap lubang pintu dan jendela atau lubang-lubang lain harus dipasang ring balok, walaupun tidak terdapat dalam gambar kerja, begitu pula untuk bidang dinding yang lebih dari 12 m2 ditambahkan kolom maupun balok penguat beton bertulang. g. Pada setiap kotak dinding bata dengan kolom praktis, ring balk maupun pekerjaan beton lain seperti terdapat dalam gambar kerja harus dilaksanakan dengan angker yang sesuai dengan gambar kerja. h. Seluruh batu bata yang dipasang pada bagian dasar harus diplester kasar. i. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain. j. Selama pemsangan dinding belum selesai kontraktor diharuskan untuk menjaga dan menghindari kerusakan-kerusakan atau bekas-bekas yang disebabkan oleh material-material lain . Jika pada saat akhir terjadi kerusakan dan lain-lain, kontraktor harus memperbaiki sampai diterima . disetujui oleh pengawas lapangan. Biaya-biaya untuk perbaikan dan lain-lain harus ditanggung kontraktor dan tidak boleh dituntut sebagai pekerjaan tambahan.
1.3.
PEKERJAAN PLESTERAN 1.3.1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, material-material, peralatanperalatan dan peralatan pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. b. Pekerjaan meliputi : 1) Plesteran. 2) Plesteran kedap air. 3) Pasta semen sesuai syarat dalam gambar kerja. 1.3.2. Persyaratan Material a. Semen Semen yang digunakan harus bermutu baik terdiri dari satu jenis merk atas persetujuan pengawas. Semen yang telah mengeras asebagian atau keseluruhan tidak dibenarkan untuk digunakan. ( Standart untuk semen P –C NI – 8 ) b. Pasir Pasir yang dipakai adalah jenis yang digunakan untuk pemasangan bata dengan permukaan tajam, keras, bebas dari tanah dan lumpur, kandungan organik dan sesuai dengan syarat-syarat pasir ( Standart untuk pasir NI-3 ) c. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila dipandang perlu kontraktor dapat memeriksakan air yang dipakai di Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor 1.3.3. Pelaksanaan / Persyaratan Pekerjaan a. Campuran plesteran adalah campuran dalam sebuah volume. b. Plesteran Plesteran adalah campuran antara PC dan pasir yang harus sesuai dengan campuran spesi dari batu bata. Jika campuran spesi batu bata adalah 1 PC : 2 PSR maka campuran plester juga harus 1 PC : 2 PSR, begitu juga untuk campuran 1 : 4. c. Plesteran kedap air Plesteran kedap air menggunakan campuran 1:2. Plesteran tersebut untuk menutupi seluruh permukaan dinding batu bata di bagian luar atau seperti terdapat dalam gambar kerja. d. Pasta semen adalah campuran antara portland cement dan air, yang dibuat untuk mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran tersebut adalah dilaksanakan setelah pemelesteran lapisan dasar. e. Semen jenis spesi / plsteran yang disebutkan di atas harus dijaga agar selalu segar dan tidak kering selama pelaksanaan. f. Kecuali plesteran kasar, permukaan untuk plesteran harus rata/halu, tidak berombak, penuh dan padat, tidak berlubang bebas dari kerikil atau material lian yang menyebabkan kerusakan. g. Sebelum pekerjaan plesteran untuk permukaan batu bata dan beton, permukaan beton harus bersih dari bekas bekisting. Seluruh lubang-lubang bekas bekisting harus ditutup dengan campuran plesteran. h. Plesteran yang halus untuk seluruh permukaan batu bata dan beton harus dicat. i. Seluruh permukaan yang diselesaikan dengan finishing material untuk lantai keramik dan lain-lain, permukaan plesteran harus dilengkapi dengan groves horisontal untuk mendapatkan penggabungan yang sempurna dengan bahan finishing.
j.
Ketebalan plesteran untuk dinding/kolom/permukaan lantai harus sesuai dengan gambar kerja dan atau sesuai dengan peil yang dikehendaki dalam gambar kerja. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 5 mm untuk struktur batu bata, dan 10 mm untuk struktur beton . k. 1) Kelembaban plesteran harus dijaga, agar kekeringan terjadi secara alami, tidak mendadak/tiba-tiba . Hal tersebut harus dilakukan denganjalan mengairi permukaan plsteran jika terlihat kering dan melindungi dari sinar matahari dengan bahan perlindungan untuk mencegah cepatnya penguapan. Penyiraman harus dilaksanakan dalam waktu 7 hari setelah plesteran selesai. Kontraktor harus menyemprot dengan air secara kontinu, 2 kali sehari sampai jenuh. Jika terjadi keretakan, kontraktor harus membongkar dan memperbaiki hingga dapat diterima oleh pengawas lapangan. 2) Beberapa kerusakan harus diperbaiki oleh kontraktor dan tidak dapat dituntut sebagai pekerjaan tambahan. 3) Tidak diijinkan untuk melakukan pekerjaan finishing sebelum plesteran mencapai umur lebih dari 2 minggu.
PASAL 2 2.1.
Lingkup Pekerjaan 2.1.1
2.1.2
2.2.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan sempurna. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, beton kolom praktis, beton ring balok untuk bengunan yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan bekisting / acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai yang ditunjukkan didalam gambar.
Bahan / Material 2.2.1 Persyaratan Bahan a. Semen Portland : Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merek dan atas persetujuan Perencana dan harus memenuhi standart NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumbuk sesuai dengan syarat penumbukan semen. b. Pasir Beton : Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971. c. Koral Beton / Split : Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan / penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mandapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
e.
f.
2.2.2 a.
b. c. d.
2.3
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila dipandang perlu perencana dapat minta kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor . Besi Beton : Digunakan mutu U 24, besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-contoh material misalnya : besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan persetujuan dari perencana. Contoh – contoh yang telah disetujui oleh perencana, akan dipakai sebagai standart/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh kontraktor. Syarat – syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, kontraktor wajib mengganti atas beban kontraktor.
Pelaksanaan 2.3.1 Mutu Beton : Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah K-175 dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI 1971. 2.3.2 Pembesian a. Pembuatan tulang-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI 1971. b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan gambar konstruksi. c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971. d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari perencana. 2.3.3 Cara Pengadukan a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen. b. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh perencana. c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum 10 cm. 2.3.4 Pengecoran Beton
2.3.5
2.3.6
2.3.7 a. b. c.
d. e. f. 2.3.8
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan perencana. c. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh perencana. Pekerjaan Acuan / Bekisting a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan / yang diperlukan dalam gambar. b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan. c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotorankotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton. d. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir dan semen portland) kepada perencana, untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan. e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan. f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971). g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan. h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran. Pekerjaan Pembongkaran Acuan / Bekisting : Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari perencana. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari perencana. Pengujian Mutu Pekerjaan Sebelum dilaksanakan pemasangan, kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada perencana ― Certificate Test‖ bahan besi dari produsen/pabrik. Bila tidak ada ―Certifikat Test‖ maka kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus dilaboratorium yang ditunjuk kemudian. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh kontraktor dengan mengambil benda uji berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan dlam PBI 1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Perencana dan diperiksa dilaboratorium kontruksi beton yang ditunjuk perencana. kontraktor diwajibkan membuat : ―Trial Mix‖ terlebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan beton. Hasil pengujian dari laboratorium diserahakan kepada perencana secepatnya. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi tanggung jawab kontraktor. Syarat-syarat Pengamanan pekerjaan Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaapekerjaan lain. c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan . Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor. d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI 1971).
PASAL 3
PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING
3.1
Lingkup Pekerjaan 3.1.1 Meliputi penyediaan bahan-bahan lantai, peralatan pembantu, persiapan pembersihan lantai untuk dibangun dan memasang lantai sesuai rencana kerja, gambar kerja dan perintah-perintah pengawas lapangan. 3.1.2 Plesteran kasar untuk dasar pemasangan lantai. 3.1.3 Pasangan lantai Granit, pasangan marmer, pasangan batu alam, batu sikat, sebagai finishing dari pekerjaan tersebut.
3.2
Bahan / Material 3.2.1. Lantai Granit to Tile 60 x 60 cm 3.2.2. ADMINISTRASI : seluruh ruang dalam lantai Keramik ukuran 60 x 60, 30 x 30 cm. 3.2.3. Semua bahan dan material memenuhi standart – PUBI ( Peraturan Umum Bahan Indonesia) 1982 ( NI-3).
3.3.
Persyaratan 3.3.1 Contoh – Contoh Dan Sertifikat Dan Brosur-Brosur : a. Sebelum pelaksanaan granit, kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh granit maupun keramik yang akan digunakan lengkap dengan sertifikat/surat penegas dengan kualitas yang benar-benar sesuai dengan persyaratan diatas. b. Contoh-contoh diatas harus disetujui oleh pengawas lapangan jika dikehendaki oleh pengawas lapangan untuk mengadakan test laboratorium, kontraktor diharuskan untuk melaksanakannya dan seluruh biaya menjadi tanggung jawab kontraktor. d. Material yang ditolak harus diganti tanpa biaya ekstra. Pemilihan motif maupun warna granit maupun keramik akan dilakukan oleh pengawas lapangan selambat-lambatnya 7 hari kalender setelah contoh brosur. 3.3.2. Peralatan Dan Kekuatan Pekerjaan. a. Pemasangan granit dan keramik harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang benar-benar berpengalaman, untuk pekerjaan tersebut diatas harus dilengkapi dengan surat-surat rekomendasi. b. Kontraktor diharuskan untuk mengadakan peralatan-peralatan dan elemenelemen pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan untuk mendapatkan mutu yang baik. 3.3.3. Persiapan – Persiapan Sebelum pekerjaan finishing lantai dilaksanakan, kontraktor harus melakukan
a. Kontraktor melakukan pemeriksaan berkaitan dengan pekerjaan lantai sesuai dengan rencana gambar/perintah-perintah dari pengawas lapangan b. Pembuatan lapisan kedap air harus diselesaikan untuk semua permukaan lantai ( toilet, pada lantai pertama, lantai atas berikutnya ). c. Pekerjaan finishing lantai tidak diperkenankan dilaksanakan sebelum seluruh plafond dan dinding diselesaikan. d. Tenaga dan bahan-bahan untuk pekerjaan tersebut harus disetujui oleh pengawas lapangan sebelum pelaksanaan dan sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor diminta melihat gambar kerja. e. Kontraktor harus memeriksa semua pekerjaan yang akan dilaksanakan seperti : i. Pemasangan instalasi dalam dinding seperti pipa-pipa, stop kontak dan lain-lain. ii. Dinding kedap air jika diperlukan. iii. Dan lain-lain yang dirasa perlu. f. Peil lantai yang ditentukan harus diperiksa secara tepat dan andaikata ada masalah-masalah yang timbul, pengawas lapangan harus diberikan laporan secepatnya. g. Permukaan lantai untuk pemasangan bahan lantai harus bersih dari kotoran dan sejenisnya. h. Selama pelaksanaan, garis hubungan antar granit / keramik harus lurus pada kedua arah dan saling horisontal (merata) satu dan lainnya. i. Permukaan lantai yang akan dipasang bahan lantai harus betul-betul rata dan diperiksa dengan waterpass. j. Bahan-bahan lantai yang cacat tidak boleh dipasang.
3.4.
Pelaksanaan 3.4.1. Campuran pengikat 1:2 dengan air yang secukupnya. Ketebalan rata campuran adalah 15 mm, untuk pekerjaan lantai dan dinding kedap air . Campuran pengikat 1:3 untuk pekerjaan lantai dan dinding lainnya. 3.4.2. Pemasangan granit, marmer dan keramik harus sempurna, tidak rusak/ kotor. 3.4.3. Pemotongan granit, marmer dan keramik harus dilakukan dengan alat pemotong khusus (sesuai dengan instruksi pabrik yang bersangkutan). 3.4.4. Nat granit / keramik maksimal 3mm. Setiap hubungan harus membentuk sudut siku-siku dan harus dipotong sama. Setiap hubungan granit / keramik harus diisi dengan material pengisi (grouting) warna biasanya sama dengan granit tile / keramik , sebelum pengisian nat harus bersih dan granit/ keramik harus mencapai kondisi kering (minimal 7 x 24 jam ). 3.4.5. Pinggiran granit, mamer/ keramik harus dilaksanakan dengan peralatan pengarah untuk mendapatkan hasil yang rapi, siku-siku dan finishing yang sempurna atau bahan yang sudah ada pada ketentuan pabrik. 3.4.6. Pada saat pemasangan, granit maupun keramik harus bersih dari semua noda. Untuk mendapatkan permukaan yang bersih dan tidak rusak.
3.5.
Pemeliharaan 3.5.1. Perbaikan a. Kontraktor diharuskan untuk memperbaiki pekerjaan lantai yang rusak. b. Kerusakan yang tidak disebabkan oleh pemilik, kontraktor diharuskan untuk memperbaiki kerusakan sampai diterima oleh pengawas lapangan. Biayabiaya yang ditimbulkan karena perbaikan ditanggung oleh kontraktor. 3.5.2. Keamanan Kontraktor diharuskan untuk melindungi pekerjaan dari kerusakan dalam
harus dijaga dari pengaruh pekerjaan lain dan permukaan harus dilindungi dari kerusakan. 3.6.
Syarat Penyerahan 3.6.1. Kontraktor harus memenuhi semua kondisi dan syarat-syarat kualitas dan pelaksanaan sesuai dengan perintah maupun persetujuan dari pengawas lapangan. 3.6.2. Pelaksanaan harus rata untuk semua permukaan lantai dan dinding tidak berubah warnanya serupa dan bebas dari kerusakan-kerusakan dari noda. 3.6.3. Kontraktor diharuskan untuk menyerahkan granit, marmer dan keramik sebanyak 0,1 % dari seluruh pekerjaan kepada pemilik, pada serah terima material.
PASAL 4 4.1.
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA
Lingkup Pekerjaan 4.1.1 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 4.1.2 Pekerjaan kusen, pintu dan jendela Kusen : semua kusen yang terpasang dari allumunium. Pintu : a. Pada R. X ray, R. CT Scan dan R. X ray terapi menggunakan RADIATION DOOR setara ―BOSTINCO‖ . b. Pada R. Operasi menggunakan AIRTIGHT DOOR setara ―BOSTINCO‖ type 500 Pascal. c. Kecuali yang telah disebutkan di atas seluruh pintu ruangan menggunakan Pintu lapis Vinyl HPL dengan rangka kayu meranti / balau / nyatoh. Jendela : Semua jendela bingkai alumunium dengan tebal kaca 5 mm.
4.2.
Pekerjaan kusen, pintu dan jendela 4.2.1. Standard a. ASTM b. C509 – Cellular Elastomeric Preformed gasked and selain Material. c. C 2000 – Clasification System for Rubber Prodects in Automatic Applications. d. C 2287 – Nonrigid Vynil Chloride Polymer and Copolymer Molding and Extinasional Compoinds. e. ANSI – American National Standart Institute, USA A 134.2 – Spesification for Aluminium Window. f. ASTM : E – 330. g. SII : Standart Industri Indonesia.
4.3.
Persyaratan Bahan / Material 4.3.1. Aluminium a. Bahan aluminium dipakai untuk semua kosen pintu, jendela dan daun pintu, jendela pada seluruh tampak depan bangunan dari lantai dasar s/d lantai 4.
b. Bahan/ produk kusen ‗1. Kusen jendela Aluminium yang digunakan : Bahan : dari bahan Aluminium Framing merk YKK (YBIC type). Bentuk profil : sesuai shop drawing yang disetujui Perencana / Konsultan pengawas. Ukuran profil : 4‖ tebal 1,20 mm Warna : Difinish cat powder coating tebal 60 mikron. Nilai deformasi : maksimal 2 mm. 2. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syaratsyarat dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan. 3. Konstruksi kusen aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya. 4. Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test, minimum 100 kg/m2. 5. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test. 6. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang dsyaratkan. 7. Untuk keseragaman warna disyaratkan , sebelum proses fabrikasi warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai toleransi ukuran senagai berikut : 1 mm Untuk tinggi dan lebar 2 mm Untuk diagonal 8. Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vynil, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dab sealant, angkur-angkur untuk rangka / kusen aluminium terbuat dari steel plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) micron sehingga dapat bergeser. 9. Bahan finishing Treatment untuk permukaan kusen jendela dana pintu yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anto corrosive treatment dengan insulating varnish seperti asphalic varnish atau bahan insulation lainnya . c.
Pelaksanaan 1. Sebelum memulai pelaksanaan Kontraktor diwajibkan meneliti gambar gambar dan kondisi dilapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk semua detail sambungan dan profil aluminium yang berhubungan dengan system konstriksi bahan lain. 2. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan menbuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Perencana / Konsultan Pengawas meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran. 3. Semua frame / kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. 4. Pemotongan aluminium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk menghindari penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa
5. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah bagian dalam agar sambungannya tidak tampak oleh mata. 6. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan harus cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar. 7. Angkur-angkur untuk rangka / kusen aliminium terbuat dari steel plate setebal 2-3 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm. 8. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/ stainless steel, sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.000 kg/m2. celah antara kaca dan system kusen aluminium harus ditutup pleh sealant. 9. Disyaratkan bahwa kusen aluminium dilengkapi oleh kemungkinankemungkinan sebagai berikut : a. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati. b. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar dan lain-lain. c. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless. d. Untuk system partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus dimatikan secara penuh yang merusak baik lantai maupun langit-langit. e. Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan diatas. 10. Untuk Fitting hard dan reinforcing materials yang mana kusen aluminium akan kontak dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi. 11. Toleransi pemasangan kusen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 – 25 mm yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout. 12. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan sebelum rangka kusen terpasang. Permukaan bidang horizontal (pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah dan atas harus waterpass. 13. untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin. 14. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya kedap air dan kedap suara. 15. Tepi bawah ambang bawah kusen exterior agar dilengkapi flasing untuk penahan air hujan. 4.3.2. PVC dan Alumunium 4.3.2.1. Bahan PVC/ menyesuaikan gambar dipakai untuk semua pintu KM/WC - Bahan : PVC/fiber / Pinil Kayu /Lihat Gambar - Warna : ditentukan kemudian - Merk/jenis : - Aksesoris : > engsel disesuaikan dengan pintu, harus tahan terhadap korosi. > kunci pintu setara merk kend italia. e. Pintu garasi ambulan - Bahan : allumunium - Warna : ditentukan kemudian - Model : rolling door - Aksesoris : > engsel, handle, baut-baut disesuaikan dengan pintu, harus tahan
PASAL 5 5.I.
PEKERJAAN BAHAN PENGGANTUNG DAN KUNCI
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini termasuk pengadaan personil / tenaga kerja, material/bahan dan peralatan pendukung lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pengadaan barang, pemasangan dan pemeliharaan dari komponen yang terpasang pada daun pintu dan detailnya harus sesuai dengan gambar.
5.2.
Bahan / Material 5.2.1 5.2.2
5.2.3
5.3.
Perangkat pekerjaan ini harus berkualitas baik, seragam dalam hal warna dan material yang telah disetujui oleh pengawas pekerjaan. Seluruh kunci-kunci diberi tanda terbuat dari pelat aluminium dan bernomor. Hubungan antara pelat tersebut dan kunci-kunci, dengan menggunakan ring nikle/baut. Perlengkapan-perlengkapan: a. Daun pintu dilengkapi: - Engsel setara SOLID 3 bh 3mmx 4‖ (4 bearing untuk pintu utama dan 2 bearing untuk pintu lainnya) - Handle dan kunci setara SOLID/SES. b. Daun jendela dilengkapi: - Engsel 2 bh setara SOLID 3mmx3‖ 2 bearing - Raamskar/sikutan 2 bh setara SOLID - Kunci/grendel.
Pelaksanaan 5.3.1. Sebelum pemasangan seluruh komponen, kontraktor harus menyerahkan contoh komponen tersebut kepada pengawas pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Pengiriman barang harus disertai brosur/sfesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. 5.3.2. Jika dianggap perlu oleh konsultan pengawas lapangan, dapat diadakan tes dari contoh yang ada. 5.3.3. Engsel atas, bawah dan pegangan pintu harus dipasang sebagaimana tercantum dalam gambar detail. 5.3.4. Posisi membuka dan menutup diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan / penjelasan
PASAL 6
PEKERJAAN KACA
6.1.
Lingkup Pekerjaan 6.1.1 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 6.1.2 Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam detail gambar dan berhubungan dengan pekerjaan kusen dan daun pintu . 6.1.3 Kaca : Daun jendela dan ventilasi kaca 5 mm bening. Daun pintu kaca 12 mm Tempered Gravire Flower. Daun kaca dan ventilasi kaca 5 mm bening. Kaca mati 10 mm bevel / gravire flower. Kaca mati, kaca jendela dan ventilasi 5 mm bening. Daun pintu kaca mati 5 mm Bening. Kaca lamicet warna abu-abu tebal 8 + 8 lengkap dengan pipa dan spider fitting stainless steel ( atap canopy teras ).
6.2.
Persyaratan bahan 6.2.1 Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan yang sama mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengembangan (float glass) merk setara ASAHI ( DANTA MIRROR ). 6.2.2 Toleransi lebar dan panjang. Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik. 6.2.3 Kesikuan Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus. 6.2.4 Cacat-cacat. Cacat – cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari pabrik. Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas yang terdapat pada kaca). Kaca yang harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca) Kaca harus bebas dari gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah luar/masuk). Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berubah dan mengganggu pandangan. Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch). Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok). Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui
6.2.6 Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan pengawas. 6.2.7 Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus digurinda / dihaluskan, hingga membentuk tembereng.
PASAL 7 7.1.
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT / PLAFOND
Lingkup Pekerjaan Meliputi pengadaan material untuk plafond, rangka plafond, dan pemasangan rangka plafond . Penempatan plafond harus sesuai dengan gambar rancana dan meterial yang digunakan harus sesuai dengan daftar . Sebelum pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus mengirimkan shop drawing (jika diminta oleh pengawas lapangan ), contoh material dan mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
7.2.
Persyaratan Umum 7.2.1. Pekerjaan finishing plafond hanya diijinkan setelah semua pekerjaan instalasi. Sebelum pemasangan, seluruh gambar M & E harus dipelajari terlebih dahulu. 7.2.2. Seluruh pekerjaan plafond harus rata, rapi dan tidak berkerut. Seluruh material yang dipasang harus baru, sempurna dan tanpa cacat, membentuk siku dan lurus. 7.2.3. Peil ketinggian plafond harus sesuai dengan gambar rencana.
7.3.
Persyaratan Kerja Secara Umum 7.3.1. Material langit-langit/plafond, dipasang jika seluruh instalasi diatas plafond telah dilaksanakan dan diuji. 7.3.2. Pemasangan plafond harus lurus, dan membentuk siku. 7.3.3. Konstruksi dari penggantung plafond harus diperhatikan benar-benar, untuk kekuatan lampu, AC dan yang lainnya yang dipasang pada plafond. 7.3.4. Plafond harus dipasang pada langit-langit atau rangka dengan paku-paku, bautbaut. 7.3.5. Kepala paku, sekrup/baut, harus benar-benar tertanam dalam langit-langit, kepala paku harus dirapatkan dengan tambalan dan kemudiaan dicat dengan warna yang sama dengan plafond. 7.3.6. Hubungan langit-langit/plafond dengan dinding harus diperhatikan sesuai dengan gambar rencana, begitu pula sudut – sudut sambungan plafond dibahan list gypsum. 7.3.7. Sebelum pemasangan langit-langit / plafond harus dicat dasar,warna cat akan ditentukan kemudiaan. 7.3.8. Posisi manhole harus sesuai dengan gambar rencana plafond .
7.4.
Bahan / Material 7.4.1. Rangka plafond besi hollow dari bahan galvanis. 7.4.2. Penggantung plafond dari besi beton / siku yang tertanam pada plat / balok beton . 7.4.3. Plafond kalsiboard tebal 9 mm lengkap dengan list corner gypsum 10 dan 15 cm .(perhatikan gambar)
7.5.
Pelaksanaan 7.5.1. Sebelum pemasangan, kelurusan rangka langit-langit / plafond harus diperiksa terlebih dahulu dengan water pass dan seluruh rangka plafond harus dicat menie. 7.5.2. Pemasangan kalsiboard ke langit-langit rangka plafond dilaksanakan dengan baut disesuaikan dengan peraturan pemeriksaan bahan. 7.5.3. Kepala baut harus benar-benar menancap dalam kalsiboard . Lubang kepala baut ditutup dengan plamur dan cat. 7.5.4. Hubungan masing-masing kalsiboard dilaksanakan dengan tidak bernat atau rapat sebelumnya sambungan didempul terlebih dahulu. 7.5.5. Sebelum pemasangan atau pelaksanaan langit-langit/rangka plafond dan penutup plafond, kontraktor harus membuat shop drawing, gambar rencana yang sesuai dengan plafond, hubungan dengan pekerjaan mekanikal/elektrikal (yaitu posisi lampu TL, stop kontak dll ) dan disetujui pengawas lapangan.
PASAL 8 8.1. 8.2.
PEKERJAAN PENGECATAN
Lingkup Pekerjaan 8.2.1. Termasuk dalam pekerjaan pengecatan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga menghasilkan hasil yang sempurna / baik. 8.2.2. Pekerjaan pengecatan : Pekerjaan langit-langit Pekerjaan dinding (interior anti bakteri dan exterior anti lumut) Pekerjaan kayu Pekerjaan pipa besi galvanis Pekerjaan finishing batu-batu alam (tahan cuaca luar).
8.2.
Persyaratan umum 8.2.1. Standart Pengerjaan (Mock Up) Sebelum pengecatan yang dimulai, pemborong harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, meterial dan cara pengerjaan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, meterial dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi lapangan dan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai stnadart minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan 8.2.2. Contoh dan Bahan untuk Perawatan. Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan dari (dari cat dasar s/d lapisan akhir). Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi lapangan dan perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis
Pemborong harus menyerahkan Direksi Lapangan untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yan g dipakai . Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh pemberi tugas.
8.3.
Bahan / Material 8.3.1. Untuk pengecatan langit-langit/plafond dan dinding bagian dalam bangunan menggunakan produk sekualitas ICI jenis Mowilex 8.3.2. Untuk pengecatan dinding bagian luar bangunan menggunakan produk sama tahan cuaca (wheather shield) produk sekualitas ICI jenis Mowilex 8.3.3. Untuk pengecatan pipa besi digunakan produk sekualitas ICI jenis Mowilex 8.3.4. Semua bahan cat, cat dasar dan cat lapis harus satu merk dan merupakan satu kesatuan bahan, dan penentuan semua warna atas persetujuan Direksi. 8.3.5. Untuk finishing batu alam digunakan bahan anti lumut, tahan cuaca.
8.4.
Pelaksanaan 8.4.1. Pekerjaan Dinding a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan dinding partisi atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar. b. Lapisan pengecatan untuk dinding luar adalah 3 (tiga) lapis dengan kekentalan sama setiap lapisnya. c. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut : Lapis I encer (tambahan 20 % air). Lapis II kental. Lapis III encer. d. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran. e. Pengecatan pada dinding ada 2 jenis, yaitu cat air dan cat minyak (cat kilat) yang digunakan pada ruang-ruang seperti Kamar Operasi, Ruang Laboratorium, Ruang-ruang di rawat Inap ( Perhatikan petunjuk Direksi). Cat kilat untuk dinding setinggi pintu. 8.4.2. Pekerjaan Cat Langit-langit a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit pelat beton, langit-langit gypsum board, kalsiboard, list-list gypsum atau bagianbagian lain yang ditentukan gambar. b. Cat yang digunakan merk sekualitas ICI, warna ditentukan direksi setelah melakukan percobaan pengecatan. c. Plamur yang digunakan adalah plamur dinding merk sekualitas ICI ( sejenis ). d. Sambungan-sambungan harus diberi flexible sealant agar tidak terlihat sebagai retakan sesudah dicat. 8.4.3. Pekerjaan Cat Besi a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi pagar beserta pintunya, dan besi rangka bawah policarbonate. b. Cat yang dipakai adalah merk sekualitas ICI jenis Synthetic enamel. Termasuk untuk cat Zinkchromate sebagai dasar cat. c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan bebas debu, oli dan lain-lain. d. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali.
PASAL 9 9.1.
PEKERJAAN WATER PROOFING
Lingkup Pekerjaan 9.1.1. Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan . 9.1.2. Bagian pekerjaan yang harus kedap air : deck beton. Lantai WC / toilet. Washing facilities / wet area. Untuk penyambungan dan pengecoran antara plat beton dan dinding harus diberi PVC water stop untuk mencegah kebocoran. 9.1.3. Bahan . Untuk pekerjaan atap deck beton menggunakan jenis membrane water proofing ( bangunan induk dan bangunan power house ) . Untuk pekerjaan lantai WC / Toilet, wet area menggunakan jenis membrane water proofing setara Sika Top . Siar pelaksanaan tidak dianjurkan dan bila terpaksa ( misal karena keadaan lingkungan dekat permukiman sehingga berisik ), maka penghentian pengecoran harus diberi PVC water stop 15 cm dan pada pengecoran selanjutnya, perbatasan antara beton lama dan baru harus saus semen dahulu .
9.2.
Pelaksanaan Pemakaian Water proofing untuk : 9.2.1. Lantai dak beton . a. Bersihkan permukaan beton dengan sikat kawat dan sapu dari kotoran / bekas-bekas adukan yang tercecer, bila permukaan betonnya basah harus dikeringkan dengan pembakar / brander. b. Ulaskan cairan khusus sebagai bahan dasar primer coating. c. Hamparan polyester / membrane water proofing merk setara Sika type rain tise membrane . d. Lembar demi lembar secara overlaving dengan brander ditempelkan pada permukaan beton, dan pada pada tepi-tepi dinding lisplang/perapet harus dinaikkan minimal setinggi 30 cm. e. Semua cara pelaksanaaan harus sesuai peraturan pabrik merk setara sika . 9.2.2. Lantai WC/ Toilet dan Wet Area Lainnya. a. bersihkan permukaan beton dengan sikat kawat dan sapu dari kotoran/bekas-bekas adukan yang tercecer, bila permukaan betonnya basah harus dikeringkan dengan pembakar / brander. b. Ulaskan cairan khusus sebagai bahan dasar/ primer coating. c. Lapisan coating water proofing merk setara sika jenis Top 107 Seal . d. Semua cara pelaksanaan harus sesuai peraturan pabrik dan merek yang dipakai . 9.2.3. Semua Bagian Pekerjaan. a. Kalau terdapat pipa-pipa conduite dan macam-macam benda yang menembus bidang yang diwater proofing seperti drain yang keluar dari bidang membran, maka waterproofing harus dipasangan setelah flashing
b. Tonjolan-tonjolan harus diratakan/digurinda, sebelum dipasang water froofing, permukaan harus dicuci dengan baik.
9.3.
Pengujian 9.3.1. Water proofing yang telah terpasang akan diuji dengan perendaman air selama 24 jam menerus (untuk lantai atap dibasahi terus menerus dan untuk bak WC / Toilet perendaman dilakukan dari luar pada keadaan kosong . 9.3.2. Pengujian pada lantai atap ini harus dilakukan sebelum pemasangan plafond lantai dibawahnya . 9.3.3. Pengujian harus disaksikan oleh tenaga ahli / pengawas / direksi.
PASAL 10 10.1.
PEKERJAAN RAILING TANGGA
Lingkup Pekerjaan 10.1.1 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan pengangkutan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang bermutu baik. 10.1.2 Pekerjaan handrail tangga menggunakan Alumunium stell / lihat gambar.
10.2.
Persyaratan Bahan
10.3.
Bahan
:
a. b.
Untuk bahan Alumunium steell setara ―Indah Maspion‖. Rangka pipa GIV ukuran 2 Inch, anak tanggadipakai baja cor lengkap dengan motif bunga dan kaca gravier. Jenis Bahan : Pipa-pipa bulat, plat-plat tebal 1,5 mm, batang-batang bulat dari bahan baja cor dan stain steel. Digunakan stainless steel dengan mutu SS 306 finish mirror dan baja cor dengan pengelasan sambungan harus kuat dan permukaan halus.
Syarat-syarat Pelaksanaan 10.3.1 Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari perencana / pengawas. 10.3.2 Kontraktor harus menyerahkan 2 copy ketentuan di atas teknis operatif sebagai informasi bagi perencana . 10.3.3 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan supaya disesuaikan supaya disediakan kontraktor di site . 10.3.4 Bila dianggap perlu, kontraktor wajib mengadakan test terhadap bahan-bahan tersebut pada laboratorium yang ditunjuk perencana / pengawas baik mengenai komposisi, Konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya biaya atas beban kontraktor. 10.3.5 Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di lapangan oleh perencana/MK atas tanggungan kontraktor tanpa biaya tambahan . 10.3.6 Bila perencana / pengawas memandang perlu pengujian dengan fasilitas yang dibutuhkan, untuk terlaksananya pekerjaan tersebut adalh menjadi tanggung
10.3.7 Pekerjaan baja tahan karat. Pekerjaan stainless steel seperti yang ditunjukkan dalam gambar untuk itu. Untuk stainless steel yang dipakai berupa profil-profil pipa dan plat stainless steel. Penyambungan dengan luas harus dilaksanakan dengan kelipata dan keahlian yang tinggi, pengelasan harus dengan las listrik dengan electrode stainless steel, permukaan yang dilas harus sama rata dan alur lasnya kelihatan teratur, bekas las-lasan harus dikikir dan dihaluskan tanpa mengurangi kekuatan lasnya. Las-lasan yang cacat harus dipotong dan dilas kembali atas biaya pemborong . Pembengkokan profil-profil / plat-plat / pipa-pipa harus dilaksanakan dengan alas bender (pembengkokan) sehingga hasilnya baik, halus dan tidak cacatcacat bekas pukulan . Setelah pekerjaan las-lasan, penghalusan dan pemasangan selesai stainless steel dipoles dengan mesin poles, kemudian digosok dengan compound memakai kain halus sehingga bersih dan mengkilap .
PASAL 11 11.1.
PEKERJAAN PENUTUP ATAP/LISTPLANK
Lingkup Pekerjaan 11.1.1 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini agar tercapai hasil pemasangan yang sempurna (tidak terjadi kebocoran). 11.1.2 Pekerjaan ini meliputi : Penutup atap genteng keramik setara Kanmuri Listplank atap bagian atas menggunakan listplank beton, bentuk dan ukuran perhatikan gambar. Konstruksi kuda-kuda baja WF, ukuran perhatikan gambar kerja, Pada selasar menggunakan atap deck beton.
11.2.
Bahan / Material 11.2.1 Penutup atap dari bahan genteng keramik setara Kanmuri. 11.2.2 Listplank beton 11.2.3 Semua warna bahan / material di tentukan dan atas persetujuan Direksi. 11.2.4 Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada pengawas/Direksi untuk mendapatlan persetujuan sebagai bahan dasar pelaksanaan pemasangan atap
11.3 Pelaksanaan 11.3.1 Sebelum pekerjaan atap dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan instruksi atas penempatan atap atau pengecekan terhadap leveling gording / konstruksi atap sedemikian rupa hingga atap siap untuk dipasang. 11.3.2 Semua bahan-bahan atap, nok, baut-baut dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan atap ini harus sesuai dengan standart / persyaratan masing-masing produk atap yang digunakan atau pabrik atap tersebut. 11.3.3 Cara-cara pemasangan juga harus sesuai dengan petunjuk / brosur produk atap tersebut.
PASAL 12
PERALATAN SANITAIR
12.1.
Lingkup Pekerjaan
12.2.
12.1.1 Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya / operasinya. 12.1.2 Pekerjaan pemasangan wastefel, closet dan clean out / avoir / floor drain stainless steel dan pembuatan bak air lapis porselin. 12.1.3 Pemasangan saluran air hujan dari pipa talang PVC Dia 4‖ . 12.1.4 Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada pengawas baik bahan maupun warnanya beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. 12.1.5 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, pengganti harus disetujui pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan kontraktor. Bahan / Material 12.2.1. Wastafel dan kloset duduk/jongkok dari porselin setara TOTO 12.2.2. Kran air dan floor drain dari stainless steel setara TOTO 12.2.3. Kitchen Sink dari stainless steel setara Elif Korea
12.3.
Pelaksanaan 12.3.1 Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar. 12.3.2 Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan spesifikasi dan sebagainya, maka kontraktor harus segera melaporkannya kepada pengawas. 12.3.3 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada kelainan/perbedaaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan. 12.3.4 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya. 12.3.5 Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya kontraktor, selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik. 12.3.6 Pekerjaan Wastafel a. Wastafel yang digunakan adalah setara TOTO lengkap dengan segala aksesorisnya seperti tercantum dalam brosurnya type-type yang digunakan dapat dilihat pada gambar pelaksanaan. b. Wastafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh pengawas. c. Ketinggian dan kontruksi pemasangan harus disesuaikan gambar untuk itu serta petunjuk-petunjuk dari produsennya dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari semua kotoran dan noda dan penyambungan instalasiplumbingnya tidak boleh ada kebocorankebocoran. 12.3.7.
Pekerjaan Kloset a. Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang digunakan adalah setara TOTO, type yang digunakan dapat dilihat pada gambar.
12.3.8.
12.3.9.
PASAL 13
c. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpass. Semua noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada kebocoran –kebocoran. Pekerjaan Kran Semua kran yang digunakan setara TOTO chromed finish. Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-alat sanitair. Pekerjaan Kitchen Sink Kitchen Sink dari stainless steel setara ELIF
PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT
13.1. Pekerjaan Drainase Tapak/Saluran dan Gorong-Gorong 13.1.1. Lingkup Pekerjaan a. Pengadaan dan pemasangan saluran-saluran drainase horizontall dari bangunan dan dan pemasangan gorong-gorong bertulang darii tapak ke saluran kota yang tersedia. b. Pengadaan dan pemasangan bak-bak kontrol pada pembelokan / tikungan jalan dan site. c. Pengurusan segala perijinan yang dilakukan ke instansi yang berwenang untuk penyambungan/pembuangan saluran dan untuk pembuatan saluran air hujan diluar tapak. 13.1.2.
13.2.3.
Bahan/Material, Persyaratan a. Pipa PVC Type AW untuk saluran vertikal. b. Saluran air kotor terbuka dan tertutup pada site lengkap dengan bak kontrol dari pasangan batu gunung dan gorong-gorong bertulang. Pelaksanaan a. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan shop drawing pengawas. Shop drawing pengawas tersebut harus memperlihatkan dengan lengkap ukuran dimensi lokasi, elevasi, kemiringan dari saluran dan bak-bak control. Gambar-gambar tersebut harus dibuat dalam skala yang cukup besar sehingga memudahkan pemeriksaan dan pelaksanaan. b. Galian Tanah Dinding galian tanah dibuat dengan kemiringan yang cukup, disesuaikan dengan keadaan/kondisi setempat, dalam hubungan untuk manghindarkan keruntuhan, terutama waktu musim hujan. c. Urugan Pasir Sebelum saluran dipasang, dasar galian harus diurug dengan pasir (sesuai gambar). d. Perletakkan Pipa - Pipa diletakkan diatas landasan pasir yang tidak dipadatkan dengan posisi sesuai dengan linear grade yang tertera pada gambar. - Landasan pasir di bawah pipa dibuat sedemikian sehingga pipa mendapat tekanan merata. - Urugan pasir dilakukan pada posisi-posisi pipa sampai tinggi setengah pipa dan pasir dipadatkan dengan alat penimbris dari kayu dan selama pekerjaan berlangsung pipa harus tetap pada posisi semula, tidak boleh terjadi pergeseran. - Urugan selanjutnya menggunakan tanah urug dan dipadatkan secara merata dengan tanah urug. e. Saluran dan gorong-gorong dibuat miring dengan gradasi kemiringan yang konstan sepanjang saluran sesuai dengan yang tertera pada
PEKERJAAN MEKANIKAL & PLUMBING 1.
PEKERJAAN MEKANIKAL
BAB D1.I
PEKERJAAN MEKANIKAL
Pasal D1.I.1 : Umum 1.1.
1.2.
Lingkup Pekerjaan
a.
Pekerjaan Mekanikal yang dimaksudkan di sini adalah pengadaaan dan pemasangan Unit Mekanikal beserta peralatan dan alat-alat bantu pendukung instalasi.
b.
Spesifikasi detail pekerjaan instalasi diatas dijelaskan dalam bab tersendiri mengenai pekerjaan yang bersangkutan.
Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Di dalam melaksanakan Pekerjaan Mekanikal, Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan detail Instalasi Peralatan Utama dan pekerjaan detail Instalasi Peralatan Pendukungnya.
b.
Selain itu Pemborong pekerjaan mekanikal juga harus memperhatikan pekerjaan lain yang terkait dalam Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
c.
Pekerjaan Elektrikal
Pekerjaan Structure
Pekerjaan Arsitektur dan Interior
Pekerjaan Sipil dan Luar bangunan
Koordinasi di lapangan menyangkut pekerjaan mekanikal dan pekerjaan lainnya diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini supaya didapatkan hasil yang optimal.
1.3. Standarisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan mekanikal mengacu pada standar-standar dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
–
SN I
: Standar Nasional Indonesia
–
PPI
: Pedoman Plumbing Indonesia
–
ASTM
: American Society for Testing and Materials
–
AN SI
: American National Standart Institute
–
PDI
: Plumbing and Drainage Institute
–
JIS
: Japanese Industrial Standart
–
ASHRAE
: American Society of Heating, Refrigerating and AirConditioned Engineer
–
SMACNA
: Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association
–
PU IL
: Pedoman Umum Instalasi Listrik
–
Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dinas Pekerjaan Umum.
–
Peraturan Daerah setempat
–
Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja
P a s a l D 1 . I . 2 : P e r s y a r at a n T e k n i s 2.1.PersyaratanTeknis
a.
Pelaksana/Pemborong pekerjaan mekanikal adalah kontraktor atau pelaksana yang memiliki Surat Ijin Pemborong Pembangunan (SIPP) dan telah terpilih serta memperoleh kontrak kerja untuk penyediaan dan pemasangan sistem instalasi ini sampai selesai.
b.
Pelaksana/Pemborong pekerjaan mekanikal harus mempunyai pengalaman pekerj aan yang sama dengan bidang pekerj aan instalasi sistem mekanikal dalam pekerjaan ini.
c.
Untuk Pekerjaan Plumbing dan Pemadam Kebakaran disyaratkan Pelaksana/Pemborong harus memiliki Surat Ijin Pemborong Pembangunan dari Perusahaan Air Minum (SIPP PAM ).
2.2.
Persyaratan Material a. Selain persyaratan teknis tersebut di atas, Pelaksana/Pemborong pekerjaan mekanikal harus didukung dengan peralatan dan material yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar Material dan Peralatan dilampirkan untuk referensi pendukung kesiapan dan kemampuan Pelaksana/Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan. b. Material yang terpasang harus menyesuaikan spesifikasi yang disyaratkan secara khusus pada bab-bab pekerjaan yang bersangkutan dan Daftar Merk Material (Outline Specification) yang dilampirkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini. c. Semua peralatan dan material yang terpasang dalam pekerjaan mekanikal harus dalam kondisi baru (brand new) dari pabrikan dan atau agent yang ditunjuk dari pabrik produk yang bersangkutan. Pelaksana/Pemborong harus juga bertanggung jawab atas keutuhan peralatan dan material bantu tersebut , sehingga apabila terjadi kerusakan dan cacat material saat pengadaan maupun pemasangan Pelaksana/Pemborong harus mengganti dengan yang baru.
2.3.
Persyaratan Pelaksanaan a. Pelaksanaan pekerjaan mekanikal di lapangan didasarkan pengajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas. b. Rencana Kerja pekerjaan mekanikal harus di buat Pelaksana/ Pemborong menyesuaikan Jadwal Pelaksanaan Utama yang telah disepakati bersama dengan Pengawas dan Pimpinan proyek dan atau pihak-pihak yang diberikan wewenang untuk persetujuan tersebut. c. S e b e l u m melaksanakan pekerjaan mekanikal, Pelaksana/ Pemborong harus melaksanakan proses pengajuan material, gambar kerja, prosedur kerja, dan ijin pelaksanaan kepada Pengawas untuk dimintakan persetujuan. d. Pelaksanaan pen gadaan dan pemasangan per alatan harus direncanakan dengan baik dan benar, menyesuaikan spesifikasi teknis perencanaan, gambar rencana, dan kondisi di lapangan. Segala sesuatu pekerjaan pengadaan dan pemasangan ini harus sepengetahuan dan persetujuan Pengawas . e.
f.
Pelaksana/Pemborong mengajukan spesifikasi Peralatan Utama, Peralatan Pendukung dan Material lainnya yang bersangkutan dengan pekerjaaan mekanikal kepada Pengawas atau Managemen Kontruksi untuk dimintakan persetujuan. Pengajuan ini harus disertakan Data Teknis (Technical Data), Spesifikasi Material (Material Specfication), Brosur (Brochure), dan apabila perlu disertakan Contoh Material (Mock-up) sebagai dasar teknis Pengawas untuk memberikan persetujuan. Gambar Kerja (Shop Drawing) diajukan oleh Pelaksana/Pemborong kepada Pengawas atau Managemen Kontruksi untuk dimintakan persetujuan. Gambar Kerja berfungsi sebagai pedoman gambar pelaksanaan dibuat berdasarkan Gambar Rencana, Spesifikasi Material yang telah disetujui , dan kondisi di lapangan. Untuk itu Pelaksana/Pemborong harus mengadakan survey di lapangan untuk menentukan perletakan/posisi material dengan baik. Jumlah lembar Gambar kerja yang diajukan menyesuaikan prosedur dan peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
g.
Tahap pelaksanaan pekerjaan mekanikal dari persiapan, pemasangan, test dan commisioning dilakukan sesuai prosedur pelaksanaan. Sedangkan ketentuan pelaksanaan detail pekerjaan diisyaratkan dalam babbab yang bersangkutan.
h.
Pelaksanan pekerjaan menyesuaikan gambar yang telah disetujui Pengawas atau Managemen Kontruksi. Apabila terjadi permasalahan Gambar Kerja dan kondisi di lapangan, Pelaksana/ Kontraktor memberitahukan dan berkonsultasi dengan Pengawas atau Managemen Kontruksi untuk didapatkan pemecahan permasalahan. Dokumen pemecahan permasalahan di lapangan ini bisa dituangkan dalam Berita Acara dan atau dokumen lainnya yang ditandatangani Pelaksana/Kontraktor dan pihak Pengawas.
i.
Dalam melaksanakan pekerjaan Pelaksana/Pemborong harus memperhatikan dan melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Prosedur ini harus dilaksanakan di lapangan bagi semua yang terlibat di area pekerjaan/proyek. Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) disediakan Pelaksana/Pemborong untuk mendukung pelaksanaan pek erj aan d eng an baik tan pa ter jadi kecelakaan kerja.
j.
Kebersihan dan Keamanan di lokasi pekerjaan harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab Pelaksana/Pemborong. Hal ini untuk menjaga kenyamanan dalam bekerja dan kualitas pekerjaan itu sendiri.
k.
Pelaksana/Pemborong juga harus membuat merekam dalam bentuk tertulis atau foto selama pelaksana dan penyesuaian-penyesuaian dilapangan. Catatan-catatan tersebut dituangkan dalam gambar dengan lengkap sebagai Gambar Terpasang (As Built Drawing), kemudian diajukan kepada Pengawas dan Mangemen Kontruksi untuk dimintakan persetujuan. Jumlah lembar Gambar kerja yang diajukan menyesuaikan prosedur dan peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
l.
Dokumen pendukung untuk Peralatan Utama dan Material terpasang meliputi : Manual Operation, Spare Part Cataloge, dan dokumen lainnya yang disertakan dengan material yang bersangkutan, akan diserahkan kemudian setelah selesai pekerjaan. Selain itu Pelaksana/Pemborong juga harus membuat Petunjuk Operasional dan Perawatan dalam Bahasa Indonesia untuk Peralatan Utama ataupun Sistem yang terpasang sebagai pedoman pemilik/pengguna melakukan operasi dan perawatan.
Pasal D1 .I .3:
Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan
3.2.
a.
Jaminan Pekerjaan juga berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan. Jaminan tertuang dalam Sertifikat Material yang dibuat oleh Pabrikan atau badan yang ditunjuk.
b.
Pelaksana/ Pemborong harus menjamin keseluruhan pek erjaan mekanikal yang telah dilaksanakan di lapangan. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Pengawas atau Managemen Kontruksi.
c.
Pelaksana /Pembor ong jug a harus melaksan akan p ekerjaan maintenance setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan a t a u selama kurun waktu yang telah disepakati bersama be rdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
d.
Hasil pekerjaan dan hasil test dan atau commisioning dipakai Pelaksana/ Kontraktor sebagai Jaminan atas pekerjaan.
Garansi dan Spare Part
a.
Penyedia Peralatan Utama, dan Material pendukung berkewajiban menyerahkan memberikan Garansi Material selama 1 (satu) tahun kepada Pelaksana/Pemborong. Selanjutnya Garansi tersebut diserahkan kepada pimpinan pekerjaan/proyek atau pihak yang ditunjuk sebagai kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b.
Untuk beberapa Peralatan Utama, Penyedia barang harus melengkapi Suku Cadang atau Spare Part untuk servis selama 1 (tahun) perawatan. Suku Cadang yang dimaksud merupakan material suku cadang untuk peralatan yang bersangkutan sesuai ketentuan pabrikan.
c.
Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh pabrik.
3.3.
Serah Terima Pekerjaan
a.
Serah Terima Pekerjaan Mekanikal merupakan bagian dari Serah Terima Pekerjaan secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur Serah Terima Pekerjaan harus memenuhi peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
b.
Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Mekanikal dengan persetujuan Pengawas Mekanikal atau Managemen Kontruksi.
BAB D1.II PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN
Pasal D1.II.1: 1.1.
Umum
Lingkup Pekerjaan
a.
Pekerjaan Instalasi Pemadam Kebakaran yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan pemasangan peralatan pencegah kebakaran.
b. Adapun Pekerjaan Instalasi Pemadam Kebakaran dalam proyek ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : – Instalasi Pemadam Kebakaran dalam dan luar gedung – Pekerjaan peralatan pendukung terkait dengan instala si diatas.
1.2.
1.3.
Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Spesifikasi pekerjaan Instalasi Pemadam Kebakaran dalam gedung berkaitan dengan penempatan unit dalam gedung.
b.
Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi pemadam kebakaran dalam gedung, Pelaksana/Pemborong tetap memperhatikan pekerjaaan lain diluar pekerjaaan mekanikal. Untuk itu Pelaksana/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan yaitu : – Pekerjaan Structure – Pekerjaan Arsitek dan Interior
Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan Pemadam Kebakaran mengacu pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang berlaku, meliputi :
– –
– – –
SNI : Standart Nasional Indonesia. SNI 03-3987-1995, Tata Cara Perencanaan dan, Pemasangan Pemadam Api Ringan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. N F P A : National Fire Protection Association. Petunjuk Pemasangan Unit terkait. Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran di daerah setempat.
Pasal D1.II.2 : Persyaratan Teknis 2.1.
Persyaratan Teknis Sistem Sistem Pemadam Kebakaran adalah suatu sistem yang di sediakan untuk suatu aksi terhadap pemadaman api kebakaran. Sistem ini dijalankan oleh petugas pemadam dan atau pelaksana pemadam dengan pengetahuan teknis dan latihan yang memadai. Perencanaan dan Pemilihan Sistem pemadam kebakaran didasarkan atas beberapa hal menyangkut : tingkat bahaya kebakaran, jenis kebakaran, area pemadaman, keamanan media yang terbakar, dan lingkungan.
2.2. 1.
Hydrant
Hydrant Box
-
Hidran box tersebut dari bahan plat baja ketebalan 2 mm di cat di bagian luar dan dalam dengan cat dasar tahan karat, dan cat finish dengan cat warna merah.
-
Pada hidran box ditulis ―Hydrant‖ dengan huruf yang proporsional dengan warna putih.
-
Di dalam hidran box terdapat hose rack, hose, nozzle, stop valve dan landing valve.
-
Hose tersebut dari bahan asbes dengan diameter 65 mm dan panjang 30 meter dan mampu menerima tekanan maximum 10 kg/cm, terpasang rapi pada rack.
-
Nozzle terbuat dari bahan bronze, dan mampu menerima tekanan 10 kg/cm .
-
Stop valve terbuat dari bahan bronze, dan mampu menerima tekanan 20 kg / 2 cm .
-
Standard kwalitas. Standard kwalitas hidran box, ex lokal buatan pabrik. Standard kwalitas Nozzle, Stop Valve, Hose Rack, buatan pabrik pembuatan alat-alat pemadam kebakaran.
2
2.
3.
Hidran Pilar
-
Hidran pilar terbuat dari bahan besi tuang, dicat dibagian luar dan dalamnya dengan cat dasar anti karat dan dicat finish dengan cat merah menyala.
-
Hidran pilar mempunyai 2 (dua) outlet dengan diameter 65 mm, dilengkapi dengan valve dan cuopling Van der Heyden.
-
Hidran pilar harus mampu menerima tekanan sebesar 20 kg/cm .
-
Standard kwalitas dari Hidran Pilar ex Pabrik pembuat alat pemadam kebakaran.
2
Sambungan untuk Regu Pemadam Kebakaran (Seamese Connection) dan Landing Valve
a.
Seamese Connection Sambungan regu pemadam kebakaran (seamese connection) memungkinkan regu pemadam kebakaran untuk memompakan air ke dalam instalasi pemadam kebakaran.
-
Sambungan regu pemadam kebakaran (seamese connection) lengkap dengan kotak dan penutup dari kaca, yang keseluruhannya harus memenuhi ketentuan dari Dinas Pemadam Kebakaran.
-
Sambungan ini mempunyai diameter 65 mm (2,5‖) terdiri dari 2 (dua) inlet, chek valve, dan caps.
-
Sambungan untuk regu Pemadam Kebakaran ini (seamese Connection) 2 mampu menerima tekanan sebesar 20 kg/cm .
-
Sambungan untuk regu Pemadam Kebakaran ini terbuat dari bahan sejenis bronze.
b. Landing Valve Landing valve kemungkinan regu pemadam kebakaran memasang hidran house untuk kebakaran.
c.
4.
-
Landing Valve ini lengkap dengan kotak, penutup dan kacanya, yang keseluruhannya harus memenuhi ketentuan dari Dinas Kebakaran.
-
Landing valve ini mempunyai diameter 65 mm (2,5‖) terdiri dari valve dan coupling vanderhyden.
-
Landing Valve ini mampu menerima tekanan kerja sebesar 20 kg/cm .
-
Landing Valve ini terbuat dari bahan sejenis bronze.
2
Standard Kwalitas Standard kwalitas dari seamese connection dan landing valve harus buatan pabrik pembuatan alat-alat pemadam kebakaran.
Material Pendukung lnstalasi. Material Pendukung berasal dari pabrikan terkait atau material yang telah disetujui pemilik/pemakai gedung, tanpa mengabaikan operasional alat pemadam kebakaran.
Pasal D 1 .I I . 3 : Persyaratan Pelaksanaan 4.1.
Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi pemadam kebakaran harus mem enuhi persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi pemadam kebakaran. Selain itu Pelaksana/ Pemborong harus me laksanakan prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
4.2. Testing & Commisioning Test & Commisioning dilakukan dengan uji coba 1 unit atau sebagian Alat Pemadam Kebakaran. Pada saat pelaksanaan diharapkan Pelaksana/Pemborong memberikan penjelasan operasi unit kepada pemakai gedung. Prosedure pelaksanaan Testing & Commisioning diajukan Pelaksana/Pemborong untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas Konsultan Manajemen Kontruksi.
Pasal D 1 .I I . 4: Jaminan dan Garansi
5.1. Jaminan Pekerjaan
a.
Jaminan Pekerjaan merupakan jaminan pekerjaan instalasi pemadam kebakaran. Sehingga jaminan pekerjaan merupakan jaminan keandalan operational sistem plumbing dan Pekerjaan peralatan yang dipakai dalam sistem secara keseluruhan.
b.
Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap pekerjaan instalasi pemadam kebakaran, setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
5.2. Garansi dan Spare Part
a.
Garansi Material Alat Pemadam Kebakaran berlaku selama 1 tahun setelah serah terima unit.
b.
Garansi Spare Part Alat Pemadam Kebakaran mengacu pada ketentuan garansi spare part yang telah dipasang.
5.3. Serah Terima Pekerjaan
a.
Pekerjaaan instalasi pemadam kebakaran, dinyatakan selesai jika Pelaksana/Pemborong telah melaksanakan pemasangan instalasi, test dan telah beroperasi dengan baik sesual perencanaan awal.
b.
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan instalasi instalasi pemadam kebakaran, harus mendapat persetujuan Pengawas atau Managemen Kontruksi.
BAGIAN
D2
PEKERJAAN PLUMBING
BAB D2.I PEKERJAAN PLUMBING
Pasal D2.I.1 1.1.
Umum Lingkup Pekerjaan
a.
b.
1.2.
Pekerjaan Plumbing yang dimaksud disini adalah pengadaaan dan pemasangan Instalasi Plumbing beserta peralatan dan alat-alat bantu pendukung instalasi plumbing. Pekerjaan plumbing untuk proyek ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : – Pekerjaan Instalasi pipa Pekerjaan Instalasi accesorises pipa – – Pekerjaan pendukung instalasi pipa Pekerjaan Pengecatan –
Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Pekerjaan Plumbing merupakan pekerjaan umum dalam pekerjaan mekanikal. Untuk itu spesifikasi pekerjaan ini berlaku juga untuk spesifikasi pekerjaan instalasi mekanikal lainnya.
b.
Instalasi-instalasi pekerjaan mekanikal yang didalamnya pekerjaan plumbing untuk proyek ini adalah sebagai berikut :
– –
Instalasi Sistem Air Bersih Instalasi Sistem Air Bekas, Air Kotor, dan Air Hujan
terdapat
c.
Dalam melaksanakan pekerjaan plumbing, Pelaksana/Pemborong tetap memperhatikan pekerjaaan lain diluar pekerjaaan mekanikal. Untuk itu Pelaksana/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan yaitu :
– – – – 1.3.
Pekerjaan Elektrikal Pekerjaan Structure Pekerjaan Arsitek dan Interior Pekerjaan Sipil dan Landscape
Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan plumbing mengacu standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– – – – – – – – – – – – –
Pasal D2.I.2: 2.1.
pada
SNI : Standart Nasional Indonesia SNI 03 - 6481 - 2000, Sistem plumbing - 2000. SNI 07-0242.1-2000, Spesifikasi Pipa Baja dilas dan tanpa sambungan dengan lapis hitam dan Galvanis pan as. SNI 19-6782-2002, Tata Cara Pemasangan Besi Daktil dan Perlengkapannya. SNI 03-7065-2005, Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing. PPI : Pedoman Plumbing Indonesia PDI : Plumbing and Drainage Institute ASTM : American Society for Testing and Materials ASME : American Society of Mechanical Engineers JIS : Japanese Industrial Standart DIN : Deutsches Institut fur Norm ung Peraturan PAM daerah setempat Peraturan Daerah setempat.
Persyaratan Teknis
Persyaratan Teknis Sistem a. Sistem Plumbing merupakan sistem perpipaan, tubing dan plumbing fixtures. Sistem ini banyak dijumpai dalam instalasi mekanikal gedung seperti halnya dalam instalasi air bersih dan air buangan/limbah gedung. b. Namun dalam spesifikasi pekerjaan plumbing disini mensyaratkan spesifikasi pekerjaan perpipaan, peralatan terpasang dalam pipa (valves, strainer, dsb) dan pendukung instalasi pipa. Untuk pekerjaan fixtures yang berkaitan dengan peralatan faucets, shower, floor drain, dan peralatan semacam lainnya disyaratkan dalam pekerjaan arsitek. c. Jika ada termasuk dalam pekerjaan di proyek ini, mengenai pekerjaan peralatan yang berhubungan dengan fixtures seperti halnya heater, tanki air, dan sebagainya, akan disyaratkan secara khusus dalam bab tersendiri.
2.2.
Persyaratan Material
a.
Material Pipa : – Pipa Instalasi Air Bersih. Galvanized Steel Pipe, Medium Class, 10 kg/cm2. Standard : SNI 003987/BS, 1387-67 Poly propylene pipe, PN.10 Class, 10 kg/cm2. Standard : SNI
– Pipa Instalasi Pipa Air Bekas, Air Kotor dan Air Hujan Poly Vinyl Carbonat (PVC) Pipe, AW Class, 10 kg/cm2. Standard : SNI 06-0084-2002
– Pipa Ventilasi Udara.- Air Bekas & Air Kotor Poly Vinyl Carbonat (PVC) Pipe, D Class, 5 kg/cm2. Standard : SNI 06-0084-2002 b.
Material Fittings :
– Fitting Pipa Instalasi Air Bersih.
–
–
Untuk ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm : Thread connection, Melleable Cast Iron, 16 kg/cm2. Standard : SNI, ANSI. Untuk ukuran Ø 65 mm s/d 300 mm : Flange connection, Steel ButtWeld, 16 kg/cm2. Standard : SNI, ANSI.
Fitting Instalasi Pipa Air Bekas , Air Kotor dan Air Hujan.
Untuk ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm : Injection Moulding connection, AW Class. 10 kg/cm2, Standard : SNI 06-01351989.
Untuk ukuran Ø 65 mm s/d 300 mm : Slip-on Ring Connection , AW Class , 10 kg/cm2, Standard : SNI 06-0135-1989.
Fitting Instalasi Pipa Ventilasi udara- Air bekas & Air Kotor Poly Vinyl Carbonat (PVC) Pipe, AW Class, 5 kg/cm2. Standard : SNI 060135-1989
c.
Material Valves dan peralatan di jalur pipa air bersih.
–
Gate Valves, Globe Valve, Check Valve dan Y- Strainer.
Untuk ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm : Thread connection, Bronze, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K.
Untuk ukuran Ø 65 mm s/d 300 mm : Flange connection, Melleable Cast Iron, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K.
– Floating Valve
Untuk ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm : BSPT Thread, Brass or 2 Bronze, Working Pressure, min : 4 kg/cm . Standard : JIS 10 K
Untuk ukuran Ø 65 mm s/d 300 mm : Flange connection, Brass or Bronze, 10 kg/cm2. Standard : JIS 10 K
– Foot Valve ( with Strainer )
Untuk ukuran Ø 15 mm s/d 50 mm Thread Connection, Bronze, Working Pressure, 10 kg/cm2. Standard : PN 10
Untuk ukuran Ø 65 mm s/d 300 mm : Flange connection, Cast Iron or Galvanized Steel 10 kg/cm2. Standard : PN 10
– Flow Meter Thread or Flange Connection, Magnetic Drive, Working Pressure : 10 kg/cm2
– Flexible Joint Thread or Flange Connection , Double Sphered, Rubber, Working Pressure : 10 kg/cm2
– Pressure Gauge & Compound Gauge Casing Chrome Plated St., Size : 100 mm, Ranges : 0 -10 kg/cm2.
d.
Hanger & Support
– Hangers Rod, U-Bolt diameter :
Ukuran diameter steel rod dan ulir menyesuaikan diameter pipa yang akan di pasang dengan mengacu sebagai berikut : Diameter Rod & Ulir
Ukuran Pipa 1
Dia. < 2 /2"
6 mm/M 6
Ø 3" s/d 4"
8 mm/M 8
Dia4> Ø 5"
12 mm/ M 12
– Hangers : Steel rod or Steel Band, Adjustable thread or turnbuckle, Swivel Ring or Steel Band or Split Ring. Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining
– Supports: Steel rod or Steel Band, Adjustable, U-bolt or flat strip steel with thread. Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining. UNP and or L profile Steel.
– Clamps : Steel rod or Steel Strip Band, Adjustable, U-bolt or steel bend with thread. Untuk pipa berisolasi memakai rubber lining. UNP and or L profile Steel. e.
Kawat Las/Veld Electrode
– Kawat Las untuk Mild Steel High titania type covered electrode, Standard : AWS A5.1 E6013
– Kawat Las untuk High tensile steel High titania type covered a low hydrogen electrode, Standard : AWS A5.1 E7016.
f.
Paint/ Cat – Cat Dasar Oil paint type, Minyak Resin/Lena, Standard : SNI 06-0087-1987
– Cat Jadi Oil paint type, Minyak Resin/Lena, Standard : SNI 06-0087-1987
2.3.
Persyaratan Pelaksanaan. a. Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi plumbing harus memenuhi persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi plumbing. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal. b. Pemasangan pipa dalam gedung. Pemasangan Pipa pada ruang terbuka disini yang dimaksudkan adalah pemasangan pipa di atas plafon, dalam ruang pompa, ground tank, dan beberapa tempat dalam bangunan yang pada akhirnya nanti tidak tertutup dengan kontruksi lainnya. Beberapa ketentuan pemasangan pipa tersebut adalah sebagai berikut : – Pipa baja dan pipa PVC di pasang dalam ruang terbuka terdiri dari pipa tegak/vertikal yang biasanya terpasang dalam shaft atau dalam dinding dan pipa mendatar/horisontal yang sebagian besar terpasang di atas plafon atau di bawah lantai dan dalam tanah. – Pipa baja mendatar dan pipa tegak digantung, ditumpu, dan diclamp dengan penggantung dan penumpu yang dapat diatur (Adjustable) dengan jarak sesuai ketentuan sebagai berikut :
Ukuran Pipa
Dia. < 1"
Jarak Hanger / Support
1m 1
Ø 1" s/d 1 /2" Ø 2" s/d 3" Ø 4" s/d 6"
2m 3m 4m
– Untuk pipa PVC mendatar dan pipa tegak digantung, ditumpu, dan diclamp dengan penggantung dan penumpu yang dapat diatur (Adjustable) dengan jarak sesuai ketentuan sebagai berikut:
Ukuran Pipa
Dia. 5 1"
Jarak Hanger / Support
0,7 m
Ø 1" s/d 1 /2"
1m
Ø 2"
1,2m
1
1
Ø 2 /2" s/d 5"
1,5 m
– Pipa tegak dan mendatar di dalam tembok yang menuju fixture unit harus ditanam didalam tembok/lantai. Pelaksana harus membuat alur - alur lubang yang diperlukan pada tembok sesuai dengan kebutuhan pipa.
– Untuk pipa yang menembus tembok, lantai , atap, atau kontruksi bangunan, maka perlu di pasang sleves mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimum 0,2 cm dan memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm pada masing-masing sisi di luar pipa ataupun isolasinya. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (Water Proofing). Sleeves tersebut harus khusus untuk penggunaan tersebut. Flens dari Sleeves tersebut harus menjadi satu atau diberi klem (Clamp) yang akan mengikat "Flashing Sleeves". Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan mengisinya dengan gasket atau material lain yang kedap air.
– Untuk pipa terpasang pada line yang sama, atau pipa bersebelahan dan pipa yang dekat dinding atau kontruksi mati, maka jarak pipa ke pipa dan pipa ke dinding harus memenuhi jarak tertentu. Jarak ters eb ut untu k menghindari tumpang tindih pipa, mudahkan operasional dan pemeliharaan.
– Semua pipa dari besi/baja yang dilapis harus dicat dasar/primer dan dicat finish dengan warna jenis instalasi pipa.
– Pipa datar untuk instalasi air bekas, air kotor , vent dan air dipasang denga n kemirin gan min imal 2% u ntuk pip a sampa i dengan diameter 3" dan minimal 1% untuk pipa 4" atau ditentukan lain dalam gambar.
– Sambungan pipa cabang pvc untu instalasi air bekas, air kotor dan air hujan menggunakan jenis Y (Tee-Y) , dan menggunakan jenis long sweep elbow belokan.
c.
Pemasangan Pipa dalam tanah.
Pelaksanaan pemasangan pipa dalam tanah harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
– Pipa yang dipasang dan ditanam di bawah/di dalam tanah harus mempunyai kedalaman minimal 60 cm diukur dari pipa bagian atas sampai permukaan tanah. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak/tertumpu dengan dengan baik. Apabila dij umpai per letakan pipa melintas i jal an kendaraan karena dalamnya galian tidak memenuhi syarat (60 cm), maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus pelindung berupa pipa besi dengan diameter diatas pipa terpasang atau dengan plat beton bertulang setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak bertumpu pada pipa.
– Semua pipa dari besi/baja yang ditanam dalam tanah harus terisolasi rapi dengan karung goni mencegah/menhambat korosi dari luar.
dan
dilapisi
aspalt
untuk
– Semua pipa yang akan ditutup/ditimbun dengan tanah, telah dilakukan test tekan dan desinfeksi terhadap pipa y ang bersangkutan. – Untuk menjaga kestabilan posisi pipa, pada setiap belokan dan dekat fitting dipasang thrust block.
– Penimbunan tanah dilakukan terlebih dahulu dengan pasir setebal 15 c m kemudian tanah asli atau urugan. Tanah timbunan selanjutnya dipadatkan disesuaikan dengan kekerasan tanah asli.
d.
Test dan Commisioning.
Yang dimaksudkan dengan Test dan Commisioning disini adalah pengujian dan treatment terhadap instalasi pipa yang akan dipasang maupun yang sudah dipasang. Pengujian pipa dilaksnakan secara partial (bagian-per bagian) dan atau secara menyeluruh. Beberapa ketentuan pengujian pipa tersebut adalah sebagai berikut :
– Pipa Air Bersih.
Setelah semua pipa terpasang dan perlengkapannya terpasang harus dilakukan pengujian dengan tekanan hidrolik sebesar 10-12 kg/cm selama 8 jam terus menerus tanpa terjadi penurunan tekanan.
– Pipa Fire Fighting
Setelah semua pipa terpasang dan perlengkapannya terpasang harus dilakukan pengujian dengan tekanan hidrolik sebesar 20 kg/cm selama 4 jam terus menerus tanpa terjadi penurunan tekanan.
– Pipa Air Bekas, Air Kotor, Air Hujan, dan Ventilasi Udara
Untuk pipa air bekas, air kotor, air hujan, dan ventilasi udara dilakukan test genang dengan menyumbat semua ujung pipa dan menyediakan lubang yang tertinggi untuk pengisian air. Sistem tersebut harus menahan air yang diisikan minimum selama 2 jam tanpa terjadi penurunan air.
– Desinfeksi.
Pelaksana harus melaksanakan disinfeksi dan pembilasan terhadap seluruh instalasi pipa air bersih. Disinfeksi dilakukan dengan cara.
Diisi larutan chlorine yang mengandung 50 ppm, dan dibiarkan selama 24 jam sebelum dibilas dan digunakan atau dipakai kembali. Diisi larutan chlorine yang mengandung 200 ppm, dan dibiarkan selama 1 jam sebelum dibilas dan digunakan kembali. Setelah 24 jam seluruh pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih sehingga chlorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
Pasal D2.I.3:
Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan.
a.
b.
Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan. Pipa, Valves, dan material yang termasuk dalam pekerjaan plumbing harus berasal oleh Pabrik material tersebut atau agen resmi yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut harus berdomisili di Indonesia. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap pekerjaan plumbing setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part. Part.
a.
b.
Selain itu suku cadang cadang atau Spare Part untuk servis selama selama 1 (tahun) perawatan harus diserahkan sebagai pendukung kelengkapan serah terima pekerjaan. Pelaksana/Pemborong Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Surat Jaminan Jaminan "After "After Sales Service" dari agen tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan.
a.
b.
Pekerjaaan plumbing merupakan bagian pekerjaan instalasi mekanikal. Un tu k itu Serah Terima Pekerjaan berdasarkan instalasi yang bersangkutan secara menyeluruh. Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini.
BAB D2.II PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH
Pasal D2.II.1: Umum 1.1. Lingkup Pekerjaan
a.
Pekerjaan Instalasi Air Bersih yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan pemasangan peralatan alat bersih dan alat-alat bantu pendukung instalasi, dari sumber air, penampung air, dan distribusi air sampai pengguna air bersih.
b.
Pekerjaan Instalasi Air Bersih dalam proyek ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : – Pekerjaan Instalasi Sumur Pekerjaan Instalasi Pompa – – Pekerjaan Instalasi Tanki Air Bersih Pekerjaan Instalasi PDAM – – Pekerjaan Plumbing
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Spesifikasi pekerjaan instalasi air bersih sebagian sudah disyaratkan dalam perkerjaan plumbing. Dalam bab ini Iebih banyak mengisyaratkan spesifikasi pekerjaan sistem dalam instalasi air bersih.
b.
Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi air bersih, Pelaksana/Pemborong tetap memperhatikan pekerjaaan lain diluar pekerjaaan mekanikal. Untuk itu Pelaksana/ Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan yaitu :
– – – –
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
Elektrikal. Structure. Arsitek dan Interior. Sipil dan Landscape.
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan instalasi air bersih mengacu pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– – – – –
SN I
: Standart Nasional Nasional Indonesia PPI : Pedoman Plumbing Indonesia PDI : Plumbing and Drainage Institute Peraturan PAM daerah setempat Peraturan Daerah setempat
Pasal D2.II.2:
Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a.
Sistem Instalasi Air Bersih merupakan sistem penyediaan air bersih, penampung air bersih, distribusi air bersih dan plumbing fixtures.
b.
Air bersih berasal berasa l dari air PDAM dan atau sumur dangkal dan atau sumur dalam. Air yang berasal dari PDAM akan masuk langsung ke dalam Ground Tank. Untuk air dari sumur dangkal atau sumur dalam, air bersih ditransfer untuk ditampung ke Ground Tank dengan menggunakan pompa jet pump atau memakai pompa deep well.
c.
Sebelum masuk Ground Tank Air sumur melewati Sand Filter dan Carbon Carbon Filter untuk pengolahan air sumur menjadi air bersih.
d.
Selanjutnya air bersih dari Ground Tank di transfer ke Tower Tank dengan menggunakan Lifting Pump.
e.
Dari Tower Tank air selanjutnya didistribusikan secara gravitasi melalui pipa tegak dalam shaft dan datar ke plumbing fixture di Toilet dan Pantry unit hunian.
2.2. Persyaratan Material
a.
Material Instalasi Plumbing. Material yang dipakai instalasi plumbing : pipa, valves, peralatan pada ja lur lu r pi pa , ha ng er da n su pp or t, da n ma te ri al pe nd uk un g la in n ya disyaratkan dalam pekerjaan plumbing.
b.
Material Tanki Air Bersih. Spesifikasi Material tanki-tanki air bersih yang dipakai dalam perkerjaan instlasi air bersih disyaratkan dalam bab pekerjaan tanki.
c.
Material Pompa Air Bersih. Spesifikasi Material pompa-pompa yang dipakai dalam perkerjaan instalasi air bersih disyaratkan dalam bab pekerjaan pompa.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan
a.
Pekerjaan instalasi air bersih adalah pekerjaan suatu sistem. Untuk itu pelaksana harus memenuhi persyaratan spesifikasi pekerjaan mekanikal, pekerjaan plumbing, pekerjaan sumur, pekerjaan pompa, pekerjaan tanki, dan sebagainya yang telah disyaratkan pada bab-bab yang bersangkutan.
b.
Persyaratan administrasi dan prosedur pelaksanaan diisyaratkan dalam bab pekerjaan mekanikal. Persyaratan teknis diisyaratkan dalam bab-bab yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
c.
Sebelum melaksanakan Test & Commisioning terhadap instalasi sistem air bersih, Kontraktor harus telah melaksanakan partial test terhadap instalasi plumbing, pompa air bersih, tanki air bersih, dan peralatan lainnya dalam instalasi air bersih.
d.
Test dan Commisioning instalasi air bersih merupakan test & commisioning suatu sistem. Pekerjaan ini bisa berfungsi sebagai running-test suatu rangkaian sistem. Pelaksanaan test bisa di bagi beberapa bagian menurut fungsi sistem.
Pasal D2.II.3:
Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan
a.
b.
Jaminan Pekerjaan merupakan jaminan pekerjaan instalasi sistem air bersih. Sehingga jaminan pekerjaan merupakan jaminan keandalan operational sistem dan material peralatan yang dipakai. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap pekerjaan instalasi air bersih setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part Part
a.
b.
Garansi instalasi air berlaku terhadap unit-unit terpasang dalam instalasi sistem ini dengan masa garansi selama 1 tahun setelah serah terima unit. Garansi Spare Spare Part unit terpasang terpasang dalam instalasi air bersih menagacu menag acu pada ketentuan garansi spare part yang terkait.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a.
b.
P ek er j aa an instalasi instalasi air bersih bersih dinyatakan dinyatakan selesai selesai jika Pelaksana/Pemborong telah melaksanakan pemasangan instalasi dan telah beroperasi dengan baik sesuai perencanaan awal. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Instalasi Air bersih harus mendapat persetujuan Pengawas atau Managemen Kontruksi.
BAB D2.III PEKERJAAN INSTALASI AIR LIMBAH GEDUNG
Pasal D2.III. 1:
Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a.
b.
c.
Pekerjaan Instalasi Air Limbah Gedung yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan pemasangan peralatan untuk instalasi air bekas, instalasi air kotor dan air hujan. Pekerjaan Instalasi Air Limbah Gedung dalam proyek ini meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut : – Pekerjaan Instalasi Plumbing – Pekerjaan Instalasi Unit Pengolah Limbah Pekerjaan yang berkaitan dengan Air Limbah yang tercampur larutan disyaratkan dalam pekerjaan neutralizing Plant.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a.
b.
Spesifikasi pekerjaan instalasi air limbah gedung sebagian besar sudah disyaratkan dalam perkerjaan plumbing. Dalam bab ini lebih banyak mengisyaratkan spesifikasi pekerjaan sistem dalam instalasi air limbah gedung. Dalam melaksanakan pekerjaan instalasi air limba h gedung, Pelaksana/Pemborong tetap memperhatikan pekerjaaan lain diluar pekerjaan mekanikal. Untuk itu Pelaksana/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan yaitu :
– – – –
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
Elektrikal Structure Arsitek dan Interior Sipil dan Landscape
1.3. Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan air limbah gedung mengacu pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– SN I – PP I –
: Standart Nasional Indonesia. : Pedoman Plumbing Indonesia. PDI : Plumbing and
Drainage Institute. – Keputusan Mentri Lingkungan Hidup. – Peraturan PAM daerah setempat. – Peraturan Daerah setempat.
Pasal D2.III.2 : Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem a.
b.
c.
d.
Instalasi Sistem Air Bekas merupakan sistem penyaluran air buangan yang berasal dari air buangan floor drain dan sink di toilet maupun pantry melewati pipa datar dan pipa tegak menuju saluran gedung/kawasan/kota atau ke unit pengolahan limbah. Instalasi Sistem Air Kotor merupakan sistem penyaluran air buangan yang berasal dari air buangan closet dan urinal di toilet melewati pipa datar dan pipa tegak menuju ke unit pengolahan limbah. Instalasi Sistem Air Hujan merupakan sistem penyaluran air hujan yang berasal dari atap gedung, dan atau tempias hujan di balkon melewati pipa datar dan pipa tegak menuju ke saluran gedung/kawasan/kota atau ke unit pengolahan limbah. Instalasi Sistem Pengolah Air Limbah merupakan sistem pengolah air limbah yang berasal dari gedung kemudian diolah Unit Pengolah Air Limbah sehingga air keluar menuju ke saluran gedung/kawasan/kota memenuhi persyaratan/ketentuan air limbah.
2.2. Persyaratan Material a.
Mater ial Instalas i Pipa Air Bekas, Air Koto r ,Air Hu jan dan Ventilasi
Material yang dipakai instalasi plumbing pipa, valves, peralatan pada jalur pipa, hanger dan support, dan material pendukung lainnya disyaratkan dalam pekerjaan plumbing.
b.
Material Fixtures Spesifikasi Material Fixtures disyaratkan dalam pekerjaan architecture kecuali roof drain dan clean-out. Adapun spesifikasi kedua material tersebut sebagai berikut : – Roof Drain. Ma t er i al
: Cast Iron.
Ukur an
: sesuai gambar rencana.
–
Clean Out (dalam Gedung). Material Uk uran
–
Clean Out (luar gedung). Ma ter ia l Uk uran
c.
: Cast Iron , Stainless Steel cover. : sesuai gambar rencana. : Cast Iron. : sesuai gambar rencana.
Material Pengolah Limbah Spesifikasi Material unit pengolah limbah yang dipakai dalam perkerjaan instalasi air limbah gedung ini disyaratkan dalam bab pekerjaan pengolah limbah.
2.3. Persyaratan Pelaksanaan. a.
b. c.
Pekerjaan instalasi air limbah gedung adalah pekerjaan suatu sistem. Un tuk itu pelaksana harus memenuhi persyaratan spesifikasi pekerjaan mekanikal, pekerjaan plumbing, pekerjaan pengolah limbah, dan pekerjaan pompa yang telah disyaratkan pada bab-bab yang bersangkutan. Persyaratan administrasi dan prosedur pelaksanaan pekerjaan ini diisyaratkan dalam bab pekerjaan mekanikal. Pemasangan Roof Drain dan Clean Out.
–
Roof Drain
Posisi Roof Drain di beberapa posisi atap beton atau talang beton mengikuti gambar rencana, dengan memperhatikan posisi bawah atap (biasanya balok stucture) sehingga tidak merusak structur utama gedung. Roof Drain dipasang menikuti pentunjuk dalam detail gambar rencana. Pemasangan dilakukan dengan cermat dan baik sehingga tidak mengakibatkan kebocoran pada atap gedung.
–
d.
Clean Out Posisi Clean Out yang berada di dalam gedung, mengikuti gambar rencana dengan memperhatikan tata letak dalam ruangan dan tidak mengganggu aktifitas pengguna gedung. Clean Out dipasang sebagaimana di tunjukkan dalam detail gambar rencana. Pemasangan Clean Out di luar gedung diletak pada bak kontrol khusus atau concrete block, sehingga aman terhadap aktifit as pengguna.
Testing & Commisioning terhadap instalasi sistem air bekas, air kotor, dan air hujan, terdiri testing terhadap instalasi plumbing dan instalasi p eng ola h limbah. Spesifikasi pelaksanaan pekerjaan testing disyaratkan dalam pekerjaan plumbing. Testing dan Commisioning instalasi pengolah Limbah disyaratkan dalam pekerjaan pengolah limbah.
Pasal D2.III.3:
Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan a. Jaminan Pekerjaan merupakan jaminan pekerjaan instalasi sistem air bekas, air kotor, dan air hujan. Sehingga jaminan pek er jaan meru pakan ja mina n kean dalan operational sistem plumbing dan material peralatan yang dipakai dalam sistem secara keseluruhan. b. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap pekerjaan instalasi sistem air bekas, air kotor, dan air hujan, setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a.
Garansi instalasi air berlaku terhadap unit-unit terpasang dalam instalasi sistem ini dengan masa garansi selama 1 tahun setelah serah terima unit.
b.
Garansi Spare Part unit terpasang dalam instalasi air Limbah gedung mengacu pada ketentuan garansi spare part yang terkait.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a.
Pekerjaaan instalasi sistem air bekas, air kotor, dan air hujan, dinyatakan selesai jika Pelaksana/Pemborong telah melaksanakan pemasangan instalasi, test dan telah beroperasi dengan baik sesuai perencanaan awal.
b.
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan instalasi sistem air bekas, air kotor, dan air hujan, harus mendapat pe rsetujuan Pengawas atau Managemen Kontruksi.
BAB D2.IV PEKERJAAN TANKI AIR BERSIH
Pasal D2.IV.1:
Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a.
Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan pemasangan Tanki yang dipakai untuk penampungan air bersih yaitu Tanki bawah (Ground Tank) dan Tanki Atas (Tower Tank) beserta peralatan dan alat-alat bantu pendukung instalasi.
b.
Pekerjaan Tanki Air Bersih yang dimaksudkan disini hanya berlaku pada tanki fiber. Sedang spesifikasi detail pekerjaan instalasi tanki beton (concrete) dijelaskan dalam bab pekerjaan structure.
1.2.Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Didalam melaksanakan Pekerjaan Instalasi Tanki Air Bersih, Pengawas/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang berhunbungan dengan instalasi plumbing dan sistem air bersih.
b.
Selain itu Pengawas/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
Pekerjaan Elektrikal.
Pekerjaan Structure.
Pekerjaan Arsitek dan Interior.
Pekerjaan Sipil dan Landscape.
1.3.Standardisasi
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan tanki air bersih mengacu pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– –
SNI : Standart Nasional Indonesia Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.
Pasal D 2 . I V. 2: Persyaratan Teknis
2.1. Persyaratan Teknis Sistem a.
Tanki Bawah (Ground Tank) dipakai tanki penampung air bersih dari air baku yang berasal dari air PDAM dan atau air sumur dangkal dan atau air sumur dalam diletakkan di bawah/samping gedung di atas tanah. Sedang Tanki Atas dipakai sebagai tanki penampung air bersih sebelum didistribusikan ke pemakai, diletakkan diatas Roof dan atau Tower.
b.
Berkaitan dengan fungsi tersebut, selain pipa inlet dan pipaoutlet, maka tanki di fasilitasi dengan pipa by pass, pipa overflow, pipa drain, pipa ventilasi, ladder (internal dan external) dan peralatan bantu lainnya untuk mempermudah operasi dan maintenance tanki
c.
Selain fungsi tanki sebagai tanki penampungan air bersih, juga di pergunakan sebagai perletakan fungsi kontrol operasi pompa berkaitan dengan penempatan floating valve untuk penutupan aliran air masuk dan atau elektrode yang terendam dalam air
2.2. Persyaratan Material a.
Material Tanki Ground Tank Spesifikasi pekerjaan ini disyaratkan dalam pekerjaan structure. Beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan mekanikal adalah sebagai berikut.
Material: Concrete , underground. Kapasitas: sesuai schedule Service: Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet, bypass pipe, and venting pipe.
b.
Material Tanki Roof Tank atau Tower Tank
–
Roof/Tower Tank Type 1.
Ma te r ia l Th ic kn es s Kapasitas Pipe Connection Service
: Fiberglass. : sesuai ketentuan pabrikan : sesuai schedule : Flange connection : Manhole, Ladder, pipe outlet, pipe inlet, drain pipe, overflow pipe, bypass pipe, and venting pipe.
Structure
Support Base Frame Foundation
: sesuai ketentuan pabrikan : Steel Structure (UNP profile) : Concrete Structure
2.3. Persyaratan Pelaksanaan a.
Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi tanki air bersih harus memenuhi persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi tanki air bersih sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan Ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal.
b.
Pemasangan Tanki Air Bersih
–
–
Pemasangan Tanki mengikuti prosedur pemasangan dari pabrikan. Pengawas/Pemborong mengajukan prosedur untuk mendapat persetujuan dari Pengawas atau Management Kontruksi sebagai pedoman pelaksanaan di lapangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan tanki adalah sebagai berikut : Tanki Fiber duduk pada base frame dan atau pondasi tanki dalam posisi rata dan pada level yang sama. Pipa terpasang di tanki.dengan posisi disesuaikan dengan gambar rencana. Untuk ground tank terbuat dari Concrete, posisi pipa harus di tetapkan secara pasti, untuk pemasangan sleeve pipa saat pembuatan tanki.
Pipa
ventilasi dipasang pada bagian atap tanki. Ukuran dan jumlah pipa ventilasi disesuaikan dengan kapasitas tanki. Untuk tanki FRP (Fiberglass Reinforced Panel), tangga (ladder) terdiri dari tangga internal dan external. Kedua tangga (Ladder) dipasang mendekati manhole. Hal ini untuk memudahkan pelaksanaan operasional dan monitoring tanki. Kabel Elektrode dipasang di dalam konduit atau ladder tert utup, untuk menjaga keamanan dan keselamatan operator diletakkan pada tanki tanpa menggangu operasional diletakan tanki. Sedang elektode dipasang dekat ladder untuk memudahkan setting dan operasional elektrode. Pelaksana/Kontraktor bertanggung-jawab atas pelaksanaan teknis di lapangan terhadap semua penyambungan (tapping) peralatan pendukung diatas dan pemasangan material yang melekat di tanki terhadap resiko kebocoran.
c.
Test dan Cominisioning
–
Pelaksanan Test dan Cominisioning dilakukan pada setiap tanki tanki air bersih secara individual.
–
Pipa outlet, pipa by pass, pipa drain dan pipa overflow terlebih dahulu ditutup rapat dengan menggunakan blind flange atau dop.
–
Test dan Cominisioning dilakukan pada mengisi air bersih ke dalam tanki sampai penuh (kapasitas maximal tanki) dan air tergenang selama 24 jam tanpa terjadi penurunan level air dalam tanki.
– Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan disinfeksi dan pembilasan terhadap tanki air bersih dengan larutan chlorine yaitu : Diisi
larutan chlorine yang mengandung 50 ppm, dan dibiarkan selama 24 jam sebelum dibilas dan digunakan atau dipakai kembali. Diisi larutan chlorine yang mengandung 200 ppm, dan dibiarkan selama 1 jam sebelum dibilas dan digunakan kembali. Setelah 24 jam seluruh pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih sehingga chlorine tidak lebih dari 0,2 ppm.
Pasal D2 .I V. 3 : Jaminan dan Garansi
3.1. Jaminan Pekerjaan a.
b.
c.
Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan. Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut harus berdomisili di Indonesia. Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi tanki mekanik beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Pengawas atau Managemen Kontruksi. Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sistem instalasi tanki setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek:
3.2. Garansi dan Spare Part a.
Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Tanki Air Bersih dan peralatan bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier material pendukung lainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b.
Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan a.
b.
Serah Terima Pekerjaan instalasi Tanki Air Bersih merupakan bagian dari Serah Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku d i pekerjaan/proyek ini. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Tanki Air Bersih dengan persetujuan Pengawas Mekanikal atau Managemen Kontruksi .
BAB
D2.V
PEKERJAAN POMPA AIR BERSIH
Pasal D2.V.1:
Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan a.
Pekerjaan Pompa Air yang dimaksudkan disini adalah pengadaaan dan pemasangan pompa beserta peralatan pendukungnya yang dipakai untuk transfer dan atau distribusi air bersih dan atau air bekas.
b.
Lingkup Pekerjaan Pompa Air terdiri dari Pekerjaan Pompa Air Bersih dan Pekerjaan Air Limbah yang mengacu pada perancangan sebagaimana diterangkan dalam gambar rencana. Pekerjaan Pompa Air Bersih itu meliputi pekerjaaan Deep Well Pump, Lifting Pump, dan Pompa Kuras.
1.2. Pekerjaan yang Berhubungan
a.
Didalam melaksanakan Pekerjaan Pompa Air, Pengawas/Pemborong harus juga memperhatikan pekerjaan mekanikal yang berhubungan dengan instalasi plumbing, instalasi air bersih dan instalasi air limbah.
b.
Selain itu Pengawas/Pemborong juga harus memperhatikan pekerjaan lain yang terkait diluar Pekerjaan Mekanikal, yaitu :
– – – –
Pekerjaan Elektrikal. Pekerjaan Structure. Pekerjaan Arsitek dan Interior. Pekerjaan Sipil dan Landscape.
1.3. Standardisasi Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan tanki air bersih mengacu pada standart-standart dan peraturan-peraturan yang telah berlaku, meliputi. :
– –
SN I : Standart Nasional Indonesia. Petunjuk pemasangan unit dari pabrikan.
Pasal D2.V.2 : Persyaratan Teknis 2.1. Persyaratan Teknis Sistem
a.
Pompa Sumur Dalam atau Deep Well Pump akan mentransfer air bersih yang berasal dari air tanah sumur dalam ke tanki penampung air bersih. Operasi pompa secara tunggal (single operation) dan dapat dioperasikan manual ataupun otomatis. Operasi pompa secara otomatis dikendalikan terhadap sisi isap dan sisi keluaran pompa dengan menggunakan sistem water level control.
–
–
b.
Pada sisi isap pompa : Pompa akan "off” jika posisi air di sumur dibawah "low level" elektrode, dan pompa akan "on" setelah air mencapai posisi "high level" elektrode. Pada sisi keluaran pompa : Pompa akan "on" jika posisi air di tanki dibawah "low level" elektrode, dan pompa akan "off" setelah air mencapai posisi "high level" elektrode.
Pompa Angkat atau Lifting Pump akan memindahkan air bersih dari Tanki Bawah (Ground Tank) ke Tanki Atas ( Roof Tank atau Tower Tank). Operasi pemindahan air oleh dua atau lebih pompa, dengan operasi tunggal bergantian (single alternate system) atau operasi ganda/multi bersamaan (paralel alternate operation). Selain itu pompa juga dapat dioperasikan bisa secara manual dan otomatis.. Operasi pompa secara otomatis dikendalikan terhadap sisi isap dan sisi keluaran pompa dengan menggunakan sistem water level control.
–
–
Pada sisi isap pompa : Pompa akan "off' jika posisi air di Tanki Bawah dibawah "low level" elektrode, dan pompa akan "on" setelah air mencapai posisi "high level" elektrode. Pada sisi keluaran pompa : Pompa akan "on" jika posisi air di Tanki Atas dibawah "low level" elektrode, dan pompa akan "off' setelah air mencapai posisi "high level" elektrode.
c. Air bersih dari Tower Tank didistribusikan ke gedung secara gravitasi, melalui pipa distribusi yang dipasang melingkar (ring system).
d.
Pompa Kuras dipergunakan saat pengurasan ground tank dioperasikan secara manual. Pengurasan dilakukan per kompartemen untuk keperluan maintenance.
e.
Sedang Effluent Pump dipakai secara khusus untuk membuang air hasil pengolahan limbah ke saluran terdekat. Operasi pompa bisa secara manual dan otomatis. Operasi pompa secara otomatis dikendalikan terhadap sisi isap pompa dengan menggunakan sistem water level control. Pada sisi isap pompa : Pompa akan "off‘ jika posisi air buangan di Bak atau Chamber dibawah "low level" elektrode, dan pompa akan "on" setelah air mencapai posisi "high level" elektrode.
f.
Sistem operasi tunggal bergantian (single alternate system) yaitu sistem operasi dua (2) pompa, dimana Pompa #1 "on", dan Pompa #2 "off / stand by". Setelah pompa #1 "off karena kontrol otomatis water level kontrol, untuk operasi pompa periode berikutnya Pompa #2 "on" dan Pompa #1 "off / stand by". Demikian seterusnya.
g.
Sistem operasi ganda/multi bersamaan (paralel alternate operation), dimana Pompa #1 "on" dan Pompa #2 "off / stand by". Jika pada sistem keluaran pompa pemakaian air lebih banyak , maka pompa Pompa #2 "on" bersamaan dengan Pompa #1. Untuk periode berikutnya terlebih dahulu Pompa #2 "on" dan Pompa #1 "off / stand by". Jika pada sistem keluaran pompa pemakaian air lebih banyak , maka pompa Pompa #1 "on" bersamaan dengan Pompa #2. Demikian seterusnya.
2.2. a.
Persyaratan Material Persyaratan umum Material Pompa
Semua bahan/material pompa air harus cocok untuk kondisi operasi dalam ruangan (Indoor) dengan temperatur 29 C sampai 33 C dan relatif humidity 70%-80%. Demikian juga Motor Listrik penggerak pompa harus diambil dari jenis 'Tropicalized". °
°
Pada setiap set pompa mempunyai identifikasi peralatan dapat dilihat dari luar yang menerangkan : Merk, Type , Nomor Series , dan Nama Pabrikan Pompa. Merk, Type , Nomor Series , dan Nama Pabrikan Motor Penggerak Kapasitas, Total Head, dan Putaran (rpm) Pompa dan Motor Daya, Voltase, Phase, dan Frequensi Motor Listrik. Untuk setiap pompa juga harus dilengkapi dengan dokumendokumen pelengkap unit sebagai berikut : Sertifikat Garansi dan Performance pompa dari pabrik. Brosure , Spesifikasi Teknis dan Grafik karakteristik pompa. Buku Pedoman perawatan dan pengoperasian pompa. Sertifikat keaslian unit dari manufacturer (untuk barang impor) berikut nomor seri pembuatannya. bahwa peralatan tersebut adalah dalam Pernyataan keaadaan baru (Brand New).
Pelaksana/Kontraktor harus membuat Prosedur Operasi Pompa terbuat dari kertas terlaminating, yang ditempel dekat Panel Pompa. Identidikasi juga diberikan pada Panel Pompa dan Monitoring Control untuk memudahkan monitoring dan operasional
b.
Lifting Pump
T y pe
: Multistage Centrifugal Pump.
Mat eria l
: Cast Iron Casing, Bronze Impeller, Stainless steel shaft.
St ruct ur e
: Volute casing, Closed Impeller, Gland Packing.
Kapasitas/Head
: sesuai schedule.
Driver
: Electric Motor, Stainless shaft, Self lubricaton, Fan Cooling,
Overheat protector.
Power Source
: 380 V/ 3 phase/ 50 Hz.
Ancilaries Equip.: Common Based Blate, Coupling set
&
c.
coupling Guard,Vibration Absorber, Anchor Bolt, dan peralatan lainnya sesuai standart pabrikan.
Panel Control : Belum termasuk dalam pekerjaan , dengan operasi sistem operasi pompa menyesuaikan schedule (single/alternate operation, paralel/altemate operation).
O pe ras i
Operasi Otomatis : Water Level Control System Terhadap sisi isap (Ground Tank) dan sisi keluaran (Roof Tank).
: Manual dan Otomatis.
Pompa Kuras
T yp e : Submersible Pump Ma ter ia l : Cast Iron Casing, Bronze Impeller, Stainless steel shaft. Kapasitas/Head : sesuai schedule Ope ras i
: Manual
Ancilaries Equip.
: sesuai pabrikan
2.3.
Persyaratan Pelaksanaan
a.
Pelaksana/Pemborong pekerjaan instalasi pompa air harus memenuhi persyaratan yang telah diisyaratkan dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan sudah berpengalaman dalam pekerjaan instalasi pompa air sejenis. Selain itu Pelaksana/Pemborong harus melaksanakan prosedure pelaksanaan sebagaimana Rencana Kerja, Pengajuan Material, Gambar Kerja, Prosedure Kerja, dan ijin- ijin pelakasanaan, As-built drawing dan K3 sesuai dalam persyaratan pelaksanaan pekerjaan mekanikal .
b.
Pekerjaan Lifting Pump
Pekerjaaan Lifting Pump Pump meliputi pekerjaan pengadaan dan pemasangan pompa, instalasi pipa, kontrol panel, kabel power, kabel kontrol beserta peralatan pendukung instalasi.
Pompa dipasang diatas pondasi dengan ketinggian minimal ±100 mm, dari lantai. Pompa Lifting berada dalam Rumah Pompa atau ruang khusus yang berdekatan dengan Ground Tank.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan pompa ini adalah sebagai berikut : Pompa beserta motor penggerak berada pada base plate pabrikan, dimounting bersamaan dengan vibration mounting pada base frame (UNP 100 Profile Steel/sejenis) untuk memudahkan setting dan adjusting (centering dan leveling) posisi pompa. Selanjutnya base frame difix-kan ke pondasi dengan menggunakan dyna bolt. Posisi terpasang dalam posisi rata dan selevel.
Pipe suction dan pipa discharge terpasang pada support/clamp sehingga pompa tidak terbebani dengan berat pipa atau gaya pada pipa.
Panel Kontrol Pompa dibuat oleh pabrikan, sesuai dengan sistem operasional pompa.
Pondasi Pompa adalah pondasi block (block foundation), merupakan kontruksi pondasi beton bertulang yang mempunyai berat minimal 2 x berat pompa.
Spesifikasi pemasangan Panel Kontrol, Kabel Daya dan Kabel Kontrol disyaratkan dalam pekerjaan eletrikal.
Panel Kontrol di pasang di dinding Rumah Pompa, pada posisi dekat dengan pompa dan mudah dioperasikan oleh operator. Kabel Daya di sambung ke Panel Pompa berasal dari Panel Daya di Ruang Pompa atau dari bangunan terdekat.
Sedang Kabel Kontrol disambung dari Panel Pompa ke elektrode di dalam Ground Tank dan di dalam Roof Tank. Posisi elektrode "low level limit" terpasang pada jarak ± 300 mm diatas ujung pipa isap pompa, sedang elektrode "high level limit" terpasang di bawah muka air tertinggi dalam Ground Tank. Sedangkan posisi elektrode atas/"high level limit" dalam Roof Tank berada dibawah (±50 mm) pipa overflow, dan elektrode tengah/"Iow level limit" dipasang menyesuaikan waktu operasi pompa dan penggunaan air bersih harian.
c.
d.
Pekerjaan Pompa Kuras
Pompa Kuras merupakan pompa portable. Pekerjaan Pompa ini meliputi pekerjaan pengadaan dan pemasangan pompa, instalasi pipa atau flexible pipe/hose, kabel power, beserta peralatan pendukung instalasi.
Pompa dilengkapi dengan dudukan pompa yang terinstal dibawah pompa dan screen yang melindungi impeler dari material yang kemungkinan terhisap saat pegurasan.
Test dan Cominisioning
Pelaksanan Test dan Cominisioning dilakukan pada setiap jenis pompa yang terpasang, disesuiakan dengan keperluaan sistem operasi yang direncanakan.
Sebelum dilaksankan test dan cominisioning , Pelaksana/Kontraktor
harus sudah melaksanakan pekerjaan test dan cominisioning untuk instalasi pendukung yaitu :
Pipa Suction dan Pipa Discharge, beserta pipa distribusinya harus sudah ditest dan sudah terpasang dengan baik dan tidak bocor. Semua Kabel Power dan Kab el Kontrol harus di test (merger) untuk memberikan kepastian ketahanan isolasi dan kebocoran arus. Spesifikasi pelaksanaan tes ini diisyaratkan pada pekerjaan mekanikal. Pelaksana diharuskan melaksanakan pekerjaan pre-test terhadap peralatan pendukung.
Test dan Cominisioning dilaksanakan oleh Teknisi yang ditunjuk oleh pabrikan atau dari agent penyetor peralatan untuk melihat kemampuan pompa yang telah dipasang meliputi :
Sistem Operasi Pompa secara Manual dan Otomatis. Operasi Otomatis harus sesuai dengan sistem yang direncanakan. Pengukura n Kapasitas Aliran dan Tekanan. Dilanjutkan dengan setting terhadap peralatan yang mendukung sistem kontrol operasi pompa. Pengukuran Komsumsi Daya Listrik.
Pasal D2.V.3 : Jaminan dan Garansi 3.1. Jaminan Pekerjaan
a.
Jaminan Pekerjaan berlaku untuk Material yang terpasang dalam pekerjaan. Material harus berasal oleh Pabrik untuk merek material atau agen resmi yang dtunjuk oleh pabrik tersebut. Pabrik dan atau agen resmi tersebut harus berdomisili di Indonesia.
b.
Pelaksana/Pemborong harus menjamin keseluruhan pekerjaan instalasi pompa beserta peralatan pendukungnya. Jaminan ini tertuang dalam Berita Acara Jaminan Pekerjaan yang disetujui oleh Pengawas atau Managemen Kontruksi.
c.
Pelaksana/Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan maintenance terhadap peralatan utama dan peralatan pembantu sistem instalasi ventilasi setelah serah terima pekerjaan selama minimal 6 bulan atau selama kurun waktu yang telah disepakati bersama berdasarkan peraturan pekerjaan proyek.
3.2. Garansi dan Spare Part
a.
Pelaksana/Pemborong harus menyerahkan Garansi Pompa dan peralatan bantu selama 1 tahun yang diberikan oleh penyedia/supplier material pendukung Iainnya kelengkapan dokumen serah terima pekerjaan.
b.
Pelaksana harus menyerahkan Surat Jaminan "After Sales Service" dari agen tunggal atau dari distributor yang berdomisili di Indonesia yang ditunjuk oleh pabrik.
3.3. Serah Terima Pekerjaan
a.
b.
Serah Terima Pekerjaan instalasi Pompa Air merupakan bagian dari Serah Terima Pekerjaan Mekanikal secara keseluruhan di pekerjaan/proyek ini. Prosedur Serah Terima Pekerjaan Mekanikal harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku di pekerjaan/proyek ini. Pelaksana/Pemborong harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Tanki Air Bersih dengan persetujuan Pengawas Mekanikal atau Managemen Kontruksi
PEKERJAAN ELEKTRIKAL BAB E.I PEKERJAAN SISTEM CATU DAYA DAN DISTRIBUSI LISTRIK
Pasal E.I.1:
Umum
Pekerjaan sistem catu daya dan distribusi listrik meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga k erja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem catu daya dan distribusi listrik dapat beroperasi dengan baik dan benar. benar.
Pasal E.I.2 : Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan sistem catu daya dan distribusi listrik : 2.1. Penyambungan daya listrik tegangan rendah rendah 3 fasa, 4 kawat, 220/380 V ke jaringan PLN setempat. 2.2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel utama tegangan rendah (PUTR), panel kapasitor, panel-panel sub-distribusi (PSD), panelpanel penerangan/daya dan panel-panel tegangan rendah lainnya sesuai dengan gambar perancangan. 2.3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel daya tegangan rendah 0,6/1 kV lengkap dengan cable fitting dan paralatan bantu lainnya (sesuai gambar perancangan): Unit Hunian, menggunakan kabel tegangan a. Dari PUTR menuju P.KWH, Unit rendah jenis NYY, NYM dengan ukuran sesuai gambar perancangan. b. Dari PUTR menuju ke panel-panel pompa, hydrant dan panel-panel daya lainnya, menggunakan kabel tegangan rendah jenis NYY, FRC. c. Dari P.KWH menuju ke panel unit hunian dan panel-panel lainnya, menggunakan kabel tegangan rendah jenis NYY dan NYM. 2.4. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pembumian lengkap dengan kotak kontrol, elektroda pembumian dan peralatan bantu lainnya. 2.5. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, peralatan bantu rak kabel dan peralatan bantu lainnya).
Pasal E.I.3:
Koordinasi
3.1. Adalah bukan tujuan spesifikasi t eknik ini atau gambar -gambar perancangan untuk menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-peralatan dan sambungan-sambungannya. Kontraktor harus melengkapi dan memasang seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan. 3.2. Gambar-gambar perancangan perancangan hanya menunjukkan menunjukkan secara umum tentang tentang posisi dari peralatan-peralatan, pengkabelannya dan lain-lain. Kontraktor harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang disesuaikan dengan keadaan bangunan sebenarnya, tanpa tambahan biaya. 3.3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi teknik tapi tidak ditunjukkan pada gambar perancangan atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
Pasal E.I.4 : Standar Dan Peraturan Sebagai dasar perancangan digunakan standar dan peraturan yang berlaku : a. Pertimbangan-pertimbangan Pra Rancangan Teknik Elektrikal. b. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-02252000. c. Standar Industri Indonesia (SII). (SII). d. Standar PLN dalam wilayah wilayah daerah setempat. e. Standar negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC IE C VDE, DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain. f. Peraturan-Peraturan lain yang terkait.
Pasal E.I.5 : Pekerjaan Terkait Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah : a. Diesel engine engine ge generator nerator set b. Panel utama tegangan rendah (PUTR) c. Pembumian d. Kabel tegangan rendah e. Penerangan dan kotak-kontak f. Daftar merk/produk material.
Pasal E.I.6 : Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi 6.1. Kontraktor harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal-hal sebagai berikut : a. Gambar kerja (shop drawing) yang menunjukkan secara detail tentang pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta hubunganhubungannya dengan pekerjaan lain. b. Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi, pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada posisinya atau pada ruangannya. c. Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat peralatan. d. Brosur-brosur katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran peralatan, cara- cara pemasangan dan persyaratannya, serta diagram pengkabelannya dari peralatan-peralatan utamanya. 6.2. Kontraktor juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagianbagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas/MK.
Pasal E.I.7:
Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi
7.1. Kontraktor diharuskan membuat dan menyerahkan gambar- gambar instalasi terpasang (as built drawing) yang telah disetujui Konsultan Pengawas/MK, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set transparan dan 2 set cetak biru. Bila pekerjaan telah selesai dan paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama. 7.2. Kontraktor juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi petunjuk operasi dan perawatan dari seluruh instalasi, dan peralatan kepada Pemilik paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama. 7.3. Kontraktor bertanggung jawab untuk mendidik operator yang ditunjuk Pemilik, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
Pasal E.I.8 :
Masa Pemeliharaan dan Garansi
8.1. Setelah serah terima kedua Kontraktor/Supplier harus memberikan garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta mengadakan pemeliharaan/ service selama masa yang ditentukan yaitu a. Garansi selama 1 tahun b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
8.2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor diwajibkan a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan
b. c.
Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala sesuai dengan persyaratan pabrik. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemilik, sehingga petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan-peralatan yang dipasang.
Pasal E.I.9 : Pendidikan dan Pelatihan Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor.
Pasal E.I.10 : Persyaratan Bahan/Material 10.1. Umum Semua material yang dipasok dan dipasang oleh Kontraktor harus baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah beriklim tropis. Material-material harus dari produk dengan kualitas baik dan produksi terbaru. Untuk material-material, maka Kontrktor harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik. 10.2. Daftar Material Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi daftar m a t e r i a l y a n g m e n y e b u t k a n : m e r k , t i p e , k e l a s l e n g k a p dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi. 10.3. Penyebutan Merk/Produk Pabrik Apabila pada spe sif ikasi tek nik ini atau pada gambar disebutk an beberapa merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka Kontraktor wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu. Apabila nanti selama proyek berjalan, terjadi bahwa material yang disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas/MK, Konsultan Perancang dan Pemilik, maka dapat dipikirkan penggantian merk/tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor.
BAB E.II PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH
Pasal E.II.1:
Lingkup pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pernasangan, penyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, semua ijin-ijin yang terkait dengan pekerjaan kelistrikan, tenaga teknisi dan tenaga ahli. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
Pasal E.II.2: Type dan Macam Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi pada tegangan 220/380 V, 3 fasa, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly grounded dan harus dibuat mengikuti standar PUIL, IEC, VDE/DIN, BS, NEC dan peraturan lain yang terkait. a.
Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (metal enclosed), column/wall mounting atau free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada : PUTR PSD/P-KWH P-Unit P-Pompa b. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi tercantum dalam gambar perancangan sebagai panel yang masuk dalam lingkup pekerjaan.
Pasal E.II.3 : Karakteristik tega ngan kerj a tegangan uji tegangan uji impulse frek uensi
: : : :
400 V 3.000 V 20.000 V 50 Hz
Pasal E.II.4:
Persyaratan-Persyaratan Kerja Starter Motor Y - D
Kerja starter motor Y-D adaiah Automatic starter motor Y -D dan harus dapat dihidupkan secara manual atau remote. Masing-masing starter motor Y-D terdiri dari :
3 1 1 1 1 3
buah kontaktor daya buah thermal overload relay buah timer motor buah tombol start stop buah saklar pilih 3 posisi (local, stop, remote) bh lampu indicator 0
Merah
: fault
0
Hijau
: stop
0
Orange
: start
Khusus untuk peralatan digunakan solid state dan inverter untuk peralatan-peralatan yang memerlukan pengaturan variable speed atau pun pengaturan starting.
Pasal E.II.5: Konstruksi a. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman
b. c.
d.
e.
oleh petugas, misalnya seperti pengoperasian pemutus tenaga (MCCB), pemutus tenaga mini (MCB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk pemasangan peralatan-peralatan atau penyambunganpenyambungan. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interlock harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas/operator. Panel harus dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standar, sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masingmasing terpisah satu dengan yang lain dengan alat pemisah. Tiap panel harus terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat dilepaskan dengan baud setelah switchgear dimatikan. ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan t ersebut telah off/mati. letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan ketinggiannya.
f.
finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut : semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cars galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer". pengecatan akhir dilakukan dengan empat lapis cat oven atau cat "powder coating", warna abu-abu atau warna lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Konsultan MK/Pemilik Proyek.
Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan mini circuit breaker (MCB) dengan kapasitas pemutusan (breaking capacity) sekurang-kurangnya 4,5 simetris. Circuit Breaker lainnya harus dari tipe Moulded Case Circuits Bre ake r (MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar perancangan dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar perancangan. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan instantaneous magnetic unit. MCCB utama dari setiap panel daya (power panel) harus dilengkapi dengan "Phase Failure Relay" dan kabel kontrol harus tahan api.
g.
Busbar utama dalam panel harus dipasang mendatar dibagian bawah/atas dan mempunyai kemampuan hantaran arus terus menerus sekurang kurangnya sebesar 1,5 (satu setengah) kali dar i r ati ng ampe re fra me pemutus tenaga utama. Busbars dari bahan tembaga murni dengan minimum konduktivitas 99,99% .
Busbars harus dicat dengan warna sesuai dengan aturan dalam PUlL 2000; Fasa : merah, kuning, hitam Netral : biru Pembumian
: hijau - kuning.
h. Kontaktor magnetik harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 Hz dan tahan bekerja terus menerus pada 10 % tegangan lebih dan harus pula dapat menutup dengan sempurna pada 85 % tegangan nominal.
i. Pemberian Tanda Pengenal Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut : fungsi peralatan dalam panel posisi terbuka atau tertutup arah putaran dari handel pengontrol dari switch dan lain-lain.
j. Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak dapat memberikan sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK) : pengujian kekuatan tegangan impuls pengujian kenaikan suhu/temperatur pengujian kekuatan hubung singkat pengujian untuk alat-alat pengaman pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan apa yang dimaksud pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
BAB E.III P E K E R J A A N K A B E L D A Y A T E G A N G AN R E N D A H
Pasal E.III.1:
Lingkup pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, semua ijin-ijin yang terkait dengan pekerjaan kelistrikan, tenaga teknisi dan tenaga ahli. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.
Pasal E.III.2:
Tipe dan Macam
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan tipe yang sesuai dengan gambar perancangan (NYA, NYM, NYY, NYFGbY, 0,6/1 kV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standar SII atau SPLN.
Pasal E.III.3: a.
Pemasangan dan Instalasi
Bahan Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi peraturan PUIL 2000 dan LMK. Semua kabel/kawat harus baru dan harus j e la s d it a n d a i d e n g a n u k u r a n n ya , j e n i s k a b e l n ya, n o m o r d a n j e n is pintalannya. Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil 2,5 mm 2 kecuali untuk pemakaian remote control. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari tipe :
Untuk instalasi penerangan adalah NYM dengan konduit uPCV high impact. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, dan penerangan luar/jalan dengan menggunakan kabel NYFGbY. Untuk kabel-kabel dari diesel generator set menuju ke PUTR menggunakan kabel jenis NYY. Untuk kabel-kabel dari PUTR menuju ke panel-panel p om pa /h yd r an t , menggunakan kabel jenis FRC.
b. "Splice" / Pencabangan Tidak diperkenankan adanya "splice" ataupun sambungan-sambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible). Sambungan pada kabel sirkit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus kokoh secara elektrik, dengan cara "solderless connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered. Dalam membuat "splice" konektor harus dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran. Semua sambungan kabel baik di dalam kotak sambung, panel ataupun tempat lainnya harus menggunakan konektor yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan porselen, bakelite atau PVC, yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran kabelnya.
c. B a h a n l s o l a s i Semua bahan isolasi untuk splice, sambungan dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes, pita sintetik, resin, splice case compostion dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan dan lain-lain tertentu harus dipasang dengan cara yang disetujui menurut anjuran badan yang berwenang dan atau pabrik pembuatnya.
d. S a m b u n g a n
Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambung yang khusus untuk itu (misalnya kotak sambung dan lain- lain). Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Ko ns u lt an Pengawas/MK. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau namanamanya masing-masing, dan harus diadakan Pengujian tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil Pengujian harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambunganpenyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC / protolen yang khusus untuk listrik. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk menjaga nilai isolasi tertentu. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal suhu-suhu pengecoran dan semua lubang-lubang udara harus dibuka selama pengecoran. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm atau sekurang-kurangnya 2,5 mm.
Untuk instalasi penerangan di tempat-tempat dengan plafon gantung, saluran penghantar (konduit) harus ditempel pada beton atau dipasang diatas rak kabel dengan tidak membebani plafon. Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, digunakan saluaran beton, kecuali untuk penerangan taman, digunakan pipa galvanis dengan ukuran sesuai dengan ukuran kabelnya. Saluran beton dilengkapi dengan hand hole untuk belokan-belokan. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa konduit sekurang-kurangnya 5/8" diameternya. Setiap pencabangan maupun pengambilan keluar harus menggunakan kotak sambung yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di dalam kotak sambung. Kotak sambung yang terlihat dipakai kotak sambung dengan tutup blank plate stainless steel, tipe "star point". Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan kotak sambung harus dilengkapi dengan "socket / lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m, harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
f. Pemasangan Kabel dalam Tanah
Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 800 mm. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan bata merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 800 mm. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 1.000 mm dan dilindungi dengan pipa Galvanized dengan diameter minimum 2 kali diameter kabel.
Kabel-kabelyang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa galvanis atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC tipe AW, kabel harus berjarak tidak kurang dari 300 mm dari pipa gas, air dan lain-lain
Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 100 mm. kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhirnya ditutup dengan tanah urug. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung. harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam tanah. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat tergali/tercangkul.
Pasal E.III.4:
Pengujian
a. Pengujian Pabrik
Pengujian Individual
b.
pengujian dielektrik pengukuran loss factor Pengujian Khusus Pengujian ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengujian tersebut terdiri dari test sebagai berikut : pengujian tegangan impuls pengujian mekanikal pengukuran loss factor pada bermacam-macam suhu pengujian dielektrik pengujian perambatan (creep test)
Pengujian Lapangan Pengujian setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambunganpenyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengujian dielektrik/insulation test. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.
BAB E.IV PEKERJAAN SISTEM PENERANGAN
Pasal E.IV.1 : Umum Pekerjaan sistem penerangan meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian, perbaikan selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem penerangan dapat beroperasi dengan baik dan benar.
Pasal E.IV.2:
Lingkup Pekerjaan
Pengadaan, pemasangan, penyambungan dan pengujian sistem penerangan sesuai dengan gambar perancangan 2.1Lampu dan Armatur Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang tertera pada gambar-gambar perancangan. a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pembumian (grounding). b. Semua lampu fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat terhadap kenaikan suhu dan beban mekanis dari louver. c. Reflector terutama untuk ruangan kantor harus memakai bahan tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi. d. Kotak tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri. e. Ventilasi di dalam kotak harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam kotak harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor. f. Kotak terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, diproses anti korosi proses "posphating", dicat dasar tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan powder coating warna putih. g. Kotak terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia. h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe surface mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm. i. Ballast lampu HID jenis ballast untuk lampu HID mercury 400 W dan 250 W harus jenis high power factor. Ballast HID untuk lampu mercury dipasang terpisah dari armatur lampu. Kabel instalasi dari armatur lampu
j.
k. l.
Ballast untuk lampu TL harus dari jenis "low loss ballast" dan harus pula dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent). Tabung fluorescent harus dari tipe TLD. Skedul lampu penerangan, harus mengacu ke gambar perancangan dan rancangan Konsultan Perancang.
2.2Kabel lnstalasi a. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY). b. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut fasa R : merah fasa S : kuning fasa T : hitam netral : biru pembumian : hijau/kuning 2.3Pipa Instalasi Pelindung Kabel a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah konduit uPVC high impact. Pipa, elbow, socket, kotak sambung, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm. b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung (T-Junction box) dan armatur lampu. c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan kotak kontak dengan pipa konduit uPVC, high impact conduit-heavy gauge, sekurangkurangnya diameter 19 - 25 mm. 2.4
Rak Kabel Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable tray yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm, dan difinish hot dip galvanis dilapisi oleh zinchromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia. Demikian pula untuk rak kabel yang berfungsi sebagai jalur kabel NYM untuk penerangan dan kotak kontak, yang terbuat dari sheet steel dengan ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm dengan difinish hot dip galvanized.
Pasal E.IV.3 :
Pengujian
Pengujian dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK dan disahkan oleh lembaga yang berwenang meliputi : a. Pengujian tahanan isolasi
BAB E.V P E K E R J A A N K O T A K K O N T AK D A N S A K L A R
Pasal E.V.1:
Umum
Pekerjaan sistem kotak kontak dan saklar meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem kotak kontak dapat beroperasi dengan baik dan benar.
Pasal E.V.2:
Lingkup Pekerjaan
Pengadaan, pemasangan, penyambungan dan pengujian sistem kotak kontak dan saklar sesuai dengan gambar perancangan yaitu : Kotak Kontak Biasa a. Kotak kontak dinding yang dipakai adalah kotak kontak industrial 1 fasa + N + E, rating 250 V AC, 16 A, untuk pemasangan di dinding/kolom. b. Kotak kontak industrial yang dipakai adalah kotak kontak industrial 1 fasa dengan 3 pin, untuk pemasangan pada dinding/kolom dengan ketinggian 150 cm di atas lantai dan harus mempunyai terminal fasa, netral dan pembumian. Kotak Kontak Industrial, 3 fasa + N + E Kotak kontak industrial 3 fasa yang dipakai adalah kotak kontak industrial 3 fasa dan harus mempunyai terminal fasa, netral dan pembumian. Rating 3 fasa, 415 V, 32 A yang dilengkapi saklar.
a. b. c. d.
Isolating Switches / cam switch atau rotary switch Isolating switches harus dipasang pada panel dan dilengkapi dengan lampu indikator. Rating isolating switch harus Iebih tinggi dari rating MCB / MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250 V AC, 3 fasa 415 V. Saklar harus dipasang pada kotak.
Kotak untuk Saklar dan Kotak Kontak Kotak harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang dari 35 mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pembumian, saklar atau kotak kontak dinding terpasang pada kotaknya harus menggunakan baud,
Pemasangan Stop Kontak dan Saklar Stop Kontak dan Saklar dipasang ditanam didinding (inbow) penempatannya ditunjukkan dalam gambar rencana. Stop Kontak dan Saklar dipasang pada jarak 150 cm dari lantai jadi.
yang
Kabel Instalasi Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY). Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut : fasa R : merah fasa S : kuning fasa T : hitam netral : biru pembumian : hijau/kuning
Pipa Instalasi Pelindung Kabel a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah konduit uPVC high impact. Pipa, elbow, socket, kotak sambung, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan Iainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 25 mm. b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung (TJunction box) dan armatur lampu. c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan kotak kontak dengan pipa konduit uPVC, high impact conduit-heavy gauge, sekurang-kurangnya diameter 19 - 25 mm.
Rak Kabel Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable tray yang terbuat dari plat mild steel dengan ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm, dan difinish hot dip galvanis dilapisi oleh zinchromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia. Demikian pula untuk rak kabel yang berfungsi sebagai jalur kabel NYY dan NYM untuk penerangan dan kotak kontak, yang terbuat dari sheet steel dengan ketebalan sekurang-kurangnya 2,0 mm dengan difinish hot dip galvanized.
Pasal E.V.3:
Pengujian
Pengujian dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas/MK dan disahkan oleh lembaga yang berwenang meliputi : a. Pengujian tahanan isolasi b. Pengujian kekuatan tegangan impuls c. Pengujian kenaikan suhu d. Pengujian kontinyuitas.
BAB E.VI PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
Pasal E.VI.1 : Umum Pekerjaan sistem proteksi petir meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, pemasangan instalasi, pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan pelatihan bagi calon operator. Sehingga seluruh sistem proteksi petir dapat beroperasi dengan baik dan benar.
Pasal E.VI.2:
Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari sistem proteksi petir yang lengkap sesuai dengan spesifikasi teknik ini, serta pengurusan ijin dari badan yang berwenang (Departemen Tenaga Kerja).
Pasal E.VI.3:
Referensi
Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standar dan peraturan yang berlaku dari Jawatan Keselamatan Kerja atau standar/peraturan yang dikeluarkan dari pabrik.
Pasal E.VI.4:
Material
Material yang digunakan dalam sistem proteksi petir harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan yang dimaksudkan serta disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas/MK sebelum dilakukan pemasangan. Material atau alat-alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik ini akan ditolak. Sistem proteksi petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif atau elektrostatik atau EF sistem dengan radius 80 m. Komponen - komponen yang dipakai adalah sebagai berikut : a. Terminasi Udara : Terminal udara khusus untuk sistem proteksi petir eksternal atau EF sistem radius 80 meter, yang dimaksudkan untuk menetralisir awan bermuatan disekitar bangunan gedung dan menangkap sambaran petir bila terjadi petir. b. Penghantar / konduktor penyalur : Terdiri dari dua macam, yaitu penghantar horizontal yang menghubungkan secara listrik antara terminal udara dan penghantar / konduktor penyalur vertikal (down conductor) yang menghubungkan secara listrik antara terminal udara dan
Proteksi petir ini harus menjamin dapat mentransfer dengan aman energi kilat dari "terminal udara" ke bumi. Untuk sistem tersebut digunakan jenis kabel yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat terminal udara. c. Sistem Pembumian Terminal pembumian, terletak di dalam bak kontrol yang dilengkapi dengan elektroda pembumian, bak kontrol diperlukan untuk pengujian tahanan pembumian secara berkala Elektroda Pembumian : Elektroda pembumian, terbuat dari Copper Rod pejal dengan diameter tidak kurang dari 20 mm dan panjang sekurang – kurangnya 6.000 mm dan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertikal dan harus diperoleh tahanan pembumian setinggi – tingginya 5 Ohm.
Pasal E.VI.5 : Pemasangan dan Pelaksanaan Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan petunjukpetunjuk dan spesifikasi pabrik. a. Batang proteksi dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya mekanis pada saat timbulnya sambaran petir. b. Pemegang konduktor/klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air. c. Sambungan - sambungan : Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kontak yang baik dan tidak mudah terlepas. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian-kerugian tipis akibat adanya sambungan . d. Pelindung mekanis Penghantar pembumian harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa uPVC tipe high impact.
Pasal E.VI.6:
Pengujian
Untuk mengetahui baik atau tidaknya sistem proteksi petir yang dipasang, maka harus diadakan pengujian terhadap instalasi sistem maupun pembumiannya. Pengujian yang harus dilakukan : a. Pengujian tahanan pembumian. Ukuran tahanan dari pembumian dengan menggunakan metoda standar. b. Pengujian kontinyuitas.
Pasal E.VI.7 : Contoh Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan-bahan yang digunakan/dipasang, yaitu paling tidak penghantar dan elektroda pembumian
akan
Pasal E.VI.8:
Pemeriksaan
Sistem proteksi petir akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas/MK untuk memastikan dipenuhinya spesifikasi teknis ini. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas/MK terlebih dahulu sebelum ditutup atau tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat - syarat spesifikasi teknis dan gambargambar harus seaera diganti, tanpa biaya tambahan pada Pemilik Proyek.
Pasal E.VI.9:
Surat ljin
a. Kontraktor harus mempunyai SPJT — Surat Penanggung Jawab Teknik golongan C yang dikeluarkan oleh Assosiasi Kontraktor AKLI (Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia). b. Kontraktor harus sudah berpengalaman di dalam pemasangan proteksi petir ini, dibuktikan dengan memberikan daftar proyek-proyek yang sudah pernah dikerjakan.
Pasal E.VI.10:
Daftar Bahan/Material
Untuk semua bahan/material yang ditawarkan, maka Kontraktor wajib mengisi daftar bahan/material yang menyebutkan merk, tipe, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender. Tabel daftar bahan/material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang berupa barang-barang produksi. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari bahan / material atau komponen tertentu terutama untuk bahan-bahan/material-material listrik utama, maka Kontraktor wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Pemilik, Konsultan Pengawas/MK dan Konsultan Perancang, maka dapat dipertimbangkan penggantian merk/tipe dengan suatu sangksi tertentu kepada Kontraktor.
BAB E.VII
P E K E R J A A N S I S T E M P E M B U M I AN
Pasal E.VII.1:
Bangunan Gedung
Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus dibumikan (grounded) secara baik, dengan cars menghubungkannya kepada bare copper conductor pembumian yang telah tersedia, yaitu semua frame konstruksi bangunan baja dan peralatan logam lainnya. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu) dilakukan dengan pita tembaga fleksibel (braided copper wire), yang harus dilindungi dari gangguan mekanis. Semua sambungan-sambungan pada sistem pembumian harus dilakukan dengan baut dari campuran tembaga. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus ditanam sekurang-kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan pembumian setinggi-tingginya 2 Ohm.
Pasal E.VII.2 : Peralatan Logam Lainnya Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan logam (panel-panel, housing peralatan, rak kabel, pintu-pintu besi, tangki-tangki logam dan lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu atau secara terpisah (individual). Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 5/8" dan harus ditanam sekurang-kurangnya sedalam 6 m, sehingga dapat diperoleh tahanan pembumian setinggitingginya 2 Ohm. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standar-standar yang berlaku dalam PUIL 2000. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut :
Penampang Konduktor daya yang digunakan (mm2)
Penampang Konduktor pembumian (mm2)
<= 10
6 mm2
16 mm2
10 mm2
35 mm2
16 mm2
70 mm2
50 mm2
120 mm2
70 mm2
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM / OUTLINE SPECK NO.
URAIAN PEKERJAAN
SPESIFIKASI TEKNIS
KETERANGAN
A
P EKE RJAAN S TRUKT UR
1
BOREPILE
Dia 40cm L 2,5m Mutu beton K-300 (setara dengan f’c = 24,90 Mpa)
2
Beton Readymix
Mutu beton K-300 (setara dengan f’c = 24,90 Mpa) Pile Cap, Sloof, Kolom, Balok & Plat
4
Besi beton
Besi beton yang berstandart SNI
Ex. Krakatau Steel
5
Baja
Baja yang berstandart SNI
Ex. Krakatau Steel
6
Penutup Atap
- Genteng Zincalume - Aluminium Composit Panel
Ex. spandek dengan ketebalan 0,4 mm Ex. Alumetal, Seven, Alumetalec
7
Floor Hardener
5kg / m2 warna natural non oxidi zing metali c
Ex. Star Series, Fosroc , Sik a
8
Waterproof ing
- Plat Atap Beton (Waterproofing Membran) - Kamar Mandi, Toilet (Cementbase Waterproofing)
Ex. Mas terguard, Grace I ntegral Ex. Masterguard, Star Series
B
PEKERJAAN ARSITEKTUR
1
Pekerjaan Dinding
2
Plesteran + acian
- Batu Bata / Bata Ringan - Aluminium Composit Panel - Sandwich Panel - Semen / Portland Cement ( PC ) / Semen Instant - Pasir Pasangan
Ex. Lokal Ex. Alumetal, Seven, Alumetalec setara ex. Maspen Ex. Holcim, Gresik, MU Ex. Lokal
3
Pasangan Keramik Dinding
- Keramik 30 x 60 - Border Keramik Dinding
Ex Platinum, IKAD, Mulia Ex Platinum, IKAD, Mulia
4
Pekerjaan Lantai
- Granit Tile 60x60 Polished - Keramik 30x30 Unpolished - Hospital Plint Panel Sandwich - Plint Lantai - Step Nosing Tangga
Ex Granito, Essenza, Niro Granite Ex Platinum, IKAD, Mulia setara ex. Maspen Ex Platinum, IKAD, Mulia Ex Platinum, IKAD, Mulia
Uk 4" tebal 1,2 mm Powder Coating - Rangka kayu - Double Triplek 4 mm - Finish HPL
Ex Alexindo, Alutama, Indal Kayu Kelas II
Engsel Pintu, Handle + Kunci, Grendel Tanam, Door Closer - Uk 4" tebal 1,2 mm Powder Coating - Uk 4" tebal 1,2 mm Powder Coating - Kaca tebal 5 mm Ramb Buncis, Casement - Rangka Aluminium Uk 4" tebal 1,2 mm - Kaca Laminated 8mm Aluminium tebal 1mm
Ex. Dekson, Fino, Solid
5
Pekerjaan Kusen, daun Pintu dan daun jendela a Frame alluminium Pintu b Daun pintu
c Hardware pintu d Frame aluminium jendela d Daun jendela e Hardware Jendela f Curtain Wall g Louvers 6
Pekerjaan Plafond
Ex. Greenlam /AICA HPL / ORI HPL
Ex Alexindo, Alutama, Indal Ex Alexindo, Alutama, Indal Ex. Asahimas, Mulia Ex. Dekson, Fino, Solid Ex Alexindo, Alutama Ex. Asahimas, Mulia
- Rangka Plafond Hollow - Plafond Gypsumboard 9 mm - Plafond Kalsiboard ( Toilet / Area Lembab) 6 mm
Ex. Knauf, Jaya Board Ex. Knauf, Jaya Board, Kalsiboard
7
Pengecatan
- Cat Tembok Interior - Cat Tembok Eksterior
Ex. Mowilex, Dulux Ex. Mowilex Wheathershield / Dulux Wheathershield
8
Sanitair
- Kran Air + J et Washer - Kran Air Tangkai Panjang - Wastafel Gantung - Hand Shower - Soap Holder - Toilet Paper Holder - Floor drain - Closet Duduk - Closet Duduk Tanpa Tangki - Towel Holder - Bak cuci stainles steel - Water drain + asesories - Urinoir - 'Partisi Urinoir
Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA Ex. INA, KIA
SPESIFIKASI TEKNIS / OUTLINE SPECK DINDING RSUD BUMIAYU NO
JENIS BAHAN
AREA
1 EXTERNAL WALL FASADE
PERSYARATAN BAHAN
Produk
Spesifikasi sebagai pengganti dinding bata Core : Expndable - Fire Retardant (Black-Ocxy), w/ density 15-18 kg/m3
(VERTICAL SPAN)
Tebal : 75mmT, Seluruh Dinding Luar, Yang menghadap tampak Luar bangunan, Atap Teritisan Bangunan Kelas
Skin : 0,5mmT SKIN (external), 0,5mmT SKIN (internal) Metal skin outside : PVDF coated Prepainted GI Steel BFC Z275 substrate Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Finishing luar : Standard Off-white,
PSP - EPS-FR 1160
Fnishing dalam : Standard Off-white, Joint system : SLIPT JOINT SYSTEM Framing : pemasangan harus tanpa frame, (tanpa bata) Alumunium chanel 75 ID, P/Coated O/W hite Max span : 4 - 5m
2 EXTERNAL WALL FASADE
Spesifikasi sebagai pengganti dinding bata Core : Expndable - Fire Retardant (Black-Ocxy), w/ density 15-18 kg/m3
(HORIZONTAL SPAN)
Tebal : 75mmT, Seluruh Dinding Luar, Yang menghadap tampak Luar bangunan, Atap Teritisan Bangunan Kelas
Skin : 0,5mmT SKIN (external), 0,5mmT SKIN (internal) Metal skin outside : PVDF coated Prepainted GI Steel BFC Z275 substrate Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Finishing luar : Standard Off-white,
PSP - EPS-FR 1160
Fnishing dalam : Standard Off-white, Joint system : AWP - Architectural JOINT SYSTEM Framing : pemasangan harus tanpa frame, (tanpa bata) Alumunium chanel 75 ID, P/Coated O/W hite Max span : 4m
3 INTERNAL PARITION
Spesifikasi sebagai partisi dalam gedung
(VERTICAL SPAN)
Core : Expndable - Fire Retardant (Black-Oxcy), w/ density 15-18 kg/m3 Tebal : 50 - 75mmT, Seluruh Dinding Partisi dalam, Termasuk Dinding yang menghadap Coridor
Skin : 0,5mmT SKIN (external), 0,5mmT SKIN (internal) Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Finishing luar : Standard Off-white,
PSP - EPS-FR 1160
Fnishing dalam : Standard Off-white, Joint system : SLIPT JOINT SYSTEM Framing : pemasangan harus tanpa frame, (tanpa bata) Alumunium chanel 75 ID, P/Coated O/W hite Max span : 4-5m Spesifikasi sebagai partisi dalam, khusus pada ruang radiology / OK den an eralatan radiolo
4 INTERNAL PARITION (VERTICAL SPAN)
Core : Expndable - Fire Retardant (Black-Oxcy), w/ density 15-18 kg/m3 Tebal : 105 - 155mmT, Seluruh Dinding Partisi dalam melingkupi ruang dengan peralatan Radiology, Termasuk Dinding yang menghadap Coridor
Skin : 0,5mmT SKIN (external), 0,5mmT SKIN (internal) Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Intermediate Pb Sheet 3mmT : Diintegrasikan dengan Bonding Agent PUR Metal skin inside : polyester coated ANTI-BACTERIAL - GI. Steel ZINCFORM G300 BFC Z275 substrate Finishing luar : Standard Off-white, Fnishing dalam : Standard Off-white, Joint system : SLIPT JOINT SYSTEM Framing : pemasangan harus tanpa frame, (tanpa bata) Alumunium chanel 75 ID, P/Coated O/W hite Max span : 4-5m
5 ROOF PANEL
Spesifikasi sebagai pengganti atap Beton
(ALL FREE SPAN)
Core : Expndable - Fire Retardant (Black-Oxcy), w/ density 15-18 kg/m3
(Langsung berfungsi sebagai Plafond)
Tebal : 100mmT, Skin : 0,5mmT SKIN (external), 0,4mmT SKIN (internal) Metal skin outside : PVDF coated Prepainted GI Steel BFC Z275 substrate
Seluruh Atap bagian Datar,
PSP - EPS-FR 1160