Perkembangan perkotaan berupa berkembangnya perumahan maupun permukiman di suatu wilayah tertentu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik, maupun keadaan alam daripada wilayah itu sendiri. Perkembangan perumahan serta permukiman di perkotaan akan lebih mudah dimengerti dengan terlebih dahulu menguraikan perkembangan perkotaan di Indonesia sebagai efek yang ditimbulkan dari faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Suatu kota berkembang mengikuti perkembangan dari masyarakat yang menghuni wilayah tersebut. Oleh karena itu, kota dapat menunjukkan ciri dari faktor-faktor seperti zaman maupun budaya yang mempengaruhinya. Arti dari suatu kota yang berkembang cukup luas cakupannya. Kota dapat tumbuh dan berkembang menjadi kota yang lebih besar misalnya berkembang dari suatu permukiman pedesaan dan sejenisnya. sejenisn ya. Selain itu kota juga dapat mengalami suatu kemunduran berupa kemunduran pada bidang atau faktor tertentu seperti kemunduran ekonomi dan lain sebagainya. Kota pun bisa saja lenyap dikarenakan berbagai faktor misalnya adanya bencana alam, perang, dan sejenisn ya yang dapat menghilangkan pun menlenyapkan hunian serta lingkungan tempat tinggal penduduk yang yang bermukim di suatu wilayah tertentu. Secara kronologis perkembangan kota terbagi atas 4 masa, yaitu sebagai berikut : 1. Masa sebelum masuknya pengaruh Eropa (sebelum kedatangan bangsa Belanda) 2. Masa
sejak
kedatangan
bangsa
Belanda
sampai
berakhirnya
Pemerintahan VOC 3. Masa pemerintahan Hindia Timur Belanda sampai ke pengakuan kedaulatan
4. Masa kemerdekaan Republik Indonesia Perkembangan perkotaan tersebutlah yang dari masa ke masa membawa dampak terhadap perkembangan perumahan serta permukiman di Indonesia.
1. Masa sebelum masuknya pengaruh Eropa (sebelum kedatangan bangsa Belanda)
Pada masa ini, kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Budha yang kemudian disusul oleh kebudayaan Islam yang berkembang di masa itu. Kota-kota yang yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari pengaruh budaya tersebut umumnya merupakan pusat perdagangan dan kerjaan contohnya yaitu Majapahit, Tarumanegara, Mataram, Samudera Pasai, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa pola tata ruang berbeda yang berkembang pada masa sebelum kedatangan bangsa Eropa ini. Contohnya pola tata ruang pada kota-kota kerajaan di Yogyakarta dan Surakarta di Jawa yang mengikuti suatu pola dasar dengan memperhatikan arah mata angin yaitu Utara, Selatan, Barat dan Timur dikarenakan suatu anggapan bahwa suatu kota merupakan salah satu organisme hidup seperti manusia (Johan Silas, 1981). Penyusunan dari pola tata ruang kota di Jawa tersebut mengikuti struktur tubuh manusia itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
-
Utara Tempatnya kepala, menunjukkan hal-hal yang bersifat resmi dan besar.
-
Selatan Letak
kaki
dan
kelamin,
menunjukkan
kekeluargaan
atau
keturunan.
-
Timur Arah
matahari
terbit
dan
melambangkan
tangan
menunjukkan kerja atau yang berhubungan dengn keduniawian.
-
Barat
kanan,
Arah
matahari
terbenam
dan
melambangkan
tangan
kiri,
menunjukkan kejiwaan rohaniah dan sifat sakral.
-
Tengah Tempat jantung, menunjukkan pusat kehidupan atau tempat berdirinya pusat pemerintahan/keratin
Ada pula pola tata ruang yang berada dibawah pengaruh kebudayaan Hindu masih dapat disaksikan pada pola tata ruang perkampungan dan kota-kota kecil di Bali dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu sebagai berikut :
-
Arah laut Letak kuburan atau tempat yang kotor (pemandian umum).
-
Arah Gunung Agung Tempat paling suci (Hindu Bali).
-
Antara laut dan Gunung Agung Pembangunan perumahan.
-
Tempat yang jauh dari laut dan Gunung Agung namun dekat dengan gunung lain, dapat diadakan penyesuaian dalam penempatan pura.
-
Kampung di Bali dianggap sebagai makhluk hidup,
Jantung (lapangan) terletak di tengah kampung dan ditanami pohon keramat dalam hal ini ialah pohon Beringin.
Dalam area persegi empat tersebut ditempatkan pura, puri (rumah kepala kampung), pasar, wantilan (rumah tempat berkumpul)
dan
kalkul
(Menara
tempat
menggantung
kentongan)
Disekitar lapangan dibangun permukiman penduduk yang dikelilingi oleh tanah pertanian.
Kota-kota sebelum kedatangan bangsa Eropa dapat dikelompokkan atas dua, yaitu sebagai berikut:
-
Kota Pantai
Sebagai pusat perdagangan regional dan internasional yang memiliki pelabuhan.
Tinggsal orang orang dengan berbagai suku dan bangsa, berkelompok secara terpisah, masing masing dipimpin oleh ketua kelompok dan tunduk terhadap raja maupun sultan.
Berpusat di alun-alun (disebelah barat terdapat masjid, keratin disebelah selatan dan pasar di timur)
Disekitar alun-alun dan bangunan utama terdapat perumahan bangsawan
Rumah bangsawan dikelilingi rumah rakyat
Kadangkala kotanya dikelilingi oleh tembok pengaman atau parit dan sejenisnya.
Perkampungan orang asing diluar tembok misalnya kota kerajaan Banten, dan lain sebagainya.
-
Kota pedalaman
Umumnya terdapat di Jawa seperti Taruma negara, mataram, majapahit, dan lainnya.
Kerajaan
sebagai
pusat
pemerintahan
sedangkna
pusat
pengembangan busaya dan tradisi dikembangkan oleh kaum bangsawan.
Ditunjang dengan kegiatan pertanian.
Istana sebagai pusat dengan alun-alunnya.
Bangunan keagamaan dikelilingi oleh tampat tinggal para bangsawan dan pemimpin agama, dan seterusnya.
2. Masa setelah masuknya pengaruh Eropa (setelah kedatangan bangsa Belanda)
Kedatangan bangsa Eropa yaitu Belanda spesifiknya. Membawa dampak atau perubahan terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Selain itu dengan kedatangan mereka, kerajaan serta raja-raja pribumi ikut diperangi dan
dihancurkan. Misalnya pada tahun 1609 saat Belanda menyerang dan menghancurkan Jayakarta dan membangun kota Batavia dengan pola tata ruang kota-kota di negeri Belanda itu sendiri. Batavia sendiri merupakan sebuah benteng yang dibangun di sebelah timur Sungai Ciliwung. Bentuk kotanya kurang lebih persegi empat dan disetap sudut dibangun bastion atau tempat Meriam. Kota Batavia tersebut dijadikan pusat pemerintahan VOC sekaligus tempat tinggal mereka. Di kanan kiri kanal-kanal dibangun perumahan sama halnya dengan perumahan di Amsterdam. Kota Batavia membentang dari pantai yaitu pasar ikan sampai dengan stasiun kota sekarang. Kota tersebut terbagi atas dua bagian oleh kali besar. Bagian Barat untuk tempat tinggal golongan rendahan yang kebanyakan adalah orang portugis dan china serta pasar daging, buah-buahan, ikan dan gudang bahan makanan. Sedangkan untuk bagian Timur terdapat Stadshuis yaitu yang sekarang dinamakan museum Fatahilah dan permukiman orang orang kaya dengan taman yang luas. Orang-orang Belanda tinggal di dalam tembok sedangkan pribumi tinggal dikampung-kampung di luar tembok. Dikarenakan kondisi yang semakin padat, orang-orang Belanda pindah ke selatan yang lebih s ejuk di Weltevreden (lapangan banteng) dan jacarta Weg (jl pangeran jayakarta dan berakhir dekat kali Ciliwung) serta Buitenzorg (Kota Bogor). Terjadi adanya pencampuran budaya Belanda dan Indonesia yang disebut dengan Indische Cultuur (bukan Belanda dan bukan Indonesia. Dengan adanya keluarga-keluarga bangsa masyarakat terbagi lagi atas 4 golongan yaitu golongan Belanda, Indo Eropa, Cina dan Arab, serta pribumi. Salah seorang yang sangat berpengaruh dalam perancangan kota di Indonesia ialah Thomas Karsten (datang ke Indonesia sebagai arsitek pada tahun 1914). Ia menyiapkan rencana kota yang lengkap mencakup rencana umum, rinci, dan peraturan bangunan bagi pemerintah kota. Menurutnya, perancangan kota merupakan upaya untuk membentuk kota secara terorganisir.
Perkembangan pola tata ruang Indonesia pada zaman belanda cukup tertata, berbeda dengan masa saat kependudukan penjajah Jepan yang relative lebih singkat. Pada zaman penjajahan Jepang tidak terjadi perkembangan baru karena perhatiannya lebih dicurahkan untuk memenangkan perang. 3. Masa pemerintahan Hindia Timur Belanda sampai ke pengakuan kedaulatan.
Pada awal mula perang kemerdekaan, setelah kekalahan Jepang oleh sekutu di tahun 1945, kota-kota besar yang dibakar, dtinggalkan oleh penduduknya dan mengungsi ke kota-kota yang lebih kecil. Tidak banyak yang dilakukan ketikan pembangunan awal setelah pengakuan kedaultan Republik Indonesia. Untuk rehabilitasi kerusakan yang terjadi akibat perang, belanda pun menegluarkan Stads Vormings Ordonansi di tahun 1948 dan Stads Vormings Verordening sebagai peraturan pelaksanaannya. Belanda memulai persiapan pembangunan kota baru di kebayoran sebelah selatan Jakarta sebagai tempat tinggal pegawai dan menampung pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat dibangun dikarenakan adanya penyerahan kedaulatan di tahun 1949. Pembangunan kota tersebut baru dilakukan oleh pemerintah RI diawal tahun lima puluhan. 4. Masa kemerdekaan Republik Indonesia
Terjadi pemebrontakan di beberapa daerah seperti Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, dan lainnya yang menyebabkan terjadinya pengungsian besar-besaran ke kota-kota besar. Mereka membentuk suatu perkampungan baru padat tanpa sarana prasaran lingkungan yang mendukung sehingga menciptakan permukiman kumuh. Setelah gangguan keamanan mereda pendudk yang masuk kota tidak mau kembali ke desanya dikarenakan anggapan akan mendapatkan kehidupan yang layak dan lebih baik. Sebaliknya, keadaan semakin memburuk dengan inflasi yang mencapai 600% yang berakibat pada kesulitan ekonomi penduduk.
Selain kebayoran baru, banyak kota-kota lain yang dibangun baik itu di lokasi baru maupun dari perluasan kota kecil yang telah ada sebelumnya. Kota baru layaknya kebayoran baru dan Depok sendiri memang menjadi solusi untuk kurangnya hunian bagi penduduk akan tetapi disisi yang lain pun memberikan dampak negative berupa kemacetan lalu lintas khususnya akses untuk masuk ke kota itu sendiri.