PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DINAS KESEHATAN KABUPATEN ACEH BARAT UPTD UPTD UPTD PUSKESMAS MEUREUBO ٲ ﻑ ﭟ ﺩ ﻒﺳﻛﻳﺳﻣﺲ ﻣﻭﺭﺒﻭ KECAMATAN MEUREUBO JL.DATOK JANGGOT MEUH
HP. 0823 1659 4082
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MEUREUBO Nomor : 025/PKM–MRB/2016 TENTANG RUJUKAN DI UPTD PUSKESMAS MEUREUBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA UPTD PUSKESMAS MEUREUBO ,
Menimbang
:
a. Bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan/ program lingkup UPTD Puskesmas Meureubo, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat b. Bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat puskesmas perlu adanya penetapan sistem Rujukan pada Puskesmas Meureubo c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu ditetapkan dengan keputusan Kepala UPTD Puskesmas Meureubo;
Mengingat
:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat; 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Dokter Mandiri; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MEUREUBO TENTANG RUJUKAN DI UPTD PUSKESMAS MEUREUBO.
KESATU
:
Untuk kelancaran Rujukan di UPTD Puskesmas Meureubo dibuat Pedoman Sistem rujukan sebagaimana terlampir yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA
:
Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan keputusan ini akan dibebankan kepada Anggaran UPTD Puskesmas Meureubo apabila memungkinkan.
KETIGA
:
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Meureubo Pada tanggal : 14 Januari 2016 KEPALA UPTD PUSKESMAS MEUREUBO,
Andi Lidiawati
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
KEPALA
UPTD
PUSKESMAS MEUREUBO NOMOR
: 025/PKM-MRB/2016
TENTANG : RUJUKAN
1. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS A. Prosedur Klinis: Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding. Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SOP). Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa unit pelayanan tujuan dapat menerima pasien Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien. Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat. Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut B. Prosedur Administratif: Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis. Membuat rekam medis pasien. Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan) Membuat surat rujukan pasien, dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien. Menyiapkan sarana transportasi Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien. Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.
C. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien. 1.
Prosedur Klinis: Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir merawat pasien tersebut. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh.
2.
Prosedur Administratif: Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.
3.
Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans
Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai kondisi pasien ).
Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam catatan perkembangan pasien/surat rujukan
4.
Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit: a. Surat Rujukan Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan lain. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain: no rujukan, nama puskesmas/dokter keluarga, nama kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,kemajuan pengobatan, nama dan tandatangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan yang dianggap perlu dan penting. b. BalasanRujukan Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat pasien rujukan tulisan balasan rujukan harus jelas dan dapat dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas.
Surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan terlampir).
4.
Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua nyawa, dimana pasien datang berdua dan haruslah kembali minimal 2 orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan rujukan sangat penting, terutama untuk kasus-kasus gawat darurat. Pada awal kehamilan tenaga medis yang melakukan ANC baik bidan maupun dokter umum di puskesmas harus memberikan edukasi apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti memiliki :
Hiperemesis Gravidarum
Hipertensi Dalam Kehamilan
o
Hipertensi dalam kehamilan
o
Pre-eklamsi
Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus o
Sesak
o
Riwayat Diabetes Melitus
o
Memiliki Resiko HIV
o
Demam Tinggi
o
dll
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan panggul) o
Gemelli
o
Kelainan letak, posisi
o
DKP (Disproporsi Kepala Panggul)
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi puskesmas untuk mengedukasi ibu agar melakukan persalinan di Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan dapat segera diberikan.
Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti
Perdarahan pada kehamilan dini o
Abortus imminen
o
Abortus inkompletus dan missed abortion
o
Mola hidatidosa
o
Kehamilan Ektopik
o
Abortus kompletus
Perdarahan Pada Trimester 3
Perdarahan Ante Partum o
Abrupsio Plasenta
Perdarahan Post Partum o
Atonia Uteri
o
Retensi Plasenta
o
Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
Penyulit Pada Persalinan
o
Tali Pusat Menumbung
o
Fetal Distress
o
Distosia Bahu
o
Presentasi Majemuk
Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin o
Sesak ( Asma Serangan )
o
Krisis Tiroid
o
Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam
Persalinan Pre-Term <37 Minggu
Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal o
Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis Bertindak
o
Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi
o
Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan
Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan dapat segera merujuk ke Rumah Sakit PONEK terdekat untuk segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah Sakit PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu. Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit PONEK adalah
Jarak yang dekat
Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK tujuan bekerja sama dengan BPJS maka lebih baik
5.
Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi bermasalah: Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat ke sudinkes melalui laporan K1-K4 Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS PONEK 24 jam untuk persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan klinis (PPK) atau clinical guidelines yang dikembangkan oleh tim klinik. Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan. Pertemuan perencanaan minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus sebagai monitoring. Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-rapat teknis medik di RS untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu yang akan masuk ke RS. Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga ibu-ibu ini dapat sampai di rumah sakit dan mendapat pelayanan. Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini sebaiknya didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke rumahsakit dan melakukan serah terima. Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi yang selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran dari rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat. Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok bermasalah perlu mendapat rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau oleh bidan. Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal, apabila ternyata tidak terjadi komplikasi yang telah diprediksi sebelumnya
6.
Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat Darurat Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter penolong pertama harus memutuskan secara cepat dan tepat untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi pada persalinan segera dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah sakit PONEK Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk pasien
7.
Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit menetap Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan kondisi sakit menetap sehingga dikhawatirkan mobilisasi terlalu banyak dapat memperburuk kondisinya tersebut. Contoh kondisi pasien yang masuk didalam kategori ini adalah
8.
Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi rutin
Pasien dengan cacat tubuh menetap
Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin
Pasien lain dengan kondisi sakit menetap
Prosedur Administratif:
Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai pasien dengan kondisi tetap
Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas
Mengetahui, Kepala UPTD Puskesmas Meureubo
Andi Lidiawati NIP. 19690604 200212 2 001
o