KATA SAMBUTAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga
mengamanatkan
bahwa
salah
satu
pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah melalui pengendalian jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di Indonesia. Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan penduduk lansia tidak potensial. BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana memiliki Program Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (PK3). Khusus untuk keluarga lansia, BKKBN melalui Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di Indonesia. Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia. Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan K etahanan Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Keluarga Lansia.
i
Pembinaan Ketahanan
Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini, yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2. Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4. Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6. Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE. Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik. Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta, Mei 2012 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,
Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan. Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan) yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (PK3). Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri, dan pada seri kelima akan dibahas mengenai Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia. Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
Jakarta, Mei 2011 Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Direktur,
Drs. Furqan Ia Faried,MA
iii
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ...................................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................
1
A.
Latar Belakang ..............................................................................................................................
1
B.
Sasaran ...................................................................................................................
2
C.
Tujuan......................................................................................................................
2
D.
Batasan Pengertian ...............................................................................................
3
BAB II PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL BAGI KEHIDUPAN LANSIA ..........................
5
A.
Kecemasan Hidup Dihadapi Lansia........................................................................
5
B.
Peran Agama dan Spiritual ....................................................................................
6
BAB III BINA MENTAL SPIRITUAL LANSIA ..................................................................
7
A.
Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia Oleh Lansia Itu Sendiri........................
7
B.
Peran Keluarga Dalam Pembinaan Mental Spiritual Lansia................................
9
C.
Peran Lansia Dalam Pembinaan Mental Spiritual Keluarga ................................
10
D.
Peran Pemuka Agama Dalam Pembinaan Mental Spiritual Lansia ....................
10
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................
12
LAMPIRAN .....................................................................................................................
13
iv
BAB I PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk bertuhan karena setiap orang pasti percaya pada kekuatan diluar kemampuan manusia. Dalam agama disebut dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu manusia disebut sebagai mahluk spiritual, yaitu percaya pada kekuatan gaib (supranatural). Manusia bisa mempercayai itu sesuai dengan kemampuan akal dan kata hati nuraninya. Itulah perbedaan utama antara manusia dengan hewan. Manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu fisik jasmani dan mental rohani . Fisik jasmani dapat dibadi atas 3 bagian, yaitu kepala,
badan dan tangan serta kaki. Sedang unsur rohani terbagi atas 3 bagian pula yaitu akal (rasio), hati nurani (heart ) dan jiwa/roh (soul). Jiwa/roh adalah sumber energi bagi kehidupan manusia. Orang yang sudah terpisah antara jasad dan rohnya disebut dengan mati. Manusia yang berkualitas bila tercipta kondisi yang keseimbangan antara kecerdasan intelektual (Intelectual Quotion), kedewasaan emosional (Emotional Quotion) dan kemantapan spiritual ( Spiritual Quotion). Proses pembentukan dan pembinaan kecerdasan intelektual, kedewasaan emosional dan kemantapan spiritual dimulai sejak kecil, bahkan para ahli fisiologi mengatakan sejak janin dalam kandungan, berlanjut di usia anak dan remaja, akhirnya dimantapkan ketika memasuki usia dewasa. Ketika memasuki lansia ketiga potensi itu harus sudah berkembang dengan mantap sehingga tidak mudah pikun (lupa), emosio selalu terkendali dan kemantapan rohani semakin mamapu bersikap bijaksana dalam melihat perubahan. Apabila ketiga hal itu dapat dibina maka itulah lansia yang berguna dan bermanfaat di usia lanjut. Orang yang bisa terus memberikan manfaat kepada keluarga dan masyarakat akan selalu dihormati dan dikenang orang meskipun sudah meninggal dunia. Peribahasa mengatakan “harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama” . Jasa, sikap dan perilaku yang selalu menyenangkan dan memberi
manfaat bagi banyak orang. Karena itu, kehidupan spiritual menjadi sangat penting bagi pembinaan lansia yang berguna dan bermanfaat. A. LATAR BELAKANG
Ada beberapa argumentasi yang dipergunakan para ahli tentang pentingnya pembinaan hidup mentap spiritual, terutama bagi lansia antara lain sebagai berikut. 1.
Kemampuan akal manusia memiliki keterbatasan. Karena itu tidak semua persoalan dapat dijawab oleh akal manusia terkasuk ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakannya. Sering terjadi hal-hal diluar kemampuan akal manusia termasuk perubahan gejala alam. Kekuataan itulah yang disebut dengan kekuasaan Tuhan (Allah).
2.
Tuhan memberikan petunjuk, pedoman dan aturan yang tercantum dalam kitabkitab suci yang diturunkan dan disampaikan melalui Nabi dan Rasul-Nya seperti 1
Nabi Nuh untuk Kitab Taurat, Nabi Isa untuk Kitab Injil dan Nabi Muhammad untuk Kitab Al-Qur’an. 3.
Dalam kehidupan beragama setiap orang diajarkan tentang hubungan dirinya dengan Tuhan, hubungan dirinya dengan manusia dan hubungan dirinya dengan mahluk alam lainnya baik hewan, tumbuh-tumbuhan maupun sumber alam lain. Hubungan manusia dan Tuhan bersifat vertikal, hubungan manusia dengan manusia bersifat horizontal dan hubungan manusia dengan lingkungan alam bersifat keseimbangan dan berdayaguna.
4.
Pembinanan hidup beragama memerlukan proses yang dilakukan secara sistematik, bertahap dan berlanjut sejak dari muda, dewasa sampai di usia lanjut (lansia). Kemantapan mental spiritual merupakan proses yang dibina dalam kurun waktu lama, tetapi ada yang mampu membina dalam waktu singkat karena berbagai keadaan/peristiwa yang terjadi.
5.
Kehidupan manusia di dunia selalu ada batasnya sehingga tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut. Orang yang memasuki usia lanjut (di atas 60 tahun) adalah merupakan keberuntungan sehingga dapat memberikan yang berguna/bermanfaat bagi hidup dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Namun tidak jarang terjadi, di usia lanjut justru menjadi beban bagi anggota keluarga dan masyarakat. Karena itu persiapkan hari tua sejak memasuki usia dewasa.
B.
SASARAN
Sasaran dari pemakai buku ini adalah : 1. Petugas yang akan melakukan pembinaan terhadap kader Bina Keluarga Lansia. 2. Kader BKL yang akan menyampaikan penyuluhan kepada sasaran keluarga yang memiliki Lansia dan Lansianya sendiri. 3. Masyarakat luas lainnya yang membutuhkan informasi mengenai Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, dan Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia.
C.
TUJUAN
1.
Tujuan umum Memberikan pengetahuan tentang pentingnya peran pembinaan mental spiritual dalam membina kehidupan manusia terutama di usia lanjut (lansia) agar tetap bisa memberikan manfaat dan berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia.
2
2.
Tujuan khusus. a. Memahami pentingnya peran mental spiritual bagi kehidupan manusia terutama bagi lansia yang ingin tetap berguna dan bermanfaat di sisa usianya. b. Menjelaskan pentingnya pembinaan mental spiritual bagi lansia dalam menjalan sisa kehidupan agar bisa berguna dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, negara dan agama. c. Mengajak lansia untuk sadar bahwa pembinaan mental spiritual sangat penting bagi dirinya dalam rangka menghadapi gejolak kehidupan di hari tuanya. d. Menggugah kesadaran dan perhatian keluarga lansia dalam rangka pembinaan mental spiritual bagi lansia dan anggota keluarga lain sebelum memasuki usia tua.
D. BATASAN PENGERTIAN 1.
AGAMA
Suatu keyakinan yang berasal dari ajaran nabi, rasul, dewa, roh kudus dan sebagainya yang disampaikan kepada umatnya sebagai bekal hidup di dunia dan di akherat. 2.
MENTAL
Sikap kejiwaan seseorang yang menjadi pengatur aktivitas fisik (raga) dalam menjalani kehidupan bersama orang lain. 3.
SPIRITUAL
Suatu keyakinan yang percaya kepada kekuatan yang maha kuasa (Tuhan) di atas 4.
segala kemampuan manusia. SUPRANATURAL Kekuatan yang berada di atas segala kekuatan manusia dan alam.
5.
LANSIA (LANJUT USIA)
Adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas. 6.
KELUARGA LANSIA
Adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia 60 tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia diatas 60 tahun keatas
3
7.
BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
Adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota kelompok kegiatan. 8.
PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA LANSIA
Adalah program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga bagi keluarga lansia. 9.
KITAB SUCI
Himpunan ajaran suatu agama yang menjadi pedoman bagi umatnya seperti Islam dengan Al-Qur’an, Kristen dengan Injil, Hindu dengan Weda dan lain sebagainya.
4
BAB II PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL BAGI KEHIDUPAN LANSIA A. KECEMASAN HIDUP DIHADAPI LANSIA
Setiap orang yang memasuki usia lanjut dan pensiun dari jabatan/pekerjaan banyak yang mengalami gangguan mental psikologis dan spiritual dalam hidupnya. Hal itu wajar terjadi terutama bagi orang yang kurang siap mengahdapi perubahan hidup dan kehidupan. Tanda-tanda itu muncul antara lain sebagai berikut. 1. Kecemasan dan ketakutan.
Perasaan ketidakpastian dalam menghadapi masa depan yang berubah jauh dari pola hidup biasanya, banyak dialami oleh lansia. Hal itu muncul karena berbagai hal seperti daya tahan tubuh dan fungsi organ tubuh yang menurun, kesibukan kerja dan posisi jabatan yang hilang, kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis dan sebagainya ikut mempengaruhi kepribadian seseorang yang memasuki usia lansia. Kekhawatiran sosial takut merasa tersingkir dari lingkungan apalagi ketika aktif suka dihormati dan ditakuti orang (bawahan) karena sikapnya yang arogan, sombong dan kurang komunikatif dengan orang lain. Rasa takut dan cemas ketika memasuki lansia akan menambah potensi terserang penyakit fisik dan psikologis, kecuali orang yang mampu menghadapi perubahan keadaan dengan pegangan sipiritual yang kuat dan mantap. Setiap yang muda akan tua dan setiap yang hidup akan mati. Karena itu persiapkan hidup di hari dan persiapkan diri menghadapi kematian dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta (Tuhan). 2. Mudah tersinggung dan cenderung emosional.
Pertambahan umur dan perubahan fisik jasmani, langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kemantapan emosional dan ketabahan spiritual seseorang. Orang yang memasuki lansia umumnya memiliki kepribadian yang labil, mudah tersinggung, takut kesepian, turun percaya diri, nostalgia dengan masa jaya (lampau) dan merasa pernah berjasa tetapi tidak dihargai orang. Sikap dan emosi tersebut hanya bisa diatasi dengan melakukan introspeksi diri dan mawas diri sekaligus mendekatkan diri kepada Tuhan. Dunia ini adalah tempat hidup dan mengabdikan diri sebagai bekal hidup yang lebih abadi di akherat. Karena itu kendalikan emosi dan berusaha melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, semoga segala amal perbuatan yang baik diterima dan yang tidak baik diampuni-Nya sebelum kita menemui ajal.
5
3. Banyak bercerita, berkata dan kurang mau mendengar.
Salah satu sikap dan perilaku lansia umumnya suka bercerita panjang dan berulang tentang kondisi masa lalu yang sukses (nostalgia). Padahal indra utama yang berfungsi ketika lahir adalah pendengaran. Karena itu, lansia perlu melatih diri menjadi pendengar yang baik terhadap cerita dan pengalaman yang lebih muda, sehingga dapat memberikan pandangan dan nasehat kepada yang lebih muda. Banyak berbicara dan berkata-kata kemungkinan besar akan banyak melakukan kesalahan termasuk cerita yang ditambah sehingga dapat menjadi fitnah (dosa). B.
PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL
Untuk mengatasi gejolak perubahan tersebut, maka pembinaan mental spiritual bagi setiap insan terutama lansia berperan sangat penting. Pembinaan mental spiritual yang bersumber dari ajaran agama yang diyakini kebenarannya oleh pengikut dan penganutnya tetapi tidak boleh menjelek-jelekkan agama orang lain. Setiap ajaran agama pasti mengajarkan kebaikan bagi pengikut dan penganutnya bahkan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Namun demikian, tidak berarti bahwa semua agama itu sama sebab setiap agama mememiliki perbedaan dalam aqidah, syari’ah ubudiyah dan amaliyahnya. Umat Islam yakin bahwa agama Islam adalah agama yang paling baik, lengkah dan rasional. Pandangan itu sama dengan persepsi umat Katolik. Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu terhadap ajaran agamanya masing-masing. Peran agama lebih banyak mengisi kecerdasan akal (rasio) dan keyakinan hati (heart) terhadap perbuatan baik dan jahat bagi hidup manusia sekarang atau setelah meninggal. Tetapi tidak semua ajaran agama dapat dicerna dan dipahami oleh otak manusia karena tetap ada bagian yang nisbi (gaib) yang tidak mampu ditalar otak manusia. Karena itu agama memang memerlukan keyakinan dan pemahaman terusmenerus mana yang dianggap baik dan benar dan mana yang tidak baik/tidak benar. Ukurannya bisa dari telaah akal atau pemahaman kata hati nurani. Karena itu agama dan spiritual seperti mata uang, satu sisi mengajarkan kaedah/prinsip kehidupan beragama yang bersifat abstrak (supranatural) sedang sisi lain mengajarkan bagaimana hidup sosial bersama manusia lain bahkan dengan mahluk alam yang ada disekitar kita. Orang yang mampu membuat kedua dimensi hidup supranatural dan dunia realitas menjadi satu maka itulah cerminan manusia yang memiliki keyakinan agama dan spiritual yang kuat dalam menghadapi gejolak perubahan diri dan lingkungannya. Manusia yang tidak mudah menyerah tetapi selalu berusaha untuk mengatasi masalah sambil pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu pentingnya peran agama sebagaimana dikatakan oleh filosuf terkenal sebagai berikut, ’Ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh’ .
6
BAB III BINA MENTAL SPIRITUAL LANSIA A. PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI LANSIA OLEH LANSIA ITU SENDIRI
Seorang ulama dan filosof Timur Tengah, Ali bin Sai’d bin Da’jam menulis tentang buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris ‘Mystery of Sixties’ (1999) yang dilandasi oleh hadist Rasulullah SAW, memberi nasehat kepada lansia untuk terus lakukan sebelum datang kematian sebagai berikut. 1. Perbuat amal kebaikan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sebanyak mungkin tanpa pernah jenuh dan putus asa walau tidak mendapat penghargaan atau imbalan dari siapapun. 2. Sering melakukan introspeksi, restrospeksi dan mawas diri lalu insyaf dan sadar bila ada perbuatan yang salah diwaktu lalu dengan mendekatkan diri pada Tuhan untuk memohon kemapunan sebelum ajal tiba. 3. Perbanyak membaca dan menulis terutama yang berhubungan dengan agama agar sisa hidup tetap bermanfaat dan tidak menjadi beban oranglian. 4. Perbanyak dan latih berpikir positif sehingga mampu menjadi manusia yang pemaaf dan melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya. 5. Perbanyak memberikan pandangan dan nasehat sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman hidup yang pernah dijalani, baik untuk ditiru dan buruk untuk ditinggalkan. 6. Perbanyak melakukan hubungan sosial (silaturahim) dengan sesama teman bahkan dengan musuh sekalipun. 7. Hidup dengan damai, pemaaf dan tanpa mendendam walau dengan orang yang pernah mencelakakan atau mendholimi kita sekalipun. 8. Kerjakan pekerjaan untuk mengisi waktu jangan suka melamun, tetapi dengan resiko terkecil, usaha halal dan berguna bagi diri dan keluarga. 9. Rencanakan hidup yang selaras, serasi dan seimbang lahir batin sesuai dengan perkembangan usia dan potensi yang dimiliki.
7
Bila ada 9 butir anjuran untuk lansia, maka ada 9 butir yang patut dihindari lansia ketika memasuki usia lanjut, sebagai berikut. 1. Kurangi bercanda (bergurau) hal-hal yang tidak berguna apalagi mengarah pada nafsu syahwat dan dosa. 2. Hindari menjadi saksi palsu, berbohong, memfitnah dan menyebar berita (rumor) yang tidak benar dan tidak bermanfaat bagi hidup diri dan keluarga. 3. Kurangi berhias, berdandan dan menampilkan diri seperti anak muda meskipun tidak boleh juga menampakkan diri tidak terurus dan kotor. 4. Hindari hidup yang tidak berguna seperti seks bebas, mengkonsumi alkohol, narkoba atau obat terlarang lain termasuk hidup berfoya-foya yang tidak berguna. 5. Hindari berteman dengan penipu, penjahat dan pembohong meskipun dia kaya, terpandang dan pejabat karena akan membawa diri kita menjadi tidak baik. 6. Hindari bepergian ketempat maksiat, judi dan pelacuran. Sebaliknya perbanyak pergi ketempat beribadah (masjid, gereja, pura dan sebagainya) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 7. Hindari berpikir dan bekerja yang tidak berguna dan bermanfaat meskipun memberikan keutungan materi yang besar apalagi diperoleh dengan jalan yang bertentangan dengan hukum dan norma agama yang dianut. 8. Boleh bekerja dan berpikir keras tetapi tidak boleh melupakan ibadah kepada Tuhan sesuai dengan ajaran agama dan keyakinan yang dimiliki. 9. Jangan suka mengisolasi diri dari pergaulan kecuali ketika melakukan ibadah kepada Tuhan harus dilakukan dengan khusu’ dan konsentrasi penuh. Kata kunci yang sangat penting bagi lansia itu sendiri adalah sadar dan waspada bahwa dirinya sudah masuk usia lanjut dan usahakan untuk terus berkarya dan berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat dengan melakukan dan menghindari halhal yang disebutkan di atas secara tekun.
8
B. PERAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL LANSIA
Keluarga adalah orang-orang terdekat dalam hidup dan kehidupan dimasa lansia. Karena itu orang tua yang baik tidak akan mengabaikan perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya sejak kecil sampai usia dewasa. Apabila tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan baik dan ukhlas sesuai dengan norma umum dan agama, maka balasan perbuatan baik akan diberikan oleh anak dan keluarga terdekat ketika kita masih hidup di dunia. Untuk itu ada beberapa peran untuk membina mental spiritual lansia yang harus dilakukan anggota keluarga terdekat, antara lain sebagai berikut. 1. Anak dan keluarga yang baik tidak akan menelantarkan orang tua yang masuk lansia, apalagi memasukkannya ke Panti Jompo atau tidak peduli dengan perawatan lansia. Hukum karma (balasan Tuhan) akan ditunjukkan di dunia atau kelak diakherat. Orang tua yang baik akan mengurus dan m endidik anak-anaknya menjadi orang yang berguna, sebaliknya anak yang baik akan mengurus orang tua yang memasuki usia lanjut (lansia) sampai mereka menemui ajalnya. 2. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak bisa diganti oleh orang lain. Karena itu secara mental psikologis sering ditunjukkan oleh kecintaan kakek-nenek kepada cucu lebih besar dibanding kepada anak-anaknya ketika masih kecil. Keluarga yang baik secara agama adalah keluarga yang mampu berbakti dan mengabdi kepada orang tua yang sudah mulai memasuki usia lanjut. Hubungan emosional yang baik dan harmonis akan membawa kesejahteraan lahir batin bagi lansia begitu pula bagi anak-cucu keturunannya. 3. Mengurus lansia memerlukan ketabahan dan kesabaran anak dan keluarga. Ketabahan dan kesabaran adalah bentuk sikap dan perilaku dari kekuatan mental spiritual seseorang. Anak dan keluarga yang baik akan selalu tabah dan sabar dalam membina hubungan baik dan harmonis dengan orang tua yang sudah memasuki lansia. 4. Mengurus dan melayani kebutuhan lansia yang tidak mampu berbuat dan bekerja merupakan ujian berat bagi anak dan anggota keluarga. Setiap ujian ada yang berhasil lulus dan yang gagal. Anak dan keluarga yang berhasil berbuat kebajikan dan merawat lansia akan mendapat ganjaran pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
9
C.
PERAN LANSIA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL KELUARGA
Selagi umur masih ada maka tidak ada kata selesai tugas dan tanggung jawab terhadap keluarga. Ibarat kita menanam tanaman padi hari ini, dalam 2-3 bulan kemudian kita akan panen hasilnya. Petani tidak pernah berhenti bercocok tanam meskipun musim berubah-ubah. Begitu pula dengan manusia yang mengerti tugas dan tanggung jawab kepada anak dan keluarganya. Lansia biasanya menjadi contoh dan teladan bagi anggota keluarga yang lebih muda. Karena itu, lansia meskipun sudah tua tetap memberikan pemahaman dan bimbingan bagi anggota keluarga agar mengamalkan ajaran agama sesuai dengan yang diyakininya. 1.
Lansia yang baik akan menjadi contoh dan teladan bagi anggota keluarga dalam menjalankan syari’at agama baik di rumah maupun di rumah ibadah besama masyarakat.
2.
Lansia bermanfaat akan selalu menjadi rujukan dan tempat bertanya bagi anggota keluarga yang lebih muda ketika mengalami hambatan dan kesulitan dalam hidup berkeluarga, bekerja dan bergaul bersama orang lain. Bila kita berbuat baik kepada orang jangan mengharap balasan baik dari orang tersebut tetapi ganjaran Tuhan akan diberikan oleh orang lain, di tempat lain atau dalam bentuk yang lain.
3.
Lansia yang taat dan bijaksama akan selalu memberikan nasehat kebajikan bagi anggota keluarganya sesuai pengalaman hidup dan keyakinan agama yang dianutnya. Pengalaman pahit tidak selalu berarti negatif bila dapat mengambil hikmah dari sisi positifnya. Agama mengajarkan agar umat manusia selalu berusaha meninjau dari segigi positif jangan dari sudut negatif atas sesuatu kejadian (peristiwa). Ajarkan berpikir, bersikap dan berperilaku positit dalam menghadapi setiap kejadian baik itu menyenangkan apalagi tidak dikehendaki, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Adil.
D. PERAN PEMUKA AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL LANSIA
Salah satu sikap dan perilaku lansia adalah membedakan peran dan posisi orang sesuai dengan pengalaman hidupnya. Lansia sulit dibina mental spiritual oleh anggota keluarga yang lebih muda. Karena itu peran dan posisi pemuka agama dapat mengambil alih posisi itu untuk memberikan bimbingan dan tuntunan spiritual kepada lansia. Pemuka agama yang mampu menggugah kesadaran lansia akan pentingnya pembinaan mental spiritual dalam menjalani sisa-sisa hidupnya sama pentingnya dengan orang tua menanamkan mental spiritual kepada anak Balita dan remaja yang sedang tumbuh kembang. Pembinaan oleh pemuka agama dapat dilakukan melalui: 1. Pemuka agama bertemu dan berkumpul dengan lansia untuk berdiskusi dan mendengarkan keluhan sekaligus kebutuhan mental spiritual yang perlu dalam menjalani sisa-sisa hidupnya agar tetap sehat dan berguna.
10
2. Pemuka agama dapat memberikan pembinaan mental spiritual keagamaan bagi lansia agar dapat menjalankan hidup dan kehidupannya dengan baik, sehat dan berguna bagi keluarga dan masyarakat. 3. Pemuka agama mengumpulkan lansia untuk diajak mempelajari agama dan mmempraktekkan amaliyah agama bagi diri, keluarga dan masyarakat sebagai bekal amal untuk hidup yang lebih abadi 4. Pemuka agama mengunjungi kelompok lansia (BKL) untuk didengar dan dihimpun pendapatnya tentang pembinaan mental spiritual dan sekaligus diberikan bekal sesuai dengan ajaran agama yang dianut mereka. 5. Pemuka agama mengajak lansia untuk membuka kitab suci sesuai keyakinan masingmasing dan memilihkan ayat-ayat yang perlu dipahami oleh setiap lansia dalam menjalani sisa-sisa kehidupan agar tetap baik dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan umat manusia.
11
BAB IV PENUTUP
Lansia adalah usia yang penuh keprihatinan dan kesulitan bagi orang yang tidak siap menghadapi keadaan tersebut. Usia lanjut merupakan hasil produk kinerja yang dilakukan ketika usia muda dan dewasa. Albert Enstein pernah berkata ”try not to become a man success, but rather try to become a man values”. Secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa sukses dalam mengejar prestasi, harta dan jabatan itu penting tetapi jauh lebih penting hidup yang bermanfaat dan berguna bagi keluarga, masyarakat, negara dan umat manusia. Karena itu, usia lanjut adalah priode kehidupan yang tidak semua orang bisa menjalaninya, sebab ada yang meninggal muda kecuali orang-orang yang beruntung diberi nikmat oleh Tuhan. Usia lansia bukan musibah apabila kita sadar diberi umur panjang untuk lebih banyak beramal dan berbuat bagi bagi sesama sambil mengharap ridho Allah SWT.
12
LAMPIRAN : 1 Pertemuan ke - 9 Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia
Langkah-langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL A. Pembukaan (Wajib)
1. Pemeriksaan Kesehatan; 2. Senam bersama/Olah raga bersama; 3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini. B. Materi Penyuluhan
Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia C. Waktu Penyuluhan
60 Menit atau sesuai kesepakatan.
GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN NO.
1.
2.
MATERI PENYULUHAN BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL BAGI KEHIDUPAN LANSIA
KEGIATAN LANSIA
Mendengarkan dan memahami tentang konsep Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia
PERAN KELUARGA
Mendiskusikan dengan Lansia tentang konsep tentang konsep Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia Mendengarkan dan memahami Mendiskusikan dengan Lansia tentang konsep : tentang konsep : 1. Pembinaan mental spiritual 1. Pembinaan mental bagi lansia oleh lansia itu spiritual bagi lansia oleh sendiri. lansia itu sendiri. 2. Peran keluarga dalam 2. Peran keluarga dalam pembinaan mental spiritual pembinaan mental lansia spiritual lansia 3. Peran lansia dalam pembinaan 3. Peran lansia dalam mental spiritual keluarga. pembinaan mental 4. Peran pemuka agama dalam spiritual keluarga. pembinaan mental spiritual 4. Peran pemuka agama lansia. dalam pembinaan mental spiritual lansia.
13
3.
BAB III PENUTUP
Mendengarkan dan memahami tentang kesimpulan Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia
Mendiskusikan dengan lansia tentang kesimpulan Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia
A. PENUTUP
1. Demikian Bapak-bapak dan ibu-ibu hasil pertemuan kita pada hari ini, jangan lupa pertemuan berikutnya harus hadir lagi; 2. Jangan lupa materi yang diberikan hari ini, harus dipelajari lagi di rumah dan diskusikan bersama anggota keluarga; 3. Mari pertemuan kita akhiri dengan berdoa.
14