HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN SIKAP IBU TERHADAP MITOS MASA NIFAS DI PLESUNGAN GONDANGREJO KARANGANYAR
KARYA TULIS ILMIAH
SYARIFAH R0108041
DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
ABSTRAK
Syarifah. R0108041 . Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas di Plesungan Gondangrejo Karanganyar. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Dilaksanakan di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupatan Karanganyar dengan waktu penelitian adalah bulan Maret - Juni 2012. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pada 94 responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi-Square dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil dari uji analisis Chi-Square diperoleh nilai x2 hitung = 54,288 dengan p = 0,000. x2 hitung lebih besar dari x 2 tabel (54,288 > 5,991) dan harga p hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005). Contingency Coefficient dengan hasil 0,605. Hal ini menunjukkan H 0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Plesungan Gondangrejo Karanganyar. Kata kunci: Pendidikan Formal, Sikap, Mitos Masa Nifas
ABSTRACT
Syarifah. R0108041. The Correlation Between The Level of Formal Education Against the Myth of Maternal Attitudes During Childbirth in The Village District Plesungan Gondangrejo Karanganyar. Studies Program Diploma IV Midwife Educator in Medical Faculty of Sebelas Maret Surakarta University. 2012 The aim of this study was was to determine the correlation between the level of formal education against the myth of maternal attitudes during childbirth. The research method used is observational analytic with cross sectional approach. Held in the Village District Plesungan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar the time the study was the month of March to June 2012. Data collected using a questionnaire on the 94 respondents. Data were analyzed with Chi-Square test with SPSS version 17.0 for Windows. The results of Chi-Square test analysis obtained by calculating the value of x2 = 54.288 with p = 0.000. x2 x2 count is greater than the table (54.288> 5.991) and the price of the statistical analysis p less than 0.05 (p <0.005). Coefficient 0.605 Contingency with results. It showed that H o was rejected and Ha was accepted, therefore it can be concluded that there is a significant level of formal education among mothers with maternal attitudes toward childbirth myths in Plesungan Gondangrejo Karanganyar.
Key words: Formal Education, Attitudes, Myths, The Ruling
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas di Plesungan Gondangrejo Karanganyar ”. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG, Ketua Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M.Kes, Sekretaris Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Erindra Budi C., S.Kep, Ns, ketua tim KTI.
4.
S. Bambang Widjokongko, dr., PHK, M. Pd. Ked., dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.
5.
Ropitasari,SSiT,M.Kes, dosen Pembimbing Pendamping, yang dalam padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis ilmiah ini.
6.
Agus
Eka
Norma
Yuneta,
SST,
M.
Kes.
dan
Arsita
Eka
Prasetyawati,dr,M.Kes, penguji yang telah banyak memberikan masukan berharga sehingga mampu membukakan pintu pemahaman saya dalam penyusunan karya tulis ini.
7.
Bapak Waluyo, Kepala Desa Plesungan Gondangrejo Karanganyar, beserta staff yang telah memberikan izin dan membantu proses penelitian.
8.
Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9.
Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
10. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian karya tulis ilmiah ini. 11. Seluruh rekan di DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini. Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
ABSTACT .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
4
D. Manfaat ....................................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .........................................................................
6
1. Konsep Pendidikan ..............................................................
6
2. Sikap ....................................................................................
8
3. Mitos Masa Nifas .................................................................
15
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
BAB III
terhadap Mitos Masa Nifas ..................................................
20
B. Kerangka Konsep ....................................................................
21
C. Hipotesis ..................................................................................
22
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................
23
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
23
C. Populasi Penelitian ...................................................................
24
D. Sampel dan Teknik Sampling...................................................
24
BAB IV
E. Besar Sampel ............................................................................
24
F. Kriteria Restriksi ......................................................................
26
G. Definisi Operasional Variabel ..................................................
26
H. Cara Kerja ................................................................................
27
I. Analisis Data ...........................................................................
29
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ..........................................................
33
B. Pengujian Hipotesis dan Analisa Data Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas.36 BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................
38
B. Karakteristik Sampel ................................................................
39
C. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan sikap Ibu terhadap
BAB VI
Mitos Masa Nifas .....................................................................
40
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................
42
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...................................................................................
44
B. Saran .........................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
45
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Definisi Operasional Variabel ....................................................
26
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Mitos Masa Nifas ...............
29
Tabel 4.1.
Frekuensi Umur Responden........................................................
33
Tabel 4.2.
Frekuensi Pekerjaan Responden .................................................
33
Tabel 4.3.
Frekuensi Paritas Responden ......................................................
34
Tabel 4.4.
Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden .................................
34
Tabel 4.5.
Distribusi Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas ........................
35
Tabel 4.6.
Distribusi Karakteristik Respondsen antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas ...............
Tabel 4.7.
36
Distribusi Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas .........................................................
36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Skema Kerangka Konsep .......................................................
18
Gambar 3.1.
Skema Rancangan Penelitian .................................................
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Pernyataan Keaslian Penelitian
Lampiran 2.
Halaman Pengesahan Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3.
Halaman Persetujuan Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4.
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing Utama
Lampiran 5.
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing Pendamping
Lampiran 6.
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7.
Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dinas Kabupaten Karanganyar
Lampiran 8.
Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar
Lampiran 9.
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Lampiran 11. Surat ijin Penelitian dari Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Lampiran 12. Lembar Permohonan kepada Responden Lampiran 13. Lembar Inform Consent Lampiran 14. Lembar Kuesioner Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas Lampiran 15. Tabulasi Karakteristik Responden Lampiran 16. Rekapitulasi Uji Validitas Lampiran 17. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 18. Tabel dk Lampiran 19. Jadwal Penelitian Lampiran 20. Foto Penelitian Lampiran 21. Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi Depkes 2010-2014 yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Salah satu indikator untuk pencapaian tujuan tersebut adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi di Asia Tenggara (Depkes, 2010). Tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang
menjadi
menunjukkan
prioritas derajat
di
bidang
kesehatan
kesehatan.
masyarakat,
Angka selain
kematian
itu
juga
ibu dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan (Amirudin, 2006). Berdasarkan data nasional yang dikeluarkan oleh Bappenas tahun 2009, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Persentase AKI di Indonesia yaitu pada masa nifas (60%), masa kehamilan (24%), dan pada persalinan (16%). Di wilayah Jawa Tengah sesuai Badan
Pemberdayaan
Perempuan
Perlindungan
Anak
dan
Keluarga
Berencana tahun 2009, Angka Kematian Ibu sebesar 117 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Karanganyar tahun 2010 sebesar 128,6 per 100.000 kelahiran hidup dengan rincian 2 ibu bersalin dan 15 ibu nifas. Keadaan tersebut menunjukkan
kenaikan jumlah kasus dan keadaan yang buruk apabila dibandingkan target RPJMD Kabupaten Karanganyar tahun 2009-2013 yaitu sebesar < 110 per kelahiran hidup. Besarnya Angka Kematian Ibu tersebut, dapat diketahui bahwa angka tertinggi kematian terjadi pada ibu nifas baik secara nasional maupun lokal. Besarnya Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan masih rendahnya tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan status kesehatan ibu, cakupan dan kualitas pelayanan untuk ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas serta kondisi kesehatan lingkungan. Berdasarkan analisis penyebab kematian ibu, penyebab AKI di Indonesia dikelompokkan ke dalam penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar. Penyebab mendasar dari kematian ibu dipengaruhi oleh wilayah geografis, penyebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi serta budaya, kondisi gender dalam masyarakat dan keluarga serta tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya. Kematian ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), kemampuan membayar
biaya
persalinan
yang
rendah,
terlambat
memeriksakan
kehamilannya, serta melakukan persalinan di rumah. Rendahnya status sosial dan tingkat pendidikan wanita seringkali menempatkan wanita pada posisi yang tidak berdaya. Selain itu, tingkat sosial ekonomi masyarakat di pedesaan dan perkotaan, masalah biaya, serta adanya tradisi dan budaya daerah mempunyai andil dalam kematian ibu.
Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, sehingga semakin tinggi pula pengetahuan tentang kesehatan (Widiawaty, 2009). Tingkat pendidikan ibu di Indonesia yang rendah meliputi 19% buta huruf dan 72% pendidikan dasar (PPIBI,2005). Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu berhubungan dengan faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat, dimana mereka berada. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti mitos yang berkembang, persepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan serta ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak (Mass, 2004). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, berdasar wawancara 16 orang ibu nifas, ibu nifas mempunyai tingkat pendidikan formal yang bervariasi yaitu tidak sekolah 28,39%, lulus pendidikan dasar 53,42% (SD 34,62% dan lulus SMP 18,80%), lulus pendidikan menengah 15,43%, dan lulus pendidikan tinggi 2,76%. Serta menyatakan bahwa masih terdapat mitos mengenai ibu hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan dilingkungannya. Sedangkan dari hasil wawancara dengan 2 bidan desa menyatakan bahwa masyarakat masih hidup dalam lingkungan dengan budaya mitos masa nifas yang kental. Fenomena
berpantang makanan serta perilaku yang tidak bermanfaat masih banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa nifas. Masyarakat masih percaya adanya hubungan antara makanan tertentu dan perilaku-perilaku tertentu dengan kesehatan ibu nifas serta bayi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar”. B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal ibu masa nifas dan menyusui
di
Kelurahan
Plesungan
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar. b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos dalam masa nifas. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi tenaga kesehatan : Bagi tenaga kesehatan, dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pada wanita dengan tepat sesuai dengan tingkat pendidikan formal ibu. 2. Bagi subjek peneliti : Bagi subjek peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan seputar masa nifas agar mengetahui kebenaran dari mitos yang berkembang di masyarakat tidak semuanya benar.
BAB II LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka a. Konsep Pendidikan
1) Pengertian Dalam Hasbullah (2006), pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2) Jalur Pendidikan Didalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan
terdiri
atas
pendidikan
formal,
non-formal,
dan
informal
(Hasbullah, 2005). Tiga jalur pendidikan menurut Rohman (2009), yaitu: a) Pendidikan formal Pendidikan formal umumnya menunjuk pada pendidikan persekolahan
yang
memiliki
persyaratan-persyaratan
organisasi dan pengelolaan yang relatif ketat, lebih formalistis, dan lebih terikat pada legalitas formal administrasi. b) Pendidikan non-formal Pendidikan
non-formal,
paket
pendidikannya
berjangka
pendek, setiap program pendidikannya merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang mendadak, persyaratan enrolmentnya lebih fleksibel baik dalam usia maupun tingkat kemampuan, persyaratan unsurunsur pengelolanya juga lebih fleksibel, sekuensi materi pelajaran lebih luwes, tidak berjenjang kronologis, serta perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak begitu terstandarisir. c) Pendidikan informal Pendidikan informal sama sekali tidak terorganisir secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal adanya krendensial, lebih merupakan pengalaman
belajar individual, pembelajarannya sangat natural tidak buatan sebagaimana pada pendidikan formal dan non-formal. 3) Jenjang atau Tingkat Pendidikan Dalam Tirtarahardja (2005), jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I Pasal I Ayat 5) Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab V Pasal 2). Pendidikan prasekolah belum termasuk dalam jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah. Menurut Hasbullah (2005), jenjang pendidikan dibagi menjadi 3: a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan dasar. Disamping itu, juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
terdiri
dari
sekolah
dasar
(SD),
Madrasah
Ibtidaiyah(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMP). b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesuadah sekolah
dasar,
diselenggarakan
di
SLTA
atau
satuan
pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Terdiri dari pendidikan menengah umum (SMA atau MA) , kejuruan (SMK) , luar biasa, kedinasan dan keagamaan. c) Pendidikan Tinggi Pendidikan Tinggi, terdiri dari Akademi, Institut, Sekolah Tinggi dan Universitas. Tingkat
pendidikan
mempengaruhi
perilaku
dan
menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup
sehat
(Notoatmodjo,
2003),
karena
pendidikan
mengandung tujuan agar manusia mempunyai kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup (Suharno, 2008).
b. Sikap
1) Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap
sebagai
kesiapan
syaraf
sebelum
memberi
respon.
(Notoatmodjo, 2003) Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sedangkan menurut Azwar (2007) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap ini juga diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil, dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau kondisi sekitarnya. Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang
dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian diterapkan kedalam dirinya. Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh : (1) Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu, (2) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain, dan (3) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 2) Komponen Sikap Menurut Azwar (2007) struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu : a) Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang akan dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b) Komponen Afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah
sikap
seseorang
komponen
afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c) Komponen
Konatif
merupakan
aspek
kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. 3) Tingkatan Sikap Sikap menurut Notoatmodjo (2007) terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a) Menerima ( Receiving ) Menerima diartikan bahwa subjek atau seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) b) Merespon ( Responding ) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide itu.
c) Menghargai (Valvuing ) Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ke tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain ( tetangga, saudara dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi. d) Bertanggung jawab ( Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun dirinya mendapat tantangan dari orang tuanya sendiri. 4) Sifat Sikap Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2009): a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. b) Sikap
negatif
terdapat
kecenderungan
untuk
menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap a) Faktor Individu bagaimana individu menanggapi dunia luarnya bersifat selektif, ini berarti bahwa apa yang datang dari luar tidak semuanya
begitu
saja
diterima,
tetapi
individu
mengadakanseleksi mana yang akan diterima dan mana yang akan ditolak. hal ini akan menentukan apakah sesuatu dari luar itu diterima atau tidak, karena itu faktor individu justru merupakan faktor penentu. b) Faktor Luar Yang dimaksud dengan faktor luar adalah hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus unutk membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat terjadi dengan langsung, dalam arti adanya hubungan secara langsung antara individu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Disamping itu dapat secara tidak langsung, yaitu dengan perantara alat komunikasi, missal media massa baik yang elektronik maupun non-elektronik. (Walgito,2008) 6) Cara Pengukuran Sikap Pengukuran
sikap
dapat
dilakukan
dengan
menilai
penyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan suatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mengkin berisi atau mengatakan halhal
positif
mengenai
objek
sikap,
yaitu
kalimat
bersikap
mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyatan ini disebut dengan pernyataan favourable.(Azwar, 2007) Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden dalam kuesioner (Notoatmodjo, 2007). Adapun beberapa hal yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap, yaitu : a) Keadaan objek yang diukur b) Situasi pengukuran c) Alat ukur yang digunakan d) Penyelenggaraan pengukuran e) Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
c. Mitos Masa Nifas
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-
praktek budaya yang berpengaruh negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, seperti kepercayaan untuk pantang makanan terhadap suatu makanan tertentu (Suprabowo, 2006). Mitos adalah satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Harr y Lubis, 2009). Menurut Agustin (2010) mitos sama tuanya dengan bahasa itu sendiri. Beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Namun, banyak mitos yang meluas salah satunya adalah mitos sekitar kehamilan, melahirkan dan pasca melahirkan, yang terbukti salah atau tidak efektif sesuai dengan kemajuan kedokteran dan teknologi. Pada manajemen kebidanan Helen Varney, dilakukan pengkajian data berupa data subjektif yang bersumber dari ibu maupun keluarga. Dimana pada masa nifas perlu dikaji lebih dalam mengenai kehidupan sosial budaya untuk mengetahui adakah pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada mitos selama nifas dan menyusui dapat berupa kebiasaan pantang makanan atau perilaku yang tidak bermanfaat (Ambarwati, 2008). Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang
siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut. Pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi. Pantangan merupakan
sesuatu
orangtua,terus
ke
yang
diwariskan
generasi-generasi
di
dari
leluhur
bawahnya.
melalui Hal
ini
menyebabkan orang tidak tahu lagi kapan suatu pantangan atau tabu makanan dimulai dan apa sebabnya. Seringkali nilai sosial ini tidak sesuai dengan nilai gizi makanan ( Baumali, 2009). Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat pengetahuan, nilai, gagasan, norma, dan aturan sebagai konsep dasar dari kebudayaannya akan mewujudkan bentuk-bentuk perilaku dalam kehidupan sosial. Perilaku itu akan mewujudkan perbedaan persepsi masyarakat terhadap konsep makanan dan gizi, demikian halnya pada kasus tentang makanan dan gizi pada periode kehamilan, persalinan dan nifas (Nurhikmah,2009). Dipandang dari aspek budaya, ada 7 hal pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan, yaitu : tradisi, sikap fanatisme, etnosentris, perasaan pada statusnya, norma, nilai dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal proses sosialisasi (Foster dan Anderson, 2009).
Ragam mitos seputar masa pasca melahirkan, antara lain : 1)
Usai melahirkan, kaki ibu pasca melahirkan harus selalu lurus.
2)
Usai melahirkan, ibu pasca melahirkan tidak boleh tidur siang.
3)
Usai melahirkan, ibu pasca melahirkan tidak boleh keramas.
4)
Usai melahirkan, ibu harus menghindari makanan yang jemek atau berkuah.
5)
Usai melahirkan, ibu tidak boleh bepergian.
6)
Usai melahirkan, ibu harus membatasi makanan agar bayi mendapatkan ASI yang baik
7)
Setelah melahirkan, akan terlihat semakin tua.
8)
Apabila ibu pasca melahirkan menyusui, akan membuat payudara ibu tidak indah.
9)
Ibu pasca melahirkan dan masa menyusui akan segera kurus setelah melahirkan.
10) Ibu pasca melahirkan harus minum ramuan agar darah putih tidak naik ke kepala. 11) Bayi akan diare/mencret, bila ibu makan pedas. 12) Bila bayi sakit, ibu yang meminum obat karena khasiatnya sama. 13) Bayi harus dijemur setiap pagi. 14) Air dingin membuat bayi kuat. 15) Bila bayi pasca berliur, itu adalah hal wajar 16) Bayi harus gumoh sesudah makan atau minum susu.
17) Apabila bayi sehat, harus selalu berkeringat 18) Bayi menungging karena melihat adik dalam kandungan ibu. 19) Bayi akan tidur sepanjang malam dan itu baik untuknya. 20) Bayi akan rewel bila ibu sedang mengandung lagi. 21) Anak akan terjatuh 40 kali. 22) Anak tidak mau didekati orang yang tidak baik. 23) Bayi rewel saat maghrib, karena bayi melihat makhluk ghaib. 24) Gurita (Grito) mencegah perut bayi buncit dan pusar bodong. 25) Bedong membuat kaki bayi tidak bengkok. 26) Bayi tidak boleh keluar selama 40 hari. 27) Menjemur pakaian bayi tidak boleh lebih dari maghrib. 28) Ibu akan menginjakkan kaki bayi di rumput yang berembun,agar bayi cepat berjalan. 29) Bila bayi mengulum bibir, berarti akan tumbuh gigi. 30) Mencret atau diare adalah pertanda bahwa bayi akan pintar. 31) Ibu menjemur bayi karena bisa menghilangkan kuning pada bayi. (Nadia,2011) Di Jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. selain telur, masih ada beberapa bahan makanan yang dipantangkan bagi ibu menyusui, yaitu 14 jenis sayuran, 14 jenis buah, 10 jenis ikan, 5 jenis
daging, 3 jenis makanan fermentasi, dan berbagai jenis gula. (Baumali, 2009). Menurut Baumali (2009) terdapat beberapa pantang makanan pada ibu nifas, antara lain : 1) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi ketan. 2) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi telor, daging ayam, ikan ( yang berasal dari ikan air tawar dan air laut), serta bahan makanan yang berasal dari laut seperti udang, kepiting, cumi-cumi, dan sebagainya. 3) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi tempe serta kacang tanah. 4) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi buah-buahan khususnya pisang, papaya, nanas, jeruk, nangka serta jenis buah lain yang berasa asam. 5) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi santan. d. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas
Mitos merupakan satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran yang isinya tentang anjuran maupun larangan mengenai kehamilan, melahirkan dan pasca melahirkan yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu hingga sekarang yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Agustin, 2010)
Untuk menyatakan sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti dapat berdampak negatif pada perilakunya (Niven, 2002) Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat ( Notoatmodjo, 2003), karena pendidikan mengandung tujuan agar manusia mempunyai kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup (Suharno, 2008).
2. Kerangka Konsep
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap ibu tentang mitos ibu dalam masa nifas adalah pendidikan formal ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat/
Pendidikan Formal
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
1. Faktor Individu 2. Faktor Luar
Ket : Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Variabel diteliti Variabel tidak diteliti 3. Hipotesis
Pendidikan Tinggi
Berdasarkan kajian teori yang diuraikan di atas, maka hipotesis yang dikemukakan adalah ada hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos dalam masa nifas.
BAB III METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional . Populasi (N)
Sampel (n)
Tingkat Pendidikan Formal
Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Uji Korelasi
Gambar 3.1 Bagan desain penelitian hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap masa nifas
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan
di
Kelurahan
Plesungan
Kecamatan
Gondangrejo Kabupatan Karanganyar dengan waktu penelitian adalah bulan Februari – Juli 2012. 3. Populasi Penelitian
a. Populasi Target : Seluruh ibu yang ada di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
b. Populasi Aktual : Ibu nifas dan ibu menyusui yang ada di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2012. 4. Sampel dan Teknik Sampling
a. Sampel Sampel penelitian ini adalah Ibu yang ada di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2012 yang memenuhi kriteria inklusi. b. Teknik Sampling Teknik
pengambilan
sampel
yang
digunakan
adalah stratified
cluster random sampling . Bahwa dalam desa dibagi menjadi 12 posyandu, maka semua posyandu diambil dengan teknik random dan ibu-ibu yang ada di dalam dukuh tersebut memenuhi kriteria inklusi diambil menjadi responden yang terdiri dari lulus SD, SLTP, SLTA dan PT/Akademi. 5. Besar Sampel
n = 20% x N (jumlah populasi) Keterangan :
n = jumlah sampel N = Jumlah populasi
n = 20 x 468 = 93,6 orang 100 Jadi, sampel dari populasi 468 orang sebanyak sebanyak 94 orang (pembulatan dari 93,6).
Desa Plesungan dibagi menjadi 12 posyandu dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil 4 posyandu secara random. Dalam 4 posyandu terdapat 188 ibu dengan tingkat pendidikan tidak sama. Ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 28 orang, pendidikan menengah sebanyak 80 orang, dan pendidikan dasar sebanyak 80 orang dengan perincian sebagai berikut : a= b
xn c
Keterangan : a = Jumlah sampel tiap tingkat pendidikan formal b = Jumlah populasi tiap tingkat pendidikan formal c = Jumlah populasi posyandu n = Jumlah sampel
Pendidikan Tinggi
: 28 x 94 = 14 orang 188
Pendidikan menengah : 80 x 94 = 40 orang 188 Pendidikan dasar
: 80 x 94 = 40 orang 188
6.
Kriteria Restriksi
3. Kriteria Inklusi
1)
Ibu yang ada di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2012.
2)
Ibu yang berumur 19 - 40 tahun
3)
Ibu dalam masa nifas dan menyusui.
4)
Pernah mengikuti pendidikan formal.
5)
Ibu bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Kriteria Eksklusi
7.
1)
Ibu buta huruf.
2)
Ibu tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel No. 1.
2.
Variabel Variabel bebas : Tingkat Pendidikan Formal
Variabel terikat : Sikap Ibu Terhadap Mitos Masa Nifas
Definisi Tingkat pendidikan formal orang tua (ibu) adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan sampai saat penelitian dilakukan, ditandai dengan ijasah kelulusan. Jenjang pendidikan formal yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sikap ibu merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek mengenai mitos ibu
Parameter a. Pendidikan dasar Meliputi : tamat SD atau tamat SMP / sederajat, nilai 1
Skala Ukur Ordinal
b. Pendidikan menengah Meliputi : tamat SMU atau tamat SMK / sederajat, nilai 2 c. Pendidikan tinggi Meliputi : Akademi, Politeknik, Sekolah tinggi, Institut, Universitas, nilai 3 Penskoran data untuk item favourable adalah : SS: Sangat Setuju : 4 S: Setuju :3 TS: Tidak Setuju : 2 STS:Sangat Tidak
Ordinal
dalam masa nifas. Penilaian terhadap sikap berdasarkan kuesioner yang menggunakan prinsip skala likert yang berisikan sikap yang mendukung tentang mitos ibu dalam masa nifas. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari pertanyaan favourable (positif) dan unfavourable (negatif).
Setuju :1 Penskoran data untuk item unfavourable adalah : SS: Sangat Setuju : 1 S: Setuju :2 TS: Tidak Setuju : 3 STS:Sangat Tidak Setuju :4
B. Cara Kerja 1. Instrumen dan Cara Pengukuran 1. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal ibu didata dengan daftar pertanyaan dengan menyertakan identitas responden. Tingkat
pendidikan
formal dalam penelitian ini diukur dari data yang dikumpulkan dengan
menggunakan
kuesioner.
Kuesioner
adalah
teknik
pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi responden. Pemberian skor untuk tingkat pendidikan menggunakan skala ordinal. b.
Sikap ibu terhadap mitos masa nifas Penilaian terhadap sikap berdasarkan kuesioner yang menggunakan prinsip skala likert yang berisikan sikap yang mendukung tentang mitos ibu dalam masa nifas. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri dari pertanyaan favourable (positif) dan unfavourable (negatif).
Sikap positif merupakan sikap yang mendukung tentang mitos ibu dalam masa nifas. Sedangkan sikap negatif merupakan sikap yang tidak mendukung tentang mitos ibu dalam masa nifas. Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor T yaitu:
Keterangan: x = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T x = Mean skor kelompok s = Deviasi standar skor kelompok Untuk mengetahui sikap responden relatif lebih positif bila nilai T > mean T sedangkan pada sikap relatif negatif bila T≤ mean T (Azwar, 2011).
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Mitos Masa Nifas Mitos Masa Nifas
1. Mitos pasca melahirkan
Sikap positif 4
Sikap negatif 6
Banyaknya butir soal 10
Nomor butir soal Positif Negatif 4*,9,15,19 1,6,12,22,25*
,35* 2. Mitos perawatan bayi
8
9
17
10*,20*,28, 32, 33*,34*,36, 39
3. Mitos pantang makanan
6
7
13
5,11,16,21,2 3,8*,14,18,23 9*,31 ,27*,38*
Keterangan : * butir soal yang tidak valid 2. Mengukur Validitas dan Reliabilitas
a. Mengukur Validitas Penulis dalam mengukur validitas alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment .
Keterangan :
r xy
= koefisien korelasi
N
= jumlah responden
X
= skor tiap-tiap butir pertanyaan
Y
= skor total (Hidayat, 2009).
2,7*,13*,17*, 24,26,30,37, 40
Suatu item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki nilai korelasi product moment yang positif dan memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat ketelitian 0,05 (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan di Posyandu Plesungan Gondangrejo Karanganyar dan pengolahan data validitas menggunakan SPSS 18.0 dengan teknik korelasi product moment. Item kuesioner pengetahuan sebanyak 40 diujicobakan kepada 20 responden. Nilai r
tabel pada
α 5%
dengan N=20 adalah 0,026. Dari 40 item pertanyaan, pertanyaan yang dinyatakan valid berjumlah 26 item pertanyaan. Pertanyaan yang tidak valid berjumlah 14 item yaitu item pertanyaan nomer 4, 7, 8, 10, 13, 17, 20, 25, 27, 29, 33, 34, 35, 38. Item pertanyaan yang tidak valid tidak dipergunakan dalam penelitian ini. b. Mengukur Realibilitas Teknik analisa untuk uji reliabilitas menggunakan formula Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2006). Formula dari cronbach’s alpha adalah sebagai berikut :
Keterangan : r 11
: reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s Alpha)
Vt
: varians total atau varians skor total
∑Vi
: jumlah keseluruhan varians item
n
: jumlah item (yang valid)
Setelah kuesioner uji coba disebar, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS v 18.0 diperoleh nilai reliabilitas Alpa Cronbach’s untuk variabel pengetahuan sebesar 0,845 > 0,7 sehingga item pertanyaan dikatakan reliabel. C. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Editing. Dalam penelitian ini, setelah data didapatkan kemudian dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh. b. Coding. Pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Entri Data. Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database komputer. d. Melakukan Teknik Analisis. 2. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang akan dilakukan adalah analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Dalam analisis bivariat ini menggunakan rumus Chi Square dengan bantuan program SPSS For Windows. Dalam penelitian ini taraf kemaknaan 5%, maka interval kepercayaan sebesar 95%.
x2 = Keterangan : Oij
= Jumlah observasi pada kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dalam kolom ke-j.
Eij
= Jumlah kasus yang diharapkan yang dikategorikan dalam baris ke-i dalam kolom ke-j (Fajar, 2009).
Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini menggunakan uji chi square (x2), dengan ketentuan bahwa jika harga chi square hitung lebih besar dari tabel (x2 hitung ≥ x 2 tabel) maka hubungannya signifikan, yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima (Hidayat, 2009). Uji yang digunakan pada analisis ini yaitu uji Chi Square dengan ketentuan H0 diterima jika x2 hitung < x2 tabel, berarti tidak ada hubungan yang bermakna dan H 0 ditolak jika x2 hitung > x2 tabel, berarti ada hubungan atau pengaruh (Fajar dkk., 2009).
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden
Berdasar hasil analisa statistik deskriptif masing-masing karakteristik responden sebagai berikut : 1. Distribusi responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Frekuensi Umur Responden No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
<25 tahun
26
27,66
2.
26-35 tahun
57
60,64
3.
>35 tahun
11
11,70
Total
94
100
Sumber : Data Primer, 2012. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 94 orang. Mayoritas responden berusia antara 26-35 tahun yakni 57 responden sebesar 60,64%. Sedangkan 26 responden berusia kurang dari 25 tahun sebesar 27,66%. Untuk 11 responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebesar 11,70%. 2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.2 Frekuensi Pekerjaan Responden No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Tidak bekerja / IRT
46
48,94
2.
Pegawai Negeri
0
0
3.
Swasta
43
45,74
4.
Lain-lain
5
5,32
Total
94
100
Sumber : Data Primer, 2012. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 94 orang. Mayoritas yaitu 46 responden tidak bekerja / ibu rumah tangga sebesar 48,94 %, 43 responden swasta sebanyak 45,74%, 5 responden lain-lain sebesar 5,32 % dan tidak ada yang bekerja sebagai PNS. 3. Distribusi responden berdasarkan paritas Tabel 4.3 Frekuensi Paritas Responden No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
< 3 kali
83
88,31
2.
3 kali
2
2,12
3.
> 3 kali
9
9,57
Total
94
100
Sumber : Data Primer, 2012. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam 94 orang responden dalam penelitian ini sebanyak 83 responden (88,31%) responden merupakan primipara dan 9 responden (9,57%) multipara.
4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tabel 4.4. Frekuensi Tingkat Pendidikan Formal No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
SD
23
24,47
2.
SMP
17
18,09
3.
SMA
40
42,55
4.
Perguruan Tinggi
14
14,89
Total
94
100
Sumber : Data Primer, 2012. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam 94 orang responden dalam penelitian mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 40 responden (42,55%), 23 responden (24,47%) dengan tingkat pendidikan SD, 17 responden (18,09 %) dengan tingkat pendidikan SMP.dan pada pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 14 responden (14,89%). 5.
Distribusi responden berdasarkan sikap ibu terhadap mitos masa nifas Tabel 4.5 Distribusi sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Jumlah
Persentase
Positif (mendukung mitos)
37
39,4 %
Negatif (tidak mendukung mitos)
57
60,6 %
Total
94
100
Sumber: Data Primer (2012)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bersikap negatif (cenderung tidak mendukung mitos pada masa nifas) yaitu berjumlah 57 orang atau sebesar 60,6 %. 6.
Hubungan karakteristik responden antara tingkat pendidikan formal terhadap sikap ibu terhadap mitos masa nifas. Dapat dilihat dari tabel 4.6. (terlampir) yang menyatakan bahwa karakteristik responden tidak ada hubungan dengan tingkat pendidikan formal terhadap sikap ibu terhadap mitos masa nifas.Ditunjukkan pada karakteristik umur responden dengan nilai p = 0,092, karakteristik pekerjaan responden didapat nilai p = 0,074 dan untuk karakteristik paritas responden didapat nilai p =0,083 yang berarti p > 0,05.
B. Pengujian Hipotesis dan Analisa Data Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas
Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas Tingkat Pendidikan Formal
Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas Positif
Total
Negatif
Pendidikan Tinggi
1
7,14%
13
92,86%
14
14,90%
Pendidikan Menengah
3
7,5%
37
92,5%
40
42,55%
Pendidikan Dasar
33
82,5%
7
17,5%
40
42,55%
Total
37
39,36%
57
60,64%
94
100%
Sumber: Data Primer (2012) Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi Square, yang bertujuan untuk
membuktikan
hipotesis
yang
diajukan
terbukti
atau
ditolak
kebenarannya. Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05 pada penelitian ini adalah 54,288 dan p = 0,000. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, chi square (x2) hitung tersebut dibandingkan dengan harga chi square (x2) tabel. Harga x2 tabel pada p = 0,05 dan dk = 2 adalah 5,991. Hal ini berarti x 2 hitung lebih besar dari x 2 tabel (54,288 > 5,991). harga p hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005). (Hasil analisis data chi square terlampir). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas, dengan kata lain hipotesis yang diajukan diterima. Kemudian untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas (koefisien korelasi) dilakukan analisis dengan menggunakan Contingency Coefficient dalam SPSS for Windows versi 17 dengan hasil 0,605. Maka diketahui bahwa ada hubungan yang kuat (0,60 – 0,799) antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. (Hasil analisis Contingency Coefficient terlampir)
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo yang merupakan wilayah bagian utara dari Kabupaten Karanganyar. Perbatasan wilayah Kabupaten Karanganyar adalah bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Surakarta, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Wilayah ini terbagi atas 17 Kecamatan, 162 Desa dan 15 Kelurahan. Untuk wilayah Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo terletak di sebelah utara Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Secara kependudukan, wilayah Desa Plesungan masih merupakan daerah dengan jumlah wanita yang lebih besar dibanding jumlah pria namun berbanding terbalik untuk tingkat pendidikannya. Kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu : 1. Pengumpulan data baik dalam studi pendahuluan maupun penelitian mengenai data penduduk, ibu pada masa nifas serta mitos masa nifas yang berkembang di lingkungan Desa Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar karena luasnya wilayah sehingga harus dilakukan pengumpulan data tiap posyandu. 2. Masyarakat yang masih kolot dikarena lokasi yang masih termasuk daerah pedesaan, akses informasi tidak sebanyak di kota sehingga harus
dilakukan
pendekatan
interpersonal
dalam
melakukan
penelitian agar maksud tersampaikan dengan baik. 3. Responden yang masih tinggal bersama mertua mapun orang tua dengan kepercayaan terhadap mitos yang tinggi sehingga faktor eksternal
tersebut
mampu
mempengaruhi
penelitian.
Faktor
eksternal yang ada tidak dapat dikendalikan. 4. Tempat yang terpencil dan jauh dari kantor pemerintahan setempat yang menyebabkan lamanya dalam memperoleh perijinan. Namun dapat diatasi dengan mempersiapkan perijinan sejak jauh hari.
B. Karakteristik Sampel
Responden (sampel) dalam penelitian ini yaitu ibu nifas dan menyusui yang
berdomisili
di
Kelurahan
Plesungan
Kecamatan
Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar. Jumlah sampel sebanyak 94 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data dengan kuesioner dimana berfungsi sebagai sumber data primer untuk mengetahui tingkat pendidikan formal ibu serta pemilah sampel tentang sikap ibu terhadap mitos masa nifas.
Hasil analisa karakteristik dapat diketahui bahwa responden berusia antara 26-35 tahun yakni 57 responden (60,64%), 26 responden berusia kurang dari 25 tahun (27,66%), 11 responden (11,70%) dengan usia lebih dari 35 tahun. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak yaitu pada usia 2635 tahun yang merupakan usia reproduktif. Dengan 46 responden (48,94%) tidak bekerja / ibu rumah tangga, 43 responden (45,74%) swasta serta tidak ada yang bekerja sebagai PNS. Terdiri dari 83 responden (88,31%) yang merupakan primipara dan 9 responden (11,69%) merupakan multipara. Dengan demikian, karakteristik pekerjaan serta paritas responden pada penelitian ini bukan merupakan faktor perancu maupun faktor yang mempunyai korelasi dengan sikap ibu terhadap variabel. Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 40 responden (42,55%), 23 responden dengan tingkat pendidikan SD (24,47%), 17 responden dengan tingkat pendidikan SMP (18,09%) dan pada pendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 14 responden (14,89%). Sebagian besar responden bersikap negatif (cenderung tidak mendukung mitos pada masa nifas) yaitu berjumlah 57 responden (60,6%).
C. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas
Berdasarkan hasil analisis statistic terdapat bahwa ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. Hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap
ibu terhadap mitos masa nifas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka sikap responden akan lebih ke arah negatif (kecenderungan untuk tidak mendukung mitos masa nifas), sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan formal maka sikap responden akan cenderungan ke arah yang positif (kecenderungan untuk mendukung mitos masa nifas). Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05 pada penelitian ini adalah 54,288 dan p = 0,000. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, chi square (x2) hitung tersebut dibandungkan dengan harga chi square (x2) tabel. Harga x2 tabel pada p = 0,05 dan dk = 2 adalah 5,991. Hal ini berarti x 2 hitung lebih besar dari x 2 tabel (54,288 > 5,991). harga p hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005). (Hasil analisis data chi square terlampir). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas, dengan kata lain hipotesis yang diajukan diterima. Kemudian untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas (koefisien korelasi) dilakukan analisis dengan menggunakan Contingency Coefficient dalam SPSS for Windows versi 17 dengan hasil 0,605. Maka diketahui bahwa ada hubungan yang kuat (0,60 – 0,799) antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. (Hasil analisis Contingency Coefficient terlampir).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat ( Notoatmodjo, 2003), karena pendidikan mengandung tujuan agar manusia mempunyai kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup (Suharno, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian Setiya Hartiningtyaswati (2010) yang menunjukkan bahwa pendidikan ibu terdapat hubungan yang signifikan dengan perilaku ibu berpantang. Pendidikan salah satu faktor predisposisi yang
dapat
mempengaruhi
seseorang
berperilaku.
Pendidikan
dan
pengetahuan tidak cukup kuat untuk mengubah perilaku, karena perubahan pengetahuan menjadi tindakan dan perilaku masih tergantung pada faktor eksternal dan internal lainnya. Dalam hal ini, faktor eksternal meliputi nilai dan kepercayaan lebih mendominasi (Emilia, 2008 cit Nurhikmah, 2009).
D. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini : 1. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penelitian ini selain tingkat pendidikan formal ibu misalnya lingkungan, media massa. Dalam hal ini peneliti tidak dapat mengontrol faktor internal maupun eksternal masing-masing subjek penelitian.
2. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional sehingga tidak dilakukan observasi lanjutan pada sikap ibu terhadap mitos masa nifas. Observasi lanjutan bermanfaat untuk mengetahui seberapa kuat sikap ibu terhadap mitos masa nifas. 3. Pengambilan data dilakukan dengan alat kuesioner yang harus dilakukan pendekatan secara interpersonal karena pada beberapa tingkat pendidikan tertentu mengalami kesulitan dalam memahami cara pengisian kuesioner. 4. Dalam pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang cukup lama dikarenakan responden yang memiliki tingkat pendidikan formal yang berbeda sehingga cara pemahaman terhadap kuesioner yang berbeda pula. 5. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan bertahap karena keterbatasan waktu serta jarak tempat penelitian yang jauh.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah ada hubungan positif yang kuat antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Plesungan Gondangrejo Karnganyar.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan : Bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat mengembangkan upaya promosi maupun pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang sasarannya tidak hanya pada ibu nifas tetapi juga mencakup masyarakat generasi sebelumnya (orang tua) pada wanita dengan tepat sesuai dengan tingkat pendidikan formal ibu karena mempunyai tingkat pemahaman s erta sikap yang berbeda pada tiap orang. Bekerjasama dengan dinas kesehatan terkait agar lebih meningkatkan program lain dan follow up lanjutan (home visit ) 2. Bagi subjek peneliti : Bagi subjek peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan seputar masa nifas agar mengetahui kebenaran dari mitos yang berkembang di
masyarakat tidak semuanya benar dengan bertanya langsung kepada tenaga kesehatan. 3. Bagi Peneliti lain : Menambah jumlah variable sehingga didapat hasil yang lebih komplit dan valid. DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Dwi Ayu.2010. Perancangan Media Informasi Mitos-mitos Kehamilan.Unikom. Thesis.p : 57. Ambarwati, Eny Ratna; Wulandari, Diah.2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset. p : 134. Amiruddin, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia,http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&d o_pdf=1&id=160, Accesed on 03 March 2012. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineka Cipta. p : 168-77. Azwar, S.2007. Reliabilitas dan Validitas . Pustaka Pelajar. Yogyakarta.p : 55. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas). 2009. Pedoman Evaluasi dan Indikator Kinerja Pembangunan.Jakarta : Bappenas, p : 40. Baumali A.2009. Pemenuhan Zat Gizi Ibu Nifas dan Budaya Sel pada Masyarakat Suku Timor Dawan di Kecamatan Molo Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.Universitas Gajah Mada.Tesis. p : 22-49 Dinkes Jateng,2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 . Semarang, Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, p: 13.
Dinkes Karanganyar,2010. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.Karanganyar. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Dinkes RI,2000. Perencanaan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2015.Jakarta : Depkes RI. Fajar, I. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.p : 79 Hartiningtiyaswati, Setiya. 2010. Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan lama Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar . Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya.Jakarta: Ghalia Indonesia. p: 35-40 Hasbullah.2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press. p : 36 Hidayat, A. A. A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.p: 58 Mass,L.2004. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan dampak Kesehatannya.http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm%20linda2 .pdf diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 12.30 Nadia, Z.2011. Ragam Mitos Seputar Perkawinan, Kehamilan, Persalinan dan Balita.Laksana : Yogyakarta. pp :5,123-24. Niven, N.2002. Psikologi Kesehatan.EGC.Jakarta. p : 40 Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan dan Ilmu Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. p :12-19. ___________.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. p :124. ___________.2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Rineka Cipta. Jakarta.p : 241. PPIBI,2005.50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan .Jakarta : IBI. p : xxi.