ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PROSES PRODUKSI TEH MAHKOTA DEWA DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi kasus di PT. Salama Nusantara Yogyakarta)
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PROSES PRODUKSI TEH MAHKOTA DEWA DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi kasus di PT. Salama Nusantara Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknologi Industri Pertanian
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PROSES PRODUKSI TEH MAHKOTA DEWA DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi kasus di PT. Salama Nusantara Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknologi Industri Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Proses Produksi Teh Mahkota Dewa dengan Metode OBJECTIVE MATRIX (OMAX). (Studi kasus di PT. Salama Nusantara, Yogyakarta) guna melengkapi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Keluargaku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan baik secara materi maupun spiritual.
8. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknologi Industri Pertanian yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 9. DRS HM. Maryono sebagai pemilik PT. Salama Nusantara dan seluruh karyawan PT Salama Nusantara yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyusunan skripsi. 10. Seluruh teman-teman TIP khususnya angkatan 2006 yang selalu membantu dan memberikan semangatnya. 11. Dan segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, Untuk itu diharapkan masukan-masukan dari semua pihak demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………..............…………………………… i HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii KATA PENGANTAR………………………………………………… iv DAFTAR ISI……………………………………………………………vi DAFTAR TABEL………………………………………………………ix DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... x DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………xi INTISARI……………………………………………………………… xii
F. Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (Omax)……………………………………………….15 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian…………………...................………………...…..27 B. Tahapan Penelitian………………………………………… …….. 27 C. Pengumpulan Data…………………………………………..……... 28 D. Metode analisa data…………………………….……...…...……… 29 E. Diagram Alir Penelitian……………………………. ……... …...… 33 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan…………………………
34
2. Perhitungan Kinerja Standar (skor 3)…………………………...
58
3. Perhitungan Sasaran akhir (skor 10)………………………….....
59
4. Perhitungan Nilai Terendah (skor 0)………………………....….
61
5. Perhitungan Sasaran Jangka Pendek (skor 0-3 dan 3- 10)……....
62
6. Penentuan Bobot Rasio…………………….................................
65
7. Analisis dan Pembahasan………………....................................
67
8. Analisis Indeks Produktivitas…………………….......................
69
D. Perhitungan data Tahun 2010 1. Perhitungan rasio…………...………………...................
……... 75
2. Perhitungan Kinerja Standar (skor 3)…………………………...
75
3. Perhitungan Sasaran akhir (skor 10)
76
.....
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel II.1. Tabel Omax........................................................................................
21
Tabel VI.1. Data-data Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2008…..
41
Tabel VI.2. Perhitungan kinerja Standar Tahun 2008..........................................
42
Tabel VI.3. Perhitungan Nilai Terendah Tahun 2008……………………… ......
45
Tabel VI.4. Hasil Pembobotan Tiap Rasio Tahun 2008…………………… ......
49
Tabel VI.5. Perhitungan Indeks Produktivitas dan Indeks Produktivitas relative Tahun 2008……………………………………….……………… .....
53
Tabel VI.6. Data-data Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2009…..
58
Tabel VI.7. Perhitungan kinerja Standar Tahun 2009..........................................
59
Tabel VI.8. Perhitungan Nilai Terendah Tahun 2009……………………… ......
61
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1. Siklus Produktivitas............................................................................
8
Gambar II.3. Diagram Fishbone..............................................................................
26
Gambar III.1. Diagram Penelitian............................................................................
33
Gambar IV.1. Kemasan Plastik Teh Mahkota Dewa …………………...................
35
Gambar IV.2. Kemasan Kotak Teh Mahkota Dewa (Lama)....................................
35
Gambar IV.3. Kemasan Kotak Teh Mahkota Dewa (Baru).....................................
35
Gambar IV.4. Proses Pembuatan Teh Mahkota Dewa …....…………………….....
37
Gambar IV.5. Proses Perajangan
39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Matriks Omax Periode Mei 2008 dan kinerja Periode Mei 2008
Lampiran 2
: Matriks Omax Periode Juni 2008 dan kinerja Periode Juni 2008
Lampiran 3
: Matriks Omax Periode Juli 2008 dan kinerja Periode Juli 2008
Lampiran 4
: Matriks Omax Periode Agustus 2008 dan kinerja Periode Agustus 2008
Lampiran 5
: Matriks Omax Periode Mei 2009 dan kinerja Periode Mei 2009
Lampiran 6
: Matriks Omax Periode Juni 2009 dan kinerja Periode Juni 2009
Lampiran 7
: Matriks Omax Periode Juli 2009 dan kinerja Periode Juli 2009
Lampiran 8 : Matriks Omax Periode Agustus 2009 dan kinerja Periode Agustus
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PROSES PRODUKSI TEH MAHKOTA DEWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTI VE M ATRI X (Study kasus di PT. Salama Nusantara Yogyakarta)
Yudha Eka Fitriyanto 1, Pujo Saroyo 2, Endy Suwondo 2
INTISARI PT. Salama Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pangan yaitu pembuatan Teh Mahkota Dewa. PT. Salama Nusantara harus dapat menghadapi persaingan dalam industri pertanian yang cukup ketat. Maka diperlukan suatu indikator yang dapat menunjukkan performansi suatu industri yaitu tingkat produktivitas. Metode Analisis menggunakan Objective Matrix. OMAX merupakan
THE ANALYSIS OF MANPOWER PRODUCTIVITY TO PRODUCTION PROCESS OF MAHKOTA DEWA TEA BY USING OBJECTIVE MATRIX METHOD (The case study in PT. Salama Nusantara Yogyakarta)
Yudha Eka Fitriyanto 1, Pujo Saroyo 2, Endy Suwondo 2
ABSTRACT
PT. Salama Nusantara is a company that moves in food sector is producing the Mahkota Dewa Tea. PT. Salam Nusantara should able to face the competition within tightly agricultural sector. Therefore it needs an indicator action that show the performance of an industry is productivity level. The analysis method uses objective matrix. OMAX is method to measure work units like empower. Theory underlying OMX is that productivity is a
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi ditandai dengan semakin ketatnya persaingan bisnis yang menuntut perusahaan mampu mengelola sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin. Pasar tidak hanya dimasuki oleh pesaing-pesaing domestik dan non domestik dengan berbagai jenis produk yang bernilai jual tinggi dan kompetitif. Lingkungan bisnis yang begitu kompleks membawa dampak bagi perusahaan untuk mengkaji kembali sumber daya yang dimiliki dan menggunakan secara optimal yang nantinya dapat menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi
2
mempunyai tujuan menjadikan masyarakat indonesia sehat secara herbal tanpa ada campuran bahan kimia. Banyaknya pesaing yang bermunculan akhir-akhir ini seperti PTPN XI yaitu dalam perbedaan kualitas produknya yaitu grade a dan grade b yang nantinya untuk kualitas ekspor sedangkan di PT Salama Nusantara kualitas produknya grade c dan grade d yang nantinya untuk kualitas impor. Akan tetapi PT Salama Nusantara berusaha untuk menaikkan kualitas produknya dari grade c dan grade d menjadi grade a dan grade b yang nantinya bisa menembus pasar ekspor. Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut, perlu dilakukan pengukuran secara menyeluruh dan terus menerus. Salah satunya evaluasi yang dapat dilakukan adalah adanya evaluasi
3
Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dan perbaikan tenaga kerja yang merupakan faktor penting dalam berjalan atau tidaknya suatu industri Yang nantinya akan berpengaruh dengan besar kecilnya daya saing perusahaan tersebut. B. Perumusan Masalah
Persaingan yang semakin ketat memerlukan pengukuran produktivitas perusahaan. Sebagai
langkah awal, perlu dilakukan pengukuran produktivitas
tenaga kerja, yaitu dengan pengukuran produktivitas tenaga kerja sebagai upaya untuk mengetahui efektivitas penggunaan sumber daya manusia dalam proses produksi. Apabila hal ini tetap berlanjut akan berdampak pada kemajuan dan daya saing yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu diperlukan pengukuran produktivitas
secara
sistematis
dan
berkesinambungan
guna
mendukung
4
C. Batasan Masalah
Penelitian ini Fokus pada pengukuran intensitas tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan produktivitas tenaga kerja pada perusahaan dengan menggunakan elemen data produksi, absensi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, dan jumlah produk yang rusak. Dengan Objevtive matrix dengan perbaikan diagram pareto. D. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kriteria yang digunakan dalam pengukuran produktivitas tenaga kerja di PT. Salama Nusantara 2. Mengetahui nilai tenaga kerja selama periode pengukuran yang ditentukan. 3. Menentukan langkah-langkah pengendalian untuk meningkatkan produktivitas
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Produktivitas
Menurut sinungan (1997) produktivitas merupakan konsep pemanfaatan sumbr daya secara lebih baik sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Hingga saat ini, konsep yang paling banyak digunakan mengenai produktivitas adalah konsep yang dikemukakan oleh Sumanth dalam Manajemen Produktivitas Perusahaan (1984). Menurutnya produktivitas total merupakan rasio dari output nyata dengan input nyata. Skala likert merupakan jenis pengukuran yang mengukur sikap, pendapat,
6
produktivitas itu sendiri. Untuk memperjelas pengertian dari produktivitas, dipaparkan perbedaan antar keduanya menurut Sumanth (1984) yaitu: a. Perbedaan dari segi definisi yaitu :
Produksi adalah aktivitas yang dilakukuan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Produktivitas adalah yang menyangkut efisiensi penggunaan sumber daya (input) untuk menghasilkan barang/ jasa (output
b. Perbedaan dari segi kuantitatif yaitu :
Produksi adalah jumlah output yang dihasilkan.
Produktivitas adalah rasio dari output yang dihasilkan dengan input yang digunakan.
7
direncanakan. Pengukuran efektivitas membutuhkan beberapa rencana atau standar yang telah ditetapkan sebelum proses menghasilkan output dimulai. hasil atau performance, tetapi
produktivitas merupakan ukuran seberapa
efektif dan efisien sumber daya dipadukan dalam organisasi dan digunakan dalam menghasilkan output (Ravianto, 1986). Menurut Wignjosoebroto (1989), produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat pengertiannya dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana sumber daya dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang ( finished goods product ) atau jasa ( service) secara efektif dan efisien. Pengertian umum produktivitas diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output ) dan masukan (input ).
8
atau manufaktur, bukan hasil atau performance, tetapi produktivitas merupakan ukuran seberapa efektif dan efisien sumber daya dipadukan dalam organisasi dan digunakan dalam menghasilkan output (Ravianto, 1986). Menurut Ravianto (1986), produktivitas merupakan sebuah konsep sistematis yang berkaitan dengan konversi masukan menjadi keluaran dari sistem yang berada pada suatu keadaan tertentu. Produktivitas dalam suatu industri dilihat dari dua sisi sebab produktivitas yang ada menggambarkan kaitan antara tingkat efektivitas dalam pencapaian tujuan industri dengan tingkat efisiensi industri dalam penggunaan sumber daya yang dimilikinya. B. Daur Produktivitas
Sumanth (1985) memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai
9
Gambar diatas menunjukkan bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses kontinu yang melibatkan aspek-aspek pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan pengendalian produktivitas (PEPP). Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai
melalui pengukuran
produktivitas dari sistem industri itu sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran
dapat dipergunakan
dan dikembangkan
dari memilih indikator
pengukuran yang sederhana sampai yang lebih kompleks dan komprehensif. Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah dapat diukur, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual tersebut untuk dapat diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana ( productivity gap) merupakan masalah
10
dari waktu ke waktu, dan membandingkannya dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini penting agar perusahaan tersebut dapat meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang amat kompetitif (Gaspersz, 2000). Produktivitas dapat diukur pada beberapa tingkat yang berbeda mulai dari pekerja secara individual hingga skala nasional. Pada skala nasional, produktivitas merupakan indikator penting dari kekuatan ekonomi suatu negara dan merupakan kunci dari standar kehidupan suatu negara, produktivitas ini juga dapat mengukur daya saing suatu negara di pasar global. Pada skala industri, tingkat produktivitas yang tinggi diperlukan untuk menekan biaya dan menjaga daya saing harga produk yang dihasilkan
11
2. Pengukuran produktivitas dapat digunakan dalam membantu pengambilan keputusan, antara lain yang berkaitan dengan investasi modal, alokasi sumber daya, dan pemberian kompensasi. 3. Pengukuran produktivitas memungkinkan perusahaan untuk membandingkan tingkat efisiensi dan laju pertumbuhan yang dimilikinya dengan industri lain. 4. Pengukuran produktivitas memberikan perspektif mengenai data keuangan perusahaan, sebagai contoh
sebuah organisasi/perusahaan mungkin mampu
memenuhi target margin keuntungan pada jangka pendek, namun pada jangka panjang mungkin terjadi penurunan produktivitas yang mengancam daya tahan perusahaan. 5. Pengukuran produktivitas dapat meningkatkan tingkat kepedulian terhadap
12
3. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses industri itu, dengan kata lain pengukuran produktivitas bersifat partisipatif. 4. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data, dimana nantinya data tersebut dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta-peta, diagram-diagram, tabel-tabel, hasil perhitungan statistik, dan lain-lain. Data tersebut hendaknya direpresentasikan dalam cara yang mudah dipahami. 5. Hasil pengukuran yang berupa informasi-informasi utama seharusnya dicatat tanpa distorsi, yang berarti pengukuran itu harus memunculkan informasi yang akurat. 6. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh dari manajemen dan karyawan untuk
13
keterbatasan tersebut, para manajer dapat memilih metode pengukuran yang paling sesuai dan menerapkannya untuk meningkatkan performansi organisasi. D. Industri Teh
Industri teh merupakan salah satu industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Khususnya teh mahkota dewa yang terdapat bahan berupa pohon mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa) yang dikenal sebagai salah satu tanaman obat yang mempunyai manfaat menyembuhkan beberapa penyakit, diantaranya : Kanker, jantung, diabetes, asam urat, vertigo, stroke, dan penyakit kronis lainnya. (Anonim, 2009). Peranan komoditas teh dalam perekonomian di indonesia cukup strategis. Industri teh Indonesia diperkirakan menyerap sekitar 300.000 pekerja dan
14
Menurut Wignjosoebroto (2000) pada dasarnya ada dua faktor utama yang mempengaruhi usaha peningkatan produktivitas, yaitu faktor teknis dan faktor manusia. 1. Faktor teknis, yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. 2. Faktor manusia, yaitu faktor yang mempengaruhi usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Di sini ada dua hal pokok yang menentukan yaitu kemampuan kerja (ability) dari pekerjaan tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja
15
E. Produktivitas Tenaga Kerja dan Arti Pentingnya
Produktivitas mempunyai peranan penting dalam suatu kegiatan usaha. Pentingnya produktivitas tinggi antara lain adalah mampu menghasilkan keluaran yang lebih baik atau banyak di masa yang akan datang sehingga mampu memenuhi permintaan terhadap produk tersebut. Tenaga kerja merupakan salah satu bagian perusahaan
yang
menentukan
keberhasilan
perusahaan.
Konsep
perbaikan
produktivitas tenaga kerja lebih efektif diterapkan kepada tenaga kerja tingkat bawah daripada tenaga kerja tingkat atas. Pengukuran produktivitas tenaga kerja biasanya dilakukan
dengan
terminologi
output
per
input
tenaga
kerja.
Pengukuran
produktivitas tenaga kerja dalam hal ini memperhitungkan jam kerja sebagai faktor masukan dan nilai keluaran yang terdiri atas volume produksi. Shimizu (1991)
16
di bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. OMAX dapat digunakan sebagai sarana pengukuran produktivitas, alat
memecahkan
masalah
produktivitas
serta
alat
pemantau
pertumbuhan
produktivitas. Metode ini dikembangkan oleh James L. Riggs, P.E seorang profesor produktivitas dari Departement of Industrial Engineering at Oregon State University di AS pada era 1970-an. Model pengukuran Objective Matrix dikembangkan berdasarkan pendapat bahwa produktivitas adalah fungsi dari beberapa faktor kinerja yang berlainan. Konsep metode ini adalah menggabungkan beberapa kriteria kinerja kelompok kerja ke dalam suatu matriks. Masing-masing kriteria kinerja memiliki sasaran berupa jalur khusus menuju perbaikan serta memiliki bobot berdasarkan kepentingannya terhadap
17
aktivitas yang membutuhkan keahlian yang outputnya sulit diukur. Kedua aktivitas ini akan memberikan sumbangan kinerja yang mempengaruhi produktivitas. Pada kenyataannya tidak ada sistem yang dapat memenuhi suatu kategori secara sempurna, yang ada hanya optimasi kesempurnaan. Pemakaian metode pengukuran OMAX merupakan salah satu metode yang dapat dicapai sebab secara objektif kinerja diukur sebagai target pencapaian bagi kelompok kerja sehingga dihasilkan pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sejauh mana tujuan manajemen tercapai. 2. Pembentukan Matriks Pengukuran Kinerja Menurut Riggs (1987) ada 4 tahapan pembentukan dan pengembangan matriks pengukuran kinerja atau disebut matriks sasaran, antara lain :
18
deviasi ini diharapkan tidak lebih besar dari 10% terhadap nilai rata-rata. Namun seandainya nilainya lebih dari 10% maka nilai tahap awal yang digunakan adalah nilai rata-rata 6 periode terakhir. Penentuan nilai tahap awal dengan menggunakan rata-rata 6 periode terakhir ini dimaksudkan bahwa rata-rata 6 periode terakhir memiliki nilai yang mendekati kondisi aktual. 3. Penetapan skala kinerja Skala kinerja pada matriks sasaran dimulai dari 0 sampai dengan 10 sehingga terdapat sebelas tingkat untuk masing-masing kriteria. Penetapan sasaran untuk tiap tingkatan
adalah
yang
terpenting
dari
pembuatan
skala,
sebab
sasaran
memperlihatkan hasil produktivitas yang dicapai oleh kelompok. Pembentukan awal skala terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
19
5. Penerapan pengukuran produktivitas kelompok Nilai seluruh kriteria dikumpulkan menjadi nilai tunggal melewati proses pembobotan. Hasil perhitungan ini dipergunakan untuk menganalisa tingkat produktivitas perusahaan guna mengetahui perkembangan perusahaan selama periode pengukuran. Model yang digunakan untuk mengevaluasi perkembangan produktivitas adalah dengan melakukan perhitungan sebagai berikut : Menghitung persentase perubahan indeks-indeks produktivitas, indeks masukan dan keluaran pada pengukuran periode dasar. Rumusnya adalah : Indeks Produktivitas
IP i IP o
IP o
x 100% ...............................................................(2.1)
Perhitungan ini untuk mengevaluasi perkembangan nilai indeks produktivitas
20
6. Perencanaan produktivitas Rencana produktivitas merupakan tahap pemikiran bagaimana caranya untuk meningkatkan produktivitas, untuk selanjutnya diimplementasikan pada tahap berikutnya. Perencanaan bertujuan untuk memprediksi produktivitas periode yang akan datang dan menyiapkan segala sesuatu guna meningkatkan produktivitas. Perencanaan perlu memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal agar perubahan produktivitas mengalami peningkatan. Perencanaan yang ditetapkan digunakan untuk menyatukan tindakan, memotivasi tenaga kerja dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Adapun keuntungan dari pengukuran produktivitas dengan menggunakan metode Objective matrix adalah : 1. Mengidentifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan
21
Selain beberapa keuntungan di atas ada beberapa faktor yang dapat dirasakan sebagai pendukung penerapan model ini yaitu : 1. Model ini relatif sederhana dan mudah dipahami. 2. Pengoperasiannya
cepat
dan
tidak
membutuhkan
keahlian
khusus
bagi
pemakainya. 3. Data-data yang dibutuhkan mudah diperoleh. 4. Model ini fleksibel dapat disesuaikan dengan tempat penerapannya Struktur OMAX
Tabel 2.1 Tabel Omax A
produk yang dihasilkan
produk yang Cacat
Jumlah Total hari Kerja produk yang dihasilkan
Absensi Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja
level
Rasio Produktivitas Nilai performansi
22
Keterangan : A. Penjelasan (Defining) : Bagian ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu unit kerja yang diidentifikasi sebagai kriteria produktivitas dan dinyatakan dalam bentuk rasio. a. Nilai kinerja aktual yang dicapai oleh suatu unit kerja selama periode pengukuran, nilai ini diletakan pada baris performance. B. Pengukuran (Quantifying ) : Tabel Objective Matrix terdiri dari 11 level pencapaian kinerja, dimulai dari level 0 yang menunjukan nilai kinerja yang kurang memuaskan sampai level 10 yang menunjukan nilai kinerja terbaik yang dapat dicapai oleh suatu unit kerja. b1. Sasaran kinerja suatu unit kerja yang dapat dicapai secara realistis pada waktu tertentu. Nilai ini merupakan estimasi realistis yang dapat dicapai oleh suatu kriteria
23
c1. Bobot prioritas yang diberikan untuk masing-masing kriteria, menunjukan dampak relatif dari produktivitas setiap unit kerja. c2. Indikasi produktivitas unit kerja yang diperoleh dari tingkat perubahan performance indikator. Berdasarkan keterangan di atas, maka untuk menentukan nilai dari setiap skor diperlukan pembuatan skala yang mampu menggambarkan level performansi dari setiap unit kerja yang menjadi indikator produktivitas. Setiap unit organisasi mungkin saja memiliki sekumpulan kriteria produktivitas yang berbeda, akan tetapi faktorfaktor yang menggambarkan misi dan sasaran kinerja setiap unit organisasi bersangkutan
harus
dimasukan
pada
matrik.
Indikator-indikator
pengukuran
produktivitas harus dipilih sesuai dengan kepentingan yang menunjukan bagaimana
24
• Level 3 : Hasil pengukuran yang menunjukan pencapaian umum (standar) dari kinerja suatu rasio yang menjadi indikator produktivitas pada saat pembuatan skala dilakukan. • Level 10 : Perkiraan realistis dari hasil yang dapat dicapai dari suatu rasio pada kurun waktu yang akan datang dengan kondisi dan ketersediaan sumber daya yang sama pada saat ini. Level ini merupakan suatu tantangan bagi manajemen untuk melakukan peningkatan produktivitas. Skor untuk level 0 dan level 3 didefinisikan sebagai benchmarking , level 10 merupakan tantangan bagi perusahaan untuk mencapai kinerja terbaik. Penentuan sasaran yang terlalu optimis dapat mengakibatkan tidak tercapainya kinerja terbaik yang diharapkan karena ketidakmampuan untuk melaksanakannya, sedangkan sasaran yang
25
Kemudian dari diagram pareto tersebut didapatkan mana kriteria yang mengalami penurunan atau yang tidak dominan untuk menganalisa kriteria yang mengalami penurunan dibutuhkan diagram tulang ikan ( Fish Bone Diagram). Karena diagram ini menunjukkan hubungan antar sebab dan akibat. Berkaitan dengan proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan berikut: • Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. • Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
26
atau kategori-kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran,dll, atau stratifikasi melalui langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor-faktor penyebab atau kategorikategori dapat dikembangkan melalui brainstorming. 4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab penyebab utama (tulang-tulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. 5. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang berukuan sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.
27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian pengukuran produktivitas tenaga kerja dengan menggunakan metode Objective Matriks dilakukan Di industri Teh Mahkota Dewa. Perusahaan ini berlokasi di Yogyakarta. Industri ini mengolah bahan baku berupa Mahkota Dewa, Teh hijau, dan Benalu teh untuk dijadikan produk teh Mahkota Dewa B. Tahapan Penelitian
1.
Observasi pendahuluan Yaitu melakukan kegiatan awal yang dilakukan dengan melakukan kunjungan
28
4.
Studi pustaka Yaitu sebagai langkah untuk menambah referensi secara tekstual, baik yang diambil dari pustaka yang ada diperpustakaan maupun yang ada diperusahaan itu sendiri.
5.
Identifikasi Faktor Terkait Identifikasi faktor ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor apa yang turut mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang kemudian diolah dengan OMAX.
6. Pengolahan Data Pengolahan data dengan metode OMAX mencakup beberapa tahapan mulai dari penetapan kriteria sampai dengan perhitungan indikator pencapaian
29
c. Jumlah tenaga kerja d. Absensi tenaga kerja e. Jumlah total hari kerja 2. Cara pengambilan data a. Wawancara, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah yang dihadapi b. Observasi dan dokumentasi, yaitu data-data diperoleh dengan cara pengamatan dan pencacatan data-data yang telah ada pada dokumen perusahaan c. Studi pustaka, dilakukan dalam keseluruhan proses penelitian mulai dari
30
Kriteria hendaknya dapat mengetengahkan semua aspek tanggung jawab kelompok, termasuk kualitas kinerja Kriteria yang digunakan untuk sebuah kelompok biasanya berkisar 4-7 buah 2. Perhitungan rasio-rasio berdasarkan kriteria produktivitas Menurut Riggs (1987) kriteria produktivitas pada umumnya diwujudkan dalam bentuk rasio. Perhitungan kriteria produktivitas yang diukur berdasarkan rasio antara lain : a. Rasio yang berkaitan dengan kuantitas Rasio 1
Jumlah produk yang dihasilkan
Jumlah Total hari Kerja
...............................(3.1)
Rasio (1) ini mempunyai sasaran untuk meningkatkan total hari kerja
31
3. Pengukuran kinerja standar Setelah menentukan rasio-rasio produktivitas selanjutnya mengukur kinerja sebagai standar awal. Sebelumnya melakukan pengukuran terlebih dahulu menentukan periode yang dibutuhkan untuk menentukan nilai tahap awal. Penentuan nilai tahapa awal dengan menghitung terlebih dahulu rata-rata kinerja untuk tiga periode terakhit. Jika data berdeviasi kurang dari 10 % dari nilai rata-raa maka dibutuhkan tiga periode data. 4. Menetapkan sasaran akhir Menetapkan sasaran adalah keputusan manajemen yang bermaksud untuk menentukan besarnya sasaran yang akan dicapai dalam meningkatkan produktivitas.
32
c. Nilai Terendah d. Nilai pembobotan e. Penentuan nilai aktual dilakukan tiap periode masing-masing rasio. Nilai aktual merupakan nilai rasio merupakan nilai rasio tiap periode terhadap masing-masing rasio. f. Perhitungan Skor Aktual g. Perhituangan skor aktual dilakukan dengan mencari nilai skor kinerja yang mendekati nilai aktual nilai ini ditandai untuk menentukan nilai skor aktualnya. h. Perhitungan Nilai Kinerja i.
Perhitungan nilai kinerja untuk tiap periode terhadap masing-masing rasio
33
C. Diagram alir penelitian
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah perusahaan
Sejarah berdirinya Salama Nusantara ini pada awalnya pada tahun 2003 di kala Indonesia mengalami kondisi krisis ekonomi yang berdampak bagi kehidupan masyarakat luas, yang dialami pada keluarga saya (Drs.HM Maryono) selaku PNS pada waktu itu, beliau mempunyai ide untuk bias hidup secara layak dengan mencari nilai tambah dengan usaha kecil-kecilan. Pada waktu itu berbekal dari sebuah buku yang beliau dapatkan dari seorang teman, yang berjudul
35
2.
Proses Produksi Teh mahkota Dewa
Teh Mahkota Dewa
Teh Mahkota Dewa merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Salama Nusantara. Teh mahkota dewa ini mempunyai fungsi yaitu mencegah Diabes militus, Asam urat, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan penyakit pendek umur yakni berkurangnya harapan hidup manusia. Ada 3 produk Teh Mahkota Dewa yang diproduksi PT Salama Nusantara yaitu : Kemasan Plastik (100 gr) Dengan harga eceran Jawa
Rp. 12.000,00
36
Bahan Baku
Bahan baku dalam membuat Teh Mahkota Dewa terdiri dari campuran tiga bahan baku yaitu tanaman mahkota dewa, teh hijau, dan benalu teh. Dengan komposisi perbandingan tanaman mahkota dewa 70 %, teh hijau 20 %, dan benalu teh 10 %. Proses produksi
Proses produksi diartikan sebagai proses perubahan bahan atau komponen bahan mentah menjadi produk jadi yang mempunyai mutu dan dan daya jual tinggi. PT. Salama Nusantara mempuyai delapan tahapan dalam proses pembuatan Teh Mahkota dewa yaitu : a. Sortasi
37
38
Proses Sortasi
Sebelum melakukan proses sortasi ini terlebih dahulu dilakukan pemetikan yaitu pemetikan Buah mahkota Dewa, Teh hijau, dan Benalu teh selama 3 bulan sekali. Setelah itu, dilakukan proses sortasi ketiga bahan baku pembuat Teh Mahkota dewa dengan menerapkan sortasi basah untuk perlakuan ketiga bahan baku pembuatan Teh Mahkota Dewa yaitu Mahkota Dewa, Teh hijau, dan Benalu teh. Untuk Buah mahkota Dewa disortasi dengan memilih buah yang tidak busuk dan berwarna merah dan dibersihkan dari pengotor yang ada dan dilakukan proses pencucian dengan air bersih yang mengalir sampai bersih. Setelah itu dilakukan sortasi basah juga pada Teh hijau, dan benalu teh
yaitu dengan
39
Gambar 4.5 Proses Perajangan Pengeringan I
Proses selanjutnya yaitu proses pengeringan, ketiga bahan baku yang berupa Mahkota dewa, Teh hijau, dan benalu teh dilakukan proses pengeringan. Pada proses pengeringan Mahkota dewa ini dilakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari 2-3 hari dan setelah kering kemudian dilakukan proses
40
dan benalu teh di sortir dari kemungkinan adanya pengotor selama proses berlangsung. Penimbangan
Proses selanjutnya yaitu penimbangan. Untuk ketiga bahan baku pembuat Teh Mahkota Dewa dilakukan penimbangan untuk mengetahui satu kali untuk produksi. Untuk Mahkota dewa yaitu 10,5 kg untuk satu kali produksi, Teh hijau 3 kg untuk satu kali produksi, dan 1,5 kg Benalu teh untuk satu kali produksi. Pencampuran dan Penimbangan
Pada proses pencampuran ini dilakukan dengan mencampur ketiga bahan yaitu : Mahkota dewa, Teh hijau, dan Benalu teh hingga homogen yang tujuannya supaya ketiga bahan tercampur dengan rata sehingga mendapatkan kualitas Teh
41
data tenaga kerja, dan data absensi tenaga kerja. Data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.1 Data-data pengukuran produktivitas tenaga kerja Mei
Juni
Juli
Agustus
2008
2008
2008
2008
Jumlah produk yang dihasilkan (kg)
5070
5070
5265
4875
Jumlah produk yang rusak/cacat
253,5
253,5
263,2
243,7
Jumlah tenaga kerja (orang)
16
14
15
17
Absensi tenaga kerja (orang)
2
4
3
1
Jumlah total hari kerja (jam)
183
180
196
175
Untuk periode
1.
Perhitungan rasio
Rasio yang berkaitan dengan kuantitas Rasio 1
Jumlah produk yang dihasilkan
Jumlah Total hari Kerj
....................................................(4.1)
42
dasar dari pengukuran. Pada pengukuran ini nilai tahap didapat dari nilai rata-rata tiap rasio pengukuran dari empat periode pengukuran. Nilai baris skor 3 menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada sesungguhnya pada saat periode pengamatan. Hasil perhitungan selengkapnya pada tabel berikut : Tabel 4.2 Perhitungan Kinerja Standar (Skor 3)
Rasio
1 (Kg/Jam)
Nilai Rasio Empat periode Pengukuran (Mei-Agustus 2008) 27,70 28,16 26,86 27,85
Nilai Tahap Awal (Ri)
27,64
43
sebesar 30%. nilai pada baris skor 10 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai dalam jangka pendek dengan input yang sama, selain itu harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti kualitas, inovasi teknologi, perilaku kerja, kondisi ekonomi, dan lain-lain. Nilai sasaran akhir atas tiap rasio atau tolak ukur kinerja yang digunakan diperoleh dari wawancara dengan atasan perusahaan. Target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen PT. Salama Nusantara sebesar 30%. target ini menunjukan sasaran akhir yang ingin dicapai dan selanjutnya digunakan untuk mengisi matrik pada baris skor 10. Kriteria efisiensi Rasio 1 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan,
44
O,05+ (0,05x 0,3) = 0,065 Nilai 0,065 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai PT. Salama Nusantara dalam
jangka pendek dengan jumlah input yang sama. Apabila
perusahaaan menggunakan tenaga kerja untuk berproduksi dengan jumlah produksi teh mahkota dewa sebagai output maka, perusahaan mampu mencapai Target produktivitas sebesar 0,065 Rasio 3 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan, yang diperoleh dari penambahan nilai rasio maksimum yang terdapat pada bulan Juni 2008 sebesar 0,285 dengan target peningkatan 30%. 0,285+ (0,285x 0,3) = 0,37
45
Tabel 4.3 Perhitungan Nilai Terendah (skor 0)
5.
Rasio
Rasio Terendah
Periode (Bulan)
1
26,86
Juli 2008
2
0,049
Agustus 2008
3
0,05
Agustus 2008
Perhitungan Sasaran Jangka Pendek (skor 0 ~ 3 dan 3 ~ 10)
Sasaran jangka pendek merupakan Sasaran tingkat menengah. Penambahan nilai dihitung secara linier untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Nilai ini akan mengisi tabel 6.5 pada baris antara 0 ~ 3 dan 3 ~ 10. Perhitungan sebagai berikut : Rasio 1
46
27,64
26,86
3
= 0,26
Nilai 0,26 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada tahap awal dengan rasio terendah lalu dibagi dengan 3 (jarak dari skor 0 ke 3). Nilai baris 3 menunjukkan kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada saat periode pengamatan sedangkan, nilai baris skor 0 menunjukan kinerja terburuk. Perusahaan harus meningkatkan produktivitasnya sebesar 0,26 pada indikator jumlah produksi teh per jumlah tenaga kerja tersedia agar produktivitas perusahaaan berada pada tahap kinerja standar. Rasio 2 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,17.
47
Nilai 0,0001 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada tahap awal dengan rasio terendah lalu dibagi dengan 3 (jarak dari skor 0 ke 3). Nilai baris 3 menunjukkan kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada saat periode pengamatan sedangkan, nilai baris skor 0 menunjukan kinerja terburuk. Perusahaan harus meningkatkan produktivitasnya sebesar 0,0001 pada indikator jumlah produksi teh per jumlah tenaga kerja tersedia agar produktivitas perusahaaan berada pada tahap kinerja standar. Rasio 3 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,029. Perhitungan sebagai berikut : 0 37
0 165
48
kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada saat periode pengamatan sedangkan, nilai baris skor 0 menunjukan kinerja terburuk. Perusahaan harus meningkatkan produktivitasnya sebesar 0,038 pada indikator jumlah produksi teh per jumlah tenaga kerja tersedia agar produktivitas perusahaaan berada pada tahap kinerja standar. 6.
Penentuan Bobot Rasio
Pembobotan merupakan salah satu langkah penting yang menunjukkan ukuran besaran potensi suatu kegiatan atau kriteria terhadap peningkatan kinerja. Bobot kriteria dicantumkan untuk menyatakan derajat kepentingan untuk tiap kriteria terhadap kinerja perusahaan. Penetapan bobot yang ideal dengan melibatkan sekelompok manager yang mengetahui keadaan dan lingkungan
49
Tabel 4.4 Hasil Pembobotan Tiap Rasio
Rasio responden
R 1
R 2
R 3
Total
1
3
2
3
8
2
3
4
3
11
3
4
4
3
11
4
3
3
3
8
5
3
3
4
10
6
3
3
3
9
7
4
3
3
10
8
4
4
4
12
9
3
3
3
9
10
3
3
3
9
Jumlah
33 32 32 (Sumber : Data olahan)
98
50
Nilai-nilai yang diisikan pada matriks antara lain : a. Nilai tahap awal (skor 3) b. Nilai sasaran akhir (skor 10) c. Nilai terendah (skor 0) d. Nilai bobot konversi e. Nilai skor aktual yang diperoleh dari nilai rasio pada matriks yang terdekat dengan nilai rasio aktual. f. Nilai kinerja tiap rasio yang didapat dari perkalian antara skor actual dengan nilai bobot konversi g. Indikator kinerja yang diperoleh dari penjumlahan total nilai kinerja semua rasio.
51
sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2008. Nilai 27,64
Kg Jam
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4 periode pengamatan. Apabila dibandingkan dengan kinerja standar maka periode Juni 2008 mengalami penurunan kinerja sebesar 1,88% periode Juli 2008 mengalami kenaikan kinerja sebesar 2,82% dibandingkan dengan kinerja standarnya. Rasio (2) Rasio (2) merupakan perbandingan antara jumlah produk yang cacat/rusak terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
52
Rasio (3) Rasio (3) merupakan perbandingan antara Absensi tenaga kerja terhadap jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai tertinggi dari rasio (3) adalah nilai rasio terbesar yang terjadi pada periode Juni 2008 yaitu sebesar 0,285
Kg orang
. Yang menunjukkan nilai kinerja tertinggi dan
nilai rasio yang terkecil sebesar 0,05 pada periode Agustus 2008 yang menunjukan nilai kinerja terendah salama periode pengamatan. Kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2008. Nilai 0,165
Kg
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4
53
produktivitas terhadap nilai indikator awal dari semua periode dapat dilihat pada lampiran 1. Perhitungan Indeks produktivitas (IP) =
Ii Io
Io
x100%
Keterangan : IP = indeks produktivitas Ii = nilai indikator kinerja pad bulan i Io = nilai indikator awal Sedangkan, nilai indeks produktivitas relative antara satu periode pengukuran terhadap periode sebelumnya dapat dihitung sebagai berikut : Indeks Produktivitas Relatif (IPr) =
Ii I i I
I i
x100%
I
Keterangan : IPr = indeks produktivitas relatif
54
Adapun penjelasan dari hasil perhitungan pada tabel diatas sebagai berikut : Periode bulan Mei 2008 memiliki indikator kinerja sebesar 564 bila dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 terjadi kenaikan drastis sebesar 95,83%. nilai indikator awal diperoleh dari perkalian antara bobot dengan nilai skor 3 yang menunjukkan kinerja standar tenaga kerja pada saat pengukuran. Bulan Mei sudah mencapai target tujuan produktivitas yang ditetapkan perusahaan (target perurasahaan 30 %). Indeks produktivitas relatif menunjukkan besarnya peningkatan ataupun penurunan nilai produktivitas dibandingkan dengan periode sebelumnya. Nilai 564 pada bulan Mei 2008 menunjukkan bahwa periode Mei merupakan periode awal. Nilai kinerja pada periode bulan Mei 2008 mempunyai nilai kinerja yang
55
sehingga tenaga kerja dalam menghaslkan produk Teh Mahkota Dewa kurang maksimal. Periode bulan Juni 2008 memiliki indikator kinerja sebesar
366 bila
dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 Terjadi kenaikan cukup sebesar
27,08% Indeks produktivitas periode Juni 2008 secara keseluruhan
mengalami penurunan . Penurunan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar 53,55%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 102 dan menempati skor 3, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi kurang baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam pemanfaatan total hari kerja
56
besar yaitu sebesar
71,87% Indeks produktivitas periode Juli 2008 secara
keseluruhan mengalami penurunan . kenaikan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar -26,06%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Nilai kinerja pada periode bulan Juli 2008 mempunyai nilai kinerja yang baik dibandingkan nilai indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 0 dan menempati skor 0, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi kurang baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam pemanfaatan total hari kerja yang tersedia untuk memproduksi Teh Mahkota Dewa seoptimal mungkin.
57
keseluruhan mengalami penurunan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar -35,09%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kurang baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Nilai kinerja pada periode bulan Agustus 2008 mempunyai nilai kinerja yang baik dibandingkan nilai indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 102 dan menempati skor 3, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi kurang baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam pemanfaatan total hari kerja yang tersedia untuk memproduksi Teh Mahkota Dewa seoptimal mungkin. Rasio 2 diperoleh nilai kinerja 330 dan menempati skor 10, yang berarti rasio 2 berada pada kondisi
baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan
58
data tenaga kerja, dan data absensi tenaga kerja. Data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.6 Data-data pengukuran produktivitas tenaga kerja Mei
Juni
Juli
Agustus
2009
2009
2009
2009
6300
6612
6350
6048
Jumlah produk yang rusak/cacat
315
330,6
317,5
302,1
Jumlah tenaga kerja (orang)
16
14
15
17
Absensi tenaga kerja (orang)
2
4
3
2
175
172
Untuk periode Jumlah produk yang dihasilkan (kg)
Jumlah total hari kerja (Jam) 175 188 (Sumber : Data sekunder) 1.
Perhitungan rasio
Rasio yang berkaitan dengan kuantitas
Jumlah produk yang dihasilkan
59
dasar dari pengukuran. Pada pengukuran ini nilai tahap didapat dari nilai rata-rata tiap rasio pengukuran dari empat periode pengukuran. Nilai baris skor 3 menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada sesungguhnya pada saat periode pengamatan. Hasil perhitungan selengkapnya pada tabel berikut : Tabel 4.7 Perhitungan Kinerja Standar (Skor 3)
Rasio
1 (Kg/Jam)
Nilai Rasio Empat periode Pengukuran (Mei-Agustus 2009) 30,00 35,17 36,28 35,16
Nilai Tahap Awal (Ri)
34,15
60
sebesar 30%. nilai pada baris skor 10 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai dalam jangka pendek dengan input yang sama, selain itu harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti kualitas, inovasi teknologi, perilaku kerja, kondisi ekonomi, dan lain-lain. Nilai sasaran akhir atas tiap rasio atau tolak ukur kinerja yang digunakan diperoleh dari wawancara dengan atasan perusahaan. Target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen PT. Salama Nusantara sebesar 30%. target ini menunjukan sasaran akhir yang ingin dicapai dan selanjutnya digunakan untuk mengisi matrik pada baris skor 10. Rasio 1 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan, yang diperoleh dari penambahan nilai rasio maksimum yang terdapat pada bulan
61
Nilai 0,065 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai PT. Salama Nusantara dalam
jangka pendek dengan jumlah input yang sama. Apabila
perusahaaan menggunakan tenaga kerja untuk berproduksi dengan jumlah produksi teh mahkota dewa sebagai output maka, perusahaan mampu mencapai Target produktivitas sebesar 0,065 Rasio 3 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan, yang diperoleh dari penambahan nilai rasio maksimum yang terdapat pada bulan Juni 2009 sebesar 0,285 dengan target peningkatan 30%. 0,285+ (0,285x 0,3) = 0,37 Nilai 0,37 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai PT. Salama
62
5.
Perhitungan Sasaran Jangka Pendek (skor 0 ~ 3 dan 3 ~ 10)
Sasaran jangka pendek merupakan Sasaran tingkat menengah. Penambahan nilai dihitung secara linier untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Nilai ini akan mengisi tabel 6.5 pada baris antara 0 ~ 3 dan 3 ~ 10. Perhitungan sebagai berikut : Rasio 1 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 1,16. Perhitungan sebagai berikut : 47,16
7
34,15
= 1,85
63
sedangkan, nilai baris skor 0 menunjukan kinerja terburuk. Perusahaan harus meningkatkan produktivitasnya sebesar 1,38 pada indikator jumlah produksi teh per jumlah tenaga kerja tersedia agar produktivitas perusahaaan berada pada tahap kinerja standar. Rasio 2 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,17. Perhitungan sebagai berikut : 0,065
0,0497
7
= 0,002
Nilai 0,002 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada sasaran akhir dengan nilai tahap awal lalu dibagi dengan 7 (jarak dari skor 3 ke skor 10). Peningkatan target
64
per jumlah tenaga kerja tersedia ters edia agar produktivitas perusahaaan berada pada tahap kinerja standar. Rasio 3 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,027. Perhitungan sebagai berikut : 0,37
0,181
7
= 0,027
Nilai 0,027 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada sasaran akhir dengan nilai tahap awal lalu dibagi dengan 7 (jarak dari skor 3 ke skor 10). Peningkatan target produktivitas sebesar 30 % dapat diperoleh perusahaan apabila perusahaan mampu menaikkan produktivitas sebesar 0,027 dengan jumlah produksi teh per
65
6.
Penentuan Bobot Rasio
Pembobotan merupakan salah satu langkah penting yang menunjukkan ukuran besaran potensi suatu kegiatan atau kriteria terhadap peningkatan kinerja. Bobot kriteria dicantumkan untuk menyatakan derajat kepentingan untuk tiap kriteria terhadap kinerja perusahaan. Penetapan bobot yang ideal dengan melibatkan sekelompok manager yang mengetahui keadaan dan lingkungan perusahaan. Penentuan bobot atau tingkat kepentingan masing-masing kriteria dilakukan dengan menyebar angket kepada kepada orang-orang yang yang berkompeten dalam dalam manajemen perusahaan. Angket yang disebarkan menggunakan skala likert dimana penilaian dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap masing-
66
Hasil pembobotan yang diperoleh untuk tiap rasio yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil pembobotan Tiap Rasio
Rasio responden
R 1
R 2
R 3
Total
1
3
2
3
8
2
3
4
3
11
3
4
4
3
11
4
3
3
3
8
5
3
3
4
10
6
3
3
3
9
7
4
3
3
10
8
4
4
4
12
9
3
3
3
9
67
g. pembentukan Objective Matrix (OMAX) Nilai-nilai yang diisikan pada matriks antara lain : h. Nilai tahap awal (skor 3) i. Nilai sasaran akhir (skor 10) j. Nilai terendah (skor 0) k. Nilai bobot konversi l. Nilai skor actual yang diperoleh dari nilai rasio pada matriks yang terdekat dengan nilai rasio aktual. m. Nilai kinerja tiap rasio yang didapat dari perkalian antara skor actual dengan nilai bobot konversi n. Indikator kinerja yang diperoleh dari penjumlahan total nilai kinerja semua
68
nilai kinerja terendah salama periode pengamatan. Kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2008. Nilai 34,15
Kg Jam
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4 periode pengamatan. Apabila dibandingkan dengan kinerja standar maka periode Juli 2009 mengalami penurunan kinerja sebesar 6,23% periode Mei 2008 mengalami kenaikan kinerja sebesar 12,15% dibandingkan dengan kinerja standarnya. Rasio (2) Rasio (2) merupakan perbandingan antara jumlah produk yang cacat/rusak
69
Rasio (3) Rasio (3) merupakan perbandingan antara Absensi tenaga kerja terhadap jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai tertinggi dari rasio (3) adalah nilai rasio terbesar yang terjadi pada periode Juli 2009 yaitu sebesar 0,285
Kg Orang
. Yang menunjukkan nilai kinerja tertinggi dan
nilai rasio yang terkecil sebesar 0,117 pada periode Agustus 2009 yang menunjukan nilai kinerja terendah salama periode pengamatan. Kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2009. Nilai 0,181
Kg
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4
70
periode pengukuran dapat dilihat dari nilai indikator awal. Perhitungan indeks produktivitas terhadap nilai indikator awal dari semua periode dapat dilihat pada lampiran 1. Perhitungan Indeks produktivitas (IP) =
Ii
Io
x100%
Io
Keterangan : IP = indeks produktivitas Ii = nilai indikator kinerja pad bulan i Io = nilai indikator awal Sedangkan, nilai indeks produktivitas relative antara satu periode pengukuran terhadap periode sebelumnya dapat dihitung sebagai berikut : Indeks Produktivitas Relatif (IPr) =
Ii
I
I
i
I
x100%
71
Adapun penjelasan dari hasil perhitungan pada tabel diatas sebagai berikut : Periode bulan Mei 2009 memiliki indikator kinerja sebesar 561 bila dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 terjadi kenaikan drastis sebesar 71,87%. nilai indikator awal diperoleh dari perkalian antara bobot dengan nilai skor 3 yang menunjukkan kinerja standar tenaga kerja pada saat pengukuran. Bulan Mei sudah mencapai target tujuan produktivitas yang ditetapkan perusahaan (target perurasahaan 30 %). Indeks produktivitas relatif menunjukkan besarnya peningkatan ataupun penurunan nilai produktivitas dibandingkan dengan periode sebelumnya. Nilai 561 pada bulan Mei 2009 menunjukkan bahwa periode Mei merupakan periode awal. Nilai kinerja pada periode bulan Mei 2009 mempunyai nilai kinerja yang
72
sehingga tenaga kerja dalam menghaslkan produk Teh Mahkota Dewa kurang maksimal. Periode bulan Juni 2009 memiliki indikator kinerja sebesar
366 bila
dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 Terjadi kenaikan cukup sebesar
27,08% Indeks produktivitas periode Juni 2009 secara keseluruhan
mengalami penurunan . Penurunan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar -25,90%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 102 dan menempati skor 3, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi kurang baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam pemanfaatan total hari kerja
73
besar yaitu sebesar
84,72% Indeks produktivitas periode Juli 2009 secara
keseluruhan mengalami penurunan . kenaikan yang cukup besar indeks produktivitas relatif terhadap periode Mei sebesar -31,20%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Nilai kinerja pada periode bulan Juli 2009 mempunyai nilai kinerja yang baik dibandingkan nilai indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 136 dan menempati skor 4, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang baik kurang dalam pemanfaatan total hari kerja yang tersedia untuk memproduksi Teh Mahkota Dewa seoptimal mungkin.
74
keseluruhan mengalami penurunan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar -30,18%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kurang baik dibandingkan Agustus 2009 mempunyai nilai kinerja yang baik dibandingkan nilai indikator awal Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 102 dan menempati skor 3, yang berarti rasio 1 berada pada kondisi
baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan
menunjukkan adanya efisiensi yang baik dalam pemanfaatan total hari kerja yang tersedia untuk memproduksi Teh Mahkota Dewa seoptimal mungkin. Rasio 2 diperoleh nilai kinerja 330 dan menempati skor 10, yang berarti rasio 2 berada pada kondisi
baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan
menunjukkan adanya efisiensi dalam meminimalisir produk cacat/rusak sehingga
75
Data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.11 Data-data pengukuran produktivitas tenaga kerja Mei
Juni
Juli
Agustus
2010
2010
2010
2010
Jumlah produk yang dihasilkan (kg)
5796
6552
6552
3950
Jumlah produk yang rusak/cacat
289,8
327,6
327,6
186,75
Jumlah tenaga kerja (orang)
16
14
15
17
Absensi tenaga kerja (orang)
2
4
3
1
183
100
Untuk periode
Jumlah total hari kerja (Jam) 164 188 (Sumber : Data sekunder) 1.
Perhitungan rasio
Rasio yang berkaitan dengan kuantitas Rasio 1
Jumlah produk yang dihasilkan
Jumlah Total hari Kerja
....................................................(4.1)
76
menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang menunjukan kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya pada sesungguhnya pada saat periode pengamatan. Hasil perhitungan selengkapnya pada tabel berikut : Tabel 4.12 Perhitungan Kinerja Standar (Skor 3)
Rasio
1 (Kg/Jam)
2 (Kg/Orang)
Nilai Rasio Empat periode Pengukuran (Mei-Agustus 2010) 35,34 34,85 35,80 39,50 0,05 0,05 0,05 0,047
Nilai Tahap Awal (Ri)
36,37
0,049
77
kondisi ekonomi, dan lain-lain. Nilai sasaran akhir atas tiap rasio atau tolak ukur kinerja yang digunakan diperoleh dari wawancara dengan atasan perusahaan. Target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen PT. Salama Nusantara sebesar 30%. target ini menunjukan sasaran akhir yang ingin dicapai dan selanjutnya digunakan untuk mengisi matrik pada baris skor 10. Rasio 1 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan, yang diperoleh dari penambahan nilai rasio maksimum yang terdapat pada bulan Mei 2010 sebesar 39,50 dengan target peningkatan 30%. 39,50+ (39,50 x 0,3) = 51,35 Nilai 51,35 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai PT. Salama
78
produksi teh mahkota dewa sebagai output maka, perusahaan mampu mencapai Target produktivitas sebesar 0,065 Rasio 3 Nilai pada baris skor 10 diisi dengan nilai rasio yang ingin dicapai perusahaan, yang diperoleh dari penambahan nilai rasio maksimum yang terdapat pada bulan Juni 2009 sebesar 0,285 dengan target peningkatan 30%. 0,285+ (0,285x 0,3) = 0,37 Nilai 0,37 menunjukan prestasi realistis yang mungkin dicapai PT. Salama Nusantara dalam
jangka pendek dengan jumlah input yang sama. Apabila
perusahaaan menggunakan tenaga kerja untuk berproduksi dengan jumlah produksi teh mahkota dewa sebagai output maka, perusahaan mampu mencapai
79
Perhitungan sebagai berikut : Rasio 1 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 2,14. Perhitungan sebagai berikut : 51,35
7
36,37
= 2,14
Nilai 2,14 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada sasaran akhir dengan nilai tahap awal lalu dibagi dengan 7 (jarak dari skor 3 ke skor 10). Peningkatan target produktivitas sebesar 30 % dapat diperoleh perusahaan apabila perusahaan mampu menaikkan produktivitas sebesar 2,14 dengan jumlah produksi teh per tenaga kerja tersedia sebagai indikatornya, dari kinerja standar yang dapat dicapai
80
Rasio 2 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,002. Perhitungan sebagai berikut : 0,065
0,049
7
= 0,002
Nilai 0,002 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada sasaran akhir dengan nilai tahap awal lalu dibagi dengan 7 (jarak dari skor 3 ke skor 10). Peningkatan target produktivitas sebesar 30 % dapat diperoleh perusahaan apabila perusahaan mampu menaikkan produktivitas sebesar 0,002 dengan jumlah produksi teh per tenaga kerja tersedia sebagai indikatornya, dari kinerja standar yang dapat dicapai perusahaan.
81
Rasio 3 interval dari nilai rasio tahap awal (skor 3) sampai akhir (skor 10) bertambah 0,026. Perhitungan sebagai berikut : 0,37
0,183
7
= 0,026
Nilai 0,026 diperoleh dari selisih antara nilai rasio pada sasaran akhir dengan nilai tahap awal lalu dibagi dengan 7 (jarak dari skor 3 ke skor 10). Peningkatan target produktivitas sebesar 30 % dapat diperoleh perusahaan apabila perusahaan mampu menaikkan produktivitas sebesar 0,026 dengan jumlah produksi teh per tenaga kerja tersedia sebagai indikatornya, dari kinerja standar yang dapat dicapai perusahaan.
82
6.
Penentuan Bobot Rasio
Pembobotan merupakan salah satu langkah penting yang menunjukkan ukuran besaran potensi suatu kegiatan atau kriteria terhadap peningkatan kinerja. Bobot kriteria dicantumkan untuk menyatakan derajat kepentingan untuk tiap kriteria terhadap kinerja perusahaan. Penetapan bobot yang ideal dengan melibatkan sekelompok manager yang mengetahui keadaan dan lingkungan perusahaan. Penentuan bobot atau tingkat kepentingan masing-masing kriteria dilakukan dengan menyebar angket kepada orang-orang yang berkompeten dalam manajemen perusahaan. Angket yang disebarkan menggunakan skala likert dimana penilaian dilakukan dengan memberikan pembobotan terhadap masing-
83
Hasil pembobotan yang diperoleh untuk tiap rasio yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.14 Hasil Pembobotan Tiap Rasio
Rasio responden
R 1
R 2
R 3
Total
1
3
2
3
8
2
3
4
3
11
3
4
4
3
11
4
3
3
3
8
5
3
3
4
10
6
3
3
3
9
7
4
3
3
10
8
4
4
4
12
9
3
3
3
9
84
g. pembentukan Objective Matrix (OMAX) Nilai-nilai yang diisikan pada matriks antara lain : 1. Nilai tahap awal (skor 3) 2. Nilai sasaran akhir (skor 10) 3. Nilai terendah (skor 0) 4. Nilai bobot konversi 5. Nilai skor actual yang diperoleh dari nilai rasio pada matriks yang terdekat dengan nilai rasio aktual. 6. Nilai kinerja tiap rasio yang didapat dari perkalian antara skor aktual dengan nilai bobot konversi 7. Indikator kinerja yang diperoleh dari penjumlahan total nilai kinerja semua
85
menunjukan nilai kinerja terendah salama periode pengamatan. Kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2010. Nilai 36,37
Kg Jam
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4
periode pengamatan. Apabila dibandingkan dengan kinerja standar maka periode Agustus 2010 mengalami kenaikan kinerja sebesar 8,60% periode Juni 2010 mengalami penurunan kinerja sebesar 4,17% dibandingkan dengan kinerja standarnya. Rasio (2) Rasio (2) merupakan perbandingan antara jumlah produk yang cacat/rusak
86
Rasio (3) Rasio (3) merupakan perbandingan antara Absensi tenaga kerja terhadap jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai tertinggi dari rasio (3) adalah nilai rasio terbesar yang terjadi pada periode Juni 2010 yaitu sebesar 0,285
Kg Orang
. Yang menunjukkan nilai kinerja tertinggi dan
nilai rasio yang terkecil sebesar 0,058 pada periode Agustus 2010 yang menunjukan nilai kinerja terendah salama periode pengamatan. Kinerja dari tenaga kerja yang sesungguhnya atau yang disebut dengan kinerja standar, dapat diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari periode Mei-Agustus 2010. Nilai 0,183
Kg
merupakan besarnya kinerja standar PT. Salama Nusantara selama 4
87
periode pengukuran dapat dilihat dari nilai indikator awal. Perhitungan indeks produktivitas terhadap nilai indikator awal dari semua periode dapat dilihat pada lampiran 1. Perhitungan Indeks produktivitas (IP) =
Ii Io
Io
x100%
Keterangan : IP = indeks produktivitas Ii = nilai indikator kinerja pad bulan i Io = nilai indikator awal Sedangkan, nilai indeks produktivitas relative antara satu periode pengukuran terhadap periode sebelumnya dapat dihitung sebagai berikut : Indeks Produktivitas Relatif (IPr) =
Ii I i I
I i
I
x100%
88
Adapun penjelasan dari hasil perhitungan pada tabel diatas sebagai berikut : Periode bulan Mei 2010 memiliki indikator kinerja sebesar 462 bila dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 terjadi kenaikan drastis sebesar 60,41%. nilai indikator awal diperoleh dari perkalian antara bobot dengan nilai skor 3 yang menunjukkan kinerja standar tenaga kerja pada saat pengukuran. Parameter yang digunakan antara lain jumlah produk yang dihasilkan, jumlah produk yang rusak, jumlah absensi tenaga kerja, jumlah total hari kerja, dan jumlah tenaga kerja. Indeks produktivitas secara keseluruhan meningkat pada bulan Mei sebesar 60,41%. Bulan Mei sudah mencapai target tujuan produktivitas yang ditetapkan perusahaan (target perurasahaan 30 %). Indeks produktivitas relatif menunjukkan besarnya peningkatan ataupun penurunan nilai produktivitas
89
Rasio 3 diperoleh nilai kinerja 264 dan menempati skor 8, yang berarti rasio 3 berada pada kondisi baik diatas standar (diatas baris skor 3 ) dan menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam system absensi tenaga kerja sehingga tenaga kerja dalam menghasilkan produk Teh Mahkota Dewa kurang maksimal. Periode bulan bulan Juni Juni 2010 2010 memiliki memiliki indikator kinerja sebesar
297 bila
dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 Terjadi kenaikan kenaikan cukup sebesar
3,125% Indeks produktivitas periode Juni 2010 secara keseluruhan
mengalami penurunan . Penerunan yang cukup besar indeks produktivitas produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar -35,71%. Dua rasio yang mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal
90
menunjukkan adanya efisiensi yang kurang dalam system absensi tenaga kerja sehingga tenaga kerja dalam menghasilkan produk Teh Mahkota Dewa kurang maksimal. Periode bulan bulan Juli 2010 memiliki indikator kinerja kinerja sebesar
430 bila
dibandingkan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 Terjadi kenaikan kenaikan cukup besar yaitu sebesar
49,30% Indeks produktivitas periode Juli 2010 secara
keseluruhan mengalami penurunan . kenaikan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar
44,78%. Dua rasio yang
mempunyai nilai kinerja dalam kondisi baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Nilai kinerja pada periode bulan Juli 2010 mempunyai nilai kinerja yang
91
sehingga tenaga kerja dalam menghasilkan produk Teh Mahkota Dewa kurang maksimal. Periode bulan bulan Agustus 2010 memiliki indikator indikator kinerja sebesar 796 bila dibandingkan dengan dengan indikator awal yaitu sebesar 288 Terjadi penurunan cukup besar yaitu sebesar 176,38% Indeks produktivitas periode Agustus 2010 secara keseluruhan mengalami penurunan yang cukup besar indeks produktivitas relative terhadap periode Mei sebesar 85,11%. Dua Dua rasio yang yang mempunyai nilai kinerja dalam kurang baik dibandingkan nilai kinerja indikator awal Nilai kinerja pada periode bulan Juli 2010 mempunyai nilai kinerja yang baik dibandingkan nilai indikator indikator awal. Rasio 1 diperoleh nilai kinerja 136 dan menempati skor 4, yang berarti
92
E. Perbandingan Produktivitas
Kemudian dilakukan perbandingan produktivitas dengan menggunakan diagram pareto dengan membandingankan Indeks produktivitas dan Indeks produktivitas relative selama 3 tahun yaitu 2008, 2009, dan 2010
93
F. Analisis Kriteria dengan diagram fishbone
Selanjutnya kriteria yang paling rendah dianalisa dengan diagram fishbone untuk mendapatkan hasilnya dengan menggunakan fa ktor-faktor pendukung
94
Faktor lingkungan ini dipengaruhi oleh kurangnya sirkulasi udara sehingga menimbulkan banyak debu dan serbuk-serbuk halus pada pabrik sehingga membuata para pekerja batuk-batuk dan suasana menjadi panas dan pengap. Faktor metode Pada faktor metode ini dipengaruhi oleh operator kurang maksimal dalam bekerja sehinga target yang diraih diperusahaan tersebut kurang jelas, serta metode yang digunakan kurang maksimal dalam bagaimana menghasilkan produksi dengan kapasitas yang maksimal Faktor material Pada faktor ini dipengaruhi oleh kurangnya komunikasi antara supplier dengan pihak pabrik sehingga material yang dibutuhkan oleh pabrik tersebut sedikit
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
yang
telah
dilakukan
terhadap
pengukuran
produktivitas tenaga kerja di PT. Salama Nusantara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kriteria yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja antara lain jumlah produk yang dihasilkan, jumlah produk yang rusak, jumlah tenaga kerja, jumlah hari total kerja, Absensi tenaga kerja yang kemudian dinyatakan ke dalam 3 rasio.
96
B. Saran
PT.Salama Nusantara sebaiknya melakukan pengukuran produktivitas tenaga kerja sacara sistematis dan berkelanjutan, karena dilihat dari grafik indikator pencapaian produktivitas tenaga kerja belum stabil, masih bersifat fluktuatif terhadap indikator pencapaian awal. Metode OMAX ini akan memberikan keuntungan kareana pengoperasiannya mudah, data-data mudah diperoleh dan tidak membutuhkan keahlihan khusus. Bila produktivitas dan analaisa secara sistematis dan berkelanjutan, PT. Salama nusantara akan mengetahui perkembangan industrinya, posisi industri dimasa sekarang dan perbandingan dengan masa yang lalu. Pemantauan produktivitas juga akan bermanfaat untuk mengetahui posisi PT. Salama
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Mahkota dewa tanaman penakluk kanker. Harian Kompas. 9 Mei 2009. Asosiasi Teh Indonesia. 2000. Reformasi sistem pemasaran teh untuk kelestarian industri teh Indonesia. bandung Gasperz, V., 2000, Manajemen Produktivitas Total Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gray dan Jurison. 1995. Productivity in The Office and The Factory. Body and Fraser Publishing Company. United States of America.
Riggs, J.L.1987. Production System. New York : John Wiley and Sons”s Ravinto, J.P. 1986. Produktivitas dan Pengukuran : Seri Produktivitas VIII. SIUP. Jakarta Sastrowinoto, S. 1985. Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Sinungan, M. 1997. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta Shimizu, M., 1991, Value Added Productivity Measurement , Prentice Hall, Tokyo Sinungan, M. 1997. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sumanth, D.J. 1984. Productivity Engineering and Management, Mc Graw Hill Book Company. Singapore
LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks OMAX periode Mei 2008
A
level Rasio Produktivitas 27.70
0.05
0.125
36.60
0.049 0.0491 0.0492 0.0493 0.0513 0.0533 0.0553 0.0573 0.0593 0.0613 0.0633
0.05 0.088 0.128 0.164 0.193 0.222 0.251 0.280 0.309 0.338 0.367
35.32 34.04 32.76 31.48
B
30.20 28.92 27.64 27.38 27.12 26.86
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 2 Matriks OMAX periode Juni 2008
A
level Rasio Produktivitas 28.16
0.05
0.285
36.60
0.049 0.0491 0.0492 0.0493 0.0513 0.0533 0.0553 0.0573 0.0593 0.0613 0.0633
0.05 0.088 0.128 0.164 0.193 0.222 0.251 0.280 0.309 0.338 0.367
35.32 34.04 32.76 31.48
B
30.20 28.92 27.64 27.38 27.12 26.86
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 3 Matriks OMAX periode Juli 2008
A
level Rasio Produktivitas 26.86
0.049
0.200
36.60
0.049 0.0491 0.0492 0.0493 0.0513 0.0533 0.0553 0.0573 0.0593 0.0613 0.0633
0.05 0.088 0.128 0.164 0.193 0.222 0.251 0.280 0.309 0.338 0.367
35.32 34.04 32.76 31.48
B
30.20 28.92 27.64 27.38 27.12 26.86
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 4 Matriks OMAX periode Agustus 2008
A
level Rasio Produktivitas 27.85
0.049
0.050
36.60
0.049 0.0491 0.0492 0.0493 0.0513 0.0533 0.0553 0.0573 0.0593 0.0613 0.0633
0.05 0.088 0.128 0.164 0.193 0.222 0.251 0.280 0.309 0.338 0.367
35.32 34.04 32.76 31.48
B
30.20 28.92 27.64 27.38 27.12 26.86
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 5 Matriks OMAX periode Mei 2009
A
B
level Rasio Produktivitas 30 47.16 45.24 43.39 41.54 39.69 37.84 35.99 34.14 32.76 31.38 30.00
0.05 0.049 0.0492 0.0494 0.0496 0.0516 0.0536 0.0556 0.0576 0.0596 0.0616 0.0636
0.125 0.117 0.138 0.159 0.180 0.207 0.234 0.261 0.288 0.315 0.342 0.369
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 6 Matriks OMAX periode Juni 2009
A
B
level Rasio Produktivitas 35.17
0.05
0.285
47.16
0.049
0.117
45.24
0.0492
0.138
43.39
0.0494
0.159
41.54
0.0496
0.180
39.69
0.0516
0.207
37.84
0.0536
0.234
35.99
0.0556
0.261
34.14
0.0576
0.288
32.76
0.0596
0.315
31.38
0.0616
0.342
30.00
0.0636
0.369
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 7 Matriks OMAX periode Juli 2009
A
B
level Rasio Produktivitas 36.28
0.05
0.2
47.16
0.049
0.117
45.24
0.0492
0.138
43.39
0.0494
0.159
41.54
0.0496
0.180
39.69
0.0516
0.207
37.84
0.0536
0.234
35.99
0.0556
0.261
34.14
0.0576
0.288
32.76
0.0596
0.315
31.38
0.0616
0.342
30.00
0.0636
0.369
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 9 Matriks OMAX periode Agustus 2009
A
B
level Rasio Produktivitas 35.16
0.049
0.117
47.16
0.049
0.117
45.24
0.0492
0.138
43.39
0.0494
0.159
41.54
0.0496
0.180
39.69
0.0516
0.207
37.84
0.0536
0.234
35.99
0.0556
0.261
34.14
0.0576
0.288
32.76
0.0596
0.315
31.38
0.0616
0.342
30.00
0.0636
0.369
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 9 Matriks OMAX periode Mei 2010
A
B
level Rasio Produktivitas 35.34
0.05
0.125
51.35
0.047
0.058
49.70
0.0476
0.099
47.56
0.0482
0.140
45.42
0.0488
0.181
43.28
0.0508
0.207
41.14
0.0528
0.233
39.00
0.0548
0.259
36.86
0.0568
0.285
36.19
0.0588
0.311
35.52
0.0608
0.337
34.85
0.0628
0.363
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 10 Matriks OMAX periode Juni 2010
A
B
level Rasio Produktivitas 34.85
0.05
0.285
51.35
0.047
0.058
49.70
0.0476
0.099
47.56
0.0482
0.140
45.42
0.0488
0.181
43.28
0.0508
0.207
41.14
0.0528
0.233
39.00
0.0548
0.259
36.86
0.0568
0.285
36.19
0.0588
0.311
35.52
0.0608
0.337
34.85
0.0628
0.363
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 11 Matriks OMAX periode Juli 2010
A
B
level Rasio Produktivitas 35.80
0.05
0.2
51.35
0.047
0.058
49.70
0.0476
0.099
47.56
0.0482
0.140
45.42
0.0488
0.181
43.28
0.0508
0.207
41.14
0.0528
0.233
39.00
0.0548
0.259
36.86
0.0568
0.285
36.19
0.0588
0.311
35.52
0.0608
0.337
34.85
0.0628
0.363
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 12 Matriks OMAX periode Agustus 2010
A
B
level Rasio Produktivitas 39.5
0.047
0.058
51.35
0.047
0.058
49.70
0.0476
0.099
47.56
0.0482
0.140
45.42
0.0488
0.181
43.28
0.0508
0.207
41.14
0.0528
0.233
39.00
0.0548
0.259
36.86
0.0568
0.285
36.19
0.0588
0.311
35.52
0.0608
0.337
34.85
0.0628
0.363
Nilai Performansi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Scores
Lampiran 13 Data Produksi dan Personalia
1. Data Produksi
Periode Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agts 2008 Mei 2009 Juni 2009 Juli 2009 Agts 2009 Mei 2010 Juni 2010 Juli 20010 Agts 2010
Jumlah Produk dihasilkan (kg) 5070 5070 5265 4875 6300 6612 6350 6048 5796 6552 6552 3950
Jumlah Produk yang rusak (Kg) 253.5 253.5 263.2 243.7 315 330.6 317.5 302.1 289.8 327.6 327.6 186.75
Lampiran 14 Nilai Indikator Performance Periode Awal
rasio 1 2 3
Bobot Non Konversi 33 33 30 Total
Skor tingkat 3 3 3 3
Nilai Indikator Periode awal 99 99 90 288