SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BO GOR NOMOR : 05/APK/SK.Dir/III/2017
TENTANG KEBIJAKAN TRANSFER PASIEN RUMAH SAKIT ISLAM BOGOR DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BOGOR
Menimbang
:
1. Bahwa untuk minimalisir kesalahan dalam transfer pasien di Rumah Sakit Islam Bogor 2. Bahwa agar perawatan kesehatan kepada pasien dapat terlaksana dengan baik perlu adanya kebijakan Kepala Rumah Sakit Islam Bogor sebagai landasan bagi pelaksanaan pelaksanaan transfer pasien. 3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam point (1) dan (2), perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Bogor
Mengingat
:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Memutuskan :
Menetapkan
:
Pertama
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BOGOR TENTANG KEBIJAKAN TRANSFER PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM BOGOR
Kedua
:
Kebijakan Transfer Pasien di Rumah Sakit Islam Bogor sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Keempat
:
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bogor Pada tanggal : 1 Maret 2017 2 Jumadil Akhir 1438H Direktur Rumah Sakit Islam Bogor
Dr. H.M. Djunaidi Ilyas, Sp.PD
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Bogor Nomor
: 05/APK/SK.Dir/III/2017
Tanggal : 1 Maret 2017 2 Jumadil Akhir 1438H KEBIJAKAN TRANSFER PASIEN
1. Rumah sakit menetapkan kriteria masuk dan pindah dari pelayanan intensif dan pelayanan khusus. 2. Adanya kriteria berdasarkan fisiologi yang tepat. 3. Staf yang tepat diikut sertakan dalam pengembangan kriteria. 4. Staf dilatih untuk melaksanakan kriteria. 5. Pasien yang diterima masuk ke unit menyediakan pelayanan spesialistis atau intensif berisi bukti-bukti yang memenuhi kriteria yang tepat untuk pelayanan yang dibutuhkan. 6. Pasien yang dipindahkan atau keluar dari unit menyediakan pelayanan spesialistis atau intensif berisi bukti-bukti bahwa pasien tidak memenuhi kriteria untuk berada diunit tersebut. 7. Pimpinan pelayanan menetapkan dan melaksanakan proses yang mendukung kontinuitas pelayanan dan koordinasi pelayanan. 8. Kriteria yang telah ditetapkan menentukan tata cara transfer pasien yang tepat dirumah sakit. 9. Kesinambungan dan koordinasi terbukti terlaksana yang meliputi fase pelayanan pasien. 10. Kesinabungan dan koordinasi terbukti dirasakan oleh pasien. 11. Pasien dan keluarga memahami bagaimana dan kapan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatan. 12. Staf yang bertanggung jawab untuk koordinasi pelayanan selama pasien dirawat diketahui dan tersedia dalam seluruh fase asuhan rawat inap. 13. Staf yang menerima tanggung jawab kompeten untuk melaksanakan pelayanan pasien. 14. Staf dikenal oleh seluruh staf rumah sakit. 15. Staf harus melengkapi dokumen rencana pelayanan pasien didalam status. 16. Perpindahan tanggung jawab pelayanan pasien dari satu individu ke individu yang lain dijabarkan dalam rekam medis. 17. Informasi kondisi klinis pasien atau resume klinis dikirim kerumah sakit bersama pasien. 18. Resume klinis mencakup status pasien. 19. Resume klinis berisi tentang prosedur dan tindakan yang telah dilakukan pada pasien. 20. Resume klinis berisi kebutuhan pasien akan pelayanan lebih lanjut. 21. Transfer pasien dilakukan apabila memenuhi kriteria yakni : a. Fasilitas memastikan tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien berdasarkan hasil pemeriksaan awal secara fisik atau berdasar pemeriksaan penunjang medis dan/atau;
b. Setelah memperoleh pelayanan keperawatan dan pengobatan ternyata pasien memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan rawat inap maupun tindakan operasi dll. 22. Keputusan dan otorisasi untuk mentransfer pasien atar ruang dilakukan oleh dokter yang merawat pasien dengan persetujuan dokter penanggung j awab pelayanan (DPJP). 23. Dokter pelaku rawat wajib memberikan penjelasan mengenai alasan pemindahan pada pasien sebelum pemindahan pasien sebelumnya. 24. Pendamping pasien dengan perhatian khusus misal status infeksi dan isolasi perlu diberitahukan sebelumnya mengenai hal ini sebelum proses pemindahan pasien dilakukan. 25. Pasien-pasien yang memerlukan pemantauan tanda vital secara berkesinambungan (EKG, tekanan darah, saturasi oksigen) dan peralatan resusitasi lengkap termasuk defribilator perlu mendapat perhatian khusus. Pada pasien-pasien ini dokter pelaku rawat wajib menemani selama proses pendampingan pasien. 26. Kriteria pasien transfer dan pendamping transfer adalah sebagai berikut : KRITERIA
KETERANGAN
Untuk pasien yang membutuhkan perawatan di ruangan biasa Level O
(pasien stabil – tidak
(pemasangan
infus,
dengan/
tanpa
kebutuhan
oksigen,
perawatan medis dasar).
ada resiko perburukan) Untuk pasien yang kondisinya berisiko memburuk, yang Level 1
sebelumnya dirawat di ruang intensif, dan yang membutuhkan
(pasien stabil – resiko
ruang perawatan akut dengan peralatan tambahan (infus pump,
perburukan minimal)
suction, dan lain-lain) dan perawatan tim “critical care” (membutuhkan pemberian obat-obatan dengan drip infus/ infus pump/ syringe pump, monitor pulse oksimetri).
Level 2
Untuk
pasien
yang
membutuhkan
observasi
ketat
atau
(pasien stabil – resiko
intervensi/ tindakan, termasuk penunjang untuk satu sistem
perburukan tinggi)
organ yang gagal, perawatan paska operasi dan pasien yang sebelumnya di rawat di level yang lebih tinggi (misal CVCU, ICU).
Level 3
Untuk pasien yang membutuhkan alat penunjang pernafasan
(pasien stabil – resiko
(ventilator) sebagai tambahan pada level 2, tetapi kemampuan
perburukan sedang)
durasi/ staf/ alatnya terbatas untuk menunjang kegagalan sistem organ multipel.
Level 3T
Kemampuan untuk menunjang dan memonitor semua sistem
(pasien tidak stabil)
organ tubuh harus ada dan fasilitas ini harus mampu merawat
beberapa pasien dengan kondisi kritis yang membutuhkan alat penunjang kegagalan sistem organ multipel dalam ja ngka waktu lama.
PASIEN
PETUGAS
KETERAMPILAN YG
PERALATAN UTAMA
PENDAMPING
DIBUTUHKAN
& JENIS KENDARAAN
Derajat 0
Petugas Ambulan
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Kendaraan High Dependency Service (HDS) / Ambulan
Derajat 0,5
Petugas ambulan
Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Kendaraan High Dependency Service (HDS) / Ambulan
Derajat 1
Petugas Ambulan & Perawat
Bantuan Hidup Dasar, pemberian oksigen, pemberian obat2an, keterampilan perawatan trakeostomi & suction (PPGD basic 2 / Emergency Nursing Basic 2/intermediate Level)
Kendaraan HDS/ambulan, oksigen,suction, tiang infus portable, infus pump dengan baterai, oksimetri
Derajat 2
Dokter, perawat & petugas ambulan
Derajat 3
Dokter, perawat & petugas ambulan
Semua keterampilan diatas, Ambulan, semua ditambah : penggunaan alat peralatan di atas, pernafasan, bantuan hidup ditambah monitor EKG lanjut, penggunaan kantong & tekanan darah & pernafasan (bag- valve mask) defibriliator bila penggunaan defibriliator, diperlukan. penggunaan monitor intensif Dokter: keterampilan BHD & Ambulan lengkap / lanjut (GELS/ACLS/ATLS) harus AGD Gawat Darurat, mengikuti pelatihan untuk monitor EKG portable transfer pasien dengan sakit yang lengkap, ventilator berat/kritis dan peralatan transfer Perawat: keterampilan BHD & yang memenuhi lanjut (PPGD Basic 2 / standar minimal. Emergency Nursing Intermediate Level) Harus mengikuti pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit berat/kritis
Ditetapkan di : Bogor Pada tanggal : 1 Maret 2017 2 Jumadil Akhir 1438H Direktur Rumah Sakit Islam Bogor
Dr. H.M. Djunaidi Ilyas, Sp.PD