A.
SEJAR SEJARAH AH PROS PROSES ES KE KEPE PERAW RAWATA ATAN N
Proses Proses keperawatan keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan diterapkan dalam praktek praktek kepera keperawat watan. an. Ia juga juga merupa merupakan kan sebuah konsep konsep dengan dengan
pendeka pendekatan tan problem problem solvin solving g yang yang
meme memerl rluka ukan n ilmu ilmu,, tekn teknik ik,, dan kete ketera ramp mpil ilan an inte interp rper erso sona nall untuk untuk meme memenu nuhi hi kebut kebutuha uhan n klien/keluarganya. Pros Proses es keper keperaw awat atan an meru merupa pakan kan lima lima taha tahap p pros proses es yang yang konsi konsist sten en,, sesu sesuai ai denga dengan n perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan : 1. Proses Proses keperawat keperawatan an pertama pertama kali kali dijabarka dijabarkan n oleh Hall Hall (1955) (1955) 2. Tahun 1960, 1960, proses proses keperawatan keperawatan diperkenal diperkenalkan kan secara secara internal internal dalam keperaw keperawatan atan 3. Wiedenbach Wiedenbach (1963) (1963) mengenalkan mengenalkan proses proses keperawat keperawatan an dalam 3 tahap tahap : observasi observasi,, bantuan bantuan pertolongan dan validasi. 4. Yura Yura & Walsh Walsh (1967) (1967) menjabar menjabarkan kan proses proses keperawat keperawatan an menjadi menjadi 4 tahap tahap : pengkaj pengkajian ian,, per peren enca canaa naan, n, pela pelaks ksana anaan an,, dan dan eval evalua uasi si.. Pada Pada tahun tahun 1967 1967,, edis edisii pert pertam amaa pros proses es keperawatan dipublikasikan. 5. Bloc Bloch h (1974 1974)), Roy Roy (1975 1975)) Mund Mundiinger nger & Jaur Jauron on (1975 1975)) dan dan Aspi Aspina nalll (1976 1976)) mena menamb mbah ahka kan n taha tahap p diag diagnos nosa, a, sehi sehing ngga ga pros proses es kepe kepera rawa wata tan n menj menjadi adi 5 taha tahap p : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pik pikir ir :
dico dicove verr
(men (menem emuk ukan an), ), delv delvee
(mem (mempe pela laja jari ri atau atau meng mengan anal alis isis is), ), deci decide de
(memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi). 6.
Dengan berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. keperawatan. ANA (1973) menggunakan menggunakan proses proses keperawatan keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7. Tahun Tahun 1975 1975 : diadak diadakan an konfer konferens ensii nasion nasional al tentang tentang klasif klasifika ikasi si diagnosis diagnosis keperawa keperawatan tan setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) — dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan.
. Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan. Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984. Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi. Diluar negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, dan sejak tahun tersebut para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan secara bervariasi. Pada awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap, kemudian empat tahap dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai lima tahap meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995). Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.
B.
Pengertian Proses Keperawatan
Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang proses keperawatan, diantaranya adalah menurut Nettina (1996) yang menyatakan bahwa proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam pelayanan kesehatan. Meliputi pengkajian (pengumpulan data) yaitu pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien atau informasi. Yang merupakan kegiatan dalam menghimpun
informasi
yang
meliputi
unsure
bio-psiko-sosio-kultural-spritual
yang
komperhensif , diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata maupun potential berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. Dalam merumuskan diagnosis keperawatan dapat menggunakan pendekatan PES (problem, etiologi, Symptom)/ PE(problem, etiologi) , perencanaan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan perawat guna menanggulangi yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kesehatan klien. , implementasi adalah pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien secara urut sesuai prioritas masalah klien yang telah dibuat. dan evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. , serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah. Proses merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan atau serangkaian operasional untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses keperawatan adalah metode yang sistematik dan rasional dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah kesehatan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai dengan kebutuhan (Kozier et al. 1995).Sedangkan Clark (1992), mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode/ proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan k linis dan pemecahan masalah. Demikian juga dengan Yura dan Walsh (1988), menyatakan bahwa proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau menugaskan
orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasi. C.
Tujuan proses keperawatan
Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah: 1. Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek keperawatan. 2. Sebagai standar untuk praktek keperawatan. 3. Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan. 5. Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu.
D.
SIFAT PROSES KEPERAWATAN
1. Dinamis. Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.
2. Siklik. Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3. Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. 4. Fleksibel atau luwes. Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti : a.
Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b.
Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
c.
Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
d.
Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.
E.
Kemampuan Perawat dan Proses Keperawatan
Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat harus memiliki persyaratan kemampuan sebagai berikut: 1. Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu untuk membuat keputusan dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah klien 2. Kecakapan dalam perilaku dan hubungan antar manusia, memudahkan perawat dalam menciptakan hubungan baik dengan klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya. Disini sangat dituntut pada kemampuan berkomunikasi secara terapeutik dan berperilaku. 3. Kecakapan dalam kemampuan teknis keperawatan, merupakan kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan prosedur
keperawatan secara menyeluruh meliputi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual klien serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
F.
Sasaran dan Komponen
Sasaran dalam proses keperawatan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan, karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup seharihari, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Dapat juga yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan faktor ketidaktahuan klien tentang perawatan diri atau karena kelemahan fisik, mental dan sosial. Komponen yang terkait adalah : 1. Klien (individu, keluarga, masyarakat) 2. Provider atau pemberi pelayanan keperawatan 3. Anggota tim kesehatan lainnya.
G. Manfaat Proses Keperawatan
Penerapan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien akan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Dengan tersedianya pola pikir yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisir dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien tentunya akan mempercepat proses penyembuhan, terhindar dari kelalaian dan malpraktek, dengan demikian pelayanan keperawatan yang diterima oleh klien merupakan pelayanan yang bermutu dan dapat dipertanggung-jawabkan. 2. Pengembangan keterampilan intelektual dan teknis bagi tenaga keperawatan.
Pelaksanaan proses keperawatan dalam merawat klien akan memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengembangkan berbagai pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman kerjasama dengan teman sejawat, klien, dan keluarganya. 3. Meningkatkan citra profesi keperawatan. Dengan tersedianya pola pikir yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisir dalam memberikan asuhan keperawatan tentunya klien akan menerima suatu pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat meningkatkan citra profesi keperawatan. 4. Meningkatkan peran dan fungsi keperawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan. Dengan melaksanakan tahap-tahap dalam proses keperawatan berarti melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan yang dimulai dari pengkajian masalah, merencanakan asuhan keperawatan, pengorganisasian kegiatan keperawatan, menggerakkan tenaga keperawatan, menilai serta mengontrol asuhan keperawatan yang diberikan dalam mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan. 5. Pengakuan otonomi keperawatan. Masyarakat akan mengakui otonomi dari profesi keperawatan bila asuhan keperawatan yang diberikan dengan suatu metode yang didasari oleh tanggung jawab dan tanggung gugat berdasarkan kode etik profesi dan standar praktek keperawatan. 6. Peningkatan rasa solidaritas. Kesamaan metode yang dipergunakan oleh tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien akan memperkuat rasa kebersamaan dan identitas dari profesi keperawatan. 7. Meningkatkan kepuasan kerja tenaga keperawatan. Asuhan keperawatan yang bermutu dapat meningkatkan kepuasan konsumen, terhindar dari kelalaian dan malpraktek yang dengan sendirinya akan berpengaruh kepada kepuasan kerja perawat secara keseluruhan.
8.Untuk pengembangan ilmu keperawatan. Penerapan proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan “body of knowledge” dengan penelitian-penelitian keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.
H. Karakteristik Proses Keperawatan
Kozier et al. (1995) menyebutkan bahwa proses keperawatan mempunyai sembilan karakteristik, antara lain: 1) Merupakan sistem yang terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari klien, keluarga, kelompok dan komunitas. 2) Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap-tahap saling berhubungan dan berkesinambungan. 3) Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individual dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan klien. 4) Bersifat interpersonal dan kolaborasi. 5) Menggunakan perencanaan. 6) Mempunyai tujuan. 7) Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam memikirkan jalan keluar menyelesaikan masalah keperawatan. 8) Menekankan pada umpan balik, dengan melakukan pengkajian ulang dari masalah atau merevisi rencana keperawatan. 9) Dapat diterapkan secara luas. Proses keperawatan menggunakan kerangka kerja untuk semua jenis pelayanan kesehatan, klien dan kelompok.
Demikian juga dengan Craven dan Hirnle (2000), menurutnya proses keperawatan sebagai pedoman untuk praktek keperawatan profesional, mempunyai karakteristik: 1) Merupakan kerangka kerja dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. 2) Teratur dan sistematis. 3) Saling tergantung. 4) Memberikan pelayanan yang spesifik kepada individu, keluarga, dan masyarakat. 5) Berpusat pada klien, menggunakan klien sebagai suatu kekuatan. 6) Tepat untuk diterapkan sepanjang jangka waktu kehidupan. 7) Dapat dipergunakan dalam semua keadaan.
Sedangkan Taylor (1993) menyatakan bahwa proses keperawatan bersifat sistematis, dinamis, interpersonal, berorientasi kepada tujuan dan dapat dipakai pada situasi apapun. I.
1.
Teori yang Mendasari
Teori sistem
Sistem terdiri dari: tujuan proses dan isi a. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, sehingga dapat memberikan arah pada sistem. b. Proses adalah sesuatu yang berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai c. Isi merupakan bagian atau elemen yang membentuk sebuah sistem. 2.
Teori kebutuhan manusia
Teori ini memandang bahwa manusia merupakan bagian integral yang berintegrasi satu sama lain dalam memotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (fisiologis, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri. Pada dasarnya kebutuhan dasar manusia merupakan terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusi bisa mempertahankan hidupnya dan perawatlah yang berperan untuk memenuhinya. Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan penerapan proses keperawatan selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan individu yang unik dan merupakan bagian integral dari keluarga dan masyarakat. 3.
Teori persepsi
Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien sama-sama terkena penyakit DM, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama. Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan lingkungan sekitar. Kondisi ini sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dan klien mengumpulkan data. Selanjutnya dari data tersebut akan diambil makna tertentu yang dapat digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 4.
Teori informasi dan komunikasi
Salah satu tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itulah perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang konsep dan
teori sebagai dasar interaksi dalam memahami informasi serta menjalin komunikasi yang efektif. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mencari data, menyeleksi, memproses, dan memutuskan sebuah tindakan berdasarkan informasi tersebut. Proses keperawatan merupakan sebuah siklus karena memerlukan modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan, dan mengevaluasi ulang. Dengan demikian asuhan keperawatan memerlukan informasi yang akurat, dan untuk melakukannya, seorang perawat membutuhkan kemampuan dalam melakukan komunikasi. 5.
Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
Setiap tindakan yang rasional selalu disertai dengan keputusan atau pilihan. Sedangkan setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah menuntut kesedian orang yang terlibat agar mau menerima hal-hal baru dan perbedaan dari kondisi yang ada. Kesenjangan yang terjadi merupakan masalah yang membutuhkan jawaban serta solusi secara tepat. Salah satu tujuan dari keperawatan adalah menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Melaui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah yang dihadapi dapat diidentifikasi secara tepat dan keputusan dapat diambil secara akurat. J.
IMPLIKASI
Penerapan
proses keperawatan memberikan
dampak
atau implikasi
terhadap
profesi
keperawatan, klin dan perawat itu sendiri. 1.
Profesi
Secara professional, profesi keperawatan melalui 5 tahapan menyajikan lingkup praktik keperawatan yang secara terus menerus mendefinisikan perannya baik terhadap klien maupun profesi kesehatan lainnya. Dengan demikian perawat bekerja melakukan sesuatu bukan hanya sekedar melaksanakan perintah dokter, melainkan melalui perencanaan keperawatan yang matang. 2.
Klien
Proses keperawatan mendorong klien dan keluarga berpartisifasi aktif dan terlibat ke dalam 5 tahapan proses tersebut. Selama pengkajian, klien menyediakan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya memberikan validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik selama evaluasi. 3.
Perawat
Beberapa hal yang dapat diperoleh dari proses keperawatan, antara lain: a. Meningkatkan kepuasan dan perkembangan profesionalisasi perawat b. Meningkatkan hubungan antara klien dengan perawat. c.
Meningkatkan pengembangan kreativitas dalam penyelesaian masalah klien.
Sumber : www.syehaceh.wordpress.com http://masperawat.wordpress.com/2009/03/10/konsep-proses-keperawatan/ http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/08/proses-keperawatan.html http://yenibeth.wordpress.com/2008/05/31/proses-keperawatan-introduction-1/ http://syehaceh.wordpress.com/tag/sejarah-proses-keperawatan/ http://jundapakiringan.blogspot.com/2011/01/sejarah-proses-keperawatan.html Nursalam, 2001, Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek, Salemba Medika, Jakarta.