SKRIPSI
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
OLEH: OLEH:
RENY RAHMAWATI LUBIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2014
SKRIPSI
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA
OLEH:
RENY RAHMAWATI LUBIS NIM. 101211123050
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2014
PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM.) pada tanggal 11 Agustus 2014
Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M. S. NIP. 195603031987012001 195603031987012001
Tim Penguji: 1. Dr. Y. Denny Ardanto W., Ir., M.s. 2. Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes 3. Unjiati, S.KM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Oleh:
RENY RAHMAWATI LUBIS NIM.101211123050
Surabaya, 20 Agustus 2014 Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua Departemen,
Pembimbing,
Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si. NIP. 196903011994121001
Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes. NIP. 198005252005012004
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Reny Rahmawati Lubis NIM : 101211123050 Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas : Kesehatan Masyarakat Jenjang : Sarjana (S1) Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul: FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA. Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 20 Agustus 2014
Reny Rahmawati Lubis NIM 101211123050
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunian-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA“ sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Dalam skripsi ini dijabarkan faktor internal dan faktor eksternal penyebab terjadinya sisa makanan, karena makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan penunjang kesembuhan pasien selain obat. Sehingga nantinya dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam pemecahan masalah terjadinya sisa makan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Umum Surabaya. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Lailatul Muniroh, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbng yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran sehingga terselesaikan skripsi ini. Terimakasih dan penghargaan kami disampaikan pula kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2. Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 3. dr. Restu Kurnia Tjahyani, M.Kes., selaku direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4. Unjiati, SKM selaku ketua instalasi gizi RSU Haji Surabaya 5. Rekan-rekan selaku pegawai di RSU Haji Surabaya 6. Responden penelitian. 7. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, materi, dan semangat dalam penulisan skripsi ini. 8. Ria Dwi Arisandi, Agustina Weny Prashinta, Septari Herdina, dan Febrio Ramadhan selaku sahabat yang telah banyak memberi semangat dan bantuan. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkannya.
Surabaya, 20 Agustus 2014
ABSTRACT
Food service in hospital aims to provide quality food to support nutritional need in patient. Nutritional needs of patients will not fulfilled if there are many food waste. Food waste that occurs within a period of time will affect the cure of disease and the length of stay in hospital. The purpose of this research was to study the factors that related to food waste on inpatients instalation of General Hospital Haji Surabaya. This research was an observational, using cross-sectional design. The samples were 30 inpatients taken by purposive sampling. Analysis was performed using descriptive analysis with contingency coefficient to assess the strength of relationship. The results showed 53,3% of respondents left food more than 25% the majority of patient who had left over food were new patient 14%. The rest of the dishes on the highest is rice 40,7% and the low is fruit 12%. Internal factors that had very strong relationship to food waste was type of disease, meanwhile sex had strong relationship, other internal factor such as age, eating frequency, appetite and the perception of a food portion had a weak relationship. Food waste related to external factors on the other hand texture, color, flavor of food and length of stay had a moderate relationship. whether smell of food and food from outside the hospital had a weak relationship. Food waste in hospital was high more than 25%. The food waste influenced by internal and external factors. It can be suggested that research is nutritionist should give motivation to the new patient to be adhere and always eat food served by hospital, to improve patient health during hospitalization. Key words: inpatients, food waste, hospital
ABSTRAK
Penyelenggaraan makanan rumah sakit bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi pasien. Kebutuhan gizi pasien tidak akan terpenuhi jika masih banyak terdapat sisa makanan. Sisa makanan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kesembuhan penyakit dan lama rawat hari inap pasien. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian sebesar 30 pasien rawat inap yang diambil secara purposive sampling. Analisis data secara deskriptif dengan melihat koefisiensi kontingensi yaitu kuat lemah hubungan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien menyisakan makanan dalam jumlah banyak (> 25%) sebesar 53,3% dan yang paling banyak menyisakan makanan adalah pasien baru sebesar 14%. Sisa makan terbanyak pada nasi sebesar 40,7% dan terendah pada buah sebesar 12%. Faktor internal seperti jenis penyakit memiliki hubungan yang sangat kuat, jenis kelamin memiliki hubungan yang kuat, umur, frekuensi makan, nafsu makan, dan persepsi besar porsi makan memiliki hubungan yang lemah dengan terjadinya sisa makanan. Faktor eksternal tekstur, warna, rasa makanan dan lama hari rawat inap memiliki hubungan yang sedang, aroma makanan dan makanan dari luar rumah sakit memiliki hubungan yang lemah dengan terjadinya sisa makanan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masih terdapat pasien yang menyisakan makanannya >25%. Sisa makanan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Disarankan pada ahli gizi sebaiknya memberi motivasi khususnya kepada pasien baru untuk patuh dan selalu menghabiskan makanan yang disajikan rumah sakit karena makanan juga sebagai penunjang kesembuhan. Kata kunci: pasien rawat inap, sisa makanan, rumah sakit.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................... iv KATA PENGANTAR ...................................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .................................. vix BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang..................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah............................................................. 4 1.3 Rumusan Masalah ............................................................... 5 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8 2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit ............................................... 8 2.2 Peran Makanan dan Gizi untuk Pasien ............................... 9 2.3 Bentuk Makanan di Rumah Sakit ....................................... 9 2.3.1 Makanan Biasa ....................................................... 10 2.3.2 Makanan Lunak ....................................................... 10 2.3.3 Makanan Saring....................................................... 10 2.3.4 Makanan Cair ......................................................... 10 2.4 Sisa makanan ...................................................................... 11 2.5 Faktor yang berhubungan dengan sisa makan .................... 12 2.5.1 Faktor Internal ........................................................ 12 2.5.2 Faktor Eksternal ...................................................... 17 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................. . 21 3.1 Kerangka konsep penelitian................................................. 22 3.2 Penjelasan Kerangka Konsep Penelitian ...... ...................... 22 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................... 24 4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ................................. 24 4.2 Populasi Penelitian................................................................ 24 4.3 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24 4.3.1 Sampel .................................................................... 24 4.3.2 Besar Sampel .......................................................... 25 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .................................. 25 4.4 Lokasi dan Waku Penelitian ................................................ 25 4.4.1 Lokasi Penelitian .................................................... 25 4.4.2 Waktu Penelitian ..................................................... 25
BAB V
4.5 Variabel Penelitian ............................................................... 4.5.1 Variabel Tergantung ............................................... 4.5.2 Variabel Bebas ........................................................ 4.6 Definisi Operasional ............................................................ 4.7 Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data ........................... 4.8 Teknik Analisa Data ............................................................ HASIL PENELITIAN ...............................................................
25 25 26 26 28 28 29
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 29 5.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya .................................... 30 5.3 Moto, Nilai, Tujuan, dan Sasaran ............................................................. 30 5.4 Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya ............................................................. 32 5.4.1 Gambaran Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya .......... 32 5.4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya .................................... 32 5.5 Struktur Organisasi Instalasi RSU Haji Surabaya ..................................... 33 5.6 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya ......................................... 34 5.7 Analisis Univariat ..................................................................................... 35 5.7.1 Karakteristik Responden ......................................... 34 5.7.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ...................................... 35 5.7.1.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin .............................................. 36 5.7.2 Distribusi Frekuensi Sisa Makanan............................ 36 5.7.3 Distribusi Frekuensi Nafsu Makan ........................... 37 5.7.4 Distribusi Frekuensi Frekuensi Makan ..................... 38 5.7.5 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit .......................... 38 5.7.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Besar Porsi Makan .... 39 5.7.7 Distribusi Frekuensi Organoleptik ............................ 40 5.7.8 Distribusi Frekuensi Makanan dari Luar Rumah Sakit .............................................................. 41 5.7.9 Distribusi Frekuensi Lama Rawat Hari Inap ............. 42 5.8 Analisis Bivariat ................................................................. 43 5.8.1 Hubungan antara Umur dan Terjadinya Sisa Makanan ............................................................ 43 5.8.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dan Terjadinya Sisa Makan ................................................................ 44 5.8.3 Hubungan antara Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan .......................................... 44 5.8.4 Hubungan antara Frekuensi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan .......................................... 45 5.8.5
Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan .......................................... 46
5.8.6
Hubungan antara Persepsi Besar Porsi Makan
dengan Terjadinya Sisa Makanan ............................. 46 5.8.7
BAB VI
Hubungan antara Organoleptik dengan Terjadinya Sisa Makanan .......................................... 5.8.8 Hubungan antara Makanan Dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan ............................. 5.8.9 Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan terjadinya Sisa Makanan ............................................................ 5.8.10 Keterbatasan penelitian ............................................. PEMBAHASAN ......................................................................
47 50 51 52 53
6.1 Sistem Penyelenggaraan Makanan Di Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya ........................................................... 53 6.2 Karakteristik Responden ................................................... 53 6.2.1 Hubungan Umur dengan Terjadinya Sisa Makanan ....................................................... 53 6.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Terjadinya Sisa Makanan ...................................... 54 6.3 Sisa Makanan .................................................................... 55 6.4 Hubungan antara Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................................... 56 6.5 Hubungan antara Frekuensi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................................... 57 6.6 Hubungan antara Jenis penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................................... 58 6.7 Hubungan antara Persepsi Besar Porsi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan ...................................... 60 6.8 Hubungan Organoleptik dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................................... 61 6.8.1 Aroma.................................................................... 61 6.8.2 Tekstur .................................................................. 62 6.8.3 Warna ................................................................... 63 6.8.4 Rasa ...................................................................... 63 6.9 Hubungan antara Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................. 64 6.10 Hubungan antara Lama Rawat Hari Inap dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................. 65 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 67 7.1 Kesimpulan ........................................................................ 67 7.2 Saran .................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel
Halaman
4.1 Variabel, Defenisi Operasional, Cara Pengukuran dan Klasifikasi Skala Data ......................................................................................... 26 4.2 Kriteria nilai koefisien kontingensi .................................................... 28 5.1 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya .................................. 34 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ......................... 35 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 36 5.4 Distribusi Frekuensi Sisa Makanan ................................................... 36 5.5 Distribusi Frekuensi Nafsu Makan .................................................... 37 5.6 Distribusi Frekuensi Makan ............................................................... 38 5.7 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit ................................................... 39 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Besar Porsi Makan ............................. 40 5.9 Distribusi Frekuensi Organoleptik ..................................................... 40 5.10 Distribusi Frekuensi Makanan yang dibeli dan dibawakan dari Luar Rumah Sakit ...................................................................... 41 5.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Makanan yang dibeli dan dibawakan dari Luar Rumah Sakit .................................................... 42 5.12 Lama Rawat Hari Inap ..................................................................... 42 5.13 Hubungan Antara Umur dengan Terjadinya Sisa Makanan ............. 43 5.14 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Terjadinya Sisa ............... 44 5.15 Hubungan Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan ........... 44 5.16 Hubungan Frekuensi Makan dengan Terjadinya Sisa ...................... 45 5.17 Hubungan Jenis Penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan ........... 46 5.18 Hubungan Persepsi Besar Porsi Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan ..................................................................................... 47 5.19 Hubungan antara Aroma Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan ........................................................................................... 48 5.20 Hubungan antara Tekstur Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................................................... 48 5.21 Hubungan antara Warna Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................................................... 49 5.22 Hubungan antara Rasa Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................................................... 49 5.23 Hubungan Membeli Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................................. 50 5.24 Hubungan Dibawakan Makanan dari Luar Rumah sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan ................................................................. 51 5.25 Hubungan Lama Rawat Hari Inap dengan Terjadinya Sisa Makanan .................................................................................. 50
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar
Halaman
2.1 Alur penyelenggaraan Makanan ................................................... 9 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 21 5.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya ................. 33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman 1. Surat Izin Pengumpulan Data Awal Penyusunan Proposal Skripsi ........................................................................ 73 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penyusunan Proposal Skripsi ........................................................................ 74 3. Tata Tertib Penelitian di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya .. 75 4. Surat Permohonan Penelitian .................................................... 76 5. Sertifikat Kaji Etik .................................................................... 77 6. Penghadapan Mahasiswa Penelitian ......................................... 78 7. Penjelasan Penelitian ................................................................ 79 8. Kuesioner Penelitian ................................................................. 82 9. Standar Porsi Makanan ............................................................. 85 10. Pengukuran Sisa Makan ............................................................ 86 11. Penilaian Sisa Makan ................................................................ 87 12. Distribusi dan Tabulasi Silang .................................................. 88
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang %
= persen
>
= lebih dari
<
= kurang dari sama dengan = sigma
Daftar Singkatan PGRS
= pelayanan gizi rumah sakit
PHC
= port health center
AKG
= angka kecukupan gizi
g
= gram
LOS
= lenght of stay
MENKES
= mentri kesehatan
RSU
= rumah sakit umum
SDM
= sumber daya manusia
IPTEKDOK
= pengetahuan dan teknologi kedokteran
IPTEK
= ilmu pengetahuan dan teknologi
JCI
= the joint comission internasional
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan seperti pelayanan gizi rumah sakit (PGRS). Salah satu kegiatan PGRS adalah pengadaan dan penyediaan makanan. Penyelenggaraan makanan RS merupakan rangkaian kegiatan perencanaan menu hingga evaluasi, dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes RI, 2013). Pengadaan dan penyediaan makan yang diberikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit harus sesuai dengan diet penyakitnya (Almatsier, 2005). Diet yang dilakukan di rumah sakit disebut dengan diet rumah sakit ( Hospital Diet ) karena bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit. Lebih lanjut diet rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan imun tubuh dalam menghadapi penyakit, infeksi dan mendukung kesembuhan pasien dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan di dalam tubuh (homeostatis) (Hartono, 2006). Demikian juga menurut Proverawati dan Kusumawati (2010) mengatakan bahwa fungsi makanan dalam perawatan orang sakit adalah sebagai bentuk terapi diit dan penunjang kesehatan. Daya terima diet makanan pasien dapat dilihat dari jumlah sisa makanannya. Sisa makanan adalah porsi makan yang tersisa yang tidak dihabiskan oleh pasien
(Kemenkes RI, 2013). Sisa makanan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti, makanan tambahan di luar diet rumah sakit, cita rasa makanan yang kurang enak, tingkat adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit yang berbeda dengan lingkungan rumah sehingga mempengaruhi motivasi untuk makan. Makanan tambahan biasanya dibawa oleh keluarga pasien diluar dari diet yang diberikan rumah sakit karena alasan makanan tersebut adalah makanan kesukaan pasien (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Sisa makanan ini terjadi dari cara memilih makanannya, antara lain dipengaruhi oleh kesenangan ( food like), kebiasaan makan ( food habit ), kepercayaan serta tahayul ( food belief and food fadism) dan psikologi (Hartono, 2006). Faktor kesenangan ( food like) kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, pada seseorang yang hanya memakan makanan kesukaannya saja maka pemenuhan gizi akan menurun. Kebiasaan makan ( food habit ) pada keluarga seperti frekuensi makan keluarga sehari - hari. Kepercayaan serta tahayul ( food belief and food fadism ) kepercayaan merupakan keyakinan bahwa suatu fenomena
atau objek itu benar atau nyata. Kepercayaan biasanya turun dari orang tua, kakek atau nenek dan orang yang dihormati lainnya. Biasanya kepercayaan diterima tanpa bukti bahwa kepercayaan itu memang benar. Makanan yang tidak boleh dimakan karena ada alasan tahayul, larangan, dihindari dan berpantangan karena berbagai alasan yang merugikan, seperti pada ibu hamil. Di Kalimantan masih ada orang yang beranggapan bahwa ibu hamil harus menghindari 27 jenis ikan. Apabila dimakan dapat menyebabkan maruyan (gangguan pada kesehatan ibu), yaitu mabuk, merusak badan, dan sulit melahirkan. Jika ini dilakukan dalam
jangka waktu yang panjang maka akan mengakibatkan defesiensi zat gizi tertentu (Budiyanto, 2001). Psikologi pasien yang sedang dirawat di rumah sakit terkadang mengalami gangguan, seperti kecemasan dan depresi. Dampak dari psikologi pun akan mengakibatkan perasaan putus asa dan mempengaruhi hilangnya nafsu makan pasien (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Diet makanan di rumah sakit biasanya terasa hambar dan didukung dengan porsi yang banyak, ini akan membuat pasien tidak mampu untuk menghabiskan makanan yang disajikan, hingga akan menimbulkan sisa makanan. Hal ini akan berdampak buruk pada status gizi dan kesembuhan pasien (Almatsier, 2010). Penelitian Aula (2011) di Rumah Sakit Haji Jakarta menunjukkan bahwa rata–rata sisa makanan yang ada di Rumah Sakit Haji Jakarta mencapai 20,27% . Persentase sisa makanan jenis sayur sebesar 47,10% lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis makanan lainnya, sementara buah menunjukkan persentase sisa makanan paling rendah yaitu sebesar 11,07%. Penelitian Nida (2011) di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarbaru menunjukkan rata-rata sisa makanan pasien terbanyak pada jenis makanan sayur yaitu sebesar 67,8%, lauk hewani bersisa 52,2% dan lauk nabati bersisa 50,8%. Penelitian Witjaksono (2010) di Rumah Sakit PHC Surabaya pada makan pagi sebagian besar pasien menyisakan lauk hewani 62%, lauk nabati(58%, dan juga sayur 76% yang dihidangkan. Penelitian faktor yang mempengaruhi sisa makan penting untuk dilakukan karena, menurut Budiyono (2001) pasien yang tidak menghabiskan makan yang
disajikan
oleh
rumah
sakit
akan
berdampak
pada
kekurangan
nutrisi,
memperpanjang penyakit, dan lama rawat hari inap. 1.2 Identifikasi Masalah
Adanya sisa makan dirumah sakit akan berpengaruh buruk pada penyembuhan penyakit dan pemenuhan kebutuhan gizi pasien selama dirawat. Sisa makanan di rumah sakit memiliki jumlah dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan sisa makanan di institusi penyelenggaraan makan lain seperti restauran, cafe, kantin, tempat kerja, dan sekolah.
Berdasarkan survei pendahuluan pada sisa makan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya sisa makanan pasien terbanyak ada pada ruang Shafa 3A kelas II. Pada bulan Oktober 2013 jumlah rata–rata sisa makan terbanyak pada ruangan tersebut adalah pada lauk nabati sebesar 15% dan sayur sebanyak 23%.
Pada ruang
Marwah 1C kelas II dan III pasien banyak menerima diet makanan biasa dan ratarata menyisakan sisa makanan sebanyak 12% (Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, 2013). Faktor internal yang mempengaruhi sisa makan pasien seperti, umur, jenis kelamin, nafsu makan, frekuensi makan, jenis penyakit, dan persepsi besar porsi makan. Umur yang semakin bertambah, maka kepekaan indera seseorang seperti bau dan rasa akan menurun. Jenis kelamin, laki–laki akan mampu menghabiskan makanannya dibandingkan perempuan, ini terlihat bahwa berdasarkan Angka Kebutuhan Gizi (AKG) laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Kebiasaan makan seperti perbedaan frekunsi makan pasien sehari-hari di rumah bersama keluarga dengan frekunsi makan pasien di rumah sakit, jenis penyakit
yang mempengaruhi menurunya nafsu makan dan persepsi besar porsi makan pasien yang terlalu banyak. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi sisa makan pasien seperti, organoleptik, makanan dari luar rumah sakit, dan lama rawat hari inap. Organoleptik makanan yang disajikan dari segi aroma, tekstur, warna dan rasa yang tidak sesuai seperti, tidak beraroma, makanan yang bertekstur keras atau terlalu lunak, warna makanan tidak menarik, dan tidak memiliki rasa. Lama hari rawat inap yang mempengaruhi adaptasi atau akan menimbulkan rasa bosan pada makanan yang disajikan oleh rumah sakit, hal ini akan berdampak pada pasien untuk memakan makanan dari luar rumah sakit. Melihat beberapa masalah terjadinya sisa makanan pasien di rumah sakit dan dari studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, menjadi alasan untuk mempelajari faktor yang memiliki hubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, karena keberhasilan suatu pelayanan gizi antara lain dikaitkan dengan daya terima pasien terhadap makanan yang disajikan, cara ini merupakan evaluasi sederhana terhadap indikator keberhasilan pelayanan gizi (Susetyowati, 2010). 1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya?
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya . 1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari jumlah sisa makanan pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya . 2. Mempelajari Faktor internal seperti umur, jenis kelamin, nafsu makan, frekuensi makan, jenis penyakit, dan persepsi besar porsi makan dengan terjadinya sisa makanan pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya . 3. Mempelajari Faktor eksternal seperti organoleptik, makanan dari luar rumah sakit, dan lama hari rawat inap dengan terjadinya sisa makanan pasien di ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya . 1.4.3 Manfaat Penelitian 1.4.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dengan penelitian yang dilakukan dan menambah pengetahuan serta informasi mengenai faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan di rumah sakit.
1.4.3.2 Bagi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak rumah sakit dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pasien di ruang ruang rawat inap inap Rumah Sakit Sakit Umum Haji Haji Surabaya. 1.4.3.3 Bagi FKM
Dapat memberikan masukan dan referensi ilmu yang berguna serta sebagai bahan pembelajaran gizi mengenai faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan pasien dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pelayanan gizi rumah sakit sakit adalah kegiatan pelayanan gizi guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit untuk rawat inap ataupun rawat jalan, untuk metabolisme tubuh, meningkatkan derajat kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam upaya melakukan tindakan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif (Depkes (Depkes RI, 2007).
Keadaan gizi pasien berperan berperan
penting pada penyembuhan penyakit, sebaliknya penyakit mempengaruhi gizi pasien. Sering terjadi keadaan kondisi pasien semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan gizi untuk penyembuhan penyakitnya (Kemenkes RI, 2013). Rumah sakit mempunyai empat kegiatan Pelayanan Gizi yaitu asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan serta penelitian dan pengembangan. Pengertian penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkai kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, pendistribusian dan pencatatan pelaporan serta evaluasi (Kemenkes RI, 2013).
Pelayanan makanan pasien (7)
Penyediaan makanan di ruangan (6)
Perencanaan Menu (1)
Pengadaan bahan (2)
Pendistribusian makanan (5)
Penerimaan dan penyimpanan bahan 3 Persiapan dan pengolahan makanan (4)
Sumber: (Kemenkes RI, 2013). Gambar 2.1 Alur Penyelenggaraan Makanan Tujuan dari penyelenggaraan makanan rumah sakit ini adalah untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes RI, 2013). 2.2 Peran Makanan dan Gizi untuk Pasien
Makanan memiliki peran yang fundamental dalam tradisi agama, budaya dan etos. Bagi orang sakit, penyediaan makanan dan air harus dipandang sebagai pelayanan yang paling fundamental. Sebagai lambang kasih, pemberian makanan dapat membantu kesembuhan bukan hanya dari pasokan unsur-unsur gizinya tetapi juga dari ungkapan kasih yang sangat dibutuhkan oleh orang yang sakit. karena itu, seharusnya terapi gizi di dalam rumah sakit dipandang sebagai asuhan fundemental yang tidak boleh diabaikan untuk mempercepat kesembuhan (Hartono, 2006). 2.3 Bentuk – bentuk Makanan di Rumah Sakit
Makanan di rumah sakit dibedakan menjadi empat bentuk dan disesuaikan dengan keadaan pasien. Bentuk makanannya adalah seperti :
2.3.1
Makanan Biasa
Makanan biasa sama halnya dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. 2.3.2
Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan dengan makanan biasa. Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup. 2.3.3
Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus dari pada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan penyakit pasien, makanan dengan bentuk seperti ini dapat langsung diberikan kepada pasien dan merupakan peralihan dari makanan cair kental ke lunak. 2.3.4
Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental. Bentuk makanan seperti ini diberikan pada pasien yang memiliki gangguan mengunyah, menelan, dan mencerna makanan dikarenakan menurunnya kesadaran, suhu tubuh tinggi, mual, muntah, pasca pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan ini dapat diberikan secara oral atau pun parenteral (Almatsier, 2005).
2.4 Sisa Makanan
Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak dihabiskan oleh pasien (Kemenkes RI, 2013). Sisa makanan terbagi menjadi dua pengertian yaitu waste adalah makanan yang hilang karena tercecer dan platewaste adalah
makanan yang tidak habis dikonsumsi lalu terbuang. Sisa makanan di rumah sakit mengacu pada makanan yang disajikan. Sisa makanan di rumah sakit selalu jauh lebih tinggi dari pada jasa pelayanan makanan lainnya seperti restauran, cafe, kantin sekolah dan tempat kerja. Sisa makanan di tempat ini memiliki tingkat limbah sebesar 15%, tetapi di rumah sakit limbah atau sisa makanan bisa berkisar dua atau tiga kali lipat lebih tinggi. Sisa makanan ini terjadi oleh beberapa faktor seperti kondisi klinis pasien, makanan maupun menu (porsi makanan maupun pilihan menu yang terbatas), masalah layanan (kesulitan mengakses sistem pangan) dan dari faktor lingkungan (seperti lingkungan yang tidak menyenangkan karena merasa lingkungan rumah sakit beda dengan lingkungan rumah atau sanitasi rumah sakit yang kurang). Dua metode utama yang telah digunakan untuk menilai sisa makanan yaitu 1. Berat sisa makanan yang dikumpulkan dari total massal untuk populasi (misalnya semua makanan dari lingkungan) 2. Total sisa makanan dari setiap individu/bobot masing-masing komponen makanan di piring masing-masing (Williams Peter dan Karen Walton, 2011). Jumlah sisa makanan yang ada di dalam piring dihitung persentasenya dari berat makanan yang disajikan (Williams Peter dan Karen Walton, 2011).
Perhitungan sisa makanan menggunakan metode visual estimasi dengan skor skala 5 point Comtock sebagai berikut : 0 : makanan habis dikonsumsi dan tidak ada sisa (0%) 1: makanan dikonsumsi atau tersisa ¼ porsi (25%) 2 : makanan dikonsumsi atau tersisa ½ porsi (50%) 3 : makanan dikonsumsi atau tersisa ¾ porsi (75%) 4 : makanan utuh atau tidak dikonsumsi sama sekali (100%) Menurut Komalawati dkk (2005) hasil presentasi sisa makanan di dapat dengan rumus perhitungan sebagai berikut : (%)
( ) ( )
%
Setelah itu hasil skor sisa makan didapatkan dengan kategori 1. Memiliki sisa makanan banyak (> 25%) 2. Tidak bersisa, atau sisa makanan sedikit (< 25%) Sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien menyisakan makanan > 25%. Defesiensi zat gizi akan terjadi bila pasien menyisakan makanan > 25% (Renangtyas dkk, 2004) 2.5 Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien 2.5.1 Faktor Internal a. Karakteristik 1. Umur
Energi diperlukan akan semakin sedikit bila umur seseorang semakin tua, sebaliknya kebutuhan nutrisi akan meningkat bagi orang dalam masa pertumbuhan. Anak memiliki faktor kesulitan yang dapat mempengaruhi untuk
tidak menghabiskan makanan yang disajikan rumah sakit. Sekitar 25% pada usia anak memiliki kesulitan makanan, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak prematur dan memiliki penyakit kronik. Pada usia dewasa, zat gizi diperlukan untuk penggantian jaringan tubuh yang rusak, perombakan dan pembentukan sel. Pada usia ini aktivitas fisik meningkat seperti bekerja. Bekerja memerlukan pengeluaran energi cukup besar sehingga harus diimbangi dengan masukan energi dari makanan (Berman, 2003). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi, usia dewasa berkisar dari > 19-< 65 Tahun (Permenkes RI No. 75, 2013). Menurut hasil penelitian Nida (2011), ada hubungan antara sisa makanan dengan umur pasien, dimana pasien yang berumur > 35 tahun lebih banyak menyisakan makanannya dari pada pasien yang berumur < 35 tahun. Jenis makanan yang paling banyak sisa adalah sayur yaitu sebesar 93,1%. Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur. Menurunnya kemampuan dalam merasakan cita rasa ini akan mengganggu selera makan sehingga dapat mempengaruhi rendahnya asupan makanan seseorang dan menimbulkan makanan tersisa. 2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
daya terima
makanan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat-zat gizi berbeda antara pria dan wanita. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, tinggi badan yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. (Almatsier, 2010).
Menurut hasil penelitian Djamaluddin (2005), pasien perempuan mengkonsumsi nasi lebih sedikit dari pada pasien laki-laki, ini dikarenakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) laki-laki lebih besar dari pada perempuan, sehingga laki-laki mampu menghabiskan makanannya dibanding perempuan. Perbedaan kebutuhan energi antara perempuan dan laki-laki, di mana kalori basal perempuan lebih rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan kalori basal lakilaki. Perbedaan ini terlihat pada susunan tubuh, aktivitas, di mana laki-laki lebih banyak menggunakan kerja otot diri pada perempuan, sehingga dalam mengkonsumsi makanan maupun pemilihan jenis makanan, perempuan dan laki-laki mempunyai selera yang berbeda. b. Nafsu Makan Pasien Nafsu makan adalah reaksi psikologi terhadap makanan yang timbul karena pengalaman menyenangkan ketika menikmati makanan tersebut. Syaraf yang mengontrol lapar terletak diotak bagian hipotalamus lateral, sedangkan yang mengontrol kenyang terletak dihipotalamus ventromedical (Sandjaja, dkk , 2010). Lingkungan rumah sakit yang sangat berbeda dengan lingkungan rumah akan berdampak pada peningkatan tingkat stress pasien, sehingga nafsu makan pasien akan berkurang atau hilang (Kozier dan Erb, 2009). Didukung pernyataan oleh Proverawati dan Kusumawati (2010) bahwa nafsu makan pasien di rumah sakit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit yang diderita, psikologi, sosial budaya, jasmani dan lingkungan. Pasien yang selera makannya jelek cenderung memakan hidangan yang tampak menarik dan menggoda selera (Beck, 2011).
c. Frekuensi Makan
Ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa keluarga memiliki kebiasaan makan seperti frekuensi makan tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang dan malam. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan dua kali sehari yaitu makan siang dan malam, bahkan beberapa keluarga juga mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang (Budiyanto, 2002). Menurut Hasil penelitian Puspita (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan dengan terjadinya sisa makanan pasien di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Perbedaan kebiasaan makan di rumah dan di rumah sakit akan mempengaruhi daya terima pasien terhadap makanan. d. Jenis Penyakit Bagian penting dalam perawatan pasien adalah pemahaman tentang kebutuhan gizi pasien. Gizi yang baik akan membantu kesembuhan penyakit pasien dan menimbulkan perasaan lebih sehat (Beck, 2011). Makanan dengan penampilan dan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera seperti pengecapan atau pembauan (Hartono, 2006). Penyakit mempengaruhi terjadinya lidah sakit atau mulut pahit dan akan mempengaruhi daya terima makanan, oleh sebab itu sebaiknya ahli gizi memperhatikan makanan dan
memotivasi pasien yang memiliki daya terima makanan pasien yang kurang (Budiyanto, 2001). e. Persepsi Besar Porsi Makanan
Berdasarkan hasil penelitian Lumbantoruan (2012), ada perbedaan proporsi sisa makan antara pasien yang menilai besar porsi makanan sudah sesuai dengan menilai tidak sesuai. Pasien yang berpendapat porsi makan tidak sesuai memiliki 4,5 kali tidak menghabiskan makanan dibandingkan pasien yang berpendapat porsi makanan sudah sesuai. Berdasarkan hasil penelitian Mustafa (2012), tidak meratanya porsi makanan pasien di RSUD Mamuju pada menu pagi dan malam disebabkan karena beberapa hal, diantaranya karena petugas tidak memperhatikan standar porsi makanan yang sudah ditetapkan, dan kurang pengawasan pada bagian pendistribusian makanan, apalagi pasien banyak dan tenaga yang kurang, sehingga petugas yang bertugas pada saat itu tidak terlalu memperhatikan porsi makanan. Banyaknya makanan yang disajikan, dan kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makanannya. Besar porsi makanan berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan bahan makanan atau disebut dengan standar porsi. Standar porsi harus ditetapkan untuk setiap jenis makanan. Sisa makanan pasien akan meningkat bila makanan yang disajikan dalam porsi besar (NHS, 2005).
2.5.2
Faktor Eksternal
a. Organoleptik 1. Aroma Makanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aula (2011), terdapat hubungan antara aroma makanan dengan terjadinya sisa makanan. Responden menyatakan aroma makanan belum sesuai dan tidak menarik responden untuk mengkonsumsi makanan, oleh karena itu inilah yang menjadi penyebab kemungkinan responden untuk tidak menghabiskan makanannya. Alasan lain adanya hubungan aroma makanan dengan terjadinya sisa makanan adalah karena makanan di rumah sakit diolah dengan berbagai cara seperti, digoreng, panggang, tumis dan rebus. Pemasakan dengan panas yang tinggi seperti digoreng dan panggang akan menghasilkan aroma yang kuat. Lain halnya dengan makanan rebus yang hampir tidak mengeluarkan aroma, dalam hal ini karena senyawa yang mengeluarkan aroma larut dalam air. Adapun pasien yang memiliki kebiasaan tidak langsung mengkonsumsi makanan yang disajikan oleh rumah sakit, karena aroma makanan adalah senyawa yang mudah menguap. Hal ini berpengaruh pada hilangnya aroma makanan sehingga aroma makanan tidak dapat tercium lagi pada saat dimakan. 2. Tekstur Makanan
Hasil penelitiaan Nadimin (2012) menyatakan bahwa, pada tekstur makanan yang disajikan oleh rumah sakit masih kurang baik sehingga mempengaruhi daya terima pasien terhadap makanan. Masakan dengan tingkat kematangan yang tepat lebih dinikmati dari pada masakan yang terlalu matang.
Daya terima atau menurunnya sisa makanan di karenakan adanya variasi rasa makanan (bumbu, suhu, aroma, keempukkan tingkat kematangan). Tekstur keempukkan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh cara pengolahan. Tekstur makanan merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan, tekstur makanan yang terlalu keras atau terlalu lunak pada makanan yang disajikan oleh rumah sakit akan mengurangi rasa dari pada makanan itu sendiri dan berdampak pada terjadinya sisa makanan pasien (Sabarguna, 2005). 3. Warna Makanan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lumbantoruan (2012), ada perbedan proporsi sisa makanan antara responden yang menilai warna makanan sudah menarik dengan yang menilai tidak menarik. Pasien yang berpendapat warna makanan tidak menarik mempunyai peluang menyisakan makanan 3,5 kali lebih banyak dibandingkan pasien yang berpendapat bahwa makanan yang disajikan oleh rumah sakit sudah menarik. Kombinasi warna makanan adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk dilihat, karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen. Warna makanan memegang peranan penting dalam penampilan makanan, dari warna makanan tersebut dapat dilihat bahwa makanan tersebut masih berkualitas baik atau sudah jelek. Warna juga dapat digunakan sebagai indikator kematangan makanan. Apabila makanan yang dihidangkan tidak menarik maka betapapun
lezatnya rasa makanan tersebut, akan dapat menurunkan selera orang yang memakannya (Winarno 2002). 4. Rasa Makanan
Penilaian
terhadap
bahan
makanan
berbeda-beda,
tergantung
dari
kesenangan dan selera seseorang, misalnya rasa enak pada jenis makanan yang sama akan berbeda pada setiap orang. Rasa makanan bisa menyebabkan adanya sisa makanan pada pasien rawat inap, ini di karenakan rasa makanan dipengaruhi oleh suhu makanan, bumbu masak dan bumbu penyedap, tekstur makanan, bau atau aroma makanan. Diet makanan dari rumah sakit untuk pasien rawat inap dibuat rendah sampai pantang garam jadi makanan yang disajikan terasa hambar, sehingga makanan terasa kurang enak dan terjadilah makanan yang tersisa (Almatsier, 2010). b. Makanan dari Luar Rumah Sakit Berdasarkan hasil penelitian Aula (2011), terdapat hubungan adanya makanan dari luar rumah sakit dengan adanya sisa makan. Selain makanan dari rumah sakit yang dimakan, pasien juga memakan makanan dari luar rumah sakit, ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya sisa makan, dan apabila hal ini selalu terjadi artinya pasien selalu makan makanan dari luar, maka makanan yang disajikan oleh rumah sakit selalu tidak termakan habis, akhirnya akan berdampak pada sedikit banyak terjadinya sisa makanan (Catur,2003). c. Lama Hari Rawat Inap Length of Stay (LOS) yang disebut dengan lama hari rawat adalah
menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu
periode perawatan. Lamanya hari rawat inap pasien di rumah sakit akan mempengaruhi adanya sisa makan karena perasaan bosan pada makanan yang disajikan. Jika sisa makanan ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang akan menimbulkan terjadinya malnutrisi, dan akan mempengaruhi lamanya masa inap (lenght of stay) di rumah sakit serta akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan (Depkes RI, 2007).
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor Internal Umur
Nafsu makan
Frekuensi makan pasien
Aktivitas fisik
Gangguan pencernaan
Jenis kelamin
Jenis penyakit
Keadaan khusus
Persepsi besar porsi makan
Faktor pengobatan
Sisa makanan pasien
Faktor Eksternal
Keramahan, kebersihan dan keterampilan petugas
Suasana tempat perawatan
Makanan dari luar rumah sakit
Organoleptik
Jadwal makanan atau waktu makan
Lama hari rawat inap
Lingkungan : 1. Kebersihan lingkungan 2. Kebersihan peralatan
= Variabel yang Diteliti
= Variabel yang tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya sisa makan pasien di Rumah Sakit Haji Umum Surabaya. Dua faktor penyebab terjadinya masalah tersebut adalah oleh faktor internal dan faktor eksternal. Penjelasannya adalah sebagai berikut 1. Faktor Internal Internal Variabel Faktor internal yang memiliki hubungan dengan terjadinya sisa makan pasien adalah umur, jenis kelamin, nafsu makan, frekuensi makan, gangguan pencernaan, aktifitas fisik, keadaan khusus, jenis penyakit, faktor pengobatan, dan persepsi besar porsi makan. Pada penelitian ini hanya variabel umur, jenis kelamin, nafsu nafsu makan, frekuensi makan, makan, jenis penyakit dan persepsi besar porsi makan saja yang diteliti. Umur sering kali pula mengakibatkan sisa makan karena, pada usia anak-anak sering terjadi masalah seperti susah makan, sementara pada usia lanjut indra hidung pada papilla mengalami atropi sehingga mempengaruhi mempengaruhi kepekaan seseorang terhadap bau, rasa dan rangsangan mulut. Pada Jenis kelamin AKG laki-laki lebih besar dari pada perempuan sehingga lakilakilaki biasanya lebih mampu menghabiskan makanannya dibandingkan perempuan. Nafsu makan mempengaruhi terjadinya sisa makan pasien karena, pasien yang dirawat dirumah sakit sering merasa takut karena penyakit yang dideritanya, merasa tidak bebas, dan penyakit tertentu mengakibatkan rasa putus asa, waktu perawatan yang cukup lama sehingga hal itu semua menyebabkan pasien kehilangan nafsu maknannya. Frekuensi makan pasien di rumah sakit yang tidak sesuai dengan frekuensi makan pasien selama di rumah bersama keluarga juga
mempengaruhi terjadinya sisa makan. Jenis penyakit juga akan mempengaruhi sisa makan, karena pasien yang sedang sakit biasanya indra pembauan dan pengecapannya akan terganggu sehingga mempengaruhi dengan daya terima makannya. Persepsi besar porsi makan pasien yang disajikan terlalu banyak dan didukung dengan nafsu makan yang kurang akan berakibat pada terjadinya sisa makan. 2. Faktor Eksternal Eksternal Faktor eksternal yang memiliki hubungan dengan terjadinya sisa makan pasien adalah keramahan, kebersihan dan keterampilan petugas, suasana tempat perawatan, organoleptik, makanan dari luar rumah sakit, jadwal atau waktu makan, kebersihan lingkungan dan peralatan makan dan lama hari rawat inap pasien. Pada penelitian ini hanya variabel organoleptik, makanan dari luar rumah sakit, dan lama hari rawat inap pasien saja yang diteliti. Organoleptik makanan yang disajikan dari segi segi aroma, tekstur, warna warna dan rasa yang tidak sesuai seperti, tidak beraroma, makanan yang bertekstur keras atau terlalu lunak, warna makanan tidak menarik, dan tidak memiliki rasa akan mempengaruhi terjadinya sisa makanan pasien. Bila persepsi persepsi pasien terhadap makanan makanan dari rumah sakit sakit kurang memuaskan, ditambah dengan perasaan bosan, ini memungkinkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Lama hari rawat inap yang mempengaruhi adaptasi atau akan menimbulkan rasa bosan pada makanan yang disajikan oleh rumah sakit, sakit, sehingga akan mempengaruhi adanya adanya sisa makanan.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian
Berdasarkan sifatnya jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengn terjadinya sisa makanan. Data penelitian dikumpulkan secara cross sectional dengan pendekatan survey. 4.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di ruang Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4.3 Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.3.1 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang diambil berdasarkan : Kriteria inklusi : 1. Pasien dewasa berusia =19 tahun sampai < 65 tahun 2. Telah dirawat minimal 24 jam 3. Menerima diet makanan biasa berbentuk nasi 4. Bisa diajak berkomunikasi 5. Bersedia dijadikan responden penelitian dengan mengisi inform consent
Kriteria eksklusi 1. Mengalami gangguan pencernaan 2. Ibu hamil dan menyusui 3. Tidak bersedia menjadi responden 4.3.2
Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 pasien yang didapatkan dari ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4.3.3
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
penentuan sampel dari populasi yang ada
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi pada ruang rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.4.1
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4.4.2
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak studi pendahuluan yaitu dari bulan Oktober 2013 hingga dilakukan penelitian pada bulan Juni 2014.
4.5 Variabel Penelitian 4.5.1
Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sisa makanan pasien rawat inap Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 4.5.2 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, nafsu makan, frekuensi makan, jenis penyakit, persepsi besar porsi makan, organoleptik, makanan dari luar rumah sakit, dan lama hari rawat inap. 4.6 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Variabel, Defenisi Operasional, Cara Pengukuran dan Klasifikasi Skala Data Variabel Sisa Makanan Pasien
Definisi Operasional Total sisa makan pasien yang tidak dikonsumsi dari semua komponen makanan yang dihidangkan.
Cara Pengukuran Mengamati dan mencatat estimasi sisa makanan yang terdapat dalam baki, lalu menimbang berat sisa makanan menggunakan timbangan makanan dalam bentuk gram. Total sisa makanan dihitung menggunakan rumus untuk mendapatkan hasil presentasi (%)
Umur
Lamanya waktu hidup yang terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang dan penentuan dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun
Skala Data Nominal
( ) ( )
%
Hasil presentasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. >25% (sisa makanan banyak) 2. < 25% (sisa makanan habis, atau sedikit) Wawancara menggunakan kuesioner dengan menanyakan umur kepada pasien yang menjadi responden
Rasio
Jenis Kelamin
Organoleptik
Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Cara untuk menilai mutu pangan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
Persepsi Besar Porsi Makan
Penilaian subjektif besar porsi makanan yang disajikan rumah sakit
Makanan dari Luar Rumah Sakit
Makanan yang dikonumsi pasien yang tidak berasal dari instalasi gizi rumah sakit, baik yang membeli dari luar rumah sakit ataupun dibawakan oleh keluarga, teman ataupun kerabat ataupun karena pasien merasa bosan dengan makanan rumah sakit. Jumlah berapa kali kebiasaan pasien memakan makanan pokok dalam sehari sebelum masuk rumah sakit
Frekuensi Makan
Wawancara menggunakan kuesioner dengan menanyakan jenis kelamin responden 1. Laki -laki 2. Perempuan
Nominal
Wawancara menggunakan kuesioner dengan menanyakan bagaimana aroma, tekstur, warna dan rasa makanan yang disajikan dengan katagori 1. Sangat tidak suka 2. Tidak suka 3. Biasa 4. Suka 5. Sangat suka Wawancara menggunakan kuesioner dengan menanyakan bagaimana porsi makanan yang disajikan dengan katagori a. Sedikit b. Cukup c. Banyak Jenis makanan yang dibeli atau dibawakan dari luar rumah sakit? a. Minuman b. Buah c. Snack d. Makanan pokok e. Tidak pernah dibawakan makanan dari luar rumah sakit
Ordinal
Wawancara menggunakan kuesioner dengan menanyakan pola makan pasien dalam keluarga sehari-hari: a. 1 kali sehari b. 2 kali sehari c. 3 kali sehari d. Makan saat lapar saja
Nominal
Ordinal
Nominal
Nafsu Makan
Jenis Penyakit
Lama Hari Rawat Inap
Reaksi psikologi terhadap makanan yang timbul karena pengalaman menyenangkan ketika menikmati makanan tesebut. Penetapan penyakit kepada pasien yang berasal dari diagnosa dokter. Durasi sejak pasien masuk rumah sakit sampai penelitian dilakukan.
Wawancara dengan menanyakan bagaimana nafsu makan pasien selama sakit a. Nafsu makan tidak baik b. Nafsu makan baik
Nominal
Melihat penyakit pasien dari data rekam medik
Nominal
Wawancara dengan menanyakan berapa hari pasien telah dirawat di rumah sakit,
Nominal
4.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi a. Data sekunder: profil gambaran umum rumah sakit dan instalasi gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dan buku catatan jumlah porsi sisa makanan pasien Rumah Sakit Umum Haji Surabaya (survey pendahuluan). b. Data primer: hasil indep interview kepada petugas gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dan data yang didapat menggunakan lembar pengumpulan data (observasional) serta data kuesioner kepada pasien dari semua variabel yang diteliti seperti sisa makan pasien, umur, jenis kelamin, nafsu makan pasien, frekuensi makan, jenis penyakit, persepsi besar porsi makan, organoleptik, makanan dari luar, dan lama hari rawat inap pasien. 4.8 Teknik Analisis Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan menggunakan analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Pengambilan
sampel penelitian ini termasuk non probability maka, uji statistik tidak untuk melihat signifikansi tetapi dengan melihat koefisiensi kontingensinya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antar variabel.
Hasil menunjukkan
hubungan yang kuat jika nilai koefisien kontingensi mendekati 1 atau -1. Sebaliknya, hasil menunjukkan hubungan yang lemah jika nilai k oefisien kontingensi mendekati 0. Tabel 4.2 Kriteria nilai koefisien kontingensi Nilai Koefisien 0,00 – 0,25 0,26 – 0,50 0,51 – 0,75 0,76 – 1,00
Kuat Hubungan Hubungan Lemah Hubungan Sedang Hubungan Kuat Hubungan Sangat Kuat
Sumber: Buku Statistik Untuk Penelitian, Sugiyono, 2005
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Tingkat I Jawa Timur yang didirikan berkenaan dengan peristiwa yang menimpa para Jemaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun 1990 dan pada tanggal 17 April 1993 resmi dibuka sebagai rumah sakit umum kelas C Non Pendidikan. RSU Haji terletak di Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo, tepatnya di jalan Manyar Kertoadi Surabaya. Memiliki luas 2
2
lahan 24.000 m dengan luas bangunan 22.205 m , dimana setiap tahunnya mengalami perluasan bangunan seperti yang terjadi saat ini. Tanggal 21 September 1998, Nomor: 1006/MENKES/SK/IX/1998 Tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Haji Surabaya (Menetapkan Kelas B Non Pendidikan), sehingga kelas Rumah Sakit meningkat dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan. Namun dalam perkembangannya menjadi organisasi besar yang berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2008 tanggal 8 Agustus 2008 menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis pesialistik dan sub spesialistik. Unit rawat inap memiliki kapasitas 226 tempat tidur perawatan yang terdiri dari kelas utama (paviliyun), kelas I, II, dan kelas III B yang terdiri dari 60 tempat tidur untuk pasien miskin. Guna mendukung pengobatan dan pelayanan terhadap pasien, RSU
Haji Surabaya ditunjang dengan alat – alat medis canggih seperti CT-Scan, Brain Mapping dan alat – alat laboratorium terbaru lainnya.
5.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 5.2.1
Visi
Visi Rumah Sakit Haji Surabaya adalah: “Rumah Sakit pilihan masyarakat, prima dan islami dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian.” 5.2.2
Misi
Rumah Sakit Uum Haji mempunyai Misi: 1) Menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas melalui SDM yang profesional, mukhlis dan komitmen tinggi sesuai IPTEKDOK 2) Meningkatkan kualitas hidup sesuai harapan pelanggan 3) Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai 4) Mewujudkan wahana pembelajaran dan penelitian dalam upaya membentuk profesional yang handal 5) Menanamkan budaya kerja sebagai bagian dari ibadah dan professional 6) Mengembangkan program unggulan 7) Mengembagkan jejaring dengan institusi lain 5.3 Motto, Nilai, Tujuan, dan Sasaran 5.3.1
Motto
Rumah Sakit Umum Haji mempunyai Motto : “Menebar salam dan senyum dalam pelayanan”
5.3.2
Nilai
Rumah Sakit Umum Haji mempunyai Nilai: 1)
Dapat dipercaya (amanah), memberikan yang benar, tidak berkeluh kesah dan tidak melampaui batas
2)
Berakhlak mulia, menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan ikhlas
3)
Bekerja dalam kebersamaan
4)
Mau dan mampu mengadakan pembaharuan (inovatif) sesuai tantangan
5)
Mempunyai integrasi tinggi, hormat kepada sesame dan loyal kepada institusi sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Kata-kata manis (baik) itu adalah sedekah (juga)”
5.3.3
Tujuan
Rumah Sakit Umum Haji mempunyai tujuan melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan. Secara rinci tujuan adalah sebagai berikut: 1) Menciptakan budaya kerja melalui SDM yang amanah dan berakhlak mulia 2) Memiliki kondisi kerja yang kondusif 3) Meningkatkan produktifitas karyawan 4) Tercapainya standar pelayanan prima 5) Mau dan mampu menciptakan inovasi pelayanan 6) Meningkatkan kepuasan customer 7) Menurunkan complain customer 8) Meningkatkan pelanggan yang loyal
9) Meningkatkan kemandirian rumah sakit 5.3.4
Sasaran
Sasaran Rumah Sakit Umum Haji Surabaya adalah: 1) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit 2) Memenuhi sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit sesuai standar 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia rumah sakit 4) Terpeliharanya sarana, prasarana, peralatan rumah sakit 5) Meningkatkan manajemen rumah sakit 6) Meningkatkan pelayanan administrasi perkantoran rumah sakit 5.4 Instalasi Gizi Rumah Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 5.4.1
Gambaran Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya
Jenis pelayanan yang dilaksanakan oleh instalasi gizi adalah konsultasi gizi, perawatan gizi dan penyelenggaraan makanan kepada pasien. Pelayanan untuk konsultasi di poli jalan dan rawat inap berlangsung pada hari aktif, yakni hari senin sampai hari jum’at. 5.4.2
Visi, Misi, dan Tujuan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
5.4.2.1 Visi
Menjadi Instalasi Gizi Pilihan Masyarakat dengan Pelayanan Diet yang Enak dan memuaskan 5.4.2.2 Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada diagnose dan kepuasan pasien
b. meningkatkan SDM di bidang gizi klinik c. Mengadakan penelitian sesuai perkembangan IPTEK di bidang gizi klinik 5.4.2.3 Tujuan
a. Mewujudkan produk diet sesuai standard dan bercita rasa tinggi b. Mewujudkan SDM yang berpengetahuan tinggi, terampil dan mempunyai integritas c. Mewujudkan peralatan yang modern untuk proses penyelenggaran diet
pasien 5.5 Struktur Organisasi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Direktur
Wadir Pelayanan Medis Dan Keperawatan
Kepala Instalasi Gizi
Sekretaris
KOORDINATOR Penyelenggaraan Makanan Karyawan dan Pasien
KOORDINATOR Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap & Rawat Jalan
KOORDINATOR Monitoring Evaluasi & Peningkatan Mutu
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya 2014.
5.6 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya
Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur berdasarkan Permenkes No 26 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat jenis dan jumlah tenaga gizi. Berikut adalah klasifikasi dan jumlah tenaga kerja berdasarkan pendidikan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang disajikan pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya Tahun 2013
Pendidikan
Jumlah (orang) 2 1 8 6 8 3 1 29
Strata 1 (S1) D IV Gizi D III Gizi SPAG SMTK/SMK/SMU SMP SD Total
Jumlah tenaga gizi di instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya adalah sebesar 29 orang, dan sebagian besar berpendidikan D III Gizi yaitu berjumlah 8 orang. Sebagian besar tenaga kerja dengan tingkat pendidikan D III Gizi dan SMTK/SMK/SMU. Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu
pada
The
Joint
Comission
Internasional
(JCI) for
Hospital
Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit,
maka semakin baik pula standar akreditas rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan pelayan
gizi. Salah satu tujuan pelayanan gizi adalah mengadakan dan menyediakan makanan. Di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya makanan dibagikan oleh petugas instalasi gizi dengan jadwal pendistribusian makanan sebagai berikut : a. Makan pagi
: pukul 06.30-07.30 WIB
b. Snack pagi
: pukul 09.00 WIB
c. Makan siang
: pukul 11.30-12.30 WIB
d. Snack sore
: pukul 15.00 WIB
e.
: pukul 16.30-18.00 WIB
Makan malam
5.7 Analisis Univariat 5.7.1
Karakteristik Responden
Berikut adalah data karakteristik dari 30 responden penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin yang didapatkan dengan menggunakan lembar identitas responden. 5.7.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur adalah lamanya waktu hidup terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang, dan penentuan dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun. Umur pasien diketahui dengan melakukan wawancara. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur disajikan dalam Tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Umur > 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun Total
n 3 17 10 30
% 10 56,7 33,3 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden adalah berkisar pada umur 30-49 tahun, yaitu sebesar 56,7%. Sisanya sebes ar 33,3% pada katagori umur 50-64 tahun, dan sebesar 10% pada katagori umur >1929 tahun. Padapenelitian ini pasien umur pasien paling tinggi adalah 64 tahun, paling rendah 20 tahun, dan rata-rata pasien berumur 48 tahun. 5.7.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis kelamin pasien diketahui dengan melakukan wawancara. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 5.3 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Jenis Kelamin Laki–laki Perempuan Total
n 7 23 30
% 23,3 76,7 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebesar 76,7% dan sisanya sebesar 23,3% adalah laki–laki. 5.7.2
Distribusi Frekuensi Sisa Makanan
Sisa makan pasien adalah porsi makanan yang tersisa atau yang tidak dihabiskan oleh responden. Sisa makanan ini diketahui dengan metode visualisasi estimasi skor 5 point Comstock, lalu menimbang dan menghitung sisa makanan dari masing–masing hidangan menggunakan rumus untuk mendapatkan persen
sisa makanan. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan sisa makan disajikan dalam Tabel 5.4 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Sisa makan > 25% (Memiliki sisa makanan banyak) < 25% (Tidak bersisa, atau sisa makanan sedikit) Total
n 16
% 53,3
14
46,7
30
100
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sisa makanan >25% adalah sebesar 53,3%, sedangkan responden yang memiliki sisa makanan < 25% adalah sebesar 46,7%. 5.7.3
Distribusi Frekuensi Nafsu Makan
Nafsu makan merupakan reaksi psikologi terhadap makanan yang timbul karena pengalaman menyenangkan ketika menikmati makanan tersebut. Nafsu makan pasien dibagi menjadi dua, yaitu tidak baik dan baik. Nafsu makan responden diketahui dengan mengajukan pertanyaan bersifat subjektif pada responden saat di rumah sakit menggunakan lembar kuesioner. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan nafsu makan disajikan dalam Tabel 5.5 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Nafsu Makan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Nafsu Makan Tidak baik Baik Total
n 14 16 30
% 46,7 53,3 100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki nafsu makan yang baik, yaitu sebesar 53,3%, sisanya responden dengan nafsu makan tidak baik, yaitu sebesar 46,7%. 5.7.4
Distribusi Frekuensi Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah berapa kali kebiasaan pasien memakan makanan pokok dalam sehari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi makan tersebut adalah antara lain 1 kali sehari, 2 kali sehari, 3 kali sehari atau makan hanya saat lapar saja. Frekuensi makan responden diketahui dengan mengajukan pertanyaan menggunakan lembar kuesioner. Distribusi f rekuensi frekuensi makan responden berdasarkan frekuensi makan disajikan dalam Tabel 5.6 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Frekuensi Makan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Frekuensi Makan 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Makan saat lapar saja Total
n 7 9 13 1 30
% 23,4 30 43,3 3,3 100
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan frekuensi makan 3 kali sehari yaitu sebesar 43,3%, sisanya responden dengan frekuensi makan 2 kali sehari sebesar 30%, dan responden dengan frekuensi makan 1 kali sehari sebesar 23,4%, dan responden hanya makan saat lapar saja sebesar 3,3%. 5.7.5
Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit
Jenis penyakit merupakan penetapan penyakit kepada pasien yang berasal dari diagnosa dokter. Jenis penyakit yang diderita responden diketahui dengan cara
melihat dari data rekam medik. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan jenis penyakit disajikan dalam Tabel 5.7 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Jenis Penyakit Tumor Kanker Syaraf Jantung Hipokalemia Batu Ginjal Patah Tulang Kencing Batu Katarak Batu Empedu Total
n 4 2 1 6 1 2 6 3 3 2 30
% 13,3 6,7 3,3 20 3,3 6,7 20 10 10 6,7 100
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan jenis penyakit jantung dan patah tulang yaitu sebesar 20%. Sisanya responden dengan penyakit tumor sebesar 13,3%, kencing batu dan katarak sebesar 10%, penyakit kanker, batu ginjal, dan batu empedu sebesar 6,7%. Penyakit syaraf dan hipokalemia sebesar 3,3%. Namun beberapa responden mengalami penyakit penyerta seperti flu dan pilek. 5.7.6
Distribusi Frekuensi Persepsi Besar Porsi Makan
Persepsi besar porsi makanan merupakan penilaian subjektif responden terhadap besar porsi makanan yang disajikan rumah sakit. Penilaian tersebut adalah antara lain sedikit, cukup, dan banyak. Persepsi besar porsi makan diperoleh dengan mengajukan pertanyaan menggunakan lembar wawancara kepada responden. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan persepsi besar porsi makan disajikan dalam Tabel 5.8
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Besar Porsi Makan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Persepsi besar porsi makan Sedikit Cukup Banyak Total
N 2 13 15 30
% 6,7 43,3 50 100
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi besar porsi makan yang dinilai banyak, yaitu sebesar 50%, sisanya sebesar 43,3% responden memiliki persepsi besar porsi makan cukup, dan sebesar 6,7% responden memiliki persepsi besar porsi makan sedikit. 5.7.7
Distribusi Frekuensi Organoleptik
Organoleptik merupakan cara untuk menilai mutu pangan menggunakan indera manusia sebagai alat utama. Penilaian organoleptik makanan yang disajikan oleh rumah sakit meliputi aroma, tekstur, warna, dan rasa diperoleh dengan mengajukan pertanyaan bersifat subjektif pada responden saat di rumah sakit menggunakan lembar kuesioner. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan organoleptik disajikan dalam Tabel 5.9 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Organoleptik makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Penilaian Sangat tidak suka Tidak suka Biasa Suka Sangat suka Total
Aroma n % 1 3,3 2 6,7 11 36,6 14 46,7 2 6,7 30 100
Organoleptik Tekstur Warna n % n % 0 0 1 3,3 2 6,7 6 20 13 43,3 10 33,4 15 50 13 43,3 0 0 0 0 30 100 30 100
Rasa n 1 7 13 9 0 30
% 3,3 23,3 43,3 30 0 100
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai suka terhadap aroma makanan yang disajikan oleh rumah sakit, yaitu sebesar 46,7%. 50% menilai suka terhadap tektur makanan. 43,3% menilai suka terhadap warna makanan. 43,3% menilai biasa terhadap rasa makanan. 5.7.8
Distribusi Frekuensi Makanan dari Luar Rumah Sakit
Makanan dari luar rumah sakit merupakan makanan yang dikonsumsi oleh responden yang tidak berasal dari instalasi gizi rumah sakit, baik responden membeli sendiri atau yang dibawakan oleh keluarga, teman ataupun kerabat. Makanan yang dibawakan seperti berupa minuman, buah, snack , dan makanan pokok. Makanan dari luar rumah sakit diketahui dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien menggunakan lembar kuesioner. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan makanan dari luar rumah sakit disajikan dalam Tabel berikut ini. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Membeli dan Dibawakan Makanan dari Luar Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Makanan dari luar rumah sakit Membeli Dibawakan
Ya n 7 18
% 23,3 60
Tidak n % 23 76,7 12 40
Total n % 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan sebesar 23,3% responden membeli makanan dari luar rumah sakit, dan sebesar 60% responden dibawakan makanan dari luar rumah sakit.
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Makanan dari Luar Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Jenis makanan luar rumah sakit Buah Snack Makanan pokok Tidak ada makanan dari luar RS Total
Membeli n 0 4 3 23 30
% 0 13,3 10 76,7 100
Dibawakan n % 5 16,7 4 13,3 9 30 12 40 30 100
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa sebesar 13,3% responden membeli makanan dari luar rumah sakit berupa snack , dan 30% dibawakan makanan pokok dari luar rumah sakit. 5.7.9
Distribusi Frekuensi Lama Hari Rawat Inap
Lama hari rawat inap merupakan durasi sejak pasien masuk rumah sakit sampai penelitian dilakukan. Lama hari rawat inap responden diketahui dengan melihat data rekam medik. Distribusi f rekuensi responden berdasarkan lama rawat hari inap disajikan dalam Tabel 5.12 Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Lama Hari Rawat Inap pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Lama Hari Rawat Inap < 3 hari > 3 hari Total
N 24 6 30
% 80 20 100
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan rata – rata lama hari rawat inap < 3 hari yaitu sebesar 80%. Sisanya responden dengan lama hari rawat > 3 hari, yaitu sebesar 20%.
5.8 Analisis Bivariat 5.8.1
Hubungan antara Umur dan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara umur dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.13 di bawah ini Tabel 5.13 Hubungan Antara Umur dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
umur
>19-29 tahun 30-29 tahun 50-64 tahun
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit N % n % 3 30 0 0 7 23,3 10 3,3 6 20 4 13,3
Total n 3 17 10
% 10 56,6 33,4
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan umur 30-49 tahun banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 23,3%, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,149. 5.8.2
Hubungan antara Jenis Kelamin dan Terjadinya Sisa Makan
Hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya sisa makan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.14 di bawah ini
Tabel 5.14 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 3 10 4 13,3 13 43,3 10 33,3
Total n 7 23
% 23,3 76,7
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 43,3%, dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,526. Jenis kelamin responden memang lebih banyak perempuan, n amun secara perbandingan laki–laki 0,42 dan perempuan 0,56 yang mempunyai sisa makanan > 25%. 5.8.3
Hubungan antara Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara nafsu makan dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.15 di bawah ini Tabel 5.15 Hubungan Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Nafsu Makan
Tidak baik Baik
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 11 36,6 3 10 5 16,6 11 36,6
Total n 14 16
% 46,7 53,3
Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa responden dengan nafsu makan tidak baik lebih banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 36,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa nafsu makan pasien yang tidak baik mempunyai kecenderungan
untuk
menyisakan
makanan,
walaupun
secara
statistik
menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0.010. 5.8.4
Hubungan Makanan
antara
Frekuensi
Makan
dengan
Terjadinya
Sisa
Hubungan antara frekuensi makan dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.16 di bawah ini Tabel 5.16 Hubungan Frekuensi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Frekuensi Makan 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Makan saat lapar saja
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 7 23,3 0 0 5 16,6 4 13,3 3 10 10 33,3 1 3,33 0 0
Total n 7 9 13 1
% 23,3 30 43,3 3,3
Berdasarkan tabel 5.16 menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden dengan frekuensi makan 1 kali sehari cenderung membuat responden untuk menyisakan makan lebih banyak, yaitu sebesar 23.3%. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden 1 kali sehari mempunyai kecenderungan untuk menyisakan makanan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,008.
5.8.5
Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara jenis penyakit dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.17 di bawah ini Tabel 5.17 Hubungan Jenis Penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Jenis Penyakit
Tumor Kanker Syaraf Jantung Hipokalemia Batu Ginjal Patah Tulang Kencing Batu Katarak Batu Empedu
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 2 6,6 2 6,6 1 3,3 1 3,3 1 3,3 0 0 3 10 3 10 1 3,3 0 0 2 6,6 0 0 3 10 3 10 1 3,3 2 6,6 1 3,3 2 6,6 1 3,3 1 3,3
Total n 4 2 1 6 1 2 6 3 3 2
% 13,3 6,7 3,3 20 3,3 6,7 20 10 10 6,7
Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa responden dengan jenis penyakit jantung dan patah tulang, yaitu sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis penyakit
mempengaruhi
terjadinya
sisa
makanan,
dan
secara
statistik
menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,871. 5.8.6
Hubungan antara Persepsi Besar Porsi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara persepsi besar porsi makan dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.18 di bawah ini
Tabel 5.18 Hubungan Persepsi Besar Porsi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Persepsi Besar Porsi Makan Sedikit Cukup Banyak
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 0 0 2 6,6 5 16,6 8 26,6 11 36,6 4 13,3
Total n 2 13 15
% 6,6 43,4 50
Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap besar porsi makan yang disajikan oleh rumah sakit terkatagori banyak dan menyisakan sisa makanan, yaitu sebesar 36,6%. Hal ini menunjukkan pasien dengan persepsi besar porsi makan yang terkatagori banyak memiliki kecenderungan
untuk
menyisakan
makanan,
walaupun
secara
statistik
menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi sebesar yaitu 0,054. 5.8.7
Hubungan antara Organoleptik dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara organoleptik yang meliputi aroma, tekstur, warna, dan rasa dengan terjadinya sisa makan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada tabel–tabel di bawah ini
Tabel 5.19 Hubungan antara Aroma Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Aroma Makanan Sangat tidak suka Tidak suka biasa Suka Sangat suka
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 1 3,3 0 0 1 8 6 0
3,3 26,6 20 0
1 3 8 2
3,3 10 26,6 6,7
Total n 1
% 3,3
2 11 14 2
6,7 36,7 46,7 6,7
Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan biasa terhadap aroma makanan tetapi masih menyisakan makanan, yaitu sebesar 26,6%, dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,244. Tabel 5.20 Hubungan Antara Tekstur Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Tekstur Makanan Sangat tidak suka Tidak suka biasa Suka Sangat suka
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 0 0 0 0 2 7 7 0
6,6 23,3 23,3 0
0 6 8 0
0 20 26,6 0
Total n 0
% 0
2 13 15 0
6,6 43,4 50 0
Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan biasa dan suka terhadap tekstur makanan tetapi masih menyisakan makanan, yaitu
sebesar 23,3%, dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang sedang dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,364. Tabel 5.21 Hubungan Antara Warna Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Warna Makanan Sangat tidak suka Tidak suka Biasa Suka Sangat suka
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 1 3,3 0 0 4 6 5 0
13,3 20 16,6 0
2 4 8 0
6,6 13,3 26,6 0
Total n 1
% 3,3
6 10 13 0
20 33,3 43,4 0
Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan biasa terhadap tekstur makanan tetapi masih menyisakan makanan, yaitu sebesar 20%, dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang sedang dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,451. Tabel 5.22 Hubungan Antara Rasa Makanan dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Rasa Makanan Sangat tidak suka Tidak suka biasa Suka Sangat suka
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 1 3,3 0 0 5 7 3 0
16,6 23,3 10 0
2 6 6 0
6,6 20 20 0
Total n 1
% 3,3
7 13 9 0
23,3 43,4 30 0
Berdasarkan tabel 5.22 menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakan biasa terhadap rasa makanan tetapi masih menyisakan makanan, yaitu sebesar 23,3%, dan secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang sedang dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,356. 5.8.8
Hubungan Antara Makanan Dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan terjadinya sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada tabel–tabel di bawah ini Tabel 5.23 Hubungan Membeli Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Beli Makanan dari Luar Rumah Sakit Iya Tidak
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 5 16,6 2 6,6 11 36,6 12 40
Total n 7 23
% 23,3 76,7
Berdasarkan tabel 5.23 menunjukkan bahwa adanya sisa makanan pada responden yang membeli makanan dari luar rumah sakit, yaitu sebesar 16,6%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang membeli makanan dari luar rumah sakit mempunyai kecendrungan untuk menyisakan makanan yang disajikan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,273
Tabel 5.24 Hubungan Dibawakan Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Dibawakan Makanan dari Luar Rumah Sakit Iya Tidak
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 13 43,3 5 16,6 3 10 9 30
Total n 18 12
% 60 40
Berdasarkan tabel 5.24 menunjukkan bahwa responden yang dibawakan makanan dari luar rumah sakit cenderung memiliki sisa makan, yaitu sebesar 43,3%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang dibawakan makanan dari luar rumah sakit memiliki kecenderungan untuk menyisakan makanan yang disajikan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,011. 5.8.9
Hubungan Lama Rawat Hari Inap dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hubungan antara lama rawat hari inap dengan sisa makanan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.25 di bawah ini Tabel 5.25 Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Terjadinya Sisa Makanan pada Responden di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Lama Rawat Hari Inap < 3 hari > 3 hari
Sisa Makanan < 25% Sisa > 25% Sisa Makanan Habis Makanan Banyak atau Sedikit n % n % 14 46,6 10 33,3 2 6,6 4 13,3
Total n 24 6
% 80 20
Berdasarkan tabel 5.25 menunjukkan bahwa lama rawat hari inap < 3 hari lebih banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 46,6%. Hal ini menunjukkan
bahwa lama hari rawat inap kurang atau sama dengan tiga hari mempunyai kecenderungan memiliki sisa makan karena dipengaruhi oleh adaptasi terhadap makanan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang sedang dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,272. 5.8.10 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah 1. Penilaian organoleptik harus spesifik pada makanan tertentu. Namun pada penelitian ini tidak ditentukan makanan mana yang diuji organoleptik. 2. Peneliti tidak menanyakan siapa yang memakan makanan di rumah sakit, apakah keluarga pasien atau pasien sendiri.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Sistem Penyelenggaraan Makanan Di Instalasi Gizi RSU Haji Surabaya
Bentuk penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya yaitu menggunakan sistem semi outsourcing yaitu pihak kedua menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit (jasa boga). Fungsi ahli gizi di rumah sakit sebagai perencana menu, penentu standar porsi, pemesanan makanan serta, pemantauan kualitas dan kuantitas makanan. Di instalasi gizi RSU Haji Surabaya menerapkan distribusi makanan kombinasi yaitu, makanan untuk pasien kelas ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari tempat produksi, dan untuk makanan pasien paviliyun di dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan setelah sampai di ruang perawatan. 6.2 Karakteristik Responden 6.2.1 Hubungan Umur dengan Terjadinya Sisa Makanan
Pada usia dewasa, zat gizi diperlukan untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak, perombakan dan pembentukan sel. Pada usia ini aktivitas fisik meningkat seperti bekerja. Bekerja memerlukan pengeluaran energi cukup besar sehingga harus diimbangi dengan masukan energi dari makanan (Berman, 2005). Kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali bila terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya seperti sakit, sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih dari biasanya (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berumur 30-49 tahun yaitu sebesar 56,7%. Berdasarkan tabulasi silang umur 30-49 tahun paling banyak
menyisakan makanan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,149. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaludin (2005) di RS Sardjito Yogyakarta yaitu tidak ada hubungan antara umur dan sisa makan pasien karena kemungkinan porsi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien, dan rata-rata subjek menyatakan persepsi baik terhadap makanan yang disajikan. Lemahnya hubungan antara umur dan sisa makanan adalah dikarenakan faktor kondisi fisik. Menurut Wijayanti (2008) awal masa dewasa merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa ini kondisi fisik tidak hanya mencapai puncaknya tetapi juga mulai menurun. Asupan makan juga tergantung dari cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan yang meliputi bau, rasa, dan rangsangan mulut. Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur. 6.2.2
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Terjadinya Sisa Makanan
Jenis kelamin dapat mempengaruhi sisa makan karena, pada keadaan fisik yang sama, wanita dengan ukuran tubuh lebih kecil umumnya memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Menurut U.S Departement of Agriculture and U.S Departement of Health and Human Services (2010) jumlah
kalori yang dibutuhkan seseorang setiap hari bervariasi tergantung pada sejumlah faktor seperti usia seseorang, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan tingkat aktivitas fisik. Berdasarkan AKG 2013 usia laki-laki dewasa lebih banyak memerlukan energi per hari yaitu berkisar antara 2325-2725 kilo kalori dan perempuan usia dewasa hanya berkisar antara 1900-2250 kilo kalori (Permenkes
RI No. 75, 2013). Selain itu, sebagian besar perempuan mempunyai pantangan terhadap makanan. Oleh karena itu, penerimaan makanan pada laki-laki lebih baik daripada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara jenis kelamin responden dengan terjadinya sisa makan dengan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,526. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaludin (2005) di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta, ada hubungan antara sisa makan dengan jenis kelamin karena, pasien perempuan mengkonsumsi nasi lebih sedikit dari pada pasien laki-laki. Angka Kecukupan Gizi (AKG) lakilaki lebih besar dari pada perempuan, sehingga laki-laki mampu menghabiskan makanannya
dibanding
perempuan.
Perbedaan
kebutuhan
energi
antara
perempuan dan laki-laki, dimana kalori basal perempuan lebih rendah sekitar 510% dari kebutuhan kalori basal laki-laki. 6.3 Sisa Makanan
Sisa makanan merupakan banyaknya makanan pasien yang terbuang dalam alat makan yang ditarik kembali ke dapur setelah jam makan selesai. Sisa makanan dapat dilihat dari jumlah makanan yang masih ada di piring masingmasing pasien. Makanan yang tersisa di piring adalah suatu data kuantitatif yang bisa digunakan untuk evaluasi penyelenggaraan makanan. Di RSU Haji Surabay a perhitungan sisa makanan mengacu pada standar pelayanan minimal dari Depkes RI yaitu sisa makan tidak boleh > 20%, tetapi penelitian ini perhitungan sisa makanan menggunakan metode Comstock, karena metode ini didapatkan berdasarkan reverensi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden di
RSU Haji Surabaya terdapat sebesar 53,3% responden menyisakan makanan > 25%, dan sebesar 46,7% responden menyisakan makanan < 25%. Masing-masing hidangan yang tersisa seperti nasi sebesar 40,7%, lauk hewani sebesar 32,8%, lauk nabati 30%, sayur sebesar 23,6%, dan buah sebesar 12%. Bila makanan yang disajikan sudah sesuai dengan kebutuhan, tetapi tidak dihabiskan dan berlangsung dalam waktu lama, akan menyebabkan pasien mengalami defesiensi zat-zat gizi, sehingga terjadi hospital malnutrition. Tidak ada sel tubuh yang tahan pada efek kekurangan nutrisi. Makanan yang disediakan oleh instalasi gizi rumah sakit sudah diperhitungkan jumlah dan mutu gizinya, dan harus dihabiskan pasien agar penyembuhan dapat berjalan sesuai dengan program yang ditetapkan. (Budiyanto, 2001). Kecukupan gizi pasien yang didapatkan dari makanan harus dipenuhi setiap hari karena bermanfaat untuk menunjang kesembuhan, sebagai nutrisi saat sakit melalui makanan yang dikonsumsi selain obat-obatan. Melalui nutrisi makanan pun, jaringan-jaringan yang rusak karena sakit yang diderita dapat diperbaiki, sehingga dapat memperpendek waktu lama rawat hari inap (Depkes RI, 2007). 6.4 Hubungan antara Nafsu Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam pengaturan proses homeostatis, termasuk mengatur perilaku makan dan nafsu makan (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Berbagai macam pemeriksaan yang harus dijalani oleh orang sakit, sering sangat melelahkan, terlebih jika pemeriksaan ataupun tindakan yang dilakukan memakan waktu lama. Akibatnya setelah kembali ke bangsal, nafsu makan pasien sudah tidak ada lagi. Disisi lain,
kehilangan nafsu makan sebelum makanan disajikan dapat dikarenakan pasien menderita penyakit kronis yang memerlukan masa perawatan. Orang sakit kadang-kadang dengan mudah dapat menghafal menu makanan yang disajikan, karena biasanya menu makanan disusun untuk periode satu minggu atau lima belas hari, lalu dengan mudah pasien dapat menghafal jenis makanannya, rasa, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan nafsu makan yang tidak baik adalah sebesar 36,6% menyisakan makanan, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0,010. Lemahnya hubungan antara nafsu makan dan terjadinya sisa makanan dikarenakan pasien mendapatkan makanan dari luar rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan beberapa pasien mengatakan pasien tidak bernafsu untuk makan makanan yang disajikan oleh rumah sakit sehingga mempengaruhi pasien untuk makan makanan dari luar rumah sakit. Ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya sisa makan, dan apabila hal ini selalu terjadi artinya pasien selalu makan makanan dari luar, maka makanan yang disajikan oleh rumah sakit selalu tidak termakan habis, akhirnya akan berdampak pada terjadinya sisa makanan (Catur, 2003). 6.5 Hubungan antara Frekuensi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang dan malam. Ada juga keluarga yang mengembangkan pola makan dua kali sehari yaitu makan siang dan makan malam, bahkan beberapa keluarga juga
mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti sebelum kenyang (Budiyanto, 2001). Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 43,3% reponden mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari. Namun berdasarkan hasil tabulasi silang sebesar 23,3% responden dengan frekuensi makan satu kali sehari lebih banyak menyisakan makan, walaupun secara statistik menunjukkan hubungan yang lemah, yaitu dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,008. Lemahnya hubungan antara frekuensi makan dengan sisa makanan adalah adanya responden dengan pola makan kurang dari tiga kali sehari dengan tujuan diet. Diet dengan mengurangi frekuensi makan sebenarnya adalah diet yang tidak sehat (Heinberg dkk , 2006) karena tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Perbedaan kebiasaan frekuensi makan pada saat di rumah dan di rumah sakit akan mempengaruhi daya terima pasien terhadap makanan. Berdasarkan hasil wawancara, responden yang banyak menyisakan makanan adalah yang mempunyai kebiasaan makan satu kali sehari, yaitu hanya saat makan siang saja dan dua kali dalam sehari pada saat makan siang dan malam, dan sarapan paginya hanya mengkonsumsi kudapan dan teh manis. 6.6 Hubungan antara Jenis Penyakit dengan Terjadinya Sisa Makanan
Seseorang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit yang diderita akan mempengaruhi emosinya. Hal ini dapat menimbulkan rasa putus asa pasien yang mendalam. Rasa tidak senang dirawat di tempat yang sama sekali asing baginya, rasa takut karena sakit yang diderita, serta ketidakbebasan bergerak karena harus bedrest . Faktor-faktor ini perlu mendapatkan perhatian sehingga orang sakit mau
makan dan dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan kepadanya. (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian sebesar 20% responden dengan jenis penyakit jantung dan patah tulang. Secara statistik memiliki hubungan yang sangat kuat dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,871. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaludin (2005) di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta yaitu terdapat hubungan antara jenis penyakit dan sisa makanan responden. Jenis penyakit yang lebih banyak menyisakan makanan pada penelitian Djamaludin (2005) adalah jenis penyakit kanker karena pada umumnya penyakit kanker mempunyai tingkat stres yang lebih tinggi sehingga mempengaruhi turunnya nafsu makan. Hubungan yang sangat kuatnya antara jenis penyakit dengan terjadinya sisa makanan dikarenakan kondisi fisik responden yang lemah. Kondisi fisik pasien dapat mempengaruhi nafsu makan menjadi berkurang dan dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pasien terhadap makanan yang diberikan. Padahal ilmu kedokteran modern berpandangan bahwa terapi nutrisi bukan lagi pemberian makanan melainkan sudah menjadi terapi medis seperti halnya pengobatan dan tindakan medis lainnya (Hartono, 2006), karena makanan mengandung nutrisi untuk menunjang kesembuhan penyakit dan memperpendek lama rawat hari inap (Budiyanto, 2001). Jenis penyakit jantung dan patah tulang memiliki sisa makanan paling banyak, ini kemungkinan dikarenakan pasien mengalami depresi. Depresi bisa menyebabkan gangguan pada suasana hati karena menimbulkan rasa
sedih, putus asa, hilangnya minat untuk melakukan sesuatu hal hingga mengakibatkan perubahan nafsu makan. 6.7 Hubungan antara Persepsi Besar Porsi Makan dengan Terjadinya Sisa Makanan
Penentuan mutu makanan sangat bergantung pada cita rasa, warna, tekstur, suhu dan besar porsi makanan. Makanan yang mempunyai rasa enak, warna yang menarik, tekstur, suhu dan besar porsi yang pas tentu akan meningkatkan selera makan. Pasien yang memiliki persepsi porsi makan t erkatagori banyak, cenderung menyisakan makanan > 25%, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,054. Lemahnya hubungan antara persepsi besar porsi makan dengan sisa makanan adalah adanya responden dengan persepsi besar porsi makan terkategori banyak namun mampu menghabiskan makanan. Kebiasaan makan dapat mempengaruhi pasien dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Bila kebiasaan makan pasien sesuai dengan keseharian, baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden yang sebagian besar adalah pasien perempuan mengatakan bahwa porsi makan terlalu banyak khususnya pada nasi, sehingga responden berpendapat bahwa dengan porsi yang disajikan lebih tepat untuk pasien laki-laki karena pasti mampu untuk menghabiskan. Pasien lakilaki memberikan persepsi bahwa nasi yang diberikan terkategori cukup. Menurut National Health Service (2005) kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan
kebiasaan makanannya. Besar porsi makanan berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan bahan makanan atau disebut dengan standar porsi. Standar porsi
harus ditetapkan untuk setiap jenis makanan. Sisa makanan pasien akan meningkat bila makanan yang disajikan dalam porsi besar. Sebaiknya ahli gizi lebih memperhatikan tentang makanan terutama seseorang yang pada umumnya memang makan dengan porsi yang sedikit (Budiyono, 2010). 6.8 Hubungan Organoleptik dengan Terjadinya Sisa Makanan
Salah satu yang mempengaruhi agar makanan dapat memenuhi asupan pasien adalah cita rasa. Penampilan makanan yang menarik akan meningkatkan selera makan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang dihidangkan oleh rumah sakit. Penampilan makanan dapat merangsang syaraf melalui indera penciuman dan lidah. Masakan dengan tingkat kematangan yang tepat lebih dinikmati dari pada masakan yang terlalu matang (Nadimin dkk, 2012). Sama halnya menurut Budiyanto (2010) membuat makanan yang menarik dan cita rasa (selara makan) tinggi adalah hal yang sangat penting. Variasi dalam warna, tekstur, cita rasa dan temperatur makanan akan menarik perhatian pada makanan 6.8.1
Aroma
Menurut Winarno (2002) aroma makanan menentukan kelezatan bahan makanan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang lemah antara aroma makanan dengan terjadinya sisa makanan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,244. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaludin (2005) di RS Sardjito Yogyakarta bahwa, tidak ada hubungan antara aroma makan dengan terjadinya sisa makanan karena subjek berpresepsi baik terhadap aroma makanan yang disajikan. Lemahnya hubungan antara aroma makanan dengan sisa makan adalah adanya pasien yang dirawat dengan penyakit
penyerta seperti flu dan pilek. Hal inilah yang kemungkinan membuat responden memberikan penilaian bahwa makanan yang disajikan memiliki aroma tidak sedap. Orang sakit yang mengalami gangguan pernafasan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat menghabiskan makanannya (Proverawati, dan Kusumawati, 2010). Gangguan pernafasan dapat mengganggu nafsu makan sehingga mempengaruhi terjadinya sisa makanan. 6.8.2
Tekstur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang sedang antara tekstur makanan dengan terjadinya sisa makanan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,356. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lumbantoruan (2012) di Rumah Sakit Puri Cinere Depok bahwa ada hubungan antara tekstur makanan dengan terjadinya sisa makanan karena, pada umumnya responden merasa tekstur makanan yang diberikan belum cukup empuk. Tekstur makanan yang disajikan oleh RSU Haji Surabaya sudah terkategori baik. Sebesar 50% responden menyatakan suka terhadap tekstur makanan yang disajikan. Tekstur makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh cara pengolahan. Tekstur makanan harus disesuaikan dengan keperluan per individu, karena upaya penyediaan makanan dari tekstur makanan yang disesuaikan dengan keinginan pasien membuat pasien mudah untuk menerima nutrisi dari diet makanan yang diberikan (Budiyono, 2001).
6.8.3
Warna
Warna merupakan rangsangan pertama indera penglihatan. Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan (Budiyanto, 2001). Dalam suatu menu yang baik haruslah terdapat kombinasi warna lebih dari dua macam untuk membuat penampilan makanan menjadi lebih menarik. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang sedang antara warna makanan dengan terjadinya sisa makanan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,364. Hubungan yang sedang antara warna makanan dengan terjadinya sisa makanan di karenakan kebiasaan makan responden. Berdasarkan hasil wawancara, beberapa responden menyatakan tidak suka dengan warna hidangan rumah sakit seperti menu sayur tumis kacang saos tiram karena berwarna keruh dan ikan bandeng presto goreng berwarna coklat. Rata-rata responden memiliki kebiasaan makan dengan warna hijau pada sayur lebih banyak, ikan yang diberi bumbu kuning dan kuah sayur yang tidak keruh. Warna makanan yang tidak disukai akan mempengaruhi daya terima makanan pasien. Menurut Budiyanto (2001) pentingnya variasi warna di dalam pemberian makan pasien untuk meningkatkan selera makan. 6.8.4
Rasa
Selera makan pasien dapat ditingkatkan dengan mengupayakan rasa yang enak pada
makanan.
Menurut
Budiyono
(2010)
pengolahan
pangan
dengan
menggunakan bahan pembangkit cita rasa dan pewarna tertentu akan mampu membangkitkan selera makan. Namun, umumnya makanan di rumah sakit tidak
seenak makanan biasa karena pemberian bumbu sebagai penyedap makanan dibatasi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang sedang antara rasa makanan dengan terjadinya sisa makanan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,356. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lumbantoruan (2012) di Rumah Sakit Puri Cinere Depok yaitu ada hubungan antar rasa makanan dengan terjadinya sisa makan karena sebagian besar responden menyatakan bahwa makanan yang disajikan oleh rumah sakit tidak enak. Hubungan yang sedang antara rasa makanan dengan sisa makanan di karenakan ada responden dengan gangguan pengecapan, seperti mulut yang pahit. Pasien dengan mulut yang pahit akan mempengaruhi untuk merasakan makanan yang disajikan oleh rumah sakit (Budiyanto, 2001). 6.9 Hubungan antara Makanan dari Luar Rumah Sakit dengan Terjadinya Sisa Makanan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang membeli makanan dari luar rumah sakit, sebesar 16,6% dan menyisakan makanannya, walaupun secara statistik menunjukkan hubungan yang lemah dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,273. Jenis makanan yang lebih sering dibeli responden dari luar rumah sakit berupa snack yaitu sebesar 13,3%.
Sebesar
43,3% responden yang dibawakan makanan dari luar ru mah sakit dan menyisakan makanannya, walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,01. Jenis makanan yang sering dibawakan oleh keluarga, teman, ataupun adalah makanan pokok, yaitu sebesar 30%. Adapun makanan pokok yang dibawakan untuk responden adalah seperti
lontong, sop ayam, bakso dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Witjaksono (2010), tidak ada hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan terjadinya sisa makanan pasien di Rumah Sakit PHC Surabaya karena, responden tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Adapun alasan yang diberikan kenapa responden dibelikan dan dibawakan makanan dari luar rumah sakit adalah karena menu makanan rumah sakit sudah bisa diketahui, atau memang dengan sengaja tidak ingin memakan makanan yang disajikan oleh rumah sakit karena tidak terbiasa. Lemahnya hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan terjadinya sisa makan dikarenakan menurunnya nafsu makan pasien selama di rumah sakit karena penyakit yang diderita. Pasien yang memiliki nafsu makan yang menurun akan mengganggu daya terima makanan yang disajikan rumah sakit. Menurut Proverawati dan Kusumawati (2010) nafsu makan pasien di rumah sakit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit yang diderita, psikologi, sosial budaya, jasmani, dan lingkungan rumah sakit. 6.10 Hubungan antara Lama Rawat Hari Inap dengan Terjadinya Sisa Makanan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden dengan lama rawat hari inap < 3 hari cenderung memiliki sisa makan > 25%. Walaupun secara statistik memiliki hubungan yang sedang dengan nilai koefesien kontingensi sebesar 0.272. Hubungan yang sedang antara lama hari rawat inap dengan sisa makanan adalah dikarenakan proses adaptasi pasien di rumah sakit. Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah responden yang dirawat < 3 hari, menurut Kozier dan Erb (2009) adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan
eksternal yang dihadapi dan membutuhkan respon prilaku yang terus menurus. Pasien yang baru memasuki lingkungan rumah sakit akan mengalami proses adaptasi. Dirawat dirumah sakit berarti memisahkan orang sakit dari kebiasaan hidup sehari-hari, dan memasuki lingkungan yang masih asing baginya, termasuk orang yang mengelilinginya, dan adaptasi terhadap jenis makanan dan penampilan fisik makanan. Semua keadaan yang dikemukaan dalam proses adaptasi diawal rawat inap sering merupakan beban mental bagi orang sakit, yang apa bila tidak diperhatikan
akan
menghambat
mempengaruhi daya terima makanan.
proses
penyembuhan
penyakitnya
dan
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebesar 53,3% pasien menyisakan makanan (> 25%). Masing-masing hidangan yang tersisa pada jenis makanan nasi sebesar 40,7%, lauk hewani sebesar 32,8%, lauk nabati sebesar 30%, sayur sebesar 23,6% dan buah sebesar 12% 2. Faktor internal seperti jenis kelamin memiliki hubungan yang kuat, jenis penyakit memiliki hubungan yang sangat kuat, umur, nafsu makan, frekuensi makan, dan persepsi besar porsi makan memiliki hubungan yang lemah dengan terjadinya sisa makanan. 3. Faktor eksternal seperti tekstur, warna, rasa makanan dan lama rawat hari inap memiliki hubungan yang sedang, aroma makanan dan makanan dari luar rumah sakit memiliki hubungan yang lemah dengan terjadinya sisa makanan. 7.2 Saran
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran untuk instalasi gizi RSU Haji Surabaya sebagai berikut : 1. Perlu melakukan kontrol atau evaluasi sisa makanan pasien secara rutin, agar mengetahui perkembangan dari segi daya terima makanan pasien dan rata-rata biaya sisa makanan. 2. Meningkatkan selera makan pasien dengan memberikan garnish pada makanan di akhir pekan atau hari tertentu untuk semua pasien agar makan
lebih menarik, karena penyakit cenderung mempengaruhi nafsu makan menurun. 3. Ahli gizi sebaiknya mengunjungi pasien untuk menanyakan keluhan dari makanan rumah sakit dan memberi motivasi khususnya kepada pasien baru untuk patuh dan selalu menghabiskan makanan yang disajikan rumah sakit karena makanan juga sebagai penunjang kesembuhan selain obat. 4. Saran untuk pasien apabila tidak bisa sekaligus menghabiskan makanan secara langsung, maka makanlah dengan porsi kecil tetapi sering. 5. Saran untuk keluarga pasien agar mendampingi pasien saat makan, dan memastikan bahwa makanan habis dimakan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2005. Penuntun Diet Instalasi Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Permenkes RI Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Aula, L.E., 2011. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Program Studi Kesehatan Masarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Jakarta.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1812/1/L IZA%20ELLIZABET%20AULA-FKIK.PDF. Sitasi 23-10-2013 Beck, M.E., 2011. Ilmu Gizi dan Diet . Yogyakarta : ANDI Yogyakarta. Berman, A., 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb’s Techniques in Clinical Nursing. Jakarta : EGC Budiyanto, 2001. Dasar - Dasar Ilmu Gizi. Malang: MM Press. Catur, A., 2003. Buku Kumpulan Abstrak Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN). Jogjakarta :Asdi. Dariyo, A., 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT. Grasindo Departemen Kesehatan RI., 2007. Pelayanan Gizi Rumah Sakit . Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Djamaluddin, P. E.P. dan Paramastri Ira, 2005. Analisis Zat Gizi dan Biava Sisa Makanan pada Pasien Dengan Makanan Biasa. JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume1, No.3, Maret 2005: 108112.http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1824_MU.11030008.pdf. Sitasi 19-01- 2014. Hartono, Andry, 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit . Jakarta: Kencana
Heinberg, Leslie. J., Tompson, J. Kevin, Matzon, Jonas L. 2006 “Body Image Dissatisfaction as a Motivator for Healthy Lifestyle Change: Is Some Distress Beneficial”. Dalam Striegel, Ruth H., Moore, Smolak, Linda (Ed).2002. Eating Disorder (Innovative Directions in Research and Practice). Washington DC: American Psychological Association. Instalasi Gizi RS Haji Surabaya. 2013, Laporan tahunan Instalasi Gizi RS Haji Surabaya Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit . Jakarta. Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Komalawati, Dewi, dkk, 2005. Pengaruh Lama Rawat Hari Inap Terhadap Sisa Makanan Pasien Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, JurnalKESMAS Vol. 6. 2005:1 Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan klinis. Jakarta : Penerbit EGC. Lumbantoruan., D.B.S, 2012. Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya Dengan Sisa Makanan Biasa Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri Cinere Depok Bulan April – Mei 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Studi Serjana Gizi Universitas Indonesia Depok. http://lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20320509-S-PDFDian%2520Berdhika%2520Sari%2520Lumbantoruan.pdf&ei=8A_iUs0Ph oqtB8X1gaAF&usg=AFQjCNGjywPWhxkSXfAmRuDn8Yhg7Cbig&sig2=Gyuxi804VfbYvZdlBIf3Q&bvm=bv.59930103,d.bmk. Sitasi 16-01-2014 Mustafa Erni, Hadju.V, dan Jafar. N, 2012. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Makanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju Provinsi Sulawesi Barat . Artikel Penelitian Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.2, No.1, Agustus 2012 :2732.http://journal.unhas.ac.id%2Findex.php%2Fmgmi%2Farticle%2Fdown load%2F437%2F379&ei=Wi_jUsDpJc2JrAe0yIHYCg&usg=AFQjCNHN Hi7foTrL47l9aejHz2u9y3P8sw&sig2=H3C2iaohJmdoQI0ZSbtGGQ&bv m=bv.59930103,d.bmk. Sitasi 25-01-2014 Nadimin, Rauf, S., Ernawati, R., 2012. Daya Terima Pasien Terhadap Makanan di Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap. Jurnal Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012. http://share.pdfonline.com/b6b35b1500fb47228a290c8265e3f8ab/4.%20N ADIMIN.pdf. Sitasi 19-01-2014.
National Health Service (NHS), 2005. Managing Food Waste in the NHS . Department of Health England. NHS Estates.
Nida, K., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi. Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. http: //perpustakaanhb.files.wordpress.com/2011/11/skripsi3.pdf.Sitasi 1111-2013 Proverawati, dan Kusumawati, 2010. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Puspita, D.K., dan Rahay, S.R., 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diit Diabetes Mellitus. JurnalKESMAS 6 (2) (2011) 120126.http://journal.unnes.ac.id%2Fnju%2Findex.php%2Fkemas%2Farticle %2Fdownload%2F1762%2F1957&ei=TXXiUoCNNZCDogSzy4CwAg& usg=AFQjCNHKJ9Qpv9 qgi7Ob37EnThHWTFivA&sig2=ZMijf1z_koByRXMA0zrbnw&bvm=bv.59930 103,d.cGU. Sitasi 24-01-2014. Renangtyas, Dewi, dkk, 2004. Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar Resep Lauk Nabati Tepe Terhadap Daya Terima Dan Persepsi Pasien Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.1. no.1 Sabarguna, 2005. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit . Jakarta: Penerbit Konsorsium. Sandjaja, Budiman, B., Herartri, R., Afriansyah, N., Soekarti, M., Suharyati, Sudikno, dan Permeasih, D., 2010. Kamus Gizi. Jakarta : Kompas. Sugiono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Susetyowati, 2010. Status Gizi Awal berdasarkan Patient Generated Subjective GlobalAssessment (Pg-Sga) berhubungan dengan asupan zat gizi dan Perubahan Berat Badan pada Penderita Kanker Rawat Inap di RSUP DR.Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Gizi klinik Indonesia Vol.7(2):80-84. http://digilib.unnes.ac.id /gsdl// collect/ archiver /HASH OIDF/82f1e1ed. Sitasi 10-12-2010. U.S Departement of Agriculture and U.S Departement of Health and Human Services. 2010. Dietary Guidelines for Americans. www.dietaryguidelines.gov. Sitasi 05-07-2014.
Wahyuningsih, Kartikowati, 2009. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sisa Makanan Penderita Diit Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Darmo Surabaya. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Wijayanti, Rahayu, 2008. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Artritis Gout. Skripsi. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Williams Peter, dan Karen Walton, 2011. Plate Waste In Hospitals And Strategies For Change. e-SPEN, The European e- Journal of Clinical Nutrition and Metabolism 6 (2011) e235-e241. Winarno, F.G., 2002, Kimia Pangan dan Gizi . Jakarta :Gramedia. Witjaksono, L.A., 2010. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien di Ruang Perawatan Kelas I Rawat Inap Rumah Sakit PHC Surabaya. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
PENJELASAN PENELITIAN BAGI PASIEN
Penjelasan Penelitian
Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makan pada pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Sisa makanan pasien diketahui dengan metode visualisasi estimasi skor skala 5 point Comstock dan menghitung sisa makanan menggunakan rumus menjadi 2 skor katagori. Wawancara kepada pasien berkaitan dengan faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan baik dari segi internal maupun eksternal saat peneliti selesai menimbang sisa makan pasien dan bertempat di ruang rawat inap pasien dirawat. Perlakuan yang Diterapkan pada Subyek
Perlakuan yang di lakukan adalah peneliti mengajukan kuesioner dan menimbang sisa makanan pasien. Manfaat
Subyek penelitian bisa mengungkapkan kritik atau saran seperti keluhan dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan subyek dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan intervensi apapun melainkan hanya wawancara menggunakan kuesioner dan observasi.
Hak untuk Undur Diri
Keikutsertaan subyek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan responden.
Adanya Insentif untuk Subyek
Responden dalam penelitian ini tidak memperoleh souvenir dan biaya transportasi.
Jamian Kerahasiaan Responden
Data identitas pasien akan dijamin kerahasiaannya dengan baik dan disimpan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Contact Person
Untuk informasi dan keterangan lebih lanjut dapat menghubungi peneliti yaitu RENY RAHMAWATI LUBIS dinomer 085754585881 Prosedur Penelitian
Menjelaskan penelitian sebelum mengajukan pertanyaan menggunakan kuesioner terkait: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perlakuan yang ditetapkan pada subyek Manfaat Bahaya potensial Hak untuk undur diri Adanya insentif untuk subyek Contact person
Memberikan kesempatan kepada calon responden untuk bertanya terkait penjelasan penelitian
Penandatangan inform consent
Mengajukan pertanyaan menggunakan kuesioner terkait faktor – faktor terjadinya sisa makan pasien
INFORMED CONSENT (PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Hp/Tlp :
: : : :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai : 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penelitian yang berjudul: “Faktor – Faktor Yang Berhubunan dengan Terjadinya Sisa Makan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya” Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek Manfaat ikut sebagai subyek penelitian Bahaya yang akan timbul Hak untuk undur diri Adanya insentif untuk subyek Contact person peneliti
dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Surabaya, April 2014 Peneliti,
Responden,
Reny Rahmawati Lubis
……………………………… Saksi,
…………………………………………… (Keluarga/penunggu) *) Coret salah satu
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA TAHUN 2014
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor Responden
: .......
2. Nama Ruangan Rawat
: .............................................
3. Nomor Kamar
: .......
4. Tanggal Masuk Rumah Sakit
: ......./ ......./ .......
: 5. Nama Pasien .......................................................................................
6. Jenis Kelamin
7. Umur 8. Pendidikan
Laki - Laki Perempuan
Tidak sekolah atau tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT
: 9. Penyakit yang di Derita ........................................................................................
10. Lama Hari Rawat Inap
: ....... Hari
Nafsu makan pasien 1. Bagaimana nafsu makan anda selama di rumah sakit a. Tidak baik b. Baik Apa alasannya? Frekuensi makan 1. Berapa kali anda makan dalam sehari e. 1 kali sehari f. 2 kali sehari g. 3 kali sehari h. Makan saat lapar saja Apa alasannya? Persepsi besar porsi makan 1. Bagaimana menurut anda besar porsi makan yang disajikan oleh rumah sakit? a. Sedikit b. Cukup c. Banyak Apa alasannya? Organoleptik
Variabel
Aroma
Tekstur
Warna
Rasa
Skor
Sangat tidak suka 1
Tidak suka 2
Biasa
Suka
3
4
Sangat suka 5
Alasan
Makanan dari luar rumah sakit 1. Apakah anda pernah membeli makanan dari luar rumah sakit? a. Tidak b. Iya Apa alasannya? 2. Jika iya makanan seperti apa yang pernah anda beli dari luar rumah sakit? a. b. c. d. e.
Minuman Buah Snack Makanan pokok Tidak pernah membeli makanan dari luar rumah sakit
Apa alasannya? 3. Apakah anda pernah dibawakan makanan dari luar rumah sakit? a. Tidak b. Iya Apa alasannya? 4. Jika iya makanan seperti apa yang pernah anda beli dari luar rumah sakit? a. b. c. d. e.
Minuman Buah Snack Makanan pokok Tidak pernah dibawakan makanan dari luar rumah sakit
Apa alasannya?
Standar Porsi Makanan
Hari / Tanggal
:
Siklus menu ke
:
Waktu Makan
: (pagi/siang/malam)
No
Nama Bahan Makanan
1
Nasi
2
Lauk hewani
3
Lauk Nabati
4
Sayur
5
Buah
Berat Per Porsi (gr)
Pengukuran Sisa Makanan
Waktu makan
Makan pagi Makan siang Makan malam
Jenis Makanan yang Diberikan dalam satuan gram (gr) Nasi Lauk Lauk Sayur Buah Hewani nabati
Penilaian Sisa Makanan
Waktu makan
Jenis Makanan
Standar Porsi (gr)
Sisa Makanan (gr)
Makan Pagi
Nasi Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Makan Siang Nasi/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Makan Malam Nasi/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Total
Dari perhitungan semuanya di hitung kembali untuk mendapatkan persen sisa makanan menggunakan rumus : (%)
(
( )
)
%
Keterangan hasil : 3. ( ) > 25% Memiliki sisa makanan banyak 4. ( ) < 25% Tidak bersisa, atau sisa makanan sedikit
Tabulasi Frekuensi dan Tabulasi Silang
Frequencies Statistics Umur N
Valid Missing
30 0 umur Frequency
Valid
>19 - 29
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
3
10.0
10.0
10.0
30 - 49
17
56.7
56.7
66.7
50 - 64
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics jenis kelamin N
Valid Missing
30 0 jenis kelamin Frequency
Valid
laki - laki
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
7
23.3
23.3
23.3
perempuan
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics sisa makan N
Valid Missing
30 0 sisa makan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
>25% memiliki sisa makanan
16
53.3
53.3
53.3
<= 25 tidak memiliki sisa makanan
14
46.7
46.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics nafsu makan N
Valid
30
Missing
0 nafsu makan
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
14
46.7
46.7
46.7
baik
16
53.3
53.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics frekuensi makan N
Valid
30
Missing
0 frekuensi makan Cumulative Frequency
Valid
Valid Percent
Percent
1 kali sekali
7
23.3
23.3
23.3
2 kali sehari
9
30.0
30.0
53.3
3 kali sehari
13
43.3
43.3
96.7
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
makan saat lapar saja Total
Frequencies Statistics jenis penyakit N
Percent
Valid Missing
30 0
jenis penyakit Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tumor
4
13.3
13.3
13.3
Kanker
2
6.7
6.7
20.0
Syaraf
1
3.3
3.3
23.3
Jantung
6
20.0
20.0
43.3
Hipokalemia
1
3.3
3.3
46.7
Batu staghorn ren
2
6.7
6.7
53.3
Patah tulang
6
20.0
20.0
73.3
Kencing Batu
3
10.0
10.0
83.3
Katarak
3
10.0
10.0
93.3
Batu empedu
2
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
Frequencies Statistics persepsi besar porsi makan N
Valid
30
Missing
0 persepsi besar porsi makan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sedikit
2
6.7
6.7
6.7
cukup
13
43.3
43.3
50.0
banyak
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics aroma N
Valid Missing
30 0 aroma Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak suka
1
3.3
3.3
3.3
tidak suka
2
6.7
6.7
10.0
biasa
11
36.7
36.7
46.7
suka
14
46.7
46.7
93.3
2
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
sangat suka Total
Frequencies Statistics tekstur N
Valid
30
Missing
0 tekstur Frequency
Valid
tidak suka
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.7
6.7
6.7
biasa
13
43.3
43.3
50.0
suka
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics warna N
Valid Missing
30 0
warna Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak suka
1
3.3
3.3
3.3
tidak suka
6
20.0
20.0
23.3
biasa
10
33.3
33.3
56.7
suka
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics rasa N
Valid Missing
30 0 rasa Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak suka
1
3.3
3.3
3.3
tidak suka
7
23.3
23.3
26.7
biasa
13
43.3
43.3
70.0
suka
9
30.0
30.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics beli makanan luar RS N
Valid
30
Missing
0 beli makanan luar RS Frequency
Valid
tidak
Valid Percent
Cumulative Percent
23
76.7
76.7
76.7
7
23.3
23.3
100.0
30
100.0
100.0
iya Total
Percent
Frequencies Statistics jenis makanan luar RS yang dibeli N
Valid
30
Missing
0 jenis makanan luar RS yang dibeli Frequency
Valid
tidak membeli
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
23
76.7
76.7
76.7
snack
4
13.3
13.3
90.0
makanan pokok
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
Frequencies Statistics makanan luar RS yang dibawakan N
Valid
30
Missing
0 makanan luar RS yang dibawakan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
12
40.0
40.0
40.0
iya
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics jenis makanan RS yang dibawakan N
Valid
30 0
Missing
jenis makanan RS yang dibawakan Frequency Valid
tidak pernah dibawakan
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
40.0
40.0
40.0
buah
5
16.7
16.7
56.7
snack
4
13.3
13.3
70.0
makanan pokok
9
30.0
30.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
Frequencies Statistics nafsu makan N
Valid
30
Missing
0 nafsu makan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak baik
14
46.7
46.7
46.7
baik
16
53.3
53.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequencies Statistics lama hari inap N
Valid Missing
30 0 lama hari inap Frequency
Valid
<=3 hari >3 hari Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
24
80.0
80.0
80.0
6
20.0
20.0
100.0
30
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing
Valid N umur * sisa makan
Percent 30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 30
100.0%
umur * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan umur
Total
19 - 29
3
0
3
30 - 49
7
10
17
50 - 64
6
4
10
16
14
30
Total
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.336
N of Valid Cases
.149
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N jenis kelamin * sisa makan
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
30
jenis kelamin * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan jenis kelamin
laki – laki Perempuan
Total
Percent
Total
3
4
7
13
10
23
16
14
30
100.0%
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.115
N of Valid Cases
.526
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N nafsu makan * sisa makan
Missing Percent
30
N
Total
Percent
100.0%
0
.0%
nafsu makan * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan nafsu makan
tidak baik baik
Total
Total
11
3
14
5
11
16
16
14
30
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.428 30
.010
N
Percent 30
100.0%
rosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
frekuensi makan * sisa makan
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
30
100.0%
frekuensi makan * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan frekuensi makan
Total
1 kali sekali
7
0
7
2 kali sehari
5
4
9
3 kali sehari
3
10
13
makan saat lapar saja
1
0
1
16
14
30
Total Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.531
N of Valid Cases
.008
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing
Valid N jenis penyakit * sisa makan
Percent 30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
30
jenis penyakit * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan jenis penyakit
Percent
Total
Tumor
2
2
4
Kanker
1
1
2
Syaraf
1
0
1
Jantung
3
3
6
100.0%
Hipokalemia
1
0
1
Batu staghorn ren
2
0
2
Patah tulang
3
3
6
Kencing Batu
1
2
3
Katarak
1
2
3
Batu empedu
1
1
2
16
14
30
Total Symmetric Measures
Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.363
N of Valid Cases
.871
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N persepsi besar porsi makan * sisa makan
Missing Percent
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
30
persepsi besar porsi makan * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan persepsi besar porsi makan
Total
sedikit
0
2
2
cukup
5
8
13
11
4
15
16
14
30
banyak Total Symmetric Measures
Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.404 30
.054
100.0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N aroma * sisa makan
Missing Percent
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 30
100.0%
aroma * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan aroma
Total
sangat tidak suka
1
0
1
tidak suka
1
1
2
biasa
8
3
11
suka
6
8
14
sangat suka Total
0
2
2
16
14
30
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.392
N of Valid Cases
.244
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N tekstur * sisa makan
Missing Percent
30
N
Total
Percent
100.0%
0
.0%
tekstur * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan tekstur
Total
Total
tidak suka
2
0
2
biasa
7
6
13
suka
7
8
15
16
14
30
Symmetric Measures
N
Percent 30
100.0%
Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.251
N of Valid Cases
.364
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing
Valid N warna * sisa makan
Percent 30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
30
warna * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan warna
Total
sangat tidak suka
1
0
1
tidak suka
4
2
6
Biasa
6
4
10
Suka
5
8
13
16
14
30
Total
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.284 30
Percent
.451
100.0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
rasa * sisa makan
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 30
100.0%
rasa * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan rasa
Total
sangat tidak suka
1
0
1
tidak suka
5
2
7
Biasa
7
6
13
Suka
3
6
9
16
14
30
Total
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.312
N of Valid Cases
.356
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N beli makanan luar RS * sisa makan
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
30
beli makanan luar RS * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan beli makanan luar RS
tidak Iya
Percent
Total
11
12
23
5
2
7
100.0%
beli makanan luar RS * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan beli makanan luar RS
tidak
11
12
23
5
2
7
16
14
30
Iya Total
Total
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.196 30
.273
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N makanan luar RS yang dibawakan * sisa makan
Missing Percent
30
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 30
100.0%
makanan luar RS yang dibawakan * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan makanan luar RS yang dibawakan
tidak
3
iya
Total
Total 9
12
13
5
18
16
14
30
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig. .011
.421
N of Valid Cases
30
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N lama hari inap * sisa makan
Missing Percent
30
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
lama hari inap * sisa makan Crosstabulation Count sisa makan <= 25 tidak memiliki sisa makanan
>25% memiliki sisa makanan lama hari inap
<=3 hari >3 hari
Total
Total
14
10
24
2
4
6
16
14
30
N
Percent 30
100.0%
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.197 30
.272