PENGOLAHAN LIMBAH PADAT ORGANIK PADA COMPOSTI COMPOSTI NG PLAN T PT. DJARUM, KUDUS Rizki Hamdisyar dan Endro Sutrisno Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstract Domestic and nondomestic solid waste problem in Indonesia had reached urgent situation. At nondomestic sector the volume is not big as domestic sector, and there are many technology alternative for advanced treatment in order to avoid environment pollution. PT. Djarum is one of biggest cigarette company that produce organic solid waste from manufacture activity. The volume can be about 5,06 m3 per per day, and they chose the the composting alternative for solving organic solid waste problem. The kind of organic solid wastes are siwalan leaves as tobacco cover, spices extraction from primary process, and dry sludge from waste water treatment. So as to up to standard SNI 19-7030-2004 about compost specification from domestic organic waste, the methods that used by PT. Djarum is windrow composting and vermicompost. Beside that, the mature compost would applied to care environment program as commitment of PT. Djarum for social and environment responsibility.
Keyword: Organic solid waste, Cigarette company, company, Composting, Environment.
PENDAHULUAN Pengelolaan limbah padat yang ada di Indonesia mulai menunjukkan peningkatan seiring dengan maraknya permasalahan lingkungan, di samping itu marak pula perkembangan teknologi pengolahan limbah padat untuk mengatasi berbagai isu terkait dengan dampak lingkungan baik lingkup domestik maupun non domestik. Termasuk dalam hal ini PT. Djarum, kudus yang telah melakukan upaya pengolahan
1
limbah padat organik. Adapun hal yang dilakukan PT.Djarum tersebut didasarkan pada kasus sekarang ini dimana permasalahan mengenai timbulan sampah padat organik yang menjadi mayoritas tumpukan sampah di TPA seluruh Indonesia. Pada tahun 2008 diperoleh data bahwa komposisi sampah yang dihasilkan paling banyak di Indonesia adalah sampah organik sebanyak 58 % (1) dari semua jenis komposisi sampah.
Statistik Persampahan Indonesia Tahun 2008, Kementrian Negara Negara Lingkungan Hidup Hidup (KNLH)
- 1-
-2-
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain untuk menganalisa sistem pengolahan limbah padat organik PT. Djarum, membandingkan hasil kegiatan composting PT. Djarum dengan teori dari literatur dan regulasi yang berlaku, dan mengamati kegiatan/ pengelolaan pasca pengolahan limbah padat organik PT. Djarum
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kamus Istilah Lingkungan tahun 1994, Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau ata u materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari hasil penguraian aneka bahan sampah organik, proses terbentuknya kompos dari bahan bahan organik dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Manfaat dari kompos antara lain mempengaruhi sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah, serta mempengaruhi kondisi sosial. Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawasenyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula diikuti dengan peningkatan pH kompos. kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50-70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu dan mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada kondisi ini terjadi dekomposisi atau penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Gambar 1. Proses umum pengomposan limbah padat organik
Faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah: 1. Rasio C/N
-3-
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Ukuran Partikel Aerasi Porositas Kandungan air Suhu pH Kandungan hara Kandungan bahan berbahaya 10. Lama pengomposan
Strategi mempercepat pengomposan dapat dibagi menjadi tiga yaitu memanipulasi kondisi pengomposan, menggunakan aktivator pengomposan, dan memanipulasi kondisi dan menambahkan aktivator pengomposan. Beberapa contoh metode pengomposan dari low technology hingga high technology technology adalah windrow composting , vermikompos, dan In dan In vessel system. system.
Gambar 2. Metode Wi ndr ow Compos Compostin g
Indonesia telah memiliki standar nasional dalam spesifikasi kompos dari limbah padat organik yang tertuang dalam SNI 19-70302004 (Lampiran). Regulasi tersebut diperlukan sebagai pembatasan
produk limbah (kompos) yang didesain sebagai perubah tanah organik atau pupuk dimana fokus utamanya adalah terletak pada pembatasan penggunaan dalam pertimbangan aspek konservasi lingkungan tanah.
METODOLOGI
Kerja praktek ini dilaksanakan di PT. Djarum, Kudus selama 30 hari kerja yang dimulai dari tanggal 4 Agustus 2014. Dalam keseluruhan pelaksanaan kerja praktek ini, terdapat tiga tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Dalam menyusun laporan kerja praktek ini diperlukan data primer dan sekunder s ekunder.. Motode untuk mengumpulkan data yang dipergunakan adalah observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik dalam menganalisis data yang telah didapatkan adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan komparatif.
ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Pengolahan limbah padat organik Metode pengomposan yang dipakai PT. Djarum dalam proses pengolahan adalah windrow composting dan vermikompos.
-4-
a. Windrow Composting Untuk metode windrow composting , bahan baku yang diperoleh per hari adalah: 1. Lumpur padat dari proses waste water treatment (3,15-4,05 m 3) 2. Tikar daun siwalan pembungkus tembakau (fermentasi dengan trichoderma sp. sp. 0,45 m 3) 3. Hasil ekstraksi rempah dalam proses primary (0,56 m3 ) Tahap pembuatan windrow composting antara lain : 1. Lumpur padat/kering dari proses limbah cair dicampur dengan hasil sisa ekstraksi rempah dan tikar pembungkus tembakau yang telah difermentasi, melalui mesin mixing. 2. Kemudian hasil mixing dibawa dengan menggunakan klethek /gerobak /gerobak ke composting plant untuk dilakukan pengomposan sistem windrow. Tumpukan rata-rata berukuran P=210280 cm, L=105-175 cm, 75100 cm. 3. Pembalikan dilakukan satu kali seminggu tanpa adanya penyiraman rutin karena suhu gundukan dijaga oleh penutup terpal (vinyil). 4. Patokan 5 kali pembalikan, kemudian dilakukan
pengamatan secara kualitatif apakah kompos sudah siap dimatangkan (dikeringanginkan lebih kurang 14 hari). Rata-rata kompos jadi 5-7 minggu. Semua tergantung pada faktor lingkungan yang mempengaruhi, karakteristik dan volume bahan yang dikomposkan. Dalam analisis komparasi sederhana rasio C/N, maka diperoleh komposisi bahan kompos dengan campuran 10 kg lumpur padat, 1 kg fermentasi tikar, dan 3, 58 kg ampas rempah. Dalam analisis area komposting, diperoleh ukuran gundukan efektif P=2,8 m, L=1,75 m, T=1,53 m dengan bentuk gundukan limas segiempat. Dalam analisis parameter suhu dengan batas mesofilik 45oC dan termofilik 70oC, maka diperoleh data sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Pengamatan Gundukan Pertama
-5-
Gambar 4. Grafik Pengamatan Gundukan Kedua
Gambar 5. Grafik Pengamatan Gundukan Ketiga
Analisis parameter suhu dilakukan untuk pemantauan agar proses pengomposan dapat dipastikan berjalan dengan lancar. Hasilnya, terdapat satu hari ketika suhu gundukan ketiga mencapai suhu lebih dari batas termofilik. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada hasil kompos baik pada tingkat rata-rata kematangan gundukan kompos dan anomali lainnya. b. vermikompos Khusus untuk vermikompos, sumber bahan baku yang dihasilkan hanya berasal dari limbah padat (lumpur kering) proses limbah cair IPAL Krapyak PT.Djarum. Tiap kali pembuatan tumpukan baru
hanya memerlukan lebih kurang 0,8 m3 . Jenis cacing yang digunakan oleh pihak PT.Djarum dalam pembuatan vermikompos adalah jenis cacing Lumbricus Rubellus dan Pheretima dan Pheretima Asiatica. Asiatica. Adapun pembuatan vermikompos dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pastikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi dapat dikondisikan sesuai dengan standar pembuatan vermikompos, seperti suhu, kelembaban, pH, hingga ruangan yang dijadikan untuk pengomposan. Suhu dijaga tidak tida k lebih dari 29oC, kelembaban 7080 %, pH optimum 6,2-7. 2. Jika lantai ruangan mempunyai dasar tanah atau pasir, beri alas vinyil/terpal atau sejenisnya agar ketika cacing merasa jenuh tidak masuk ke tanah/pasir dari tumpukan kompos. 3. Buat beberapa tumpukan dengan ukuran masing-masing kurang lebih 400 x 100 x 20 cm (tergantung luas ruangan). komposisi lapisan terbawah sampai teratas:
-6-
Gambar 6. Lapisan-lapisan Pada Vermikompos
4.
Lakukan penyiraman setiap 1 x per hari untuk menjaga suhu dan kelembaban. Apabila dalam kondisi kemarau panjang, bisa dilakukan alternatif dengan menggunakan alat blower. 5. Patokan 2-3 minggu pemanenan. Panen dilakukan dengan cara pencahayaan (dengan lampu, dll) karena cacing sangat sensitif dengan hal tersebut. Selama lebih kurang 5 menit setelah cacing bergerak ke bagian bawah tumpukan, baru lah dipanen secara bertahap hingga menyisakan starter yang di dalamnya terdapat cacing (kompos jadi, bagian tumpukan paling bawah) setinggi 5 cm. Kemudian lakukan composting secara berkelanjutan dengan menambah substrat/pakan di bagian paling atas hingga tumpukan menjadi setinggi 20 cm kembali.
Gambar 7. Gundukan dengan Pakan Baru (kiri) dan Gundukan Starter (kanan)
Disamping itu juga dilakukan percobaan vermikompos dengan menggunakan metode layer dan metode bak (plastik dan logam). Hasilnya didapat keefektifan dengan metode bak yang memiliki kecepatan makan cacing yang tinggi. Uji perkecembahan perkecembahan Uji perkecambahan yang dilakukan merupakan percobaan sederhana yang bertujuan untuk mengetahui jenis kompos yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman, apakah kompos dengan metode windrow atau kompos dengan metode vermikompos yang dihasilkan PT.Djarum. Dimulai pada tanggal 11 agustus hingga 2 september 2014, berikut analisis yang diperoleh ketika hari terakhir pengamatan:
-7-
Tabel 1. Nilai Variabel Pengamatan Uji Perkecambahan Perkecambahan Hari terakhir
kontrol (tanah saja)
Jumlah daun (pcs) 7
Panjang daun (cm) 24
Lebar daun (cm) 1.6
Diameter batang (cm) 0.7
windrow saja windrow:tanah=1:1 windrow:tanah=1:2 windrow:tanah=2:1
10 14 11 12
40 38.8 39.5 39
4.1 4.5 4.2 4.4
1.3 1.3 1.1 1.1
vermi saja vermi:tanah=1:1 vermi:tanah=1:2 vermi:tanah=2:1
12 13 16 17
28 40.7 38.8 42.3
3.3 4.7 3.6 5.5
1 1.5 1.1 1.5
Jenis media
Dari hasil percobaan, didapat perbandingan vermi : tanah = 2 : 1 lah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman jagung selama 23 hari. Dan itu sekaligus menandakan bahwa pupuk vermi lebih bagus untuk pertumbuhan tanaman daripada pupuk windrow. Pasca Pengolahan Limbah Padat Organik PT.Djarum Dari hasil windrow composting didapat jumlah gundukan yang ada di composting plant OASIS ditambah dengan kompos yang berada di IPAL Krapyak sebanyak 3,375 m 3. Ketika dihitung dengan pengemasan ratarata 40 kg berjumlah 60 karung disimpulkan per hari PT. Djarum menghasilkan 2,5 ton kompos jadi. Kompos-kompos tersebut akan digunakan untuk kegiatan bakti
lingkungan oleh PT. Djarum maupun permintaan dari eksternal PT. Djarum. Untuk hasil vermikompos hanya baru digunakan oleh pihak internal PT. Djarum dalam kegiatan penghijauan lingkup wilayah perusahaan. Analisis finansial jika dihitung per hari dari penghasilan kompos, PT. Djarum akan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp.1.250.000,00. Perbandingan Hasil Kompos PT.Djarum dengan Peraturan yang Berlaku Dalam memonitoring hasil komposnya agar sesuai dengan standar yang ada, pihak PT.Djarum bekerja sama dengan Pihak Sucofindo untuk mengukur kualitas/mutu kompos yang dihasilkan dengan periode sekali dalam satu tahun. Pada tahun terakhir pengukuran (tahun 2013), terbukti bahwa kompos yang dihasilkan PT.Djarum telah memenuhi SNI 19-7030-2004.
KESIMPULAN 1. Sistem pengolahan limbah padat organik yang dilakukan PT.Djarum menggunakan metode windrow composting dan vermi composting . 2. Kompos yang dihasilkan PT.Djarum telah memenuhi SNI 19-7030-2004 tentang
-8-
Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. 3. Kompos yang dihasilkan oleh PT.Djarum digunakan untuk kegiatan penghijauan baik internal maupun eksternal perusahaan dengan tidak diperjualbelikan sebagai aplikasi program CSR Bakti Lingkungan PT.Djarum.
SARAN 1. Sistem manajemen pada unit composting perlu diperbaiki agar terciptanya dokumentasi dan laporan kegiatan yang baik, serta didapatnya data-data hasil kompos yang jelas sehingga beberapa kesalahan pada kegiatan composting dapat diminimalisir. 2. Sebaiknya dilakukan pengukuran beberapa parameter kompos secara berkala oleh pihak internal PT.Djarum sebagai kontrol proses pengomposan agar didapat hasil kompos yang baik, serta untuk perbandingan kontrol parameter kompos oleh pihak eksternal. 3. Perlu dilakukan perawatan alatalat/mesin yang mendukung proses composting dan penambahan instrument pengukuran parameter untuk mendukung kegiatan pengomposan yang lebih baik.
4. Perlu dilakukan penambahan sumber daya manusia (tenaga kerja) pada unit composting agar meminimalisir peluang tertinggalnya suatu pengerjaan selama kegiatan kegiatan composting yang selama ini sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA Indriani, Yovita Hety. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat . Jakarta: Penebar Swadaya S, Alex. 2011. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik Organik . Yogyakarta: Pustaka Baru Press Setiawan, Budi Susilo. 2012. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Jakarta: Cepat. Jakarta: Penebar Swadaya Sucipto, Cecep Dani. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Sampah . Yogyakarta: Gosyen Publishing Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik . Yogyakarta: Kanisius Tchobanoglous, G., Keith, F. 2002. Handbook of Solid Waste Management, Second Edition. New York: York: McGraw-Hill Wahyono, Sri dkk. 2011. Membuat Pupuk Organik Organik Granul Dari Aneka Limbah. Limbah. Jakarta: Agro Media Yuliarti, Nurheti. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik . Yogyakarta: Lily Publisher