Sick Building Sindrom Adatya Stevani P Putuhena 102010253 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
[email protected]
Pendahuluan
Sick bullding sindrom sindrom merupakan keluhan dan dan kumpulan permasalahan kesehatan yang timbul berkaitan dengan waktu yang dihabiskan dalam suatu bangunan dan berhubungan dengan kualitas udara dalam lingkungan. Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik, seperti sakit kepala, iritasi i ritasi mata, badan cepat letih, leti h, perut terasa kembung, hidung berair, tenggorokan gatal, kesulitan dalam berkonsentrasi, kulit terasa kering serta batuk kering yang tidak kunjung sembuh. Padahal sembuh. Padahal keluhan ini indikator dari Sick Building Syndrom (SBS). Penyebab dari SBS antara lain ; kualitas udara dalam ruangan tercemar oleh radikal bebas (bahan kimiawi) yang berasal dari dala m maupun luar ruangan. Contohnya tercemar oleh mikroba atau disebabkan karena ventilasi udara kurang baik. Keluhan-keluhan baik. Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi c ukup mengganggu dan yang penting sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau ata u bahkan sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. bila hanya 2 atau 3 orang maka mungkin sekali mereka sedang menderita penyakit infeksi saluran nafas atas. 1,2
Ada tujuh langkah diagnosis okupasi yaitu : I.
Diagnosis Klinis 1) Anamnesis a) Identitas, meliputi : nama, nomor induk pokok, umur, jenis kelamin, jabatan, unti/bagian kerja, lama bekerja, nama perusahaan, jenis perusahaan dan alamat perusahaan. b) Riwayat
penyakit
:
keluhan,
RPS(riwayat
penyakit
RPD(riwayat penyakit dahulu), RPK(riwayat penyakit keluarga)
sekarang),
c) Riwayat pekerjaan : -
Sudah berapa lama bekerja sekarang
-
Riwayat pekerjaan sebelumnya
-
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
-
Barang yang diproduksi/dihasilkan
-
Waktu bekerja sehari
-
Kemungkinan pajanan yang dialami
-
APD(Alat pelindung diri) yang dipakai
-
Hubungan gejala dan waktu kerja
-
Pekerja lain ada yang menghalami hal sama
Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan dimaksudkan untuk mngetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja. Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul gejala atau tanda sakit pada tinggkat dini penyakit, perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara gejala serta tanda sakit dengan pekerjaan dan atau lingkungan kerja. 3 Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dnegan seteliti-telitinya dari permulaan sekali sampai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali sekali -kali hanya mencurahkan perhatian pada pekerjaan yangg dilakukan waktu sekarang, namun harus dikumpulkan informasi tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa penyakit akibat kerja yang diderita waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau lingkungan kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini lebih penting lagi jika tenaga kerja gemar pindah kerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Buatlah tabel yang secara kronologis memuat wkatu , perusahaan, tempat bekerja, jenis pekerjaan, aktivitas pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin menyebabkan penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat sangat membantu.3 Perhatian juga diberikan kepada hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala dan tanda penyakit. Pada umumnya gejala dna tanda penyakit akibat kerja berkurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila penderita tidak masuk bekerja; gejala dan tanda itu timbul lagi atau menjaid lebih berat, apabila ia kembali bekerja. Fenomin seperti sepert i itu sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau pada penyakit bissinosis atau asma
bronkhiale akibat kerja atau lainnya. Informasi dan dan data hasil pemeriksaan kesehata khusus sangat penting artinya bagi keperluan menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja. Akan lebih mudah lagi menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, jika tersedia data kualitatif dan kuantitatif faktor-faktor dalam pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.3 2) Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan umum dan khusus Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit akibat kerja. a. Kesadaran b. TTV(tanda-tanda vital) berupa tekanan darah, suhu, denyut nadi, dan frekuensi napas. c. Tinggi dan berat badan d. Kepala dan muka : rambut, mata (strabismus, refleks pupil, kornea dan konjungtiva), hidung (mukosa, penciuman, epistaksis, tenggorokan, tonsil, suara), rongga mulut (mukosa, lidah, gigi), leher (kelenjar gondok), toraks (bentuk, pergerakan, paru, jantung), abdomen (hati, limpa), genetalia, tulang punggung, ekstremitas(refleks:fisiologis/patologis, koordinasi otot : tremor, tonus, paresis, paralisis dan lain-lain). 3) Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontgem, spirometer, audiometer, dsb. Pemeriksaan laboratoris dimaksudkan untuk mencocokkan benar tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam tubuh tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut. Guna menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, biasanya tidak cukup sekedar pembuktian secara kualitatif yaitu tentang adanya faktor penyebab penyakit, melainkan harus ditunjukkan juga banyaknya atau pembuktian secara kuantitatif. Pemeriksaan laboratoris berupa pemeriksaan darah, urin, tinja, serta pemeriksaan tambahan /monitoring biologis berupa pengukuran kadar bahan kimia penyebab sakit di dalam tubuh tenaga kerja misalnya kadar dalam urin, darah dna sebagainya, Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, terutama untuk penyakit yang disebabkan penimbunan debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya sinar tembus
baru ada maknanya jika dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja. 4) Pemeriksaan tempat kerja : misalnya kelembaban, kebisingan, penerangan. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk memastikan adanya faktor penyebab penyakit di tempat atau ruang kerja serta mengukur kadarnya. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat atau ruang kerja sangat perlu untuk melakukan penilaian dan mengambil kesimpulan, apakah kadar zat sebagai penyebab penyakit akibat kerja cukup dosisnya atau tidak untuk menyebab sakit. Meliputi faktor lingkungan kerja yang dapat berpengaruh terhadap skait penderita (faktor fisis, kimiawi, biologis, psikososial), faktor cara kerja yang dapat berpengaruh terhadap sakit penderita (peralatan kerja, proses produksi, ergonomi), waktu paparan nyata (per hari, perminggu) dan alat pelindung diri. II.
Pajanan yang dialami a)
Meliputi pajanan saat ini dan sebelumnya. Informasi ini diperoleh terutama dari anamnesis yang teliti. Akan lebih baik lagi jika dilakukan pengukuran lingkungan kerja. Pajanan fisik Kemajuan pembangunan industri di Indonesia diikuti dengan pemanfaatan dan penerapan berbagai tingkat kemanjuan teknologi. Kemajuan perkembangan teknologi mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan, sedangkan dampak negatifnya kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan. 4 Pajanan bahaya potensial faktor fisik: -
Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruangan). Secara umum,
pengkondisian
udara
(air
conditioning )
dilakukan
dengan
mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperature dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara local dan central. Pendingin udara local yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-rumah atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat structural, namun sekarang hampir seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan di satu tempat tersendiri oleh operator khusus,
biasanya hotel-hotel, tempat perbelanjaan, dan gedung perkantoran yang berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali dalam setahun. Jika tidak AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang telinga. Bagi orang sehat dengan stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dipapar kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk. Dhermatopagoides pteronnyssinus dan Dhermatopagoides farina adalah tungau debu rumah yang sering ditemukan pada gedung yang menyebabkan sensitisasi alergi. 6 -
Debu di dalam ruang kerja. Debu merupakan partikel-partikel zat padat, disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mekanis atau alami seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan baik organic maupun non-organik. Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat dimana saja, misalnya untuk indoor , penumpukan barang-barang bekas
yang menimbulkan debu. Karena
ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia. 6 -
Karpet yang tidak dirawat. Partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan. 6
b)
Pajanan biologik Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya:6 - Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. - Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.4,6
c)
Pajanan kimia Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahan bahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel ( particle board ),
papan fiber ( fiber board ), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan. 4,5
d)
Ergonomi Dengan posisi kerja yang tidak nyaman atau posisi yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu low back pain. 5
e)
Pajanan psikososial Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, hubungan sesama sejawat, mass psychogenic illness dan lain-lain.5
III.
Hubungan pajanan dengan penyakit Untuk mengetahui hubungan pajanan dengan penyakit dilakukan identifikasi pajanan yang ada. Evidence based berupa pajanan yang menyebabkan penyakit. Kemudian perlu diketahui hubungan gejala dan waktu kerja, pendapat pekerja (apakah keluhan/gejala ada hubungan dengan pekerjaan). a. Pendingin udara (air conditioning )
AC
yang jarang dibersihkan serta ventilasi
udara yang kurang menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri. Kawanan Chlamidia sp, Escherichia sp, Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung atau masuk lewat lubang kuping. 7 b. Debu di dalam ruang kerja
Sumber
alamiah partikulat atmosfir adalah debu
yang memasuk atmosfir karena terbawa oleh angin. misalnya untuk indoor , penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu aktivitas pernapasan manusia. 7 c. Karpet yang tidak dirawat
Bila
karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan
dijemur, partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal diantara sela-sela karpet, mengkonsumsi partikel partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk
merekatkan karpet yang ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan. 7 d. Pajanan biologi seperti kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain
Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh
organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di sistem pendingin. Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan system pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak disertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap. 7 e. Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Terlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yang jarang dibuka ventilasi udara segarnya. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat diding yang masih baru diaplikasikan, papan partikel ( particle board ), papan fiber ( fiber board ), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.
f. Pajanan Ergonomi. Posisi tubuh yang membungkuk dan jongkok saat bekerja dan leher menoleh menekuk. g. Pajanan Psikososial. Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan, dan lainlain.7 IV.
Pajanan yang dialami cukup besar Mencari tahu patofisiologis penyakitnya, bukti epidemiologis, kualitatif beurpa cara atau proses kerja, lama kerja, lingkungan kerja. Kemudian dilakukan observasi tempat dan lingkungan kerja, pemakaian APD, serta jumlah pajanan berupa data lingkungan, data ,monitoring biologis serta hasil surveilans.
V.
Peranan faktor individu Berupa status kesehatan fisik adakah alergi /atopi, riwayat penyakit dalam keluarga, serta bagaimana kebiasaan berolah raga, status kesehatan mental, serta higine perorangan.
VI.
Faktor lain di luar pekerjaan Adakah hobi, kebiasaan buruk (misalnya merokok) pajanan di rumah serta pekerjaan sambilan yang dapat menjadi faktor pemicu penyakit yang diderita.
VII.
Diagnosis okupasi
Diagnosis okupasi dilakukan dengan meneliti dari langkah 1-6, referinsi atau bukti ilmiah yang menujukkan hubungan kausal pajanan & penyakit.
Diagnosis kerja
Sick building sindrom merupakan keluhan dan kumpulan permasalahan kesehatan yang timbul berkaitan dengan waktu yang dihabiskan dalam suatu bangunan dan berhubungan dengan kualitas udara dalam lingkungan, ruang kerja tertutup full AC, radikal bebas dari Printer, AC, asap rokok, vertical blind dan lain lain akan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, iritasi mata, badan cepat letih, perut terasa kembung, hidung berair, tenggorokan gatasl, sulit berkonsentrasi, kulit terasa kulit menjadi kering dan gatal, badan lemah dan lain-lain batuk kering. Sepintas banyak orang beranggapan ini sebagai virus influensa biasa. Padahal keluhan ini indikator dari Sick Building Syndrom (SBS). Penyebab dari SBS antara lain ; kualitas udara dalam ruangan tercemar oleh radikal bebas (bahan kimiawi) yang berasal dari dalam maupun luar ruangan. Contohnya tercemar oleh mikroba atau disebabkan karena ventilasi udara kurang baik. Penyebab lainnya adalah polutan yang
bisa mencemari ruangan, misalnya asap rokok, ozon yang berasal dari mesin fotocopi dan printer, volatile organics compounds yang berasal dari karpet, perabotan cat, bahan pembersih, debu, carbon monoxide, formalde-hyde, dll. Akumulasi radikal bebas tersebut tanpa kita sadari dapat menimbulkan penyakit. Radikal bebas ini dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan jangka pendek. Jangka panjang berupa penyakit kronis seperti kanker & jantung koroner, sedangkan jangka pendek menyebabkan kerusakan sel-sel daya tahan tubuh sehingga kita mudah terserang . Dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh SBS adalah, berbagai gangguan salurang pernafasan, seperti ; pneumonia, paru-paru, jantung dan penyakit kronis lain terkait dengan pencemaran udara. Beberapa penyakit kronis lain adalah gagal ginjal, gangguan system reproduksi, system syaraf, kanker, penurunan usia harapan hidup, dan penyakit paru serta jantung. Resiko menderita gangguan SBS terkait erat dengan erat dengan factor lingkungan yang menjadi media pencemar fisik, kimia, biologis, dan radiasi dimana kita kontak relatif lama terjadi. Terutama di tempat kerja, factor resiko lingkungan tersebut akan kontak dengan karyawan paling tidak 8 jam sehari, sehingga peluang resiko untuk terpajan dan mengalami SBS akan semakin besar. 2 Gejala -gejala yang timbul diduga berhubungan erat dengan kondisi tidak sehatnya udara di dalam suatu gedung. Keluhan yang ditemui pada sindroma ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sakit kepala, iritasi pada mata, hidung dan tenggorok. Keluhankeluhan tersebut biasanya berlangsung setidaknya 2 minggu. Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu hebat, tetapi cukup mengganggu dan yang penting sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhankeluhan seperti di atas. bila hanya 2 atau 3 orang maka mungkin sekali mereka sedang menderita penyakit infeksi saluran nafas atas. Untuk dapat mengetahui penyebab sindroma ini, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi lingkungan udara atau sistem ventilasi udara di dalam suatu gedung. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), suatu badan untuk kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika Serikat telah memeriksa 446 gedung di negara itu. 2,4 Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan permintaan dari pemilik/pengguna gedunggedung itu untuk menilai apakah gedung tempat mereka bekerja masih dalam keadaan sehat atau tidak. Di Indonesia, masalah sindroma gedung sakit belum banyak diketahui oleh masyarakat luas dari belum ada kesadaran pemilik atau pengguna suatu gedung untuk memeriksakan gedung mereka bila dicurigai adanya pencemaran udara di dalam suat u gedung. Dari hasil pemeriksaan NIOSH ( 1984) menunjukkan ada 6 sumber utama pen yebab
pencemaran udara yang berasal dari dalam maupun luar suatu gedung yaitu 1. Pencemaran dari alat-alat gedung 17% 2. Pencemaran dari luar gedung 11 % 3. Pencemaran akibat bahan banguna 3% 4. Pencemaran akibat mikroba 5% 5. Gangguan ventilasi 52% 6. Tidak di ketahui 1% Pencemaran udara dalam suatu gedung antara lain disebabkan oleh karena pemakaian mesin foto kopi, asap rokok dan dapur, peptisida, bahan-bahan pembersih ruangan, cat, karpet, sofa dan lain-lain
Pencemaran akibat bahan bangunan seperti formaldehid, lem,
asbes, fiber glass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut. Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditentukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh sistemnya. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara. Pencemaran dari luar gedung dapat terjadi karena masuknya gas buang kendaraan bermotor yang lalu lalang, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, yang kesemuanya terjadi akibat penempatan lokasi lubang ventilasi atau lobang pemasukan udara segar yang tidak tepat. Kualitas udara dalam ruangan yang baik didefinisikan sebagai udara yang bebas bahan pencemar penyebab iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan penghuni. Temperatur dan kelembaban ruangan juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan penghuni. Baku mutu bahan pencemar tertinggi yang diperkenankan dari beberapa bahan pencemar udara ruangan telah dideskripsikan dalam American Society of Health, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) tahun 1989. Sedangkan baku mutu tertinggi yang diperkenankan untuk kelompok bahan pencemar spesifik dan pedoman kenyamanan dalam ruangan untuk parameter fisik yang spesifik diuraikan dalam Guideline for Good Indoor Air Quality. Polusi udara dalam ruang adalah tingginya konsentrasi partikel polusi yang mengudara (airborne contaminants), bau, dan penyebab alergi yang ditimbulkan oleh penghuni/ pengguna gedung itu sendiri atau merupakan kontaminasi polusi udara luar yang masuk ke dalam gedung. Polusi dalam ruang digolongkan menjadi: a. Polusi fisik, yang termasuk ke dalam polusi fisik adalah: a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang).
Secara umum, pengkondisian udara (air-conditioning ) dilakukan dengan mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi set-point (temperatur dan kelembaban) yang diinginkan. Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara lokal dan sentral. Pendingin udara lokal yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumahrumah, atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat struktural, namun sekarang hampir seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara sentral adalah pendingin udara yang dikendalikan dari satu tempat tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-hotel, pusat perbelanjaan, dan gedung perkantoran berskala besar. Kedua pendingin udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri. Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali setahun. Jika tidak, AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.
Kawanan
Chlamydia sp,
Escherichia sp, dan Legionella sp, akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung, atau masuk lewat lubang kuping. Bagi orang sehat dengan stamina prima, masuknya kuman tak mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dijambangi kuman adalah mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk. b. Debu di ruangan kerja Debu merupakan partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatankekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan, baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih, logam, arang batu, butir-butir zat dan sebagainya, yang memiliki ukuran antara 0,1 – 2,5 mikron. Sumber alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa oleh angin. Oleh karena itu, debu bisa terdapat di mana saja, misalnya untuk indoor , penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu.
Karena ukurannya yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan manusia. c. Karpet yang tidak dirawat Karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling membahayakan bagi kesehatan, dan apabila memungkinkan, maka disarankan pencegahan penggunannya. Hal tersebut karena partikel debu yang dibawa oleh manusia dari luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan, akan menempel pada karpet. Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal di antara selasela karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-sen yawa organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang. Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.
b. Polusi biologi Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain. Terutama, perkantoran modern yang biasanya menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Pekerja dapat berisiko mengidap penyakit, diantaranya: -
Humidifier fever yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi. Organisme ini biasanya terdapat dan hidup pada air yang terdapat di siste m pendingin.
-
Legionnaire disease penyakit ini juga berhubungan dengan sistem pendingin dalam ruang namun disebabkan oleh spesifik bakteri terutama bakteri legionella pneumophila. Penyakit ini terutama akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut. Reaksi legionella memang sering tidak sertai gejala mencolok bahkan seperti flu biasa. Paling-paling hanya demam, menggigil, pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan selera makan lenyap.
c.
Polusi kimia Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan tersebut akan memaparkan bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa 95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida dan banyak toksin serta agen pembuat peka lain. Pajanan yang berulang-ulang akan memicu peningkatan sensitivitas dan reaksi yang semakin kuat. Sensitivitas ke beragam bahan lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk reaksi alergi, masalah pernapasan dan sensitivitas.pada pajanan berulang, bahanbahan tersebut dapat meyebabkan keadaan yang lebih serius, misalnya cacat lahir, gangguan saraf pusat, dan kanker. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, penggunaan berbagai desinfektan, hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan. Tanaman yang jarang dikeluarkan dari ruangan juga kurang baik karena pada malam hari tanaman mengeluarkan karbondioksida dan mengkonsumsi oksigen. Te rlebih jika tanaman tersebut berada di dalam ruangan kantor yangjarang dibuka ventilasi udara segarnya.
d. Polusi gas Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor, juga terjadi di bangunan tempat tinggal kita seperti tungku api dan pemanas yan g tidak disertai dengan sistem ventilasi yang baik, dan juga dari kompor gas yang mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogen dioksida. Selain itu juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih baru diaplikasikan, papan partikel ( particle board ), papan fiber ( fiber board ), dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.
e. Polusi radiasi Radiasi alam Di antara sekian banyak sumber radiasi alam, radon merupakan sumber radiasi alam yang paling banyak mendapatkan perhatian sehubungan dengan efek merugikan yang ditimbulkannya. Efek merugikan tersebut berkaitan dengan kesehatan manusia. Radon merupakan gas radioaktif yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan secara
kimia tidak reaktif. Zat ini terbentuk dari turunan radium-226 yang termasuk dalam rantai luruhan uranium-238 yang ada di dalam batu, tanah dan air. Zat ini dapat bermigrasi dari batuan dan tanah masuk ke atmosfir. Berbagai bahan bangunan seperti granit, italian tuff serta alum shale konkrete ringan, mengandung konsentrasi radium226 yang dapat menjadi sumber migrasi radon di dalam ruangan. Ternyata udara luar berperan penting bagi masuknya radon ke udara ruangan melalui ventilasi udara maupun pintu dan jendela. Komponen terbesar dari paparan radon pada manusia melalui inhalasi radon dan turunannya yang berumur pendek. Radon dan sekitar sepertiga hasil luruhannnya akan terinhalasi dan masuk ke dalam organ paru sebagai organ target. Gas radon yang terinhalasi ini dapat masuk ke dalam darah serta berbagai organ maupun jaringan tubuh manusia. Penggunaan bahan-bahan tambang seperti asbes dan sisa-sisa hasil pengolahan bahan tambang sebagai bahan bangunan untuk perumahan ataugedung, dapat memperbesar kadar radon.
Patofisiologi
Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan asma dan rinitis melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas, sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi saluran napas. Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol ; penelitian cross sectional menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan memberikan reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan individu tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu , yaitu kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala. Stres karena pekerjaan dan faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS. 5
Diagnosis Banding
a. Influenza Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerangunggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum. Influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun. Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya, 9 bahkan sampai jutaan orang pada beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya diAmerika Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001 karena influenza Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 °C (kurang lebih 100103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
Batuk
Hidung tersumbat
Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok Kelelahan Nyeri kepala Iritasi mata, mata berair
Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung
Penatalaksanaan
Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok, dan apabila diperlukan, mengonsumsi obat seperti asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang berhubungan dengan flu. Karena influenza disebabkan oleh virus, antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi; kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian jalur inflenza dapat menunjukkan resistensi terhadap obat-obat antivirus standar b. Common cold Flu biasa (juga dikenal sebagai nasopharyngitis, rhinopharyngitis, coryza akut, atau dingin) adalah virus penyakit menular pada saluran pernapasan bagian atas yang mempengaruhi terutama hidung. Gejala termasuk batuk, sakit tenggorokan, pilek , dan demam yang biasanya sembuh dalam tujuh sampai sepuluh hari, dengan beberapa gejala yang berlangsung sampai tiga minggu. Nah lebih dari 200 virus yang terlibat dalam penyebab flu biasa, sedangkan rhinoviruses adalah yang paling umum. Infeksi saluran pernapasan atas yang longgar dibagi dengan daerah mereka mempengaruhi, dengan flu biasa terutama mempengaruhi hidung, tenggorokan ( faringitis ), dan sinus ( sinusitis ). Gejala sebagian besar disebabkan oleh tubuh kekebalan respon terhadap infeksi daripada kerusakan jaringan oleh virus itu sendiri. Metode utama pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan beberapa bukti untuk mendukung efektivitas memakai masker wajah Gejala khas dingin termasuk batuk , pilek , hidung tersumbat dan sakit tenggorokan , kadang disertai sakit otot , kelelahan , sakit kepala , dan kehilangan nafsu makan . Sakit tenggorokan terjadi pada sekitar 40% dari kasus dan batuk pada sekitar 50%, sementara sakit otot terjadi pada sekitar setengah. Pada orang dewasa, suatu demam umumnya tidak hadir tetapi sering terjadi pada bayi dan anak kecil. Batuk biasanya ringan dibandingkan dengan yang menyertainya influenza . Sementara batuk dan demam menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi dari influenza pada orang dewasa, banyak kesamaan ada antara dua kondisi. Sejumlah virus yang menyebabkan flu biasa juga dapat mengakibatkan infeksi tanpa
gejala . Warna dari sputum atau sekresi hidung dapat bervariasi dari jelas ke kuning ke hijau dan tidak memprediksi kelas agen penyebab infeksi. Penatalaksanaan
1. Medika mentosa a. Pengobatan dilakukan berdasarkan simptom: -
Decongstan: membantu melancarkan pernafasan dan pengeluaran mucus atau lendir dari hidung.
-
Dextromethorpan atau ambroxol: membantu mengeluarkan dahak atau mengencerkan dahak.
-
Paracetamol, ibuprofen, aspirin: demam, sakit kepala dan nyeri seluruh badan.
-
Antibiotik jika ada infeksi bakteri. 3,5
2. Non-medika mentosa -
Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya dengan pembersihan AC secara berkala
-
Jangan merokok, karena dapat memperberat penyakit
-
Menghilangkan sumber polutan. Jika suatu gedung telah dinyatakan telah terkena SBS, maka perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari sumber polutan yang dominan. Setelah sumber tersebut ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan sumber polutan tersebut.
-
Meningkatkan laju pertukaran udara. Ini dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi terhadap sistem ventilasi yang telah ada disesuaikan dengan standar baku yang telah ada.
-
Membersihakan udara yang disirkulasikan di dalam gedung. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter yang dapat menyaring udara, meskipun sangat terbatas.
-
Menjaga temperature dan kelembapan ruangan dalam rentang dimana kontaminasi biologis susah bertahan hidup. Biasanya dalam temperature 70oF dan kelembapan 40-60%.
-
Jendela sedapat mungkin dibuka untuk membantu proses pertukaran udara dalam dan udara luar.3,5
Pencegahan
Keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat ditanggulangi secara simtomatis asal diikuti dengan upaya lain agar suasana lingkungan udara di gedung tempat kerja menjadi lebih sehat dan nyaman, bagaimana agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu juga diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung, rencana renovasi ruangan, penambahan batasbatas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang cukup memadai. Ternyata upaya pencegahannya cukup luas, menyangkut bagaimana gedung itu dibangun, bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang digunakan di dalam gedung, perawatan alat-alat dan lain-lain. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:5,6 1. Umumnya penderita Sick building syndrom akan sembuh apabila keluar dari dalam gedung tersebut, gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat simtomatis (obat-obat penghilang gejala penyakit). 2. Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumbersumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan penambahan karyawan baru dalam jumlah yang signifikan. 3. Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih ruangan yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih ramah lingkungan (green washing, non toxic, natural, ecological friendly).. 4. Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi udara yang memadai.
5. Jangan asal membuat sekat ruangan saja, dan jangan terus menerus menambah jumlah orang untuk bekerja dalam satu ruangan sehingga menjadi penuh sesak. 6. Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotocopy, diletakkan dalam ruangan terpisah. 7. Renovasi kantor dengan menggunakan bahan-bahan bangunan baru, cat baru, lem baru, agar dipasang exhaust fan yang memadai agar pencemaran dari volatile organic compounds (VOCs), terutama uap benzene dan formaldehyde yang berasal dari bahan-bahan bangunan baru dapat segera dibuang.
Prognosis
Baik saat dilakukan penangan dengan cepat dan benar dan melihat apakah ada hubungannya dengan pekerjaa atau tidak Penutup
Penyakit sick building syndrome (SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah penyakitnya SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri, perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan karbon monoksida. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena dampak tersebut bisa memicu munculnya berbagai penyakit dalam tubuh. Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk pancaran sinar matahari.
Daftar pustaka 1. Harrianto Ridwan. Buku ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC ; 2009 2. Dian Yulianti, Mukhtar Ikhsan dan Wiwien Heru Wiyono. Tinjauan Pustaka Sick Building Syndrome. CDK-189/vol.39 no1, th 2012. Depert emen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas indonesia-RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia 3. Suma’mur DR. Higine perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto. 2009. 4. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS, Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002. Page 24155. 5. Utami ET. Hubungan antara kualitas udara pada ruangan ber-AC sentral dan sick building sindrome. Jateng-DIY. Tesis DIY:UNNES:2005. 6. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002. Page 124-31. 7. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003. Page 171-2. 8. Jeyaratnam J, Koh David. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2009.4 9. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health Perspect 2002. Page 663-7. 10. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New York : Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719.