FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA CHIKUNGUNYA DI DESA SUKARAJA TUHA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2010
Skripsi ini diajukan d iajukan sebagai Salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
HJ. RUSNI NIM. K. 08. 248
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-MA’ARIF BATURAJA TAHUN 2010
YAYASAN AL-MA’ARIF BATURAJA PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Mei 2010 Hj. Rusni ABSTRAK
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
Chikungunya Chikungunya merupakan merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian (Kejadian Luar Biasa). Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu reemerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Penyakit ini pertama sekali dicat dicatat at di Tanza Tanzania nia,, Afrik Afrikaa pada pada tahun tahun 1952, 1952, kemud kemudia ian n di Ugand Ugandaa tahun tahun 1963 1963.. Di Indo Indones nesia ia sendi sendiri ri KLB KLB Chiku Chikung nguny unyaa dilap dilapork orkan an pert pertam amaa kali kali pada pada tahun tahun 1973 1973 di Samarinda dan Jakarta. Peningkatan kasus chikungunya terutama pada saat pergantian musim. musim. Desa Sukaraj Sukarajaa Tuha merupakan merupakan salah satu satu desa desa yang berada berada di Wilaya Wilayah h Kerja Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur penyakit chikungunya merupakan masalah kese kesehat hatan an karena karena teru teruss menin meningk gkat at sejak sejak tiga tiga tahun tahun tera terakhi khir. r. Tahun Tahun 2009 2009 terja terjadi di peningkatan peningkatan menjadi menjadi 184 kasus kasus (15,69 (15,69 %). %). Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejadian chikungunya chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Sukaraja Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010. Penelit Penelitian ian ini merupa merupakan kan peneli penelitia tian n analiti analitik k dengan dengan mengguna menggunakan kan pendekat pendekatan an cross sectional sectional , pengump pengumpulan ulan data penelit penelitian ian dilakuk dilakukan an dengan dengan cara wawanca wawancara ra dan observasi dengan menggunakan kuesioner dan chek list. Pengolahan data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Chi-Square. Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota anggota keluarga keluarganya nya pernah pernah mender menderita ita chikung chikungunya unya 3 bulan bulan lalu lalu dan tidak tidak pernah pernah menderita chikungunya. Besar sampel yaitu 174 sampel. Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang menderita chikungunya seban sebanyak yak 35 (20,1 (20,1%) %) sedan sedangk gkan an yang yang bukan bukan pende penderit ritaa chiku chikungu ngunya nya seban sebanyak yak 139 139 (79,9%) (79,9%),, respond responden en dengan dengan pekerja pekerjaan an yang beresiko beresiko sebanya sebanyak k 80 (46%) (46%) sedangk sedangkan an responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko sebanyak 94 (54%), responden dengan pengetahuan pengetahuan tidak baik sebanyak 76 (43,7%) sedangkan responden responden dengan pengetahuan pengetahuan baik sebanyak sebanyak 98 (56,3%). (56,3%).
YAYASAN AL-MA’ARIF BATURAJA PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Mei 2010 Hj. Rusni ABSTRAK
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
Chikungunya Chikungunya merupakan merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian (Kejadian Luar Biasa). Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu reemerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Penyakit ini pertama sekali dicat dicatat at di Tanza Tanzania nia,, Afrik Afrikaa pada pada tahun tahun 1952, 1952, kemud kemudia ian n di Ugand Ugandaa tahun tahun 1963 1963.. Di Indo Indones nesia ia sendi sendiri ri KLB KLB Chiku Chikung nguny unyaa dilap dilapork orkan an pert pertam amaa kali kali pada pada tahun tahun 1973 1973 di Samarinda dan Jakarta. Peningkatan kasus chikungunya terutama pada saat pergantian musim. musim. Desa Sukaraj Sukarajaa Tuha merupakan merupakan salah satu satu desa desa yang berada berada di Wilaya Wilayah h Kerja Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur penyakit chikungunya merupakan masalah kese kesehat hatan an karena karena teru teruss menin meningk gkat at sejak sejak tiga tiga tahun tahun tera terakhi khir. r. Tahun Tahun 2009 2009 terja terjadi di peningkatan peningkatan menjadi menjadi 184 kasus kasus (15,69 (15,69 %). %). Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejadian chikungunya chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Sukaraja Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010. Penelit Penelitian ian ini merupa merupakan kan peneli penelitia tian n analiti analitik k dengan dengan mengguna menggunakan kan pendekat pendekatan an cross sectional sectional , pengump pengumpulan ulan data penelit penelitian ian dilakuk dilakukan an dengan dengan cara wawanca wawancara ra dan observasi dengan menggunakan kuesioner dan chek list. Pengolahan data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Chi-Square. Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota anggota keluarga keluarganya nya pernah pernah mender menderita ita chikung chikungunya unya 3 bulan bulan lalu lalu dan tidak tidak pernah pernah menderita chikungunya. Besar sampel yaitu 174 sampel. Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang menderita chikungunya seban sebanyak yak 35 (20,1 (20,1%) %) sedan sedangk gkan an yang yang bukan bukan pende penderit ritaa chiku chikungu ngunya nya seban sebanyak yak 139 139 (79,9%) (79,9%),, respond responden en dengan dengan pekerja pekerjaan an yang beresiko beresiko sebanya sebanyak k 80 (46%) (46%) sedangk sedangkan an responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko sebanyak 94 (54%), responden dengan pengetahuan pengetahuan tidak baik sebanyak 76 (43,7%) sedangkan responden responden dengan pengetahuan pengetahuan baik sebanyak sebanyak 98 (56,3%). (56,3%).
responden responden dengan sikap negatif sebanyak 85 (48,9%) (48,9%) sedangkan sedangkan responden responden dengan sikap positif positif sebanyak 89 (51,1%), responden dengan ada tempat perindukan perindukan nyamuk sebanyak 78 (44,8%) (44,8%) sedangk sedangkan an respond responden en tidak tidak ada tempat tempat perindu perindukan kan nyamuk nyamuk sebanya sebanyak k 96 (55,2%), ditemukan sebanyak 75 (43,1%) responden dengan peran petugas kesehatan tidak aktif, dan 99 (56,9%) responden dengan peran petugas kesehatan aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa semua variabe variabell dalam dalam peneli penelitia tian n ini mempuny mempunyai ai hubunga hubungan n yang bermak bermakna na dengan dengan kejadia kejadia chikung chikungunya unya.. Variabe Variabell tersebu tersebutt adalah adalah pekerj pekerjaan aan dengan dengan p value = 0,005, 0,005, variabe variabell pengetahuan pengetahuan dengan p dengan p value = 0,047, variabel sikap dengan p value = 0,001, variabel tempat perindukan nyamuk dengan p value = 0,010, variabel peran petugas kesehatan dengan p dengan p value = 0,000. Perluny Perlunyaa Dinas Dinas Kesehat Kesehatan an Kabupa Kabupaten ten OKU Timur Timur meneta menetapkan pkan suatu suatu strate strategi gi dalam dalam upaya upaya penceg pencegahan ahan dan pember pemberanta antasan san chikung chikungunya unya dengan dengan cara cara mening meningkatk katkan an kegiatan PSN, melakukan pengamatan penyakit serta melakukan penyemprotan minimal 2x dalam dalam setahun setahun terhada terhadap p nyamuk nyamuk dewasa dewasa di daerah daerah endemis endemis.. Disamp Disamping ing itu perlu perlu kesiapan kesiapan dan antisipasi apabila terjadi KLB. Untuk menghindari atau mencegah penyakit penyakit chikungunya hendaknya masyarakat membiasakan tidur memakai kelambu, memasang kawat kassa, mengeringkan genangan air, menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1x seminggu, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas seperti seperti kaleng, kaleng, dan pecahan pecahan botol. botol. Daftar Pustaka : 31 (2000 – 2008)
POST DEGREE PROGRAM PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM OF BATURAJA AL – MAARIF FOUNDATION EPIDEMIOLOGI A thesis,
May 2010
Hj. Rusni ABSTRACT The Factors Whhich Related to Chikungunya Case in Sukaraja Tuha Village Work Area Of Sukaraja Public Health Centre In East Oku In 2010
Chikungunya is the deseases wich always appeared KILB (the Extra Ordinary Case). Chikungunya is reemerging deases which was used to be so long time but now it appeared any more. First time the deases is recorded in Tanzania, Africa in 1952, then in Uganda in 1963. In Indonesia 1973 Chikungunya is reported in Samarinda and Jakarta. In season regulation Chikungunya cases increasing. In 2009 Chikungunya cases were also increasing to be 184 cases (15,69%). This research is purposed to know the factors which related to Chikungunya cases in Sukaraja Tuha village work area’s Sukaraja goverment clinic in East OKU in 2010. This research is analystic research. The data were analyzed by cross sectional approach. To collect the data the writer used interviewing and observation by giving quesioner and check list. Then the data were analyzed by using univariat analysis and bivariat analysis with statistic Chi – Square. The test taker of this study is the societis of Sukaraja village East OKU for about 1.172 people. The focus sampling of this study is principal family who are ever suffering Chikungunya in three mounth ago and are never doing it. The sampling is 174. Based on the identification of the data, it was found that the respondent who suffered Chikungunya is about 139 (79,9%), the respondent who having hard risk job for about 80 (46%), and respondent who having hard risk job about 94 (54%), the respondent who having bad knowledge is about 76 (43,7%) and the respondent who having a good knowledge is about 98 (56,3%). The respondent who having negative attitude is about 85 (48,9%) and the respondent who having positive attitude is about 89 (51,1%), the respondent who having dirty environment is about 78 (44,8%) and the respondent who having clean environment is about 96 (55,2%), the respondent who having bad role’s employee is 75 (43,1%), and the respondent who having good role’s employee is 99 (56,9%). Based on the result of the research, it was got that all variables have meaning relations with Chikungunya cases. The occupation variable is p value = 0,005, knowledge variable p value = 0,047, attitude variable with p value = 0,001, place variable of masquito with p value = 0,010 and the role’s healthy employee with p value = 0,000.
Healthy department of East OKU district has to make a strategy in by increasing PSN, to avoid Chikungunya, doing observation, scolding twice a year in endemis area. The society have also to be ready in facing KLB. To avoid Chikungunya, the societies are used to sleep by using mosquito net, drain flooded area, clean the bath room one a week, close the places where are flooded area and bury the former things like cans and splinter of botols.
References : 31 (2000-2008)
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Tempat/ Tanggal Lahir: Agama : Alamat :
Hj. Rusni Muaradua, 05 April 1964 Islam Desa pemetung Basuki No. 193 RT. 11/ RW. 02 Kecamatan Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2. 3.
SD Negeri I Muaradua, lulus tahun 1976 SLTP Negeri Muaradua, lulus tahun 1980 Sekolah Perawat Kesehatan DepKes Palembang, lulus tahun 1983
4.
Program Pendidikan Bidan DepKes Cirebon-Jawa Barat, lulus tahun 1988
5.
Program Khusus Diploma III Kebidanan Al-Ma’arif Baturaja, lulus tahun 2007
6.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Al-Ma’arif Baturaja, sedang mengikuti ujian akhir pendidikan
RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 1983 – 1985 Tahun 1985 – 1989 Tahun 1989 – sekarang
: Staf Puskesmas Muaradua : Staf Puskesmas Cempaka : Staf Puskesmas Pemetung Basuki
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010” ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AlMa’arif Baturaja.
Baturaja,
Mei 2010
PEMBIMBING I,
(Marwan Baits, SKM, MKM)
PEMBIMBING II,
(Suharmasto, SKM, M.Epid)
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Al-MA’ARIF BATURAJA Baturaja,
Mei 2010
PEMBIMBING I,
(Marwan Baits, SKM, MKM)
PEMBIMBING II,
(Suharmasto, SKM, M.Epid)
PEMBIMBING SKRIPSI,
(Dedy Wijaya, SKM)
PEMBIMBING LAPANGAN,
(Faisal, SKM, MM)
Kupersembahkan Kepada . . .
Kedua orang tuaku Tercinta yang telah dengan ikhlas membesarkanku, Suamiku Tersayang & Buah Hatiku yang selalu mendoakanku, Keluarga besarku yang senantiasa menanti kesuksesanku, Sahabat-sahabatku yang dalam suka dan duka tetap bersamaku.
“Dengan Ilmu Kehidupan Menjadi Mudah, Dengan Seni Kehidupan Menjadi Indah, Dan Dengan Agama Kehidupan Menjadi Terarah Dan Bermakna . . .”
Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti Apa yang paling baik diantaranya (Al – Qur’an). Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Q.S. Az – Zumar 39: 18)
dan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas hidayah dan ridha Allah sehingga skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010” ini dapat kami selesaikan.
Kami sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud sesuai harapan tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada: Bapak Drs. H. Rachman Djalili, M.Kes sebagai Ketua Yayasan Al-Ma’arif Baturaja; Ibu Dra. Hj. Herawaty, Mkes sebagai Ketua STIKES Al-Ma’arif Baturaja; Bapak Marwan Baits, SKM, MKM sebagai Ketua Program Studi SKM STIKES Al-Ma’arif Baturaja yang sekaligus sebagai Pembimbing I; Bapak Suharmasto, SKM, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu yang sekaligus sebagai Pembimbing II; Bapak Deddy Wijaya, SKM sebagai penguji hasil penelitian; Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Al-Ma’arif Baturaja; Bapak dr. H. M. Farid Fairuzi, Mkes
selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten OKU Timur; Bapak Faisal, SKM. MM selaku penguji lapangan; Ibu dr. Heliyanti selaku Kepala Puskesmas Sukaraja atas izin dan perkenannya dalam pengambilan data di desa Sukaraja Tuha; terkhusus saudari Neneng Fauziah yang telah secara sukarela membantu dalam pengumpulan data penelitian ini. Sesungguhnya masih banyak lagi pihak yang membantu, namun tidak sempat kami sebutkan satu persatu disini. Untuk itu kami mohon maaf dan menyampaikan terima kasih atas segala bantuan dan kebaikannya. Akhirnya, Allah Azza Wajaalla jualah Yang Maha Sempurna untuk membalas segala kebaikan dan bantuan, semoga limpahan rahman dan rahim Allah tercurah kepada kita semua. Mudah-mudahan Allah ridha sehingga skripsi ini dapat bermanfaat adanya.
Wallahu’alam Bissawaf .
Baturaja,
Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ABSTRAK ........................................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN .................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ BAB
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................... 1 B.Rumusan Masalah ...................................................................... 3 C.Pertanyaan Penelitian ................................................................. 4 D.Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 F. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Chikungunya 1. Pengertian Chikungunya ........................................................ 7 2. Agent penyebab Chikungunya ............................................... 7 3. Gejala Chikungunya ............................................................... 8 4. Morfologi Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti ..... 10 5. Vektor Penular ....................................................................... 11 6. Cara Penularan ....................................................................... 16 7. Cara Memutuskan Rantai Penularan ...................................... 18 8. Pemberantasan Vektor Chikungunya ..................................... 19 9. Pencegahan Chikungunya ...................................................... 22 B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya 1. Pekerjaan .................................................................................. 24 2. Pengetahuan ............................................................................. 26 3. Sikap ......................................................................................... 29 4. Tempat perindukan nyamuk .................................................... 30
5. Peran Petugas Petugas Kesehat Kesehatan an ......... .............. ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ..... C. Kerangk Kerangkaa Teori Teori ......... .............. .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......
31 32
BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A.Kerangk A.Kerangkaa Konsep Konsep ...... ........... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... .... 34 B.Def B. Definis inisii Operas Operasiona ionall ......... .............. .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... .. 35 C.Hip C. Hipote otesis sis ......... .............. .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ........... .......... .... 38 BAB IV. METODE PENELITIAN A. Ranca ancang ngan an Pene Peneli liti tian an .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... B. Popul opulas asii dan dan Samp Sampel el Pene Peneli liti tian an .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... C. Tem Tempat pat Pene Peneli liti tian an .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .. D. Waktu aktu Pene Peneli liti tian an .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .. E. Cara ara Peng Pengum umpu pula lan n Data ata ... ..... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... F. Pengola Pengolahan han Data Data ........ ............. .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... .... 41 G. Anali nalisa sa Data ata .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..
39 39 40 41 41 42
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambar Gambaran an Umum Umum Puskes Puskesmas mas Sukaraja Sukaraja dan Desa Desa Sukar Sukaraja aja Tuha . B. Analisis Analisis Univar Univariat iat ......... ............. ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ........... ........... .......... .......... .......... ..... C. Analisis Analisis Bivaria Bivariatt ......... .............. .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ........ ...
43 45 48
BAB VI. PEMBAHASAN A. Keterba Keterbatasa tasan n Penelit Penelitian ian ......... .............. .......... .......... .......... .......... ........... ........... .......... .......... .......... ......... .... B. Pembahas Pembahasan an Hasil Hasil Penelit Penelitian ian ........ ............. ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .....
53 53
BAB VII. VII. KESIMPULAN DAN SARAN SARAN A. Kesimp Kesimpula ulan n ......... .............. ......... ......... .......... .......... ........... ........... .......... .......... .......... .......... .......... ........... ........... ........ ... B. Saran Saran ......... ............. ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...
61 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RALAT
DAFTAR TABEL Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan Tabel 5.7. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.8. Hubungan Pengetahuan Responden Responden dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.9. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Kejadian Chikungunya Tabel 5.10. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Chikungunya Tabel 5.11. Hubungan Peran petugas Kesehatan dengan Kejadian Chikungunya
DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR GAMBAR 2.1 Kerangk Kerangkaa Teori Teori Penelit Penelitian ian ......... .............. ......... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... ....... ..
31
GAMBAR GAMBAR 3.1 Kerangk Kerangkaa Konsep Konsep Peneliti Penelitian an ......... .............. ......... ......... .......... .......... ........... ........... .......... .......... .......
32
DAFTAR SINGKATAN
Bti
: Bacillus thuringiensisvar israeliensis
DBD
: Demam Berdarah Dengue
DepKes
: Departemen Kesehatan
KLB
: Kejadian Luar Biasa
OKU
: Ogan Komering Ulu
PSN
: Pemberantasan Sarang Nyamuk
RI
: Republik Indonesia
SPSS
: Statistical Package for the Social Science
TPA
: Tempat Penampungan Air
ULV
: Ultra Low Volume
WHO
: World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1 Surat Permohonan Pengambilan Data Lampiran-2 Surat Izin Penelitian Lampiran-3 Lembar Kuesioner Penelitian Lampiran-4 Printout Hasil Analisis Data dengan SPSS Lampiran-5 Lembar Konsultasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chikungunya merupakan penyakit yang sering kali menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa), terutama pada saat pergantian musim, Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberada-annya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya yang dikenal dengan nama penyakit knuckle fever , knee trouble di Kairo (1779), scarletina rhematica di Calcuta, Madras, dan Gujarat (1824). Penyakit chikungunya dilaporkan telah berjangkit di beberapa negara Afrika misalnya Angola, Botswana, Nigeria, Zimbabwe, dan negara lainnya, dan virusnya diisolasi pertama kali pada tahun 1952 di Tanganyika (Nasronudin, 2007). Penyakit pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia sendiri KLB (Kejadian Luar Biasa) chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta, tahun 1979 di Bengkulu. dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah baik di Sumatera (Kuala Tungkal dan Jambi, 1982) maupun di luar Sumatera yaitu pada tahun 1983 di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur, sedangkan pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara dan Irian Jaya. Setelah hampir 20 tahun
tidak ada kejadian maka mulai tahun 2001 mulai dilaporkan adanya KLB chikungunya lagi di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat, sedangkan pada tahun 2002 terjadi KLB di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat. Secara epidemiologis, saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk timbulnya KLB chikungunya (Depkes RI, 2007). Diperkirakan sepanjang tahun 2000-2003 jumlah kasus chikungunya mencapai 3.918 dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini. Penyebaran penyakit chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia potensial terjadinya KLB Chikungunya. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan (Depkes RI, 2007). Untuk provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 penemuan kasus chikungunya tercatat 9.864 kasus, pada tahun 2008 tercatat 10.975 kasus dan pada tahun 2009 tercatat 11.028 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, 2009) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU Timur pada tahun 2007 penemuan penderita chikungunya berjumlah 5.651 kasus (0,85 %), pada tahun 2008 berjumlah 5.830 kasus (0,88 %), dan pada tahun 2009 berjumlah 6.219 kasus (0,94 %) dari jumlah penduduk 661.274 Orang. (Dinas Kesehatan OKU Timur, 2009).
Berdasarkan data dari Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur jumlah proporsi penderita chikungunya diwilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun 2007
ditemukan penderita chikungunya sebanyak 406 kasus (1,16 %), pada tahun 2008 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 453 kasus (1,29 %) dan pada tahun 2009 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 497 kasus (1,42 %) dari jumlah penduduk 34.851 Orang. Sedangkan di desa Sukaraja Tuha yang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja pada tahun 2007 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 93 kasus (7,93 %), pada tahun 2008 ditemukan penderita chikungunya sebanyak 124 kasus (10,58 %), dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 184 kasus (15,69 %) dari j umlah penduduk 1.172 Orang. (Rekapitulasi Laporan Penyakit Puskesmas Sukaraja, 2009) Berdasarkan pernyataan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010”. Variabel yang diteliti adalah pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Belum
diketahuinya
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010.
C. Pertanyaan Penelitian
1.
Apakah ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ? 2.
Apakah ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur ? 3.
Apakah
ada
hubungan
sikap
responden
dengan
kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur? 4.
Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur? 5.
Apakah ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur?
D. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya
di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 2.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, serta peran petugas kesehatan pada kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010. b. Diketahuinya
hubungan
pekerjaan
responden
dengan
kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 c. Diketahuinya
hubungan
pengetahuan
responden
dengan
kejadian
chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 d. Diketahuinya hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 e. Diketahuinya hubungan hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 f. Diketahuinya hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
E. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Instansi Kesehatan / Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program penanggulangan penyakit chikungunya.
2. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk menyusun kebijakan dan pengembangan program penanggulangan penyakit chikungunya. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya, sehingga dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus chikungunya. 4. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian ilmiah terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya, dan pengalaman yang sangat berguna serta menunjang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat keterbatasan dana dan waktu untuk menyusun skripsi, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah faktor pekerjaan responden, pengetahuan responden, sikap responden, tempat perindukan nyamuk, dan peran petugas kesehatan
yang berhubungan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Chikungunya 1. Pengertian Chikungunya
Chikungunya adalah demam mendadak yang diikuti oleh beberapa gejala berikut : nyeri sendi (artralgia), nyeri otot, nyeri kepala, ruam (rash), nyeri menelan, mual, muntah (Depkes RI, 2007). Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti, dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu (Sudarmo, 2005).
2. Agent Penyebab Chikungunya
Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya kelompok Alphavirus atau group A ( Antropho borne viruses). Sedangkan demam berdarah dengue
(DBD) disebabkan oleh group B ( Antropho borne viruses). Chikungunya ditularkan lewat nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes Aegypti (Judarwanto, 2007)
3. Gejala Chikungunya
Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue (DBD), pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (schok ) maupun kematian. Gejala Chikungunya, yaitu (Depkes RI, 2007) : a. Demam Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan. Panas tinggi selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi membentuk kurva “Sadle back fever ” (Bifasik). Bisa disertai menggigil dan muka kemerahan ( flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan (Conjunctival injection). b. Sakit Persendian Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam. Nyeri sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid , terutama disendi-sendi pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu
kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul.
Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan membatasi gerakan. Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis. sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. c. Nyeri Otot Nyeri otot ( fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki. d. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. e. Kejang dan Penurunan Kesadaran Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan
kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal ) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.
f.
Sakit Kepala Sakit kepala merupakan keluhan sering ditemui
g. Gejala lain : Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah
4. Morfologi Nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes aegypti Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae.
Strain Asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di
Afrika. Virus Chikungunya
disebut
juga Arbovirus A Chikungunya Type
CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain: ukuran badan
3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih
dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti diletakkan induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila
terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat.
Telur nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Vektor Chikungunya di Asia adalah Aedes albopictus dan Aedes aegypti. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus (Judarwanto,2007)
5. Vektor Penular
Di Indonesia vektor penular chikungunya ini adalah nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini saat hinggap posisinya sejajar. Nyamuk Aedes albopictus hidupnya dikebun-kebun, sedangkan nyamuk Aedes aegypti hidupnya bisa didalam rumah maupun dilingkungan sekitar rumah. Nyamuk ini menggigit pada pagi dan sore hari (Depkes RI, 2001) a. Tempat Perindukan vektor Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti yaitu berupa genangan air yang tertampung disuatu wadah yang disebut container yang dapat menampung air terutama air hujan, bukan pada genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah.
Kontainer ini dapat di bedakan menjadi 3 macam yaitu Depkes RI, 2001) : 1). Tempat Penampungan Air Air yang bersifat tetap (TPA) Penampungan air biasanya dipakai untuk keperluan sehari-hari pada rumah tangga seperti untuk mencuci, memasak, mandi dan keperluan lainnya, yang pada umumnya airnya jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, drum penyimpanan air, tempayan dan lain-lain 2). Bukan Tempat Penampungan Air (Non TPA) Adalah wadah yang dapat menampung menampung air terutama air hujan, tetapi bukan untuk untuk keperl keperluan uan seharisehari-hari hari sepert sepertii : tempat tempat minum minum hewan hewan pelihar peliharaan, aan, plastik, plastik, bekas, bekas, pot tanaman, tanaman, barang-bar barang-barang ang bekas (ban, botol) botol) 3). Tempat Perindukan Alami Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami tempat tersebut dapat menjadi penampungan air, misalnya daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-kebun, potongan bambu, pelepah daun yang berisi air dan bekas tempurung kelapa yang berisi air.
b. Ekologi Ekologi vektor Ekol Ekolog ogii vekt vektor or yaitu yaitu memp mempel elaja ajari ri hubung hubungan an antar antaraa vekt vektor or denga dengan n lingkungannya/mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap vektor.
Lingkung Lingkungan an ada 2 macam macam yaitu yaitu lingkun lingkungan gan fisik fisik dan lingkung lingkungan an biologi biologiss (Depkes RI. 2001) : 1). Lingkungan Fisik Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya jarak antara rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat, dan iklim : a). Jarak antara rumah rumah Jara Jarak k ruma rumah h memp mempen enga garu ruhi hi penye penyebar baran an nyamu nyamuk k dari dari satu satu ruma rumah h kerumah lainnya, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah pula untuk untuk nyamuk nyamuk menyebar menyebar kerumah kerumah sebelah. sebelah. b). Jenis kontainer kontainer Macam-macam kontainer yang termasuk disini adalah jenis atau bahan dari dari kontainer, kontainer, letak kontainer kontainer,, bentuk, warna, warna, kedalaman kedalaman air air dan tutup yang juga mempengaruhi dalam pemilihan tempat bertelur. c). Ketinggian tempat Pengaruh variasi ketinggian terdapat syarat-syarat ekologis yang dipe diperl rluk ukan an oleh oleh vekt vektor or peny penyak akit it.. Di Indo Indone nesi siaa nyam nyamuk uk Aedes albopictus dan Aedes aegypti dapat hidup pada daerah ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. d). Iklim Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari : suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin.
Rata-ra Rata-rata ta optimu optimum m suhu udara udara untuk untuk pertum pertumbuha buhan n nyamuk nyamuk adalah adalah 25ºC sampai 27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabi apabila la suhu suhu kura kurang ng dari dari 10ºC 10ºC atau atau lebih lebih dari dari 40ºC 40ºC.. Cura Curah h hujan hujan menye menyebab babkan kan naikny naiknyaa kele kelemb mbaba aban n udara udara dan menam menamba bah h juml jumlah ah tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung didalam tempat perindukan alami seperti potongan bambu, lobang pagar dan daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebun-kebun . Angin dapat berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran nyamuk, bila kecep kecepat atan an angin angin kenca kencang ng akan akan dapat dapat meng mengham hamba batt pener penerban banga gan n nyamuk. 2). Lingkungan Biologik Lingkungan biologik juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan nyamuk yaitu dengan banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang dapat mempengaruhi kelembaban udara dan pencahayaan didalam rumah yang merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap beristirahat sepert sepertii pada pada baju yang bergantung bergantungan, an, kopiah kopiah dan tas, tas, serta serta banyakny banyaknyaa kebun-kebun di sekitar rumah (Depkes RI, 2001)
c. Bionomik vektor
Bionomik vektor adalah kebiasaan tempat perindukan (Breeding habit ), kebiasaan menggigit ( Feeding habit ), kebiasaan istirahat ( Resting habit ) dan jarak terbang
Bionomik vektor (Depkes RI, 2001) : 1). Tempat perindukan Nyamuk ( Breeding habit ) Tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus yaitu genangan air yang tertampung pada daun-daun yang berserakan di tanah terutama di kebunkebun, sedangkan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu berupa genangan-genangan air yang tertampung didalam suatu wadah yang disebut container baik didalam rumah maupun diluar rumah. Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk betina adalah dinding vertikal bagian dalam dari suatu tempat atau kontainer yang berisi air sedikit diatas permukaan air dan terlindung terhadap cahaya matahari langsung. Tempat penampungan air yang ada di masyarakat biasanya berupa bak mandi dengan bahan yang terbuat dari perselein ataupun plesteran biasa, gentong dari tanah, drum dan lain-lain. 2). Kebiasaan menggigit ( Feeding habit ) Kebiasaan menggigit nyamuk betina Aedes albopictus dan Aedes Aegypti terutama antara pukul 08.00-13.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB, dengan demikian dapat dikatakan bahwa nyamuk betina menggigit pada pagi hari dan sore hari. Aedes albopictus lebih banyak menggigit di luar rumah sedangkan Aedes aegypti tempat menggigit lebih banyak didalam
rumah dari pada diluar rumah. Nyamuk Aedes albopictus dan nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik (sangat menyenangi darah manusia) dan dapat menggigit beberapa kali. Orang yang sudah digigit sudah aktif bergerak, kemudian nyamuk terbang dan menggigit orang lain sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. 3). Kebiasaan Istirahat ( Resting habit ) Setelah menggigit, selama menunggu pematangan telur nyamuk akan terkumpul ditempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum untuk beristirahat, setelah itu nyamuk akan bertelur dan menggigit lagi. Tempattempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap atau istirahat adalah tempattempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju yang bergantungan, kopiah dan tas. 4). Jarak Terbang Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti sehari-hari mempunyai kebiasaan terbang dekat permukaan tanah dan bergerak kesemua arah untuk mencari mangsa, mencari tempat bertelur,beristirahat dan melakukan perkawinan. Nyamuk betina dapat terbang rata-rata 50 m, dan ada kalanya sampai 100 m.
6. Cara Penularan
Penularan demam chikungunya umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh
Aedes Albopictus yang hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (Depkes RI, 2005). Penularan juga bisa bila penderita yang mengandung virus chikungunya digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita (extrinsic incubation period ), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain, virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sehingga selain menjadi vektor juga menjadi reservoir dari virus chikungunya (Depkes RI, 2001). Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya ( proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus chikungunya dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Seseorang yang telah terinfeksi oleh virus chikungunya melalui gigitan nyamuk, akan mengalami masa inkubasi selama 2-12 hari tetapi umumnya 3-7 hari, selama masa inkubasi ini virus berada didalam darah yang disebut dengan fase akut/ viremia (5-7 hari). Penderita yang dalam masa viremia inilah yang dapat menularkan penyakit chikungunya ke orang lain selama terdapat vector penular penyakit (Depkes RI, 2001). Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit chikungunya, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes
aegypti, nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period ) sebelum menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).
7. Cara Memutuskan Rantai Penularan
Sebagaimana pemberantasan penyakit menular lainnya untuk pemberantasan chikungunya adalah dengan memutuskan mata rantai penularan dengan cara sebagai berikut (Lawuyan, 2004) : a.
Melenyapkan
virus
dengan
cara
mengobati
penderita dengan obat anti virus tersebut (belum banyak di lakukan) b.
Isolasi penderita agar tidak digigit oleh nyamuk
penular sehingga tidak terjadi penularan kepada orang lain. Hambatannya adalah karena virus telah berada dalam darah 1-2 hari sebelum penderita mengalami demam penderita secara dini.
sehingga dirasa sulit untuk dilakukannya isolasi Selain itu tidak mudah menganjurkan pada penderita
infeksi chikungunya ini untuk diisolasi. c.
Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan
kepada orang lain meskipun sebenarnya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti
cukup mudah, namun penyakit ini tersebar luas sehingga mengalami kesulitan untuk memberantasnya. d.
Menghindari
gigitan
nyamuk Aedes
aegypti
sehingga orang yang sehat tidak ketularan penyakit chikungunya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu diwaktu tidur, memasang kawat kassa dikamar agar nyamuk tidak bisa masuk kedalam kamar. Dari keempat cara diatas, cara pemberantasan yang paling afektif dan dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor Aedes aegypti.
8. Pemberantasan Vektor Chikungunya Pemberantasan vector adalah upaya mengendalikan vector dengan cara menurunkan populasi, mencegah gigitan nyamuk atau mengubah lingkungan sehingga tidak cocok untuk berkembang biak atau tempat istirahat vector. Tujuannya untuk mencegah atau menurunkan tingkat penularan chikungunya. Kegiatan pemberantasan vektor chikungunya yang dapat dilaksanakan yaitu dengan cara pemberantasan jentik dan pemberantasan nyamuk dewasa. Kegiatan pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Depkes RI, 2005) : a.
Pemberantasan jentik
1). Cara Fisik Cara ini lebih dikenal dengan istilah 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) yaitu dengan cara menguras bak mandi, menutup tempat-
tempat penampungan air seperti tempayan, dan lain-lain, serta mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban bekas, botol, pecahan piring atau gelas, tempat minum hewan peliharaan, vas atau pot bunga. Pengurasan tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali sebab daur hidup nyamuk 7-10 hari, serta membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun setiap 7-10 hari. 2). Cara Biologi Cara biologi ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah, ikan gupi dan lain-lain. 3). Cara Kimia Cara pemberantasan jentik Aedes Aegypti adalah dengan menggunakan racun pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatesasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah berbentuk butiran pasir (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Abatesasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Racun pembasmi jentik ini aman meskipun digunakan ditempat penampungan air (TPA) yang airnya jernih untuk mencuci atau air minum sehari-hari. Selain itu dapat digunakan pula racun pembasmi jentik yang lain seperti : bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti) atau Altosit golongan insect growth regulator.
b. Pemberantasan Vektor Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1). Dengan menggunakan Insektisida Penggunaan insektisida yang biasa dipakai dalam pemberantasan vektor Chikungunya adalah jenis insektisida Malathion 96 EC, yang dilakukan dengan metode pengasapan thermal fogging dan pengasapan cold fogging atau ULV (Ultra Low Volume). Pengasapan thermal fogging sangat efektif dalam memutuskan mata rantai penularan, karena dapat mematikan semua jenis nyamuk dalam waktu singkat, dengan demikian penularan dapat diputuskan. 2). Tanpa menggunakan insektisida Cara pemberantasan vektor penyakit chikungunya untuk jangka panjang adalah cara yang paling mudah dilakukan serta murah dan aman. Cara ini lebih dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Depkes RI, 2005) : a). Menutup rapat-rapat tempat penampungan air bersih, misalnya tempayan, drum dan lain-lain b). Menguras bak mandi dan tempat penampungan air bersih sekurangkurangnya seminggu sekali, mengingat perkembangan telur menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 7-10 hari
c). Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, ban bekas, botol bekas dan pecahan piring atau gelas serta lainnya yang dapat digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. d). Memelihara ikan pemakan jentik dalam kolam-kolam ikan yang ada didalam maupun diluar rumah. e). Membersihkan tumpukan daun yang ada di kebun-kebun setiap 7-10 hari.
9. Pencegahan Chikungunya
a. Penyuluhan Kesehatan pada Masyarakat Tujuan penyuluhan kesehatan adalah agar keluarga dan masyarakat tahu, mau, mampu mencegah penyakit chikungunya dirumah dan di lingkungannya dengan melaksanakan PSN chikungunya secara terus menerus, sehinggga rumah dan lingkungannya bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan demikian wilayahnya terbebas dari penularan penyakit chikungunya (DepKes RI, 2004). b.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Chikungunya Gerakan PSN chikungunya adalah keseluruhan kegiatan masyarakat
dan
pemerintah untuk mencegah penyakit chikungunya, yang disertai pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Tujuan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk adalah untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit chikungunya, terutama
dalam pemberantasan jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit chikungunya dapat dicegah. Sasaran utama dari gerakan ini adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum melakukan PSN chikungunya serta menjaga kebersihan lingkungannya
masing-masing,
secara
terus
menerus.
Gerakan
PSN
diprioritaskan pada wilayah kecamatan endemis dan sporadis chikungunya (Yahya H, 2006). c.
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah kegiatan pemeriksaan terhadap
tempat-tempat penampungan air, dengan tujuan untuk mengevaluasi hasil penggerakan PSN chikungunya oleh masyarakat. PJB dilaksanakan disemua daerah setiap 3 bulan oleh petugas Puskesmas (DepKes RI, 2005). d.
Fogging (Pengasapan/ Penyemprotan) Kegiatan fogging dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa.
kegiatan fogging ini terdiri dari dua macam, yaitu (Yahya, H., 2006) : 1). Fogging Massal Kegiatan penyemprotan insektisida yang dilakukan diseluruh rumah didaerah endemis, 2 siklus dengan interval 27 hari, pada saat sebelum musim penularan. Kegiatan yang dilakukan selain penyemprotan dengan insektisida, lebih dulu diawali dengan penyuluhan dan penggerakan PSN oleh masyarakat secara massal. Tujuan kegiatan penyemprotan massal ini adalah untuk membatasi penularan dan pencegahan KLB.
2). Fogging Fokus Fogging fokus adalah kegiatan penyemprotan dengan insektisida dan PSN chikungunya
dilokasi
kasus
chikungunya
dalam
radius
200
m,
dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari, oleh petugas puskesmas. Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memutuskan rantai penularan, sehingga penularan dapat dibatasi, agar tidak berkembang menjadi KLB/ wabah. e. Abatesasi Abatesasi adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air baik didalam rumah maupun diluar rumah, pada seluruh rumah dan bangunan didaerah endemis juga dengan penaburan bubuk abate pada tempat penampungan air yang didapati jentik, dilaksanakan 4 kali dalam setahun Tujuan pelaksanaan abate ini adalah sebagai tindakan Sweeping (Penyapuan) dalam pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti untuk mengurangi populasi nyamuk tersebut agar tidak terjadi KLB (Selamihardja, N, 2006).
B.
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Penyakit Chikungunya Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia, sedangkan pekerjaan dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003)
Untuk memperoleh kesuksesan dalam pekerjaan diperlukan 10 persyaratan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) : a. Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat b. Keahlian berkomunikasi atau komunikasi dengan baik c. Hubungan antar manusia dengan baik d. Mampu memimpin diri sendiri dan orang lain e. Sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri f. Memiliki keahlian dan keterampilan menjual ide/ gagasan g. Mampu mengingat dengan baik h. Mampu mengatasi masalah, stres, dan kekuatiran i.
Memiliki antusiasme yang menyala-nyala
j.
Memiliki wawasan hidup yang luas Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang
melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (60,6%) tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Pengangguran) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/ chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010).
Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut dr. Indan Entjang (2006) dalam bukunya yang berjudul Ilmu kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa salah satu usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan adalah dengan cara meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah yaitu patuh pada ajaran agama, cukup santapan rohani, meningkatkan pengetahuan baik dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan, menuntut ilmu dibangku sekolah ataupun dengan belajar dari pengalaman hidup. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Semakin banyaknya berbagai media yang mengupas informasi pencegahan chikungunya sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan chikungunya.
Penelitian
Rogers
(1974)
mengungkapkan
bahwa
sebelum
orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d.
Trial, dimana objek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2003) : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : 1). Penyebab penyakit 2). Gejala atau tanda-tanda penyakit 3). Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan 4). Bagaimana cara penularannya 5). Bagaimana cara pencegahannya
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi : 1). Jenis-jenis makanan bergizi 2). Manfaat makanan yang bergizi 3). Pentingnya olah raga bagi kesehatan 4). Pentingnya istirahat cukup 5). Tahu bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dsb c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan : 1). Manfaat air bersih 2). Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk cara pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah 3). Manfaat penerangan dan pencahayaan rumah yang sehat 4). Akibat polusi (air, udara, dan tanah) bagi kesehatan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 125 responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang penyakit
chikungunya
(dibawah
atau sama dengan median hasil) dan
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok (www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010).
Sikap
Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek-objek, dan keadaan (Notoatmodjo, 2003). Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respons evaluatif yaitu suatu respons
yang
sudah
dalam
pertimbangan
oleh
individu
bersangkutan
(Notoatmodjo, 2007). Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni : 1). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek 3). Kecendrungan untuk bertindak Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).
Tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan nyamuk yang terdapat di lingkungan sekitar rumah tempat
tinggal
adalah
genangan
air
yang
potensial
sebagai
tempat
perkembangbiakan stadium pra dewasa nyamuk. Masalah lingkungan pada teori Blum dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan alamiah dan lingkungan buatan manusia. Paradigma sehat berperan untuk menciptakan lingkungan buatan yang lebih baik, yang merupakan faktor yang berperan besar dalam menentukan derajat kesehatan (Depkes RI, 2003). Lingkungan fisik tempat perindukan nyamuk sebagian besar berkaitan dengan klimatologi, karena Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari; suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin
(Depkes
RI. 2001). Rata-rata optimum suhu udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25ºC sampai 27ºC, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali apabila suhu kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC.
Curah hujan menyebabkan naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perindukan nyamuk, karena air hujan dapat tertampung didalam tempat perindukan alami seperti potongan bambu, lobang pagar. Angin dapat berpengaruh pada jarak terbang dan penyebaran nyamuk, bila kecepatan angin kencang akan dapat menghambat penerbangan nyamuk (Depkes RI, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dkk (2003) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika. com, diakses 15 februari 2010).
Peran Petugas Kesehatan
Merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam bentuk sikap dan perilaku kesehatan (Depkes RI, 2005) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin. dkk (2003) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian luar biasa chikungunya di Desa Bojong
Lor
wilayah
kerja
Puskesmas
Klangenan
(www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010).
Kabupaten
Cirebon
Peran petugas kesehatan yang berupa memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam perilaku kesehatan. Teori lain mengatakan untuk meningkatkan Predisposing Factor (faktor penentu) diperlukan upaya penyuluhan, komunikasi dan informasi, sedangkan untuk meningkatkan Enabling Factor (faktor pemungkin) diperlukan community organization, serta untuk meningkatkan Reinforcing Factor (faktor Pendorong) diperlukan training dan retraining (Notoatmodjo, 2003).
C.
Kerangka Teori
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi oleh tiga faktor pokok yakni: faktor-faktor presdiposisi ( predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, dan unsur lain yang terkait dalam faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor ) yaitu sikap dan perilaku diluar individu yang menguatkan perilaku seseorang, misalnya pengaruh dari teman atau kelompok dan sebagainya.
Gambar kerangka teori menurut L. Green (Notoatmodjo, 2003) :
Faktor predsiposisi ( Predisposing factor ) -
Umur
-
Sex
-
Pendidikan
-
Sikap
-
Pekerjaan
-
Pengetahuan
-
Penghasilan
-
Kepercayaan
-
Keyakinan
-
Nilai dan Kebiasaan
Faktor Pendukung ( Enabling factor )
Perilaku
- Lingkungan fisik - Fasilitas pelayanan kesehatan
Kesehatan
- Sumber Daya - Sarana Penunjang Kesehatan
Faktor pendorong ( Reinforcing factor ) -
Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain
- Sikap dan Perilaku Masyarakat
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian chikungunya secara skematis kerangka konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen
Pekerjaan Responden
Pengetahuan Responden
KEJADIAN Sikap Responden
CHIKUNGUNYA
Tempat Perindukan Nyamuk
Peran Petugas Kesehatan
B.
Definisi Operasional
1. Variabel Dependen Nama Variabel: Kejadian Chikungunya Definisi Operasional : Responden dewasa maupun anak-anak yang menderita
chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam ( rash), nyeri menelan, mual, muntah dan sudah mendapat diagnosis dari petugas kesehatan profesional. Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: 1. Penderita
chikungunya
(jika
pernah
menderita
chikungunya dalam 3 bulan terakhir) 2. Bukan penderita
(jika
tidak
pernah
menderita
chikungunya dalam 3 bulan terakhir) Skala Ukur
: Ordinal
2. Variabel Independen a. Nama Variabel
: Pekerjaan responden
Definisi Operasional
: Kegiatan rutin yang dilakukan responden dalam upaya
memperoleh
penghasilan
untuk
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: 1. Beresiko (bila bekerja di kebun/ hutan) 2. Tidak beresiko (bila tidak bekerja di kebun/ hutan/ tidak bekerja)
Skala Ukur
: Nominal
b. Nama Variabel
: Pengetahuan responden tentang Chikungunya
Definisi Operasional
: Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai Chikungunya
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: 1. Tidak Baik (bila responden menjawab dengan benar < 5) 2. Baik (bila responden menjawab dengan benar ≥ 5)
Skala Ukur
: Ordinal
c. Nama Variabel Definisi Operasional
: Sikap responden : Tanggapan/ respon/ reaksi responden terhadap pencegahan penyakit Chikungunya
Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: 1. Negatif (bila responden menjawab dengan benar < 5) 2. Positif (bila responden menjawab dengan benar ≥ 5)
Skala Ukur
: Nominal
d. Nama Variabel
: Tempat perindukan nyamuk
Definisi Operasional
: Tempat perindukan nyamuk berupa genangan air di sekitar tempat tinggal responden.
Cara Ukur
: Observasi
Alat Ukur
: Chek List
Hasil Ukur
: 1. Ada (bila terdapat genangan air disekitar tempat tinggal responden) 2. Tidak ada (bila tidak terdapat genangan air disekitar tempat tinggal responden)
Skala Ukur
: Nominal
e. Nama Variabel Definisi Operasional
: Peran Petugas Kesehatan : Keaktifan
petugas
kesehatan
dalam
upaya
pencegahan dan pemberantasan chikungunya di masyarakat Cara Ukur
: Wawancara
Alat Ukur
: Kuesioner
Hasil Ukur
: 1. Tidak
Aktif
(bila
petugas
kesehatan
memberikan penyuluhan kesehatan dengan jadwal tidak menentu atau satu tahun sekali. 2. Aktif (bila petugas kesehatan memberikan
penyuluhan kesehatan setiap satu bulan sekali Skala Ukur
C.
: Nominal
Hipotesis
1. Ada hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya 2. Ada hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya 3. Ada hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya 4. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya 5. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya
BAB IV METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana data yang dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi sampling adalah masyarakat desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur sebanyak 1.172 Orang. Populasi Sasaran adalah Kepala Keluarga baik yang anggota keluarganya pernah menderita chikungunya 3 bulan lalu dan tidak pernah menderita chikungunya.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi masyarakat di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja kabupaten OKU Timur, dan besar sampel dalam penelitian diambil secara acak sederhana
berjumlah
174 Orang dihitung dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi (Ariawan, 2002) sebagai berikut : n=
Z²1-ά/2. p(1-p) N . d²(N-1)+ Z²1-ά/2. p(1-p)
Keterangan : N = Jumlah sampel yang diharapkan Z = Derajat kepercayaan 95% = 1,96
p = Perkiraan proporsi Chikungunya di desa Sukaraja Tuha tahun 2009 sebesar 15,69% = 0,1569 N = Jumlah populasi = 1172 Orang d = Presisi mutlak yang diinginkan 5% = 0,05 Jadi perhitungan besar sampel dengan derajat kepercayaan 95%, presisi 5% pada penelitian ini adalah sebagai berikut : n=
(1,96)² . 0,1569 (1 – 0,1569) 1172 . 0,05² (1172 – 1) + (1,96)² . 0,1569 (1 – 0,1569)
=
3,8416 . 0,1569 (0,8431) 1172 . 0,0025 (1171) + (3,8416) . 0,1569 (0,8431)
=
595,5822 . 2,9275 + 0,5081
= 595,5822 3,4356 n = 173,3561 dibulatkan menjadi 174 Jadi besar sampel penelitian 174 sampel
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2010
E. Cara Pengumpulan Data
1. Sumber Data a.
Data primer Data primer diperoleh dari hasil kuesioner di rumah responden b. Data sekunder 1). Dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur 2). Dari Puskesmas Sukaraja 3). Kantor Kepala Desa Sukaraja Tuha yang meliputi data demografi dan data geografis desa Sukaraja 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. 3. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang diperlukan untuk pengumpulan data dalam penelitian diantaranya yaitu lembar isian (kuisioner dan chek list).
F. Pengolahan Data
Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan diolah dengan melakukan pengelompokan jawaban, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.
Adapun proses pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Editing
Tahap dilakukan pemeriksaan kelengkapan data lapangan yang telah dikumpulkan oleh peneliti. 2. Coding Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan dan pemberian kode dalam bentuk angka pada masing-masing pertanyaan sesuai dengan keperluan dalam menganalisis data. 3. Entry Merupakan proses memasukkan data-data penelitian kedalam computer. 4. Cleaning Untuk melihat apakah data sudah benar-benar bebas dari kekeliruan.
G. Analisa Data
1.
Analisis univariat (deskriptif) Analisis dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam ukuran persentase.
2.
Analisis bivariat (tabulasi silang) Menilai hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen menggunakan Uji Statistik Chi-square menggunakan derajat kepercayaan dengan kriteria ά = 0,05. Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai ≤ 0,05 dan tidak ada hubungan yang bermakna apabila p value > 0,05 2001). BAB V HASIL PENELITIAN
95% p value
(Hastono,
A. Gambaran Umum Desa Sukaraja Tuha 1.
Keadaan Geografi
Puskesmas Sukaraja dibangun pada tahun 1980 yang merupakan Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas Sukaraja terletak pada ketinggian lebih kurang 550 meter diatas permukaan laut. Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja menaungi 15 desa antara lain: Desa Sukaraja, Desa Kurungan Nyawa I, Desa Kurungan Nyawa II, Desa Kurungan Nyawa III, Desa Way Halom, Desa Sumber Agung, Desa Tebat Jaya, Desa Pisang Jaya, Desa Sridadi, Desa Tanjung Bulan, Desa Cipta Muda, Desa Aman Jaya, Desa Ganjar Agung Desa Sukaraja Tuha. Desa Sukaraja Tuha merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Propinsi Sumatera Selatan. Desa Sukaraja Tuha terdiri dari 2 dusun yaitu dusun I dan dusun II.
2.
Keadaan Demografi
Keadaan penduduk desa Sukaraja Tuha pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Jumlah Penduduk
: 1.172 orang
Laki-laki
:
624
Perempuan
:
548
Dusun I
:
130
Dusun II
:
115
b. Jumlah KK
3.
:
245
Batas Wilayah Desa Sukaraja Tuha
Desa Sukaraja Tuha mempunyai batas desa sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan dusun Jaya Makmur
4.
5.
2.
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sukaraja
3.
Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Pakuan Jaya
4.
Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kurungan Nyawa
Sarana Kesehatan Puskesmas Sukaraja
- Puskesmas
: 1 unit
- Tenaga kesehatan
: Dokter Umum
:
1 orang
SKM
:
2 orang
Perawat
: 12 orang
Bidan
:
5 orang
:
1 orang
:
2 orang
Sarana Kesehatan Desa Sukaraja Tuha
- Poskesdes
: 1 unit
- Tenaga kesehatan
: Bidan Kader Posyandu
- Posyandu
: 1 buah
B. Analisa Univariat 1.
Kejadian Chikungunya Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1. 2.
Kejadian Chikungunya Penderita Chikungunya Bukan Penderita Chikungunya Jumlah
Jumlah 35 139 174
Persentase 20,1 79,9 100
Berdasarkan tabel 5.1, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang menderita chikungunya ada sebanyak 35 (20,1%), sedangkan responden yang bukan penderita chikungunya ada sebanyak 139 (79,9%)
2.
Pekerjaan Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1. 2.
Pekerjaan Beresiko Tidak beresiko Jumlah
Jumlah 80 94 174
Persentase 46 54 100
Berdasarkan tabel 5.2, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pekerjaan beresiko ada sebanyak 80 (46%), dan responden dengan pekerjaan yang tidak beresiko ada sebanyak 94 (54%).
3.
Pengetahuan Responden
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1. 2.
Pengetahuan Tidak Baik Baik
Jumlah 76 98
Persentase 43,7 56,3
Jumlah
174
100
Berdasarkan tabel 5.3, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pengetahuan tidak baik ada sebanyak 76 (43,7%), dan responden dengan pengetahuan baik ada sebanyak 98 (56,3%)
4.
Sikap Responden
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1. 2.
Sikap Negatif Positif Jumlah
Jumlah 85 89 174
Persentase 48,9 51,1 100
Berdasarkan tabel 5.4, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan sikap negatif ada sebanyak 85 (48,9%) dan responden dengan sikap positif ada sebanyak 89 (51,1%).
5.
Tempat Perindukan Nyamuk
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tempat Perindukan Nyamuk di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas sukaraja Kabupaten OKU timur Tahun 2010
No 1. 2.
Lingkungan Fisik Ada Tidak ada Jumlah
Jumlah 78 96 174
Persentase 44,8 55,2 100
Berdasarkan tabel 5.5, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 78 (44,8%), dan responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk ada sebanyak 96 (55,2%).
6.
Peran Petugas Kesehatan
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Peran Petugas Kesehatan di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1. 2.
Peran Petugas Kesehatan Tidak Aktif Aktif Jumlah
Jumlah 75 99 174
Persentase 43,1 56,9 100
Berdasarkan tabel 5.6, dari analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang dengan peran petugas kesehatan tidak aktif ada sebanyak 75 (43,1%), dan responden dengan peran petugas kesehatan aktif ada sebanyak 99 (56,9%).
C. Analisa Bivariat Tabel 5.7. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No
Pekerjaan
1.
Beresiko
2.
Tidak Beresiko Jumlah
Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 24 56 (30%) (70%) 11 83 (11,7%) (88,3%) 35 139 (20,1%) (79,9%)
Jumlah 80 (100%) 94 (100%) 174 (100%)
P Value 0,005
Berdasarkan tabel 5.7, dari hasil analisa bivariat antara pekerjaan dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pekerjaan beresiko dan menderita chikungunya ada sebanyak 24 (30%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan pekerjaan tidak beresiko dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 11 (11,7%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value = 0,005 ( p value
<
0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya.
Tabel 5.8. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No
Pengetahuan
1.
Tidak Baik
2.
Baik Jumlah
Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 21 55 (27,6%) (72,4%) 14 84 (14,3%) (85,7%) 35 139 (20,1%) (79,9%)
Jumlah 76 (100%) 98 (100%) 174 (100%)
P Value 0,047
Berdasarkan tabel 5.8, dari hasil analisa bivariat antara pengetahuan dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan pengetahuan tidak baik dan menderita chikungunya ada sebanyak 21 (27,6%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan pengetahuan baik dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 14 (14,3%) Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,047 ( p value < 0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya.
.
Tabel 5.9. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No
Sikap
1.
Negatif
2.
Positif Jumlah
Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 26 59 (30,6%) (69,4%) 9 80 (10,1%) (89,9%) 35 139 (20,1%) (79,9%)
Jumlah 85 (100%) 89 (100%) 174 (100%)
P Value 0,001
Berdasarkan tabel 5.9, dari hasil analisa bivariat antara sikap dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan sikap negatif dan menderita chikungunya ada sebanyak 26 (30,6%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan sikap positif dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 9 (10,1%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,001 ( p value < 0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya.
Tabel 5.10. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1.
Tempat Perindukan Nyamuk Ada
2.
Tidak Ada Jumlah
Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 23 55 (29,5%) (70,5%) 12 84 (12,5%) (87,5%) 35 139 (20,1%) (79,9%)
Jumlah 78 (100%) 96 (100%) 174 (100%)
P Value 0,010
Berdasarkan tabel 5.10, dari hasil analisa bivariat antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan ada tempat perindukan nyamuk dan menderita chikungunya ada sebanyak 23 (29,5%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 12 (12,5%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,010 ( p value < 0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya.
Tabel 5.11. Hubungan Peran petugas Kesehatan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No 1.
Peran Petugas Kesehatan Tidak aktif
2.
Aktif Jumlah
Kejadian Chikungunya Penderita Bukan Chikungunya Penderita Chikungunya 25 50 (33,3%) (66,7%) 10 89 (10,1%) (89,9%) 35 139 (20,1%) (79,9%)
Jumlah 75 (100%) 99 (100%) 174 (100%)
P Value 0,000
Berdasarkan tabel 5.11, dari hasil analisa bivariat antara peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya didapatkan hasil bahwa responden yang dengan peran petugas kesehatan tidak aktif dan menderita chikungunya ada sebanyak 25 (33,3%), lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang dengan peran petugas kesehatan aktif dan menderita chikungunya yaitu sebanyak 10 (10,1%). Uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan hasil p value 0,000 ( p value < 0,05), berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan kemampuan, waktu, tempat, dan dana serta data yang diperoleh dari kantor kepala desa dan puskesmas serta masyarakat mengakibatkan pengolahan kurang maksimal.
Dalam melakukan penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa chek list dan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden, sehingga kualitas data tergantung pada motivasi responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut secara jujur karena dipengaruhi rasa takut atau segan saat mengemukakan pendapat dan pengalamannya dan kemungkinan juga responden kurang begitu mengerti pada pertanyaan yang diajukan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
Analisa univariat didapat responden dengan pekerjaan yang beresiko sebanyak 80 (46%), sedangkan responden pekerjaan yang tidak beresiko sebanyak 94 (54%). Hasil analisis bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh nilai p value 0,005. Jadi ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 143 responden (60,6%) tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Pengangguran) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian luar biasa
chikungunya
di
Kelurahan
Cinere,
Kecamatan
Limo,
Kota
Depok
(www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan pekerjaan beresiko yang menderita chikungunya lebih besar dibanding proporsi responden dengan pekerjaan tidak beresiko yang menderita chikungunya, hal ini disebabkan karena responden dengan pekerjaan beresiko lebih banyak kontak dengan vektor penular chikungunya, karena vektor penular chikungunya terutama nyamuk Aedes albopictus biasa hidup di kebun-kebun terutama kebun karet. Sehingga responden dengan pekerjaan beresiko lebih besar kemungkinan untuk terserang chikungunya.
2. Hubungan pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
Analisa univariat didapat responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 76 (43,7%), sedangkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 98 (56,3%). Hasil analisis bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh nilai p value 0,047. Jadi ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktikasari. dkk (2006) yang melakukan penelitian tentang faktor sosiodemografi dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Hasil penelitian Oktikasari menunjukkan bahwa sebanyak 125 responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang penyakit chikungunya (dibawah atau sama dengan median hasil) dan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian luar biasa chikungunya di Kelurahan Cinere,
Kecamatan
Limo,
Kota
Depok
(www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan pengetahuan tidak baik yang menderita chikungunya lebih besar dibanding proporsi responden dengan pengetahuan baik yang menderita chikungunya. Hal ini disebabkan karena responden dengan pengetahuan tidak baik kurang tahu cara-cara untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan chikungunya. Sehingga responden dengan pengetahuan tidak baik lebih besar kemungkinan untuk terserang chikungunya. Menurut dr. Indan Entjang (2006) dalam bukunya yang berjudul Ilmu kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa salah satu usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan adalah dengan cara meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah yaitu patuh pada ajaran agama, cukup santapan rohani, meningkatkan pengetahuan baik dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan,
menuntut ilmu dibangku sekolah ataupun dengan belajar dari pengalaman hidup. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Semakin banyaknya berbagai media yang mengupas informasi pencegahan chikungunya sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan chikungunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.
3. Hubungan sikap responden dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
Analisa univariat didapat responden yang bersikap negatif sebanyak 85 (48,9%), sedangkan responden yang bersikap positif sebanyak 89 (51,1%). Hasil analisa bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh nilai p value 0,001. Jadi ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin. dkk (2003) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas
Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan sikap negatif yang menderita chikungunya lebih besar bila dibanding proporsi responden dengan sikap positif yang menderita chikungunya, hal ini disebabkan karena responden
dengan
sikap
negatif
dapat
membuat hal-hal yang kurang
menguntungkan kesehatan, misal responden beranggapan tidak ada pengaruh antara baju-baju yang bergantungan di dinding dengan vektor penular chikungunya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respons evaluatif yaitu suatu respons yang sudah dalam pertimbangan oleh individu bersangkutan. Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan/ kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu (Noto atmodjo, 2003).
4. Hubungan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
Analisa univariat didapat responden dengan ada tempat perindukan nyamuk sebanyak 78 (44,8%), sedangkan responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk sebanyak 96 (55,2%). Hasil analisa bivariat (uji statistik) dengan Chi-Square diperoleh nilai p value 0,010. Jadi ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin dkk (2003) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tempat peindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya (www.wartamedika. com, diakses 15 februari 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan ada tempat perindukan nyamuk yang menderita chikungunya lebih besar dibanding proporsi responden dengan tidak ada tempat perindukan nyamuk yang menderita chikungunya, hal ini disebabkan karena bila di sekitar rumah tempat tinggal responden ada tempat perindukan nyamuk akan menyebabkan responden semakin sering kontak dengan nyamuk penular chikungunya sehingga responden tersebut akan lebih besar kemungkinan untuk terserang chikungunya. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang ada di dalam buku kesehatan terbitan Depkes RI tahun 2001 yang menyatakan bahwa lingkungan fisik tempat perindukan nyamuk sebagian besar berkaitan dengan klimatologi, karena Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari; suhu udara, curah hujan, dan kecepatan angin.
5. Hubungan peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya di desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010.
Analisa univariat didapat peran petugas kesehatan yang tidak aktif sebanyak 75 (43,1%), sedangkan peran petugas kesehatan yang aktif sebanyak 99 (56,9%). Hasil analisa bivariat dengan uji Chi-Square diperoleh nilai
p
value 0,000. Jadi ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudin. dkk (2003) yang melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian luar biasa chikungunya di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon (www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan peran petugas kesehatan tidak aktif yang menderita chikungunya lebih besar dibanding proporsi responden dengan peran petugas kesehatan aktif yang menderita chikungunya, hal ini disebabkan karena responden yang tidak rutin atau bahkan tidak pernah sama sekali mendapatkan penyuluhan kesehatan sama sekali tidak
dapat secara maksimal untuk melakukan pencegahan terhadap kejadian chikungunya. Sehingga responden yang tidak rutin mendapat penyuluhan kesehatan lebih besar kemungkinannya untuk terserang chikungunya Peran petugas kesehatan yang berupa memberikan penyuluhan kepada masyarakat merupakan faktor yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dalam perilaku kesehatan. Teori lain mengatakan untuk meningkatkan Predisposing Factor (faktor penentu) diperlukan upaya penyuluhan, komunikasi dan informasi, sedangkan untuk meningkatkan Enabling Factor (faktor pemungkin) diperlukan community organization, serta untuk meningkatkan Reinforcing Factor (faktor Pendorong) diperlukan training dan retraining (Notoatmodjo, 2003). BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan tentang faktor-faktor
berhubungan dengan kejadian chikungunya di Desa Sukaraja Tuha Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur tahun 2010 disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden dengan kejadian chikungunya, dengan p value 0,005 2. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kejadian chikungunya, dengan p value 0,047
3. Ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian chikungunya, dengan p value 0,001 4. Ada hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian chikungunya, dengan p value 0,010 5. Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan kejadian chikungunya, dengan p value 0,000
B. Saran
1. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur agar menetapkan suatu strategi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan chikungunya yaitu dengan cara meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), melakukan pengamatan (surveilans) penyakit serta melakukan penyemprotan minimal 2x dalam setahun terhadap nyamuk dewasa di daerah endemis. Disamping itu perlu kesiapan dan antisipasi apabila terjadi kejadian luar biasa (KLB). 2. Diharapkan kepada petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat secara rutin terutama tentang penyakit chikungunya, sehingga
dapat
chikungunya.
menambah
pengetahuan
masyarakat
tentang
penyakit
3. Diharapkan kepada tokoh masyarakat dan masyarakat agar mau meningkatkan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing, dengan melaksanakan program jum’at bersih minimal 1 kali per minggu 4. Diharapkan kepada masyarakat Untuk dapat menghindari atau mencegah penyakit chikungunya dengan membiasakan tidur memakai kelambu, memasang kawat kassa, mengeringkan tempat air tergenang, menguras bak mandi sekurangkurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, ban bekas, botol, pecahan piring atau gelas, tempat minum hewan peliharaan, vas atau pot bunga. 5. Diharapkan kepada kader kesehatan untuk mau berperan aktif dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan chikungunya di wilayahnya. 6. Diharapkan kepada para peneliti yang akan datang apabila ingin melakukan penelitian tentang kejadian chikungunya agar kiranya mau mengambil variabel yang lain sehingga penelitian tentang kejadian chikungunya lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Iwan. 2002; Dasar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jadwal : Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta. Arikunto Suharsimi, 2002; prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Asdimahasatya, Jakarta Achmadi. U. F. 2003; Modul Pemberantasan Vektor . Bakti Husada. Jakarta. Anonim. 2007; Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja. Budiarto, Eko, 2003; Metode Penelitian Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Departemen kesehatan RI. 2001; Tata Laksana Chikungunya di Indonesia. Ditjen PPMPLP. Jakarta. -------------------------------- 2001; Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen PPM-PLP. Jakarta. -------------------------------- 2003; Survei Cepat. Pusat Data dan Informasi. Jakarta.
------------------------------- 2004; Pennyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Ditjen PPM-PLP. Jakarta. ------------------------------ 2005; Pencegahan dan Pemberantasan Chikungunya di Indonesia. Bakti Husada. Jakarta. ------------------------------- 2007; Pedoman Pengendalian Penyakit Chikungunya, Ditjen PPM-PLP. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur. 2009; Profil Kesehatan Kabupaten OKU Timur. Martapura Entjang Indan, 2006; Ilmu Kesehatan Masyarakat , Penerbit Alumni Bandung Hastono Sutanto Priyo. 2001; Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta Indra C. 2003; Pemberantasan Chikungunya di Indonesia. Jurnal USU Digital Library. Medan. Judarwanto.
W. 2007; Profil Nyamuk Aedes aegypti dan Pemberantasannya. htpp://www.childrenfamily.com., diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja.
Kandun I.N. 2000; Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Edisi 17. Bakti Husada, Jakarta. Kandun I.N. 2006; Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya (PSN Chikungunya) Oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Bakti Husada. Depkes. RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Lawuyan,
S. 2004; Pembasmian Penyakit Chikungunya Kontroversi Program Pengasapan dengan Insektisida. Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
Notoatmodjo, S. 2003; Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. ------------------- 2005; Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta ------------------- 2007; Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta Nasronudin. 2007; Penyakit Infeksi di Indonesia. htpp://www.childrenfamily.com, diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja. Oktikasari, Susanna, Djaya. 2006; Faktor Sosio Demografi dan Lingkungan yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di
Kelurahan Cinere Kecamatan Limo kota Depok. Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. www.http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja. Riduwan. 2002; Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung Soedarmo. 2005; Chikungunya Pada Anak . UI-Press. Jakarta. Selamihardja, N. 2006; Lagi-Lagi Ulah Aedes aegypti. http://www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja. Suroso, T. 2006; Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya Oleh Jumantik . Edisi ke2. Bakti Husada. Jakarta. Widodo, Djoko. 2007; Diagnosis dan Penatalaksanaan Chikungunya. FKUI-RSCM. Jakarta.
Wayudin, Sustiwa. 2003; Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian luar biasa di Desa Bojong Lor wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon. Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. www.wartamedika.com, diakses 15 februari 2010. Baturaja. Yahya, H. 2006; Ayo Lakukan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya. http://www.promosikesehatan.com/tips.php? mn=6&yr=2006&nid=192, diakses pada tanggal 15 Februari 2010. Baturaja.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DESA SUKARAJA TUHA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2010
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)
No. Responden Tanggal di isi
: :
A.
Biodata Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan
:
5. Alamat
:
6. Status dalam keluarga :
B.
Kejadian Chikungunya
Apakah saudara/ anggota saudara pernah menderita sakit chikungunya dengan gejala demam mendadak, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam (rash), nyeri menelan, mual, muntah dalam 3 bulan terakhir dan sudah mendapat diagnosis dari petugas kesehatan profesional? a. Pernah b. Tidak pernah
C.
Pekerjaan
Apakah jenis pekerjaan saudara? PNS Pedagang Petani (bekerja di kebun dan hutan) Lain-lain Tidak bekerja
D. Pengetahuan Responden tentang Penyakit Chikungunya
1. Apa yang dimaksud dengan chikungunya? a. Demam mendadak disertai nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, ruam, nyeri menelan, mual, dan muntah b. Demam mendadak disertai lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan dan mimisan
2. Apakah chikungunya adalah penyakit yang menular? a. Ya b. Tidak 3. Apakah penyebab chikungunya? a. Kuman Alphavirus b. Kuman Arbovirus 4. Apa gejala dan tanda chikungunya? a. Demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, sakit kepala, kadang timbul kejang b. Demam tinggi mendadak, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan, mimisan 5. Bagaimana cara penularan chikungunya? a. Melalui gigitan nyamuk b. Melalui gigitan serangga 6. Apa vektor penular chikungunya? a. Nyamuk Anopheles b. Nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti 7. a. b.
Dimana tempat perindukan nyamuk? Ditempat-tempat air yang tergenang Ditempat air yang mengalir
8. Dimana tempat beristirahatnya nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti? a. Di tempat yang terang dan hangat b. Di tempat yang gelap, lembab dan sedikit dingin, juga pada baju yang bergantungan, kopiah dan tas. 9. Kapan kebiasaan nyamuk betina Aedes albopictus dan Aedes aegypti menggigit? b. Pada pagi dan sore hari c. Pada malam hari 10.
Bagaimana usaha saudara untuk menghindari gigitan nyamuk? a. Menggunakan obat anti nyamuk saat mau tidur, atau tidur pakai kelambu b. Dengan cara membuat saluran air limbah secara permanen E. Sikap Responden Terhadap Penyakit Chikungunya
Petunjuk : Anda diminta menilai pernyataan – pernyataan yang ada, yang menurut anda paling sesuai dengan kenyataan dan hati nurani anda dengan memberi tanda (v) pada kolom yang telah disediakan. No 1.
Pernyataan Saya merasa Chikungunya merupakan penyakit yang menular
2.
Saya yakin Chikungunya disebabkan oleh kuman Alphavirus
3.
Saya yakin cara penularan penyakit Chikungunya melalui gigitan nyamuk Anopheles
4.
Saya yakin dapat menghindari gigitan nyamuk dengan cara tidur memakai kelambu
5.
Saya
yakin
nyamuk
Tidak Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Setuju
betina Aedes
albopictus dan Aedes aegypti senang menggigit pada pagi dan sore hari No 6.
7.
Pernyataan Saya selalu mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai, karena saya yakin dapat mencegah agar tidak terkena penyakit Chikungunya Saya beranggapan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sangat perlu dilakukan karena dapat mencegah penularan penyakit Chikungunya
. 8.
9.
Saya yakin air yang tergenang adalah tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti Saya beranggapan perlu menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali karena saya merasa dapat memberantas jentik Aedes albopictus & Aedes aegypti
Saya selalu membersihkan halaman 10. rumah dari kaleng-kaleng bekas, pecahan botol, dan ban bekas karena saya yakin dapat memberantas sarang nyamuk.
F. Peran Petugas Kesehatan
1.
Apakah saudara pernah mendapat penyuluhan tentang
penyakit chikungunya dari petugas kesehatan? a. Ya 2.
b. Tidak
Apakah saudara pernah membaca selebaran/ Pamplet/
Spanduk tentang penyakit chikungunya di jalan desa atau tempat lain a. Ya
b. Tidak
3. Seberapa seringkah petugas kesehatan ke desa saudara untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit chikungunya? a. Setiap 1 tahun sekali
b. Setiap 3 bulan sekali
G. Tempat Perindukan Nyamuk
No 1.
Tempat Perindukan Nyamuk Genangan air
Ada
Tidak ada
MASTER TABEL Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Desa Sukaraja Tuha wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Kabupaten OKU Timur Tahun 2010
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Sumaji Ida Rani Fina Abu Hamid Siti Aminah M. Dimyati Sugiarti Destriana Komarudin Suprihatin Onki Aujik Ali Murtado
Insiden Pekerjaan Pengetahuan Sikap Lingkungan Peran Fisik Petugas Kes 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Fitri Riowati A. Prasetio Ruspandi Poniyem Sunardi Kapiyati Taufik Nurfadail Tukimo Ponisih Murodi Asih Suripno Pawit M. Rosyadi A. Hidayat Suprapto Umi Soleha Ma’ruf Winarti Sidqi
2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1
2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1
2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1
36.
Safiq
2
1
1
1
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58.
Ainayya Musri Marhamah Imron Istiqomah Supangat Sya’diah Hafiz Rambat Arini Sudiono Wulandari Robiatul Satibi Munasikah Septiana Livia A. Rahman Khoirunisa Adi Putra Ahmad Sumardi
2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2
1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2
2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2
2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1
1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2
2 2 2 1 1 2 1 1 2
1
59. 60 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78.
Qodariah M. Anwar Muhtarom Waryanti Alif Ulfa Dika Aulia Kusnan Wiwin Susi Musiyah Hasyim Markhamah Asroni Suparti Ali Imron Masngud Suparlan Marsini Sulistiowati M. Chairul
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2
1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2
1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2
2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2
1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2
2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2
79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99.
Suliyati Dzimas Salman Khoiriyah Uliya Fitria Subagio Zaitin Doni Ardi Ifan Katiran Sukinah Danang Wahyu Rosid Tugini Azhari Tinik Khanif Itok
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1
2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1
2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1
2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1
100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120
Gufron Musringah Tarni Supinah Suhadi Suharto Isnaini Didik Melly Mujilah Imam Khoiri Siti Kholifah Agung Suratman Niswatun Romadhon Ahmad Agus Mar’atus Revandra A. Supono
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2
2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2
2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2
2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2
2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1
2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2
121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141.
Marinah Edi Effendi Hendri Prayitno Iis Lestari Brian Sariadi Mariani Wawan Andri Maftuh Gunarti Nanang Neneng Nunung Khusnul Supardi Ameliya Abd. Wahid Rumini
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2
1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1
2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2
2 2
2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2
1 1 1
2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2
142. 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163
Sukadi Anis Munir M. Subri Lia Adistya Heri Yulika Kandias Asni Jeni Mustangin Umi Rosidah Febrian Adb. Kadir Nafsiah Istiana Sukarlan Romlah Alimun Zulaikah Dasril Roekan
2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1
2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2
2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2
2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1
164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174
Dwi Hartati Veronika Habib Karnatak Suhartatik Sunaryono Eka Susiani Safe’i Paijem Nursanti Winda
2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2
2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2
2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1
2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1
2 2 1
2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1
2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1
2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2
2 2 1 2 1 1 1
2 2 1 1 2 1 2 1
2 1 2 1
DAFTAR PENDERITA CHIKUNGUNYA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Sumaji Komarudin Ali Murtado Sunardi Tukimo Umi Sholekah Musri Supangat Sudiono A. Rakhman Hasyim Markamah Suparlan Marsini Salman Katiran
Umur (Tahun) 25 40 25 35 50 25 50 30 50 40 50 50 50 40 35 50
Status Dalam Keluarga KK KK KK KK KK Istri KK KK KK KK KK Istri KK Istri KK KK
Keterangan
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Rosid Suharto Suratman Agus Mar’atus Hendri Maftuh Gunarti Supardi Abdul Wahib Lia Adistya Heri Mustangin Sukarlan Alimun Roekan Habib Karnatak
50 35 50 27 27 25 50 40 40 50 27 30 28 50 30 30 7 28 40
Syafe’i
KK KK KK KK Istri KK KK Istri KK KK Istri KK KK KK KK KK Anak KK KK
Frequencies Statistics
N Mean Median Mode Std. Deviation Variance Minimum Maximum Percentiles
CHIKUNGUNYA PEKER PENGETAH SIKAP TEMPAT JAAN UAN PERINDUKAN NYAMUK Valid 174 174 174 174 174 Missing 0 0 0 0 0 1,80 1,54 1,56 1,51 1,55 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2 2 2 2 2 ,40 ,50 ,50 ,50 ,50
25 50 75
,16 1 2 2,00 2,00 2,00
,25 1 2 1,00 2,00 2,00
,25 1 2 1,00 2,00 2,00
,25 1 2 1,00 2,00 2,00
Frequency Table ANGKA KEJADIAN CHIKUNGUNYA
,25 1 2 1,00 2,00 2,00
PERAN PETGS KESH 174 0 1,57 2,00 2 ,50 ,25 1 2 1,00 2,00 2,00
Valid
Penderita Bukan penderita Total
Frequency
Percent
35 139 174
20,1 79,9 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 20,1 20,1 79,9 100,0 100,0
PEKERJAAN RESPONDEN
Valid
Beresiko Tidak beresiko Total
Frequency
Percent
80 94 174
46,0 54,0 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 46,0 46,0 54,0 100,0 100,0
PENGETAHUAN RESPONDEN
Valid
Tidak baik Baik Total
Frequency
Percent
76 98 174
43,7 56,3 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 43,7 43,7 56,3 100,0 100,0
SIKAP RESPONDEN
Valid
Negatif Positif Total
Frequency
Percent
85 89 174
48,9 51,1 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 48,9 48,9 51,1 100,0 100,0
TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK
Valid
ada tdk ada Total
Frequency
Percent
78 96 174
44,8 55,2 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 44,8 44,8 55,2 100,0 100,0
PERAN PETUGAS KESEHATAN
Valid
Tidak Aktif Aktif Total
Frequency
Percent
75 99 174
43,1 56,9 100,0
Valid Percent Cumulative Percent 43,1 43,1 56,9 100,0 100,0
Crosstabs Case Processing Summary
Pekerjaan * Kejadian Chikungunya Pengetahuan * Kejadian Chikungunya Sikap * Kejadian Chikungunya Tempat Perindukan Nyamuk * Kejadian Chikungunya Peran Petugas Kesehatan * Kejadian Chikungunya
Valid N Percent 174 100,0%
Cases Missing N Percent 0 ,0%
Total N Percent 174 100,0%
174
100,0%
0
,0%
174
100,0%
174 174
100,0% 100,0%
0 0
,0% ,0%
174 174
100,0% 100,0%
174
100,0%
0
,0%
174
100,0%
Pekerjaan Responden * Kejadian Chikungunya Crosstab Angka Kejadian Chikungunya
Pekerjaan
beresiko tidak beresiko
Count % within Pekerjaan Count
penderita chikungunya 24 30,0% 11
Total
bukan chikungunya 56 80 70,0% 100,0% 83 94
% within Pekerjaan Count % within Pekerjaan
Total
11,7% 35 20,1%
88,3% 139 79,9%
100,0% 174 100,0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
9,005 7,902 9,097
Asymp. Sig. (2-sided) ,003 ,005 ,003
1 1 1
8,953 174
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,004
,002
,003
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,09.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Pekerjaan Responden (beresiko / tdk beresiko) For cohort Angka Kejadian Chikungunya = penderita chikungunya For cohort Angka Kejadian Chikungunya = bukan chikungunya N of Valid Cases
3,234
95% Confidence Interval Lower Upper 1,468 7,126
2,564
1,341
4,903
,793
,675
,931
174
Pengetahuan Responden * Kejadian Chikungunya Crosstab Angka Kejadian Chikungunya
Pengetahuan Responden
Total
tidak baik baik
Penderita chikungunya 21 27,6% 14 14,3% 35 20,1%
Count % Within Pengetahuan Count % Within Pengetahuan Count % Within Pengetahuan
Total
Bukan chikungunya 55 72,4% 84 85,7% 139 79,9%
76 100,0% 98 100,0% 174 100,0%
Exact Sig.
Exact Sig.
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig.
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases a Computed only for a 2x2 table
4,745 3,950 4,715
(2-sided) ,029 ,047 ,030
1 1 1
4,717 174
1
(2-sided)
(1-sided)
,036
,024
,030
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,29. Risk Estimate Value Odds Ratio for Pengetahuan Responden (tidak baik / baik) For cohort Angka Kejadian Chikungunya = penderita chikungunya For cohort Angka Kejadian Chikungunya = bukan chikungunya N of Valid Cases
2,291
95% Confidence Interval Lower Upper 1,075 4,883
1,934
1,055
3,547
,844
,719
,992
174
Sikap Responden * Kejadian Chikungunya Crosstab
SIKAP
negatif positif
Total
Count % Within Sikap Count % Within Sikap Count % Within Sikap
Angka Kejadian Chikungunya Penderita Bukan chikungunya chikungunya 26 59 30,6% 69,4% 9 80 10,1% 89,9% 35 139 20,1% 79,9%
Total
85 100,0% 89 100,0% 174 100,0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
11,344 10,105 11,710
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,001 ,001 ,001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,001 11,279 174
1
,001
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,10.
Risk Estimate
,001
Value Odds Ratio for Sikap Responden (negatif / positif) For cohort Angka Kejadian Chikungunya = penderita chikungunya For cohort Angka Kejadian Chikungunya = bukan chikungunya N of Valid Cases
3,917
95% Confidence Interval Lower Upper 1,709 8,977
3,025
1,506
,772
,660
6,075 ,904
174
Tempat Perindukan Nyamuk * Kejadian Chikungunya Crosstab
Tempat ada Perindukan Nyamuk tidak ada
Total
Count % Within Tempat Perindukan Nyamuk Count % Within Tempat Perindukan Nyamuk Count % Within Tempat Perindukan Nyamuk
Angka Kejadian Chikungunya Penderita Bukan chikungunya chikungunya 23 55 29,5% 70,5%
Total
78 100,0%
12 12,5%
84 87,5%
96 100,0%
35 20,1%
139 79,9%
174 100,0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
7,728 6,707 7,746
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,005 ,010 ,005
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,007 7,684 174
1
,006
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,69.
,005
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tempat Perindukan Nyamuk (ada / tdk ada) For cohort Angka Kejadian Chikungunya = penderita chikungunya For cohort Angka Kejadian Chikungunya = bukan chikungunya N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper 1,347 6,362
2,927 2,359
1,255
4,433
,806
,685
,948
174
Peran Petugas Kesehatan * Kejadian Chikungunya Crosstab Angka Kejadian Chikungunya
Peran Petugas Kesehatan
tdk aktif
aktif
Total
Count % Within Peran Petugas Kesehatan Count % Within Peran Petugas Kesehatan Count % Within Peran Petugas Kesehatan
Penderita chikungunya 25 33,3%
Total
Bukan chikungunya 50 75 66,7% 100,0%
10 10,1%
89 89,9%
99 100,0%
35 20,1%
139 79,9%
174 100,0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
14,333 12,924 14,411
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,000 ,000 ,000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000 14,251
1
,000
174
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,09.
,000