BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan membuat ilmu ekonomi sangat berguna dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian ilmu pengatahuan menempatkan kedudukannya sejajar dengan ilmu yang lain. Sistem Ekonomi sangat berpengaruh besar pada keberhasilan pemerintah dalam mencapai misi memakmurkan dan mensejahterakan perekonomian masyarakatnya. Bahkan tidak hanya pemerintah, pihak swasta pun menggunakan sistem ekonomi demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan baik untuk diri sendiri ataupun pihak-pihak lainnya. Sistem merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. Kekuatan ekonomi suatu negara diperoleh dari pengorganisasian suatu pengetahuan dan teknologi untuk mengeksplorasi alam yang dimiliki. Sumber yang tersedia di suatu wilayah akan menentukan kekuatan ekonomi suatu negara, tentunya didukung dengan faktor-faktor lain. Kemampuan mengeksplorasi diri dan memanfaatkan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan rakyat, menggunakan nilai lebihnya untuk memacu perkembangan teknologi (selain membiayai pendidikan dan kesejahteraan material rakyatnya) menjadi syarat-syarat yang dimiliki oleh negara kuat. Maka suatu negara harus menemukan sistem ekonomi mereka yang mampu membuat negara itu menjadi lebih maju di dunia internasional, walaupun sistem merek berganti-ganti demi mencocokkan sistem ekonomi mereka dengan masyarakat, pemerintah, SDM dan SDA yang sesuai dengan era yang ada tentunya. Demikianlah hal yang dirasakan suatu negara yang kini telah menjadi salah satu negara yang berada di puncak ekonomi tertinggi di dunia ialah China atau kini sering kita sebut dengan Republik Rakyat Tiongkok. Demikian dalam tulisan ini
penulis akan menjelaskan lebih mengenai perjalan sistem ekonomi China hingga bisa membuat China menjadi negara yang sukses dalam meningkatkan ekonomi mereka.
B. Rumusan Masalah Dalam rumusan masalah tulisan ini terdapat poin inti pembahasan ialah “Bagaimana perjalanan sistem ekonomi China sehingga membuat perubahan sistem ekonomi dan hal tersebut dapat membawa kemajuan bagi China”.
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana jawaban dari rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya dengan penjelasan lebih dalam
BAB II PEMBAHASAN A. Awal Sistem Ekonomi Negara China dengan Sistem Ekonomi Sosialis yang Tertutup Cina adalah fenomena. Cina adalah the emerging super power. Cina adalah entitas ekonomi yang paling dinamis dengan pertumbuhan diatas rata-rata peraihan negara-negara besar di dunia. Sebutan-sebutan tersebut tentunya tidak asing terdengar. Hal ini dikarenakan Cina, memang meraih prestasi ekonomi yang sangat besar. Cina kini menjadi sorotan dunia. Namun, kesuksesan China tersebut tidak diraihnya dengan proses yang singkat. Berawal dari pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan RRC dan mendirikan negara komunis di Cina, saat itu keadaan perekonomian Cina sangat buruk, Cina mengalami inflasi akibat perang Cina- Jepang dan perang saudara (Partai Nasionalis Cina-Partai Komunis Cina). Oleh karena itu selama beberapa tahun pertama Pemerintah RRC memusatkan perhatian pada membangun industri berat, fasilitasfasilitas, transportasi serta mengendalikan inflasi dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam pemerintahan Mao Zedong dapat dibagi ke dalam dua dekade. Dekade pertama (1949-1957) adalah proses industrialisasi dari pertanian menuju industri, sedangkan dekade kedua ketika mulai terjadi krisis ekonomi (1960-1962) serta pergolakan politik (1966-1969)1. Pada dekade kedua (1960-1962) terjadi krisis ekonomi di China Kebijakan yang diambil yaitu mengubah skala prioritas dari industri kembali menjadi pertanian, ribuan orang yang telah menjadi buruh diperkotaan dikembalikan ke desa untuk mengembangkan pertanian. Industri-industri kecil mulai dibatasi oleh pemerintah. Krisis China tersebut diyakini karena China sangat kuat menganut ekonomi sosialis yang terpusat di pemerintah, yang masih belum terbuka.
Untuk mengendalikan sumber-sumber daya ekonomi yang diperlukan bagi investasi industry pemerintah RRC pada saat itu dengan cepat menciptakan program ekonomi terencana dan terpusat, termasuk pertanian. Pembangunan ekonomi dimulai dengan menasionalisir industri berat yang sudah ada, industri-industri lain dijadikan rekanan penjualan kebutuhan negara, atau dijadikan modal campuran negara-swasta2. Mao ingin membangkitkan ekonomi Cina melalui industrilisasi dan memanfaatkan penduduk Cina yang banyak untuk menjadi tenaga kerja dengan upah yang murah. Oleh karena 1
Cheng, Chu-yuan. 1971. The economy of Communist China 1949-1969 : with a bibliography of selected materials on Chinese economic development. Ann Arbor : University of Michigan, Center for Chinese Studies. 2 Wibowo, Priyanto. 2007. Perubahan Sosial Cina Tahap Pertama: Mao dan Pedesaan (1949-1959). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Press.
itu, Mao mencanangkan kampanye Lompatan Jauh ke Depan dengan tujuan mengungguli negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi salah satu negara paling kaya, maju dan berkuasa. Pada saat itu Petinggi partai mengira bahwa program ini berjalan dengan sukses namun yang terjadi bencana kelaparan. Rakyat yang dipekerjakan berketerampilan rendah sehingga produk yang dihasilkan berkualitas rendah3 Permasalahan inilah yang membuat Mao Zedong mundur dari pemerintahannya, karena kegagalannya dalam program Lompatan Jauh ke Depan, Liu Shaoqi melanjutkan pemerintahan sebagai Presiden RRC. Pada masa Pemerintahannya Liu, Liu Shaoqi melakukan enam langkah upaya pemulihan ekonomi yaitu; Pertama, memberi insentif material seperti pembagian kapling tanah untuk pribadi dan pasar bebas. Kedua, perusahaan-perusahaan negara harus dikelola dan dievaluasi berdasarkan efisiensi. Ketiga, para pemimpin perusahaan diberi kewenangan lebih besar untuk mengambil kebijakan terkait dengan operasional produksi. Keempat, sistem perencanaan terpusat dibuat lebih fleksibel dengan memberi kebebasan lebih besar kepada pemerintah lokal dalam menentukan target dan kuota produksi. Kelima, mengedepankan akurasi dalam perolehan data atau informasi di lapangan. Keenam, reorganisasi partai dengan lebih menekankan pada disiplin partai dan mekanisme kontrol institusional4. Upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Liu menunjukkan hasil positif, pada tahun 1962 kondisi ekonomi di pedesaan mulai membaik yaitu berkembangnya industri-industri berskala kecil dan menengah di pedesaan seperti pabrik peralatan dan pertanian. Akan tetapi upaya pemulihan ini kembali gagal karena Revolusi Kebudayaan dilancarkan pada tahun 1966 oleh Mao Zedong yaitu gerakan anti kapitalisme. Gerakan ini menekankan pada menghormati nilai-nilai kebangsaan dan proletar masyarakat sosialis, menentang kapitalisme, dan menolak nilai-nilai tradisional Cina. Setelah kegagalan ekonomi pada tahun 1960-an, PKC dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping mulai mengupayakan peningkatan ekonomi mengembalikan stabilitas dalam negeri dan memulihkan kepercayaan rakyat terhadap kepmimpinan PKC. Pada masa Pemerintahan Den Xiaoping inilah China mulai dibawa ke masa transisi perubahan system ekonomi yang lebih terbuka.
3 4
Sutopo, FX. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi. Akbar, Nanda. 2011. Transformasi Besar China: Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja: Jogja Mediautama.
B. Masa Transisi Perubahan Sistem Ekonomi Negara China Deng Xiaoping sebagai Ketua Komisi Penasihat Pusat PKC telah menjadi tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, Deng terkenal dengan gagasan-gagasan yang berciri pragmatis. Reformasi dan Keterbukaan yang ditetapkan pada siding pleno ke-3 Komite Sentral PKC ke XI bulan Desember 1978. Prinsip dasar program yang dimotori Deng Xiaoping ini adalah zou ziji de lu atau „berjalan di atas jalan sendiri‟, yang kemudian terus dikembangkan menjadi konsep yang disebut zhongguo te se de shihui zhuyi atau „Sosialisme dengan karakteristik Cina‟. Konsep ini mencakup 9 (sembilan) pokok pikiran yang pada dasarnya mencerminkan cita-cita Cina untuk „berdiri di atas kaki sendiri‟ dan menyesuaikan MarxismeLeninisme dengan kondisi nyata di Cina. Sosialisme dengan karakteristik Cina, kemudian dianggap sebagai salah satu legitimasi bagi diterapkannya system ekonomi pasar dari paham kapitalis menggantikan sistem ekonomi terpusat yang selama itu telah ditetapkan, dan terbukanya Cina bagi investasi asing 5. pada tahun 1980 Cina menciptakan Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones), yaitu di Propinsi Guangdong (kabupaten Shenzhen, Zhuhai, Shantou) dan Fujian (Pulau Xiamen). Para penanam modal asing di zona ekonomi tersebut mendapat pelbagai keringanan pajak, juga tersedia pelbagai prasarana seperti : jalan raya, tenaga listrik, dan pelabuhan. Sekitar tahun 1995, komposisi tenaga kerja sekitar 80% berada di sektor pertanian. Pada tahun 2000, angka tersebut menurun menjadi sekitar 70% dari sekitar 711,5 juta angkatan kerja di tahun 2000, 499 juta penduduk bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 150 juta orang dari angka ini diperkirakan migrasi ke daerah kota untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Pada Februari 1992, Deng Xiaoping melakukan “perjalanan ke selatan”. Perjalanan ini ditengarai sebagai tonggak penentu dari sejarah Cina modern karena ucapan Deng selama perjalanan itu memberi pencerahan besar kepada semua pemimpin rakyat Cina untuk meneruskan keterbukaan dan meneruskan pembangunan ekonomi. Sejak saat itu, kemajuan demi kemajuan ekonomi dilaporkan baik dari Cina sendiri maupun dari luar negeri.
Muas, Tuty N. 2008. “30 Tahun Reformasi RRC: Reformasi Gradual yang Penuh Penyesuaian” dalam buku 30 Titik Balik Historiografi di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, hal. 324 5
C. Sistem Ekonomi Negara China pada Era 20-an Dimulai dari tahun 1980 hingga tahun 2005 rata-rata pertumbuhan GDP China per tahun mampu menembus angka 9,5 persen, begitu pula dengan GDP per kapita yang tumbuh dari $300 pada tahun 1980 menjadi $1,000 pada tahun 2003. Selama kurun waktu tersebut, China juga berhasil menurunkan tingkat kemiskinan absolut di daerah rural, dari angka sekitar 250 juta orang menjadi 26,1 juta, atau dari sekitar 31 persen menjadi 2,8 persen saja6, dan sejak tahun 1980 pula China berhasil meningkatkan kualitas hidup sekitar 200-400 juta penduduknya. Sedangkan dari perdagangan dan pertumbuhan industri, sejak tahun 1978 hingga tahun 2006 ekspor China meningkat lebih dari 15 persen per tahunnya dan angka ini menjadikan China sebagai eksportir terbesar dunia dengan nilai total sekitar $1,286 milyar. Tak cukup itu saja untuk menggambarkan keberhasilan ekonomi China. Kestabilan atau daya tahan ekonomi China pun terbukti saat krisis global yang melanda pada tahun 2008. Secara keseluruhan, angka pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,9 persen pada kuartal kedua tahun 2009, atau naik dari 6,1 persen pada kuartal sebelumnya. Kemampuan China mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara positif dalam situasi yang sulit ini semakin meyakinkan para analis ekonomi mengenai masa depan China yang luar biasa. Misalnya, China dapat terus mempertahankan pertumbuhan ekonominya secara positif seperti saat ini, maka dapat dipastikan pada tahun 2035 China akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia. Sedangkan Maddison, meramalkan hal ini lebih cepat. Tahun 2015 China akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar dunia, menggeser posisi Amerika Serikat, dan pada tahun 2030 GDP China akan mewakili sekitar 23 persen GDP Dunia7. Keberhasilan China yang masif tersebut menarik perhatian para analis baik dari bidang ekonomi, sosial maupun ilmu pembangunan. Kiranya ada tiga perdebatan utama mengenai model pembangunan Cina, yakni kelompok pro-pasar atau neoklasik, kelompok etatisme dan kelompok oksidental. Bagi kelompok neoliberal Cina merupakan contoh nyata bagaimana globalisasi dan keterbukaan pasar dapat memberikan manfaat yang sangat luas bagi suatu negara. Hal ini diperkuat dengan beberapa fakta, misalnya aliran investasi asing global atau FDI yang sangat
6
The Ministry of Civil Affairs in July 2005, diakses dari http://news.xinhuanet.com/mrdx/2005/07/06/content_3181002.htm , pada tanggal 11 Oktober 2017 pukul 19:31 WIB. 7 Angus Maddison, 2007, Chinese Economic Performance in the Long Run; Second Edition, diakses dari http://piketty.pse.ens.fr/files/Maddison07.pdf , pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 20:30 WIB.
signifikan. Selain itu, Deng juga melakukan perubahanperubahan struktur dan institusi ekonomi China secara besar-besaran, seperti pada sistem kepemilikan yang tidak lagi didominasi negara, terutama dalam bidang pertanian, serta liberalisasi dan privatisasi yang dilakukan pemerintah Cina, meskipun dilakukan secara bertahap. Reduksi peran negara juga terlihat dalam kebijakan Cina, dimana jaminanjaminan sosial yang dahulunya diterapkan pada rezim Mao, kini dihapuskan. Misalnya saja, penghapusan jaminan kerja bagi tenaga kerja. Meskipun hal ini berdampak negatif bagi para pekerja, namun hal ini dipuji oleh kelompok neoliberal sebagai suatu kebijakan yang mendorong industrialisasi karena hal ini memberikan jaminan atas ketersediaan buruh murah di China. Meski mengakui gradualisme yang ditempuh Cina, yakni melakukan reformasi secara bertahap namun kelompok ini meyakini Cina, perlahan tapi pasti menjelma menjadi negara neo-liberal. Reformasi yang dilakukan selama ini pun sesungguhnya bervisi membangun ekonomi dan masyarakat yang sesuai dengan tipikal konsepsi negara neoliberal. Dengan kata lain Cina adalah an emerging neoliberal state. China kini menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar sesudah AS setelah pada 2010 melampaui Jepang yang sebelumnya merupakan ekonomi kedua terbesar di dunia. Setelah Uni Soviet bubar tahun 1991, AS selama dasawarsa 1990-an sering membual dirinya adalah satusatunya negara adidaya (the sole superpower). Namun, dengan pertumbuhan ekonomi China yang sangat tinggi sehingga menjadi ekonomi kedua terbesar dan dengan tentara terbesar di dunia yang diperlengkapi persenjataan modern, AS kini jarang menyebut dirinya” satu-satunya negara adidaya”. Namun disisi lain, perhatian yang minim terhadap kesejahteraan penduduk di wilayah desa telah menimbulkan kesenjangan pendapatan antara orang-orang kaya kota dan orang-orang miskin desa, serta peluang eksploitasi penduduk miskin desa oleh pemerintah daerah dan para penjabat partai komunis, oleh karena itu para pemimpin negara di china menilai masalah ekonomi dan sosial yang utama adalah kemiskinan di desa. Dengan demikian, dengan segala kebijakan dan upaya untuk menuntaskan kemiskinan “Pemerintah harus mengambil kebijakan khusus yang memihak rakyat miskin serta mengembangkan perekonomian desa dan kota secara simultan dengan membangun koordinasi yang baik”, Menurut statistik dalam 3 dekade (30 tahun) jumlah orang miskin berkurang dari 250 juta menjadi 26 juta orang hal itu jumlah yang fantastis karena hampir setara dengan penduduk
indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak selalu menjadi tolak ukur untuk menuntaskan kemiskinan, memang dapat menyelesaikan akan tetapi tidak tuntas. harus ada juga kebijakan yang melindungi hak petani dan kesejahteraannya. Demikianlah China di Era 20-an kini, adapun China menyelesaikan permasalahan perihal kemiskinan masyarakat nya ialah dengan bergabung dengan Forum yang disertai dengan Organisasi Internasional seperti ASEAN-China Relations.
D. Implementasi Sistem Ekonomi Terbuka Negara China dalam Hubungan Kerja Sama China, Studi Kasus ASEAN-China Relations Pasca Perang Dingin, kekuatankekuatan geopolitik baru muncul dalam akhir tahun 1980an, cenderung meningkatkan hubungan Cina-ASEAN. Pertama, pasar ASEAN merupakan saluran yang sangat penting bagi hasil pertanian dan produk industri ringan yang diekspor Cina ke luar negeri. Kedua, Cina telah mengembangkan suatu pola perdagangan yang tangguh dengan berusaha mencapai surplus perdagangan dengan negara-negara berkembang dengan mendorong ekspor beras, bahan pangan, produk-produk tradisional dan berbagai barang manufaktur yang padat karya, sementara deficit perdagangan dengan negara-negara industry dengan mengimpor pangan murah (gandum), peralatan modal dan teknologi8. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Cina membangun hubungan di bidang ekonomi dengan ASEAN, yaitu : 1. Kebijakan Cina dalam hal berhubungan dengan tetangga secara bersahabat 2. Kedekatan geografis dan sejarah serta budaya dengan ASEAN 3. Keterbatasan bahan mentah di Cina dan kepentingan nasional Cina yang ingin menggantikan posisi hegemoni dalam perekonomian dengan Jepang 4. Sebagai penanggulangan masalah kemiskinan yang beberapa tahun selalu meningkat
Dinamika perluasan hubungan ekonomi Cina-ASEAN dipengaruhi oleh kekuatankekuatan ekonomi internalnya sendiri dan prospek untuk pertumbuhan perdagangan CinaASEAN sangat bergantung pada keberhasilan usaha modernisasi Cina yang sedang berlangsung. Ekonomi Cina tumbuh begitu cepat dalam perdagangan global dan manufaktur. Antara tahun
8
Wong, John. 1999. Politik Cina di Negara Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka Pelajar.
1985-2003, Pertumbuhan ekonomi riil Cina tumbuh secara konsisten yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 9% setiap tahunnya. Penandatangan Kerangka Kesepakatan atas Kerja sama Ekonomi Cina-ASEAN pada tahun 2002 menunjukkan adanya usaha perbaikan hubungan antara negara-negara anggota ASEAN dan Cina. Kesepakatan ini selanjutnya berkembang menjadi Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-Cina (ACFTA). Di atas kertas, keputusan ASEAN dan Cina untuk membentuk kesepakatan tersebut menggambarkan perluasan hubungan ekonomi dan politik di antara kedua pihak. Kedua pihak juga menyepakati untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi melalui: penghapusan tarif dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang, liberalisasi secara progresif perdagangan jasa membangun investasi yang kompetitif dan terbuka dalam kerangka ACFTA9. Kondisi ini pada akhirnya akan menciptakan atmosfer yang memacu masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang selanjutnya akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih luas ke pasar dunia. Melalui efek terhadap pertumbuhan ekonomi, FDI selanjutnya dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. FDI dapat juga membantu meningkatkan pendapatan pemerintah, yang dapat digunakan untuk membiayai jarring pengaman sosial untuk kaum miskin, melalui kontribusi pajak dan secara tidak langsung dengan menstimulasi pertumbuhan dan memperluas wajib pajak.
9
Op.Cit, Wibowo : 2009: 238
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dalam pembahasan sebelumnya dibagi menjadi beberapa poin penting ialah sebagai berikut : Pertama, awal sistem ekonomi China masih belum sesuai untuk mencapai kemajuan China. Hal tersebut dikarenakan masih tertutup nya China terhadap negara lain. Jelang dua masa Rezim Pemerintahan yakni Mao Zedong dan Liu Shaoqi, Pada masa Pemerintahan Den Xiaoping inilah China mulai dibawa ke masa transisi perubahan system ekonomi yang lebih terbuka dan menjadi lebih maju. Kedua, Deng Xiaoping sebagai Ketua Komisi Penasihat Pusat PKC telah menjadi tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, Deng terkenal dengan gagasan-gagasan yang berciri pragmatis. Reformasi dan Keterbukaan yang ditetapkan pada siding pleno ke-3 Komite Sentral PKC ke XI bulan Desember 1978. Reformasi sistem ekonomi keterbukaan yang dilakukan Den ini pun mulai semakin meluas hingga pada Februari 1992, Deng Xiaoping melakukan “perjalanan ke selatan”. Perjalanan ini ditengarai sebagai tonggak penentu dari sejarah Cina modern karena ucapan Deng selama perjalanan itu memberi pencerahan besar kepada semua pemimpin rakyat Cina untuk meneruskan keterbukaan dan meneruskan pembangunan ekonomi. Sejak saat itu, kemajuan demi kemajuan ekonomi dilaporkan baik dari Cina sendiri maupun dari luar negeri. Ketiga, China kini menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar sesudah AS setelah pada 2010 melampaui Jepang yang sebelumnya merupakan ekonomi kedua terbesar di dunia. Namun disisi lain, perhatian yang minim terhadap kesejahteraan penduduk di wilayah desa telah menimbulkan kesenjangan pendapatan antara orang-orang kaya kota dan orang-orang miskin desa, serta peluang eksploitasi penduduk miskin desa oleh pemerintah daerah dan para penjabat partai komunis, oleh karena itu para pemimpin negara di china menilai masalah ekonomi dan sosial yang utama adalah kemiskinan di desa. China menyelesaikan permasalahan perihal kemiskinan masyarakat nya ialah dengan bergabung dengan Forum yang disertai dengan Organisasi Internasional seperti ASEAN-China Relations.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nanda. 2011. Transformasi Besar China: Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja: Jogja Mediautama.
Angus Maddison, 2007, Chinese Economic Performance in the Long Run; Second Edition, diakses dari http://piketty.pse.ens.fr/files/Maddison07.pdf , pada tanggal 12 Oktober 2017 pukul 20:30 WIB.
Cheng, Chu-yuan. 1971. The economy of Communist China 1949-1969 : with a bibliography of selected materials on Chinese economic development. Ann Arbor : University of Michigan, Center for Chinese Studies. Muas, Tuty N. 2008. “30 Tahun Reformasi RRC: Reformasi Gradual yang Penuh Penyesuaian” dalam buku 30 Titik Balik Historiografi di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, hal. 324
Sutopo, FX. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.
The
Ministry
of
Civil
Affairs
in
July
2005,
diakses
dari
http://news.xinhuanet.com/mrdx/2005/07/06/content_3181002.htm , pada tanggal 11 Oktober 2017 pukul 19:31 WIB.
Wibowo, Priyanto. 2007. Perubahan Sosial Cina Tahap Pertama: Mao dan Pedesaan (19491959). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Press.
Wong, John. 1999. Politik Cina di Negara Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka Pelajar.