Mastitis adalah suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi
2.
Tujuan
3.
Kebijakan
Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan penanganan terhadap pasien dengan mastitis Keputusan kepala UPT Puskesmas Bagendit. No……………………………… tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi Dan Wewenang Pejabat Fungsional Pada UPT Puskesmas Bagendit.
4. 5.
Referensi Prosedur / Langkah – langkah
Permenkes RI No. 5 tahun 2014 1. Tanyakan keluhan keluhan seperti seperti nyeri didaerah didaerah payudara Gejala klinis : Demam disertai menggigil Mialgia Nyeri didaerah payudara 2. Factor resiko Primipara Stress Tehnik meneteki meneteki yang yang tidak benar, benar, sehingga sehingga proses pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik Pemakaian kutang yang terlalu ketat Penghisapan bayi yang kurang kuat, dapat menyebabkan statis dan obstruksi kelenjar payudara Bentuk mulut bayi yang abnormal (ex: cleft lip or palate), dapat menimbulkan trauma pada putting susu Terdapat luka luka pada payudara 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi) Pemeriksaan payudara : - Payudara bengkak - Lebih teraba hangat
- Kemerahan dengan batas tegas - Adanya rasa nyeri - Unilateral - Dapat pula ditemukan luka pada payudara 4. Diagnosis klinis mastitis Berdsarkan tempatnya, mastitis dapat dibedakan menjadi 3 macam, antara lain : Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae Mastitis ditengah payudara yang menyebabkan abses ditempat itu Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjarkelenjar yang menyebabkan abses antara payudara dan otot-otot dibawahnya 5. Penatalaksanaan a. Memberikan informasi kepada para ibu menyusui sebagai upaya pencegahan terjadinya mastitis, dengan melakukan perawatan payudara yang baik, pemberian laktasi yang adekuat, dan membersihkan sisa air susu yang ada dikulit payudara. b. Melakukan pencegahan terjadinya komplikasi abses dan sepsis dengan cara: bedrest, Pemberian cairan yang cukup, tetap dianjurkan untuk laktasi dan pengosongan payudara. c. Lakukan kompres hangat. d. Lakukan massage pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI dapat menetes keluar. e. Bila sudah terjadi abses : dapat dilakukan insisi/sayatan untuk mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa/handscoen drain agar nanah dapat keluar. Sayatan sebaiknya dibuat sejajar dengan duktus laktiferus untuk mencegah kerusakan pada jalannya duktus tersebut. f. Memberikan farmakoterapi : - Obat penghilang rasa sakit - Obat anti inflamasi - Obat antibiotic - Pemberian antibiotic berdasarkan hasil kepekaan kultur kuman yang diambil dari air susu sehingga keberhasilan terapi dapat terjamin. - Namun karena kultur kuman tidak secara rutin dilakukan, maka secara empiris pilihan pengobatan pertama pada stafilokokus aureus sebagai penyebab terbanyak dan streptokokus yaitu dengan : Amoxicillin : 875 mg, 2x sehari; atau
Cephalexin : 500 mg, 4x sehari; atau Ciprofloxacin : 500 mg, 2x sehari; atau Clindamicin : 300 mg, 4x sehari; atau Trimethroprim/sulfamethoxazole: 160 mg/800 mg, 2x sehari.
6. Konseling dan edukasi a. Memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien, suami dan keluarga mengenai pemberian laktasi dengan baik dan benar, dampak dari pemberian laktasi yang tidak sesuai. b. Memberikan motivasi dengan pemompaan payudara. c. Menjaga kebersihan payudara dan putting susu ibu. d. Menjaga kebersihan mulut dan hidung bayi ( sumber utama masuknya kuman jika ada luka pada putting susu ibu) 6.