4 MACAM SISTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal timbal balik atas timbulnya timbulnya masalah dari suatu kasus kasus atau masalah masalah kesehatan masyarakat, masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan eksternal . Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan ( kuratif ) dan pemulihan (rehabilitatif (rehabilitatif ). ). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan ( promotif ) dan pencegahan ( preventif ). ). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja). http://www.puskel.com/4-macam-sistem-rujukan-upaya-kesehatan/
Sesuai dengan sistem upaya rujukan kesehatan gigi dan mulut (gimul), khususnya dalam pelayanan poli gigi puskesmas, perlu dikembangkan upaya rujukan medic gigi dan rujukan kesehatan gigi yang terpadu. Setiap kasus yang akan dirujuk tetap memerlukan panduan mengenai bagaimana tata caranya melakukan rujukan kasus gimul yang ada di wilayah kerja puskesmas. Rujukan kasus ini menyesuaikan dengan kondisi darimana kasus gimul tersebut didapatkan. Apakah berasal dari pelayanan jejaring puskesmas (luar gedung) ataukah dari pelayanan luar gedung puskesmas (poli umum atau poli KIA-KB). Untuk efektifitas pelayanan kesehatan gimul, perlu diperhatikan indikasi rujukannya, antara lain : 1. Rujukan Kasus Dengan Atau Tanpa Pasien : Dari posyandu/sekolah/pustu ke puskesmas, indikasinya : semua : semua kelainan/kasus/keluhan yang ditemukan pada jaringan keras dan jaringa lunak didalam rongga mulut Dari poli gigi puskesmas ke rumah sakit yang lebih mampu, indikasinya : semua : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi, perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan tindakan diluar kemampuannya. 2. Rujukan Model (Prothetic Atau Orthodonsi) : Indikasinya : pelayanan : pelayanan kesehatan gigi yang memerlukan pembuatan prothesa termasuk mahkota dan jembatan, plat jembatan, plat orthodonsi, orthodonsi, obturator, feeding feeding plate, inlay, onlay, onlay, uplay . 3. Rujukan Spesimen : Indikasinya : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi, perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik/laboratorium diagnostik/laboratorium sehubungan dengan kelainan dalam rongga mulutnya. 4. Rujukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : Indikasinya : keadaan : keadaan dimana dibutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan dan atau ketrampilan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal. 5. Rujukan Kesehatan Gigi : Indikasinya : semua : semua kegiatan peningkatan promosi kesehatan dan pencegahan kasus yang memerlukan bantuan teknologi, sarana dan biaya operasional.
Dengan memperhatikan tata cara alur rujukan kasus gigi dan mulut tersebut, diharapkan berbagai masalah kesehatan gimul yang terdapat di wilayah kerja puskesmas dapat teratasi dengan baik. Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah rujukan kesehatan. Apa itu rujukan kesehatan? Rujukan kesehatan dapat disebut sebagai penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain. Secara lengkap Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya. Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam adalah pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling murah t anpa memperdulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan. Ini merupakan salah satu akibat tidak berjalannya sistem rujukan kesehatan di Indonesia. Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan. Hingga saat ini, pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia masih terus disempurnakan hingga nantinya dapat mengakses segala kekurangannya dan merubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan agar sistem yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Semoga bermanfaat. http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/07/14/sistem-rujukan-kesehatan-di-indonesia/ sistem rujukan Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu system jaringan f asilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontalke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan system rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Terdapat dua jenis istilah rujukan, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan. 1. Rujukan medic, yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontalkepada yang lebih berwenang dan m ampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medic a) Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan operatif dll b) Transfer of specimen . Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap c) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat 2. Rujukan kesehatan, yaitu hubungan dalam pengiriman , pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini a dalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif. Tata laksana rujukan 1. Internal antar- petugas di satu rumah 2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas 3. Antara masyarakat dan puskesmas 4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya 5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit. 7. Antara rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Strategi program rujukan Ada empat strategi yang dapat dilakukan yakni : a) Penataan sumber daya tenaga kesehatan di rumah
sakit. b) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan medik yang merata dan berkualitas. c) Pembinaan standar pelayanan kesehatan rujukan. d) Regionalisasi sistim rujukan rumah sakit. e) Pelayanan unggulan rumah sakit. Untuk mengatasi permasalahan jumlah dan distribusi tenaga kesehatan terutama dokter spesialis, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menerbitkan Surat Tugas bagi tenaga dokter spesialis yang dibutuhkan sesuai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran. Pemenuhan kebutuhan tenaga dokter spesialis di RSUD juga dilakukan dengan pemberian beasiswa pendudukan dokter spesialis dengan biaya yang berasal dari APBD maupun APBN. Adanya ikatan kerjasama (MoU) antara pemerintah kabupaten/kota dan institusi lembaga pendidikan kedokteran dengan memberikan kesempatan kepada residen senior Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) untuk berpraktek di rumah sakit umum daerah kabupaten/kota. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan insentif bagi tenaga dokter yang bertugas di daerah. Pengadaan dan pengembangan sarana/prasarana pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh perencanaan dan anggaran. Perencanaan yang baik akan memberikan peningkatan pemanfaatan alatalat kesehatan. Tingginya biaya (cost) untuk penyediaan alat-alat kesehatan, disebabkan oleh masih adanya banyak peralatan kesehatan yang diproduksi dari luar negeri. Untuk menjamin validitas fungsi peralatan kesehatan elektromedis diperlukan kalibrasi secara berkala dan berkesinambungan. Standar pelayanan minimal merupakan tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah. Untuk itu pemerintah Provinsi wajib melakukan bimbingan dan pengendalian serta monitoring evaluasi pelayanan kesehatan rujukan ini. Pelayanan rujukan dilakukan sebagai proses pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan ke sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pelayanan rujukan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang yang dimulai dari Puskesmas , kemudian ke rumah sakit kelas D, rumah sakit kelas C selanjutnya kerumah sakit kelas B dan akhirnya ke rumah sakit kelas A. Pelayanan rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat inap yang harus diberikan oleh dokter berdasarkan indikasi medis dalam bentuk surat rujukan. Begitu juga dengan regionalisasi sistim rujukan rumah sakit adalah jenjang sistim rujukan rumah sakit berdasarkan letak geografis dan wilayah. Dalam rangka melaksanakan regionalisasi rumah sakit daerah provinsi dan kabupaten/kota harus mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang berdasarkan pada pertimbangaan efisiensi dan ef ektivitas pelayanan kesehatan rujukan. Kerjasama dimaksud dituangkan dalam bentuk naskah kerjasama. Sasaran regionalisasi rumah sakit adalah rumah sakit pemerintah pusat , provinsi dan kabupaten/kota, baik rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Dengan penataan sistim rujukan ini maka diharapkan pelayanan rujukan rumah sakit dapat lebih efe ktif dan efisien karena masyarakat mendapat pelayanan rujukan dengan jarak tempuh yang lebih pendek, biaya yang diperlukan lebih murah dan waktu yang lebih singkat. Dengan penataan ini maka program pelayanan kesehatan gratis dapat pula dilaksanakan secara efisien dan efektif karena lebih dekat ke masyarakat dan pelayanannya dapat lebih cepat dan murah. Dalam rangka peningkatan dan optimalisasi pelayanan rumah sakit, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan sosialisasi kepada setiap rumah sakit umum daerah agar dapat menetapkan dan mengembangkan pelayanan unggulan masing-masing. Jadi setiap rumah sakit umum daerah agar tidak buru-buru untuk berlomba mendapatkan klasifikasi B, karena untuk mendapatkan klasifikasi itu diperlukan investasi yang sangat besar sedangkan kemampuan daerah belum tentu mampu menyelenggarakan kelangsungan operasional rumah sakit setingkat klasifikasi B . Penulis adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=140182:strategi-rujukankesehatan&catid=25:artikel&Itemid=44 SISTEM RUJUKAN
A. PENDAHULUAN Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pe mbelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi. B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM Diharapakan mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan. C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS Dapat memahami definisi system rujukan Dapat memahami tujuan system rujukan Dapat memahami jenis – jenis rujukan Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan Dapat memahami jalur rujukan Dapat memahami mekanisme rujukan D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI 1. Definisi Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi 2. Tujuan Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB 3. Jenis Rujukan Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain: 1) Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain. 2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap. 3) Transfer of knowledge / personal . Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang
sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional 4. Jalur Rujukan Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut : Dari Kader Dapat langsung merujuk ke : 1) Puskesmas pembantu 2) Pondok bersalin / bidan desa 3) Puskesmas / puskesmas rawat inap 4) Rumah sakit pemerintah / swasta Dari Posyandu Dapat langsung merujuk ke : 1) Puskesmas pembantu 2) Pondok bersalin / bidan desa 3) Puskesmas / puskesmas rawat inap 4) Rumah sakit pemerintah / swasta Dari Puskesmas Pembantu Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta Dari Pondok bersalin / Bidan Desa Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta 5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan 6. Persiapan rujukan Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut : B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan. S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien) O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan 7. Keuntungan system rujukan Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli 8. Mekanisme rujukan Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas 1) Pada tingkat Kader Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan 2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi ten tang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Persiapan penderita Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan si=esuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan. Pengiriman penderita Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita. Tindak lanjut penderita 1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan. 2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan kunjungan rumah. Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut. Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni : a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan da n masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas. b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenagatenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B. Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan s aling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan. Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang leb ih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalahmasalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni : a. Rujukan medik Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan, (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. b. Rujukan kesehatan masyarakat Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Update : 24 Juli 2006 Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/sistem-rujukan.htm sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatatn atau kasusu penyakit yang dilakukan secara vertikal atau horisontal. Vertikal antar sarana pelayanan strata berbeda. Horisontal antar sarana pelkayanan strata yang sama. Dibedakan atas dua macam: Rujukan kesehatan Rujukan medis Manfaat sistem rujukan Pemerintah : efektifitas dan efisiensi penyelenggaraaan pelayanan kesehatan. Penyelenggara pelayanana : kejelasan jenjang karier Masyarakat : kejelasan pola pelayanan, efektifitas dan efisiensi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Rujukan kesehatan Lingkupnya ; masalah kesehatan masyarakat
Tujuan : pemeliharaan dan pencegahan. Jalur : dinas kesehatan secara bertingkat Dibedakan atas tiga mcam : 1. Rujukan sarana 2.Rujukan teknologi 3. Rujukan operasional Rujukan medis Lingkupnya kasus penyakit Tujuann pengobatan dan pemulihan kesehatan. Jalur rumah sakit secara bertingkat Dibedakan atas tiga macam : Rujukan pasien Rujukan ilmu pengetahuan Rujukan bahan laboratorium http://www.scribd.com/doc/3117970/Sistem-Kesehatan-SKN-2004