KATA SAMBUTAN
Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Repu Republ blik ik Indo Indones nesia ia Nomo Nomorr 52 Tahu Tahun n 2009 2009 tent tentan ang g Perk Perkemb emban anga gan n Kepe Kepend ndud uduk ukan an
dan dan
Pemba Pembang ngun unan an
Kelu Keluar arga ga
meng mengam aman anat atk kan
bahw bahwa a
sala salah h
satu satu
pemba pembangu ngunan nan sumbe sumberr daya daya manusia manusia Indon Indonesi esia a adalah adalah melalu melaluii penge pengenda ndalian lian jumlah jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini karen karena a adanya adanya pembang pembangun unan an keseha kesehata tan n dan sosial sosial ekono ekonomi mi yang yang diselengg diselenggara araka kan n di Indonesia. Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau tidak tidak mau pendud penduduk uk lansia lansia akan akan menjadi menjadi salah satu satu lapisan lapisan pendudu penduduk k yang yang jika jika tidak tidak diberd diberdaya ayaka kan n denga dengan n maksima maksimall akan akan menjadi menjadi lapisa lapisan n penduduk penduduk yang diangga dianggap p beban beban pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk lansia lansia di Indon Indonesi esia a dibagi dibagi menja menjadi di dua golonga golongan, n, yaitu yaitu pendu penduduk duk lansia lansia pote potensia nsiall dan penduduk lansia tidak potensial. BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program Kependuduk Kependudukan an dan Keluarga Keluarga Berencana Berencana memiliki memiliki Program Pembangunan Pembangunan Ketahan Ketahanan an dan Kesejahte Kesejahteraan raan Keluarga (PK3). Khusus Khusus untuk untuk keluarga lansia, BKKBN melalui melalui Direktora Direktoratt Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di Indonesia. Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang memiliki memiliki lansia yang berusaha berusaha meningkat meningkatkan kan kegiat k egiatan an dan keterampila keterampilan n keluarga dalam memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia tida tidak k poten potensia siall dan dan meni mening ngka katk tkan an kese keseja jahte htera raan an kelu keluar arga ga lans lansia ia melal melalui ui kegia kegiata tan n pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia. Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan kelua eluarg rga. a. Deng Dengan an demi demik kian, ian, kelo kelomp mpok ok BKL BKL menj menjad adii sang sangat at pent pentin ing g dan dan stra strate tegi giss keberada keberadannya. nnya. Agar pengelolaan pengelolaan dan penyelengga penyelenggaraan raan Program Pembinaan Pembinaan K etahanan etahanan Kelu Keluarg arga a Lansia Lansia sema semaki kin n opti optima mal, l, maka maka dipe diperlu rluka kan n Pedom Pedoman an Keluarga Lansia.
i
Pemb Pembin inaa aan n Ketah Ketahan anan an
Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini, yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2. Pembinaan Pembinaan Kesehatan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Pembinaan Kesehatan Kesehatan Reproduksi Reproduksi Bagi Lansia; 4. Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6. Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE. Dihara Diharapk pkan an penye penyelengg lenggara araan an Program Program Pembin Pembinaan aan Ketaha Ketahanan nan Kelua Keluarga rga Lansia Lansia di setiap setiap tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik. Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina pelak pelaksa sana na prog progra ram m Pemb Pembin inaa aan n Keta Ketaha hanan nan Kelu Keluarg arga a Lansia Lansia.. Deng Dengan an demik demikia ian, n, akan akan terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta, Mei 2012 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan. Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan) yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (PK3). Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri, dan pada seri ketiga akan dibahas mengenai Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia. Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
Jakarta, Mei 2011 Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Direktur,
Drs. Furqan Ia Faried,MA
iii
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ...................................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................
1
Latar Belakang ..............................................................................................................................
1
A.
B.
Sasaran ...................................................................................................................
2
C.
Tujuan......................................................................................................................
3
D.
Batasan Pengertian ...............................................................................................
3
BAB II FASE KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA PERMASALAHAN TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA ..............................................
5
A.
Klimakterium...........................................................................................................
5
B.
Menopause ............................................................................................................
6
C.
Senium ....................................................................................................................
10
D.
Andropause ............................................................................................................
10
E.
Menghadapi Proses Alamiah ................................................................................
11
BAB III SEKSUALITAS DAN LANSIA...............................................................................
14
A.
Seksualitas Di Era Lansia .......................................................................................
14
B.
Seksualitas Pada Lansia Wanita ............................................................................
14
C.
Seksualitas Pada Lansia Laki-Laki ..........................................................................
15
D.
Beberapa Deskripsi Seksualitas Pada Lansia .......................................................
16
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................
19
LAMPIRAN .....................................................................................................................
20
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu bentuk kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana dalam komitmen Internasional ini telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak kesehatan reproduksi di segala usia harus dijamin antara lain dengan memberikan informasi dan konseling mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasar realita dilapangan menggambarkan bahwa di Indonesia akses informasi dan konseling kesehatan reproduksi maupun kesehatan seksualitas bagi penduduk yang sekarang berusia lanjut masih sangat kurang. Akibat dari hal tersebut sangat kompleks antara lain maraknya penyelewengan dengan wanita lain dan wanita penjaja seks serta terjadinya sejumlah kasus pelecehan, penyimpangan dan kejahatan seksual (perkosaan) terhadap perempuan, termasuk terhadap anak-anak dan remaja, oleh laki-Iaki lansia. Kondisi ini secara tidak langsung terdukung oleh latar belakang budaya yang cenderung menempatkan perempuan/isteri hanya sebatas sebagai media pemuas seksual suaminya, sehingga lansia perempuan yang sudah menopause kurang peduli atau membiarkan suaminya untuk mencari perempuan lain atau wanita penjaja seks. Realitas ini ditemukan pada Penelitian Latar Belakang Budaya Lansia di Yogyakarta oleh United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, dengan responden wanita berusia 57 tahun, dari latar belakang yang berbeda, menyatakan sudah tidak mau lagi melayani kebutuhan biologis suaminya, dan secara suka rela menyilahkan suaminya untuk "jajan" di luar. Bila kondisi semacam ini dibiarkan akan merugikan kesehatan reproduksi kaum lansia seperti tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), mati mendadak karena serangan jantung akibat dari overdosis obat atau minuman supplemen tertentu, serta merusak moralitas keluarga lansia tersebut, serta moralitas masyarakat dan bangsa pada umumnya Keadaan ini mencerminkan bahwa sampai saat ini para lansia tidak/belum memperoleh akses pelayanan konseling kesehatan reproduksi yang memadai dari pemerintah. Namun saat ini pemerintah telah melangkah maju dengan memberikan dan menyediakan informasi, konseling dan pelayanan yang cukup bagi remaja dan dewasa/pralansia perihal kesehatan reproduksi, terutama melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta sektor terkait.
1
Untuk ini Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia dilaksanakan sebagai bagian dari jenjang perawatan kesehatan primer yang antara lain juga mencakup: 1. KIE dan konseling tentang kesehatan seksualitas dan reproduksi sesuai umur; 2.
Pengobatan infeksi organ reproduksi, yakni penyakit yang ditularkan secara seksual, termasuk penyakit HIV/AIDS dan kanker alat reproduksi.
Berdasar latar belakang di atas maka dipandang penting untuk diterapkannya program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang antara lain dapat diaplikasikan menjadi bagian integral dari Program Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Posyandu Lansia yang telah berjalan di masyarakat.
B.
SASARAN
1.
Para Lanjut Usia Lansia perlu memahami kesehatan seksual dan reproduksi khususnya kesehatan reproduksi lansia, agar memiliki informasi yang benar mengenai kondisi kehidupan dan kesehatan reproduksi lansia dan berbagai faktor disekitarnya. Dengan memahami informasi secara benar, diharapkan lansia mempunyai sikap dan tingkah laku yang benar dan bertanggung jawab mengenai kehidupan dan kesehatan reproduksi di era lansia.
2.
Anak/anggota keluarga lansia. Anak-anak dari pasangan lansia yang umumnya sudah berkeluarga, perlu mendapat informasi tentang Kesehatan Reproduksi Lansia, karena mereka mempunyai hubungan moral, emosional dan sosial yang erat dengan orang tuanya. Untuk itu diharapkan mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi tersebut kepada orang tuanya, agar terhindar dari perilaku seks dan reproduksi yang salah baik dari segi fisik maupun moralitas. Bagaimanapun anak yang sudah berkeluarga merupakan komponen penting dalam memelihara ketahanan keluarga secara keseluruhan. Lebih dari itu, secara tidak langsung mereka ikut memahami bagaimana mempersiapkan diri menjadi calon pasangan lansia dalam menjaga aktifitas seksualnya maupun dalam membina KRL nya dikemudian hari.
3.
Sasaran Pembinaan KRL lainnya Sasaran tidak langsung program ini antara lain adalah tokoh masyarakat, lembaga/ organisasi kemasyarakatan seperti PKK, Paguyuban lansia, Perkumpulan Pensiunan, kelompok masyarakat yang memasuki era pra lansia, pre menopause dan sasaran strategis sejenis lainnya. Dengan berpengetahuan tentang KRL, mereka diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang KRL baik bagi keluarganya maupun bagi masyarakat pada umumnya.
2
C.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
2.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL). Tujuan Khusus a.
Meningkatnya pengetahuan dan perilaku positif lansia tentang KRL
b.
Meningkatnya pengetahuan dan perlakuan positif keluarga lansia dan masyarakat tentang KRL lansia.
c.
Terbinanya kehidupan harmoni suami-isteri sampai lansia/mati.
d.
Terbinanya keharmonisan 3 generasi dalam kehidupan keluarga lansia .
D. BATASAN PENGERTIAN 1.
KELUARGA
Adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, ayah dan anak, atau ibu dan anak.
2.
KETAHANAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik–material guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan serta kebahagiaan lahir dan batin.
3.
LANSIA (LANJUT USIA)
Adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas.
4.
KELUARGA LANSIA
Adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia 60 tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia diatas 60 tahun keatas
3
5.
BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
Adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota kelompok kegiatan. 6.
PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA LANSIA
Adalah program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga bagi keluarga lansia.
7.
KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA
Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) adalah kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh lansia. Pengertian sehat disini bukan semata-mata berarti secara fisik bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosio kultural berkait dengan kehidupan reproduksinya. 8.
PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA
Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia adalah rangkaian dan/atau kelompok kegiatan yang berkaitan dengan upaya menjaga KRL.
9.
PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PENDIDIKAN SEKS
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi. Lingkup bahasan Pendidikan kesehatan reproduksi lansia mencakup seluruh proses yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek proses menuju era menopause sampai dengan hak-hak reproduksi. Adapun pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan/perilaku seksualitas.
4
BAB II FASE KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA PERMASALAHAN TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA
Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang terjadi secara pelan, teratur dan pasti. Diawali dari keadaan/fase yang serba lemah, meningkat sampai puncaknya kemudian menurun sampai kondisi yang lemah pula. Pada saat mengalami penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang sangat merugikan apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Fase ini biasanya dikelompokkan kedalam fase Klimakterium, Menopause, Senium dan Andropause. A. KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama karena terjadinya penurunan hormonal secra pelan dan pasti pada wanita tersebut. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami "kekacauan" pola menstruasi, serta terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa kekacauan yang significan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40 tahun s/d 55 tahun. 1.
Kondisi Fisiologis
Pada fase klimakterium terjadi penurunan hormon kewanitaan secara perlahan dan pasti, diikuti dengan perubahan fisiologis antara lain menurunya sampai berhentinya fungsi ovarium (indung telur) dan tidak memproduksi telur dan kadar hormon estrogen menurun. Hal tersebut berakibat haid tidak teratur, rahim mengecil, kulit mulai keriput, dan mengalami dispareunia (sakit saat bersenggama) karena produksi getah vagina berkurang. 2.
Kondisi Psikologis
Pada fase klimakterium, secara patologis gejala psikosomatik mengalami peningkatan dalam berbagai bentuk, antara lain cemas, gelisah, mudah tersinggung, kesepian, merasa terasing, takut tanpa sebab, susah tidur, gampang lelah, berdebar-debar, cemburu, dan curiga pada suami.
5
B.
MENOPAUSE
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah. Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria, 2007). Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antara lain kemunduran kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan kemunduran kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme kalsium. Penurunan produksi hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis. 1.
Proses Menopause
Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita secara alamiah yang biasanya terjadi pada periode dimana wanita berusia antara 45 - 50 tahun (Kasdu, 2002). Menopause dapat didahului dengan proses yang berlangsung lama, bahkan dapat berlangsung seIama sepuluh tahun. Artinya seorang perempuan kemungkinan sudah mengalami perubahan pada siklus dan kualitas haidnya, serta perubahan-perubahan fisik maupun psikis lainnya pada saat ia berusia 40 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada wanita rata-rata setelah mencapai usia 50 tahun (dengan rentang usia antara 48 - 52 tahun). Dapat ditambahkan, bahwa saat datangnya menopause berbeda-beda setiap orang, karena dipengaruhi oleh usia pertama kali perempuan memperoleh haid (menarche). Variasi ini terjadi pula akibat adanya perbedaan status, gizi, kultur/budaya, Iingkungan sosial. Sebagai contoh wanita berpendidikan dan berpenghasilan tinggi biasanya mendapatkan menopause pada usia lebih tua dibanding dengan wanita dari strata dibawahnya. 2.
Perubahan-perubahan saat menopause
a.
Perubahan organ reproduksi :
Rahim mengalami atrofi (pengecilan ukuran), panjang menyusut, dinding rahim menipis. Jaringan otot rahim menjadi menyusut, dan mengandung lebih banyak jaringan serabut (fibrotik). Leher rahim (serviks) mengecil, tidak menonjol ke dalam, lama kelamaan akan "merata" dengan dinding vagina. lipatan-Iipatan saluran indung telur menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, rambut getar pada ujung saluran telur ( fimbrae) menghilang; Volume indung telur mengecil dan permukaan mengeriput; Otot jaringan vagina (liang senggama) melemah dan Iebar vagina menyempit; Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis karena berkurang/hilangnya jaringan lemak dan elastisitas sehingga nyeri saat bersenggama (dispareunia).
6
b.
Perubahan fungsi reproduksi Pada menopause, menurunnya kondisi fisiologis disertai dengan Indung telur mengecil sehingga tidak menghasilkan telor lagi, siklus menstruasi normal berhenti, dan berarti kesuburan pada wanita tersebut telah berhenti pula.
c.
Perubahan kejiwaan Perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang menopause. Antara lain: merasa tua, karena takut menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah tersinggung, gampang kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suaminya, khawatir suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan seksual (orgasme). Mereka juga merasa sudah tidak berguna, secara ekonomi tidak produktif, merasa hanya menjadi beban keluarga.
3.
Gejala menopause
Beberapa gejala menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya terjadi pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh. Gejala lain dapat berupa sulit tidur (insomnia), merasa pusing-pusing, emosi berubah-ubah, gampang tersinggung, dan minat melakukan hubungan seksual mulai menurun. (Pratiwi, 2005). Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di atas 50/55 tahun. Diikuti dengan keluhan psikis : malu bertemu orang lain dan kemudian cenderung mengurung diri. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh darah meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktivitas senggama : menurun, karena vagina kering dan sakit. Namun perlu diperhatikan bahwa menstruasi yang terjadi saat menopause, harus dicurigai adanya kanker (Risanto, 2005). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat menopause, volume hormon estrogen berkurang secara signifikan. Kondisi ini mengakibatkan beberapa kumpulan gejala yang disebut dengan sindroma kekurangan estrogen, yaitu : a.
Gangguan neurovegetatif (gejolak panas);
b.
Gangguan psikis, gampang tersinggung, depresi (tertekan), insomnia (sulit tidur);
c.
Gangguan organik seperti infark jantung, osteoporosis, peradangan, infeksi atau penyusutan organ seks. Gejala-gejala tersebut sangat nyata, menyebabkan penurunan kualitas dan produktivitas hidup kaum wanita.
7
4.
Menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause
Untuk menghadapi/mengatasi perubahan dan gejolak jiwa saat datangnya masa klimakterium, menopause sampai dengan senium, yang terutama adalah adanya pengetahuan dan kesadaran tentang kehadiran menopause maupun penetahuan tentang KRL pada umumnya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang KRL maka secara dini dapat diantisipasi secara benar. Potensi penting lainnya adalah keharmonisan dan adanya saling pengertian dalam keluarga. Dalam keluarga yang rukun, damai dan harmonis, kesiapan menerima proses penuaan semakin besar tanpa terganggu gejala klinis yang berarti. Keharmonisan sangat penting, karena pasangan ini akan ditinggalkan anak anaknya kuliah, bekerja maupun berkeluarga, dan bertempat tinggal di lain daerah. Maka saling pengertian harus selalu dibina agar tetap bahagia hidup serumah dengan pasangan yang sama-sama sudah lansia. Karena pada dasarnya sebagian lansia wanita tidak sanggup untuk hidup bersama dengan keluarga anaknya. Kebahagiaan hidup pasangan lansia ini akan berimplikasi positif saat isterinya memasuki masa klimakterium tanpa ketakutan ditinggal berselingkuh oleh suaminya. Untuk itu maka pengetahuan tentang KRL harus dikuasai dua pihak serta keluarganya. 5.
Menghindari penuaan kulit terlalu cepat
Wanita menopause dianjurkan untuk tetap menjaga kesegaran tubuh, agar tetap menarik dan membuat tampil lebih percaya diri. Hal itu dimaksudkan untuk merespon usia yang semakin bertambah, diikuti dengan kulit semakin tipis, makin sensitive terhadap sinar matahari, lapisan lemak bawah kulit menjadi longgar, sehingga keriput dan kering akan muncul di wajah, dagu dan leher. Beberapa tips untuk menghambat proses penuaan kulit adalah sebagai berikut : a.
Usahakan tubuh jangan terlalu gemuk, sehingga saat lemak bawah kulit berkurang atau menghilang tidak terlalu nyata;
b.
Hindari sebanyak mungkin sinar matahari, karena sinar ultraviolet dapat merusak kulit dan kemungkinan menimbulkan kanker kulit;
c.
Meningkatkan aktivitas olah raga paling tidak seminggu tiga kali masing-masing sekitar 30 menit, melakukan massage (di salon kecantikan) dengan maksud memperlancar peredaran darah kulit sehingga keriput kulit tertahan;
d. Massage dapat dilakukan sendiri termasuk memberikan pelembab kulit. (Manuaba, 1999).
8
6.
Mempersiapkan Diri Menghadapi Menopause
Ketika wanita akan memasuki masa menopause perlu mempersiapkan diri dengan baik antara lain: a. Memenuhi makanan bergizi dengan maksud membantu dalam menghambat implikasi negatif menopause terhadap kinerja otak, mencegah kulit mengering. Gizi harus terpenuhi secara seimbang yakni memenuhi zat gizi per hari dengan asupan zat-zat gizi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti), protein (telur, bayam), lemak omega 3 atau 6 (ikan), vitamin (A, B, C dan seterusnya), mineral, dan air. Dengan pemenuhan gizi sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. b. Jenis makanan tersebut diantaranya dianjurkan mengandung phytohormon estrogen (sebagai terapi pengganti hormon estrogen alamiah), seperti kacang kedelai, papaya, tiap hari. Segelas susu kedelai setiap hari cukup bermanfaat mengurangi keluhan menopause. Demikian pula bermanfaat untuk mencegah "hot flushes" pada saat menopause dan mengurangi risiko peningkatan kolesterol. Oleh karena peningkatan kolesterol dapat mengakibatkan hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D, seperti ikan tuna, ikan salmon, minyak ikan, telor dan susu akan memperkuat tulang dan mengurangi osteoporosis. c. Mengurangi Stress. Sebaiknya wanita yang memasuki era menopause mempunyai kegiatan/beraktivitas secara rutin dan membiasakan diri dengan hidup yang rileks, menghindari tekanan, pikiran yang membebani. Kebiasaan ini adalah dalam rangka mengatasi gangguan psikologis, dimana wanita merasa tidak sempurna lagi. Bila gangguan stress tidak secara dini diatasi kemungkinan lebih buruk bisa saja terjadi yang dapat memicu munculnya berbagai jenis penyakit degeneratif (penuaan). d. Menghentikan merokok dan minuman beralkohol. Bagi wanita yang berkebiasaan merokok maka wajib segera diakhiri. Oleh karena asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker paru , menyebabkan kulit wajah mengering, warna kuku kusam karena kandungan nikotin yang melekat di jari jemari. Berhenti merokok akan mengurangi gejala-gejala menopause. e. Berolah raga secara terukur dan teratur, murah, sesuai usia seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, naik tangga (bukan lewat lift) minimal 3 kali dalam seminggu. Olah raga berefek pada terpeliharanya hidup aktif yang mampu menekan gejala insomnia, memperlambat osteoporosis, gangguan jantung, mengeliminasi "hot flushess" , dan mengurangi berat badan f.
Proses memasuki era menopause akan berjalan lancar manakala memperoleh dukungan moral dari keluarga khususnya suami. Seorang suami harus paham dan menyadari bahwa isterinya telah memasuki masa menopause untuk tanggap antara lain dengan memberikan perhatian yang lebih intens. Tidak membiarkan isterinya merana kesepian merasa tak berguna. Romantisme saat masih usia muda mestinya terus dipelihara sehingga akan mengurangi perasaan perasaan murung tadi. Demikian pula anak-anaknya hendaknya memahami kondisi 9
perasaan dan emosi ibunya yang tidak stabil. Kemesraan yang terbina dengan baik diharapkan akan menyebabkan wanita merasa bahagia, efeknya keriput wajah dan tubuh tidak terlalu cepat berkembang biak. g. Melakukan kunjungan rutin ke petugas kesehatan untuk secara berkala diperiksa kondisi kesehatannya, termasuk skrining dini kemungkinan adanya kanker mulut rahim. Secara statistik kanker mulut rahim merupakan pembunuh pertama dan utama wanita Indonesia yang jika dapat dideteksi lebih awal dapat diobati hingga sembuh.
C.
SENIUM
Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik menonjol. Secara patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran Intelectual Quotient (lQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih dan buang air besar, serta sulit melakukan aktivitas di tempat tidur.
D. ANDROPAUSE Andropause merupakan istilah kenyamanan/kemudahan penyebutan bagi laki-laki yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya dibidang fisik, sosial dan mentalnya. Ada pula yang memakai istilah menopause pria. Istilah tersebut tidak tepat, terutama karena kalau pause pada wanita kesuburannya berhenti pada laki-laki tidak berhenti tetapi hanya mengalami kemunduran secara bertahap dan pasti. Disamping itu perubahan fisiologis reproduksi pada lansia tidak terlihat atau terasa dibandingkan perubahan pada wanita yang terlihat atau berakibat nyata. Sedangkan perubahan mental maupun sosial relatif sama dengan pada wanita, walaupun umumnya pada kadar yang lebih ringan. 1. Gejala Andropause
Gejala Andropause meliputi: a. Potensi seksual mulai menurun; b. Kurang bergairah; c. Mudah tersinggung; d. Daya konsentrasi terganggu; e. Mudah letih, lesu, lemah; f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang; g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang); 10
h. Rambut rontok ; i. Kulit kering ; j. Organ reproduksi laki-Iaki mengecil; k. Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi darah tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi; Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua laki-Iaki mengalami andropause pada usia yang sama.
2. Dampak Andropause bagi keluarga
Suami yang mengalami andropause biasanya mudah tersinggung, menjadi pemarah karena kecewa tak puas dengan kondisi yang dialaminya. Situasi ini sangat tidak menggembirakan bagi isteri dan anak-anaknya, karena bila berkelanjutan diperkirakan mereka tidak menghormati ayahnya lagi.
3. Dampak paling buruk ketika suami mengalami andropause
Kemungkinan dampak buruk yang muncul adalah laki-Iaki pada masa andropause ter-obsesi pikiran untuk mengetes daya seksualnya kepada lawan j enisnya atau terobsesi oleh fantasi seksual yang melibatkan dan mencari pasangan yang lebih muda usianya, pasangan lain/ berselingkuh, atau menjadi pelanggan wanita penjaja seks. Akibat perilaku tersebut bagi dirinya adanya kemungkinan terkena penyakit menular seksual, yang kemudian menular pada isteri/ keluarga. Secara psikologis pasangan akan merasa dikhianati yang dapat menjurus luntur dan hilangnya kebahagiaan keluarga. Akibatnya dapat muncul ketegangan, tekanan, dan stress seluruh anggota keluarga.
E.
MENGHADAPI PROSES ALAMIAH Klimakterium, menopause, senium , dan andropause merupakan proses alami (natural process), semestinya tidak terjadi penyulit yang tidak perlu. Mereka yang kurang berpendidikan kemungkinan kurang mengetahui berbagai masalah yang dapat terjadi atau dianggap kodrat alami. Untuk itu maka peristiwa tersebut menjadi tugas keluarga, terutama suami untuk memberikan perhatian penuh agar isteri tetap bahagia menjalani masa-masa tersebut di atas, dengan didasari atas pengetahuan yang cukup tentang KRL.
11
1.
Proses penuaan memperbesar terjadinya beberapa gangguan
Akibat dari proses penuaan dapat terjadi beberapa gangguan pada tubuh yang meliputi : a. Infeksi karena menurunnya daya tahan tubuh antara lain; infeksi alat kelamin, infeksi paru, dan berbagai infeksi lainnya. b. Proses degenerasi dapat terjadi pada :
2.
sistem jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, penyakit hati, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal, penyakit hati (liver) wajah tampak pucat Sistem organ reproduksi antara lain pertumbuhan tumor jinak rahim, pertumbuhan kista indung telur, perlukaan mulut rahim Sistem pencernaan makanan seperti gangguan buang air besar, kencing manis. Keganasan dapat terjadi pada payudara, indung telur, keganasan mulut rahim atau bagian dalam rahim.
Upaya menyikapi krisis menopause dan andropause
Yang harus diingat adalah menopause dan andropause bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan bagian dari siklus hidup yang semestinya wajar dijalani. Upaya untuk menyikapinya adalah sebagai berikut: a. Menikmati kegiatan yang selama ini tidak dilakukan karena kesibukan tugas, pekerjaan rutin di kantor; b. Mengikuti kursus-kursus atau meneruskan kuliah lagi; c. Melakukan kegiatan sosial dan seni budaya; d. Menjalani karier baru yang dulu sama sekali tak pernah terpikirkan misalnya berbisnis tanaman hias, beternak, mengembangkan minat menulis atau membangun perpustakaan pribadi dan yang sejenis; e. Saling memahami, memberi dan menerima dukungan dalam keluarga; f. Meningkatkan kekhusyukan dalam kehidupan spiritual.
3.
Upaya menyikapi krisis penuaan pada lansia a. Mengetahui tentang pola makan yang salah dan akibatnya
Makanan yang diperlukan tidak terlalu banyak, sekedar dapat mempertahankan proses pergantian jaringan yang rusak. Mengkonsumsi makanan berlebih akan berakibat terbentuknya lemak di bokong, payudara dan perut, berat badan 12
bertambah, akibatnya keindahan tubuh berkurang. Implikasi lain adalah tubuh yang terlalu gemuk mengganggu metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner, kencing manis, kolesterol tinggi, dan menambah beban berat pada sendi dan tulang yang sudah terganggu. Demikian juga harus diusahakan agar makan tidak terlalu sedikit, takut ini takut itu, sehingga asupan gizi tidak mencukupi untuk mengganti sel-sel rusak, kurus, tanpa tenaga b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia
Pola makan yang benar bagi lansia dianjurkan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, agar bahan serat lebih banyak. Makanan jenis serat ini akan membantu penurunan lemak tubuh dan kolesterol yang dapat mengurangi berbagai penyakit seperti kanker, tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan membantu proses pencernaan. c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya
Vitamin yang dianjurkan bagi lansia adalah vitamin B kompleks, yang bersumber dari kacang-kacangan, sayuran segar. Vitamin A banyak terkandung pada buahbuahan berwarna. Melalui bantuan sinar matahari, vitamin D dapat menjadi provitamin D dibawah kulit. Disamping itu, mineral yang sangat dibutuhkan bagi tubuh adalah kalsium untuk memperpadat massa tulang dan memperlambat proses osteoporosis. Zat besi (tambah darah) untuk mencegah anemia dab suplemen lainnya sesuai kebutuhan. d. Mempertahankan aktivitas fisik
Untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kebugaran, lansia dianjurkan secara teratur berolah-raga disesuaikan dengan usia dan kemampuan dengan frekuensi minimal dua kali dalam seminggu dengan durasi sekitar 30 menit. Jenis olah raga yang dapat dilakukan adalah yang bersifat santai dan bukan bertanding (kompetisi), senam lansia, jalan santai, bersepeda, berenang, jogging. Bagi yang mampu kegiatan olah raga dapat dilakukan setiap hari dalam durasi yang lebih pendek 20 - 30 menit, namun tidak boleh dipaksakan e. Meningkatkan ketahanan mental spiritual lansia
Ketahanan mental spiritual perlu dipupuk, khususnya mental spiritual laki-laki. Hal ini sangat diperlukan mengingat ada ketimpangan dalam kehidupan seksual antara laki-laki dan perempuan.
13
BAB III SEKSUALITAS DAN LANSIA A. SEKSUALITAS DI ERA LANSIA
Seiring dengan bertambahnya usia dan menjadi lansia, maka terjadilah kemunduran fisiologis, mental dan sosial secara menyeluruh, termasuk minat melakukan hubungan seksual mengalami penurunan. Namun demikian sebenarnya mengalami menopause bukan berarti menghentikan aktivitas seksual , hanya saja keinginan untuk melakukan hubungan seksual mulai menurun (Pratiwi, 2005). Kondisi menopause ini berbeda dengan pria dimana umumnya pria lansia (yang masih sehat) tetap aktif ingin melakukannya. Apabila tanpa pengendalian, maka hal ini sejalan dengan tahapan jiwa manusia yang terendah yang terletak di bawah kesadaran manusia dan merupakan tempat dari naluri yang mempertahankan kehidupan. Keadaan ini bahkan ada yang menyamakannya dengan Naluri/instink hewani yang berprinsip untuk cepat memperoleh gratifikasi/pemuasan dan belum disentuh nilai budaya. Sebagai contoh kondisi lapar, haus, keinginan berkumpul, agresi, keinginan seksual dikelompokkan dalam naluri hewani yang praktis muncul dalam kehidupan seseorang dan ingin dipenuhi segera (pleasure principle).
B.
SEKSUALITAS PADA LANSIA WANITA 1. Gambaran Umum
Minat hubungan seksual pada wanita lansia menurun oleh karena indung telur tak lagi mengeluarkan telur dan hormon. Produksi hormon berhenti, dalam arti secara biologis telah terjadi mati haid, yang ditandai dengan tidak terbentuknya dan dikeluarkannya selaput dalam secara periodik dari rahim. Kekurangan hormon menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina, terjadi penyempitan, kering, aliran darah menurun yang berakibat dispareunia yakni perasaan nyeri saat bersenggama, serta mengalami penurunan sensasi (Anisah, 2002). Lebih dari itu, implikasi yang kemudian muncul adalah ; kulit keriput, payudara yang melembek.
2. Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita
a. Pada azasnya wanita pasca menopause tetap ingin melakukan hubungan seksual b. Sebagian pasangan lansia, merasa tidak nyaman berhubungan seksual c. Tidak ada kemunduran kemampuan seks pada wanita menopause d. Secara naluriah, keinginan bersenggama mengalami peningkatan, karena tidak khawatir hamil lagi. (Kinsey&Johnson, dim Suparto,2001).
14
e. Karena ketidakmampuan melakukan hubungan s eks menjadi salah satu faktor serius penyebab depresi psikosis akibat ikutannya, wanita bisa menderita pruritus yakni gatal di kemaluan atau mimpi erotik. Sebenarnya, keinginan wanita untuk bersenggama berlangsung seumur hidup meski tidak beraturan. Bahkan sebagian wanita berstatus tidak menikah diketahui melakukan masturbasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.
3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Perempuan Di Era Menopause
a. Menerima dengan ikhlas periode menopause sebagai bagian dari proses kehidupan b. Melakukan olah raga secara teratur, minimal tiga kali dalam seminggu selama minimal 30 - 60 menit. Jenis olah raga yang dianjurkan yang ringan-ringan saja seperti : jalan pagi, senam lansia, bersepeda, berenang atau mengerjakan pekerjaan rumah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti mengepel lantai, membersihkan halaman pekarangan c. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan kondom yang umumnya memiliki lubrikan (pelicin), atau mengolesi organ reproduksi dengan cairan jelly d. Memberikan hormon estrogen pengganti atau mengkonsumsi makanan yang kaya estrogen.
C.
SEKSUALITAS PADA LANSIA LAKI-LAKI 1. Gambaran Umum
Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih kuat dibanding wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap saat tanpa disadari. Maka tak heran banyak kejadian seorang kakek melakukan perbuatan yang tak pantas ditiru seperti pencabulan pada anak-anak perempuan, perselingkuhan dengan wanita idaman lain, sampai dengan tindak perkosaan. Atas perbuatannya, banyak diantara para lansia itu ditangkap polisi dan diadili. Tentu peristiwa ini memalukan bagi keluarga, sanak saudara, besan dan kerabatnya. Dia berbuat dengan alasan kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi lagi di rumah karena isteri sudah menopause. 2. Hal-hal yang perlu dilakukann tentang seksual pada laki-laki lansia.
a. Mengelola keinginan/nafsu seksual dengan benar b. Hubungan seksual merupakan ungkapan keintiman yang tidak selalu berakhir dengan hubungan intim (seksual); c. Saling merangsang, menyentuh, mencium bisa tetap dilakukan sampai usia kapanpun; 15
d. Seks itu menyehatkan seperti halnya olah raga, oleh karena setelah itu kemudian badan berkeringat. (Boyke Dian Nugraha, Intisari, 2004).
D. BEBERAPA DESKRIPSI SEKSUALITAS PADA LANSIA 1. Temuan penelitian Kinsey di Amerika Serikat (1976) menyatakan :
a. 97 persen laki-Iaki dan 93 persen perempuan usia di atas 50 tahun menyatakan, secara seksual mereka masih aktif; b. 94 persen laki-Iaki dan 84 persen perempuan usia 60 tahun ke atas menyatakan masih aktif berhubungan seksual; c. Masalah muncul, mana kala kebutuhan pasangannya berbeda:
73 persen laki-Iaki usia 65 - 69 tahun masih mampu bersenggama
60 persen laki-Iaki usia 70 - 74 tahun menyatakan masih mampu
48 persen laki-Iaki usia 75 - 92 tahun masih punya kemauan bersenggama
Sementara di pihak perempuan secara gradual lebih rendah dibanding laki-Iaki dalam hal keinginan berhubungan seksualnya. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadi seorang kakek menjadi pelanggan tetap penjaja seks. Tak jarang sering terjadi sebagian diantara mereka meninggal mendadak karena mengkonsumsi terlalu banyak obat kuat (supplement). Bahkan beberapa orang diantaranya tertangkap saat dilakukan razia di tempat-tempat mesum. Perkosaan oleh lansia yang menjadi berita di surat kabar umumnya dilakukan oleh mereka yang berasal dari kalangan ekonomi rendah (miskin). Hal ini membuktikan teori Konsey & Johnson (dalam Suparto, 2001) bahwa laki-Iaki dari kalangan "bawah" ditinjau dari segi latar belakang pendidikan, pekerjaan terbukti lebih mudah terstimulasi (terangsang) dibanding dengan laki-Iaki lansia dari kalangan yang secara ekonomi lebih baik. Dalam konteks ini pada dasarnya masyarakat kalangan bawah lebih cenderung mengaplikasikan emosi (nafsu) ketimbang rasio (nalar). Maka tidak heran bila perkosaan dan tindak asusila lainnya lebih banyak dilakukan oleh mereka dari kalangan miskin.
2. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia :
a. Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri; b. Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar menyebabkan malas melakukan hubungan seksual; c. Pola menstruasi yang tidak teratur, berlebihan, berkepanjangan, serta kemungkinan hamil takkan terjadi lagi sebenarnya "menguntungkan" lansia menikmati naluri seksualnya; d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seksual sebenarnya lebih stabil saat usia beranjak tua disbanding masa sebelumnya, karena tidak takut hamil. 16
3. Penyebab menurunnya gairah seksual
a. Khawatir kemungkinan hamil (pada perempuan pramenopause); b. Gangguan saat bersenggama; c. Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi, TBC dan sebagainya; d. Melakukan kewajiban pengobatan berjangka panjang; e. Secara psikologis sedang mengalami depresi, stress; f. Keletihan fisik dan psikis; g. Problem relasi hubungan personal suami istri; h. Problem seksual pasangannya seperti ejakulasi dini, kemunduran kualitas ereksi, impotensi (Anisah, KR, 22-12-2002); i. Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak teratur melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita, karena bisa menyebabkan lecet dan bahkan perdarahan ( bleeding). 4. Hubungan seks pada masa menopause
Aktivitas seksual lansia sebaiknya terus dipertahankan meski mengalami penurunan frekuensi. Perubahan lain yang terjadi antara lain rangsangan lebih lama, fore play harus diperlama. Kebersihan bersenggama pada lansia banyak dipengaruhi oleh : keinginan, kesiapan, dan kondisi psikologis. Untuk mengatasi vagina kering dapat digunakan "pelumas" semacam zat yang larut di air misalnya sejenis gel . Agar tidak membosankan dalam bersenggama maka perlu dilakukan variasi gaya yang inovatif agar masing-masing merasa menikmati (Riswanto, 2004, Suparjo, 2005). 5. Kenikmatan seksual pada isteri menopause
Kehidupan seksual pada masa menopause ditentukan oleh kehidupan seksual dimasa sebelumnya (saat masih muda). Bila kehidupan seksual sebelum menopause tidak menyenangkan, diperkirakan setelah mengalami menopause hubungan "intim" tersebut terasa sebagai beban yang menyengsarakan. 6. Pasangan lansia yang merasa nyaman berhubungan seksual
Bagi pasangan lansia yang saat usia muda aktif dan teratur melakukan hubungan seksual, maka meski sudah lanjut usia, mereka akan menikmati seks lebih lama. Hal ini dimungkinkan, oleh karena organ kelamin menjadi tahan lama karena saat di usia mudanya aktivitas hubungan seksual teratur dilakukan dan banyak frekuensinya. Kebiasaan ini berdampak positif karena daerah sensitifnya tidak cepat m engkerut (kisut).
17
7. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan seksualnya
a. Berikan konseling : Bahwa menopause bukanlah penyakit, tetapi semata-mata proses alami. Menopouse- tidak mengganggu aktivitas dan produktivitas seseorang. Namun bila gejala psikisnya signifikan maka bisa merujuk ke dokter atau rumah sakit yang biasanya akan diberikan resep berupa obat simptomatik (obat untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan). b. Penanganan lainnya dapat dilakukan dengan melakukan diet seimbang terutama mengurangi asupan karbohidrat yang mengandung gula, mengkonsumsi susu tinggi kalsium, tempe, kedelai (estrogen alami) c. Tindakan lanjutan yaitu terapi hormonal jika diperlukan.
18
BAB IV PENUTUP
Pertumbuhan penduduk lanjut usia yang pesat selama beberapa dekade terakhir merupakan implikasi dari semakin baiknya kualitas hidup manusia sehingga usia harapan hidup meningkat. Penanganan kesehatan umum lansia sudah dilakukan pemerintah lewat berbagai program antara lain Bina Keluarga Lansia (BKL) Posyandu Lansia dan lainnya. Maka secara eksplisit mulai saat sekarang, pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) harus ditangam secara serius. Diharapkan, dengan diterbitkannya buku panduan ini secara moral dan kesehatan dapat mengarahkan perilaku kesehatan reproduksi lansia yang sehat. Untuk itu marilah kita bersama mensosialisasikan di seluruh lapisan masyarakat program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) untuk masa depan yang lebih baik, sehat dan sejahtera.
19
LAMPIRAN : 1 Pertemuan ke - 5 Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia (Bagian 1)
Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan Kesehatan, 2. Senam bersama/Olah raga bersama, 3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini. B. Materi Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi bagi Lanjut Usia C. Waktu Pertemuan
120 Menit atau sesuai kesepakatan
GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN No
MATERI PENYULUHAN
I
PENDAHULUAN
KEGIATAN UNTUK LANSIA
PERAN KELUARGA
A. PENGERTIAN DAN BATASAN 1. Pengertian Lansia Mendengarkan & memahami tentang pengertian Lansia dan Reproduksi. 2. Kesehatan Reproduksi Lansia Mendengarkan & memahami tentang pengertian Kesehatan Reproduksi Lansia. 3. Pembinaan KRL Mendapatkan informasi yang benar mengenai pembinaan KRL.
20
Mendiskusikan dengan Lansia tentang pengertian Lansia dan Reproduksi.
Mendiskusikan dengan Lansia tentang pengertian Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) Membantu mencarikan informasi program yang benar mengenai KRL.
4. Perbedaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Pendidikan seks. Mendapatkan informasi yang benar mengenai perbedaan KRL dan pendidikan seks., B. TUJUAN Peserta memahami tujuan umum dan khusus dari PKRL C. SASARAN Peserta memahami sasaran KRL
Mendiskusikan dengan Lansia tentang perbedaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pendidikan Seks. Membantu menjelaskan tentang tujuan KRL
Membantu menjelaskan tentang sasaran KRL Anak-anak dari pasangan lansia yang umumnya sudah berkeluarga, perlu mendapat informasi tentang Kesehatan Reproduksi Lansia. Memahami kebutuhan para Lansia bagi yang memiliki Lansia.
II
FASE KRL, PERMASALAHAN, TANTANGAN DAN ANTISIPASINYA
A. KLIMAKTERIUM Memahami : 1. Kondisi Fisiologis 2. Kondisi Psikologis
B. MENOPAUSE Memahami : 1. Proses Menopause 2. Perubahan-perubahan Saat Menopause a. Perubahan organ reproduksi b. Perubahan fungsi reproduksi c. Perubahan kejiwaan 3. Gejala Menopause 4. Menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause 21
Mendiskusikan dengan lansia tentang Kondisi Fisiologis dan Psikologis yang akan muncul pada fase Klimakterium. Menjelaskan tentang fase menopause secara menyeluruh mulai dari; proses, perubahan yang terjadi, gejala, menyikapi perubahan dan gejala yang timbul saat menopause, menghindari penuaan kulit terlalu cepat, mempersiapkan diri menghadapi menopause.
5. Menghindari penuaan kulit terlalu cepat 6. Mempersiapkan Diri Menghadapi Menopause C. SENIUM Memahami : Fase senium yang yang terjadi pada lansia wanita berumur diatas 60 tahun. D. ANDROPAUSE Memahami : 1. Gejala Andropause 2. Dampak Andropause bagi keluarga 3. Dampak paling buruk ketika suami mengalami andropause E. MENGHADAPI PROSES ALAMIAH Memahami : 1. Proses penuaan memperbesar terjadinya beberapa gangguan 2. Upaya menyikapi krisis menopause dan andropause 3. Upaya menyikapi krisis penuaan pada lansia a. Mengetahui tentang pola makan yang salah dan akibatnya b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya d. Mempertahankan aktivitas fisik
22
Menjelaskan tentang Fase Senium yang terjadi pada lansia wanita berumur diatas 60 tahun. Menjelaskan tentang fase Andropause yang merupakan kumpulan gejaia yang meliputi menurunnya kemampuan fisik, psikis dan seksual pada laki-Iaki.
Mendampingi para lansia dalam menghadapi proses alamiah, sehingga proses alamiah bisa berjalan sebagaimana mestinya. Menjelaskan bahwa mengalami menopause bukan berarti menghentikan aktivitas seksual , hanya saja keinginan untuk melakukan hubungan seksual mulai menurun.
LAMPIRAN : 2 Pertemuan ke - 6 Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia (Bagian II)
Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan Kesehatan, 2. Senam bersama/Olah raga bersama, 3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini. B. Materi Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi bagi Lanjut Usia C. Waktu Pertemuan
120 Menit atau sesuai kesepakatan
GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN
III
SEKSUALITAS DAN LANSIA
A. SEKSUALITAS DI ERA LANSIA Memahami seksualitas di era lansia secara garis besar B. SEKSUALITAS PADA LANSIA WANITA Memahami : 1. Apakah hubungan seks tabu dilakukan oleh lansia ? 2. Bagaimana sebenarnya keinginan seksual wanita lansia ? C. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEREMPUAN DI ERA MENOPAUSE Memahami upaya yang dapat dilakukan di era menopause
23
Membantu menjelaskan seksualitas di era lansia secara garis besar Membantu menjelaskan tentang seksualitas pada lansia wanita.
Mendiskusikan dengan lansia tentang upaya apa yang dapat dilakukan oleh perempuan di era menopause.
D. SEKSUALITAS PADA LANSIA LAKI-LAKI
Membantu menjelaskan tentang seksualitas pada lansia laki-laki
1. Hal-hal yang perlu dilakukan
2. Deskripsi seksualitas pada lansia
3. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia
24
Mengingatkan lansia mengenai hal yang perlu dilakukan, antara lain : a. Hubungan seksual dapat tetap dilakukan sampai lanjut usia; b. Hubungan seksual merupakan ungkapan keintiman yang tidak selalu berakhir dengan hubungan intim (seksual); c. Saling merangsang, menyentuh, mencium bisa tetap dilakukan sampai usia kapanpun; d. Seks itu menyehatkan seperti halnya olah raga, oleh karena setelah itu kemudian badan berkeringat. Mendiskusikan dengan lansia tentang deskripsi seksualitas pada lansia. Mendiskusikan dengan lansia tentang faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia yang antara lain; a. Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri; b. Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar menyebabkan malas melakukan hubungan seksual; c. Pola menstruasi yang tidak teratur, berlebihan, berkepanjangan, serta
4. Penyebab menurunnya gairah seksual
5. Hubungan seks pada masa menopause
6. Kenikmatan seksual pada isteri menopause 7. Pasangan lansia yang merasa nyaman berhubungan seksual 8. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan seksualnya.
25
kemungkinan hamil takkan terjadi lagi sebenarnya "menguntungkan" lansia menikmati naluri seksualnya; d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seksual sebenarnya lebih stabil saat usia beranjak tua di banding masa sebelumnya, karena tidak takut hamil. Mendiskusikan dengan lansia tentang penyebab menurunnya gairah seksual. Mendiskusikan dengan lansia tentang hubungan seks pada masa menopause. Mendorong lansia untuk tetap percaya diri. Mendorong lansia untuk menciptakan rasa nyaman. Membantu lansia dalam penanganan dengan; a. Berikan konseling : Bahwa menopause bukanlah penyakit, tetapi semata-mata prose alami. Menopouse- tidak mengganggu aktivitas dan produktivitas seseorang. Namun bila gejala psikisnya signifikan maka bisa merujuk ke dokter atau rumah sakit yang biasanya akan diberikan resep berupa obat penenang, anti depressant, obat simptomatik (obat