Pencegahan/Penanganan Pencegahan/Penangana n Sekunder Keracunan Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah KGD I
Disusun Oleh :
1. Tito Ahmad Rizkiawan 2. Datia Nahdiatussalam 3. Cahya Fitria Muthaminna 4. Alif Agung Panca Ligar 5. Salman Alfarizi
S1 KEPERAWATAN
STIKes Karsa Husada Garut Jln. Nusa Indah No. 24 Tarogong-Garut
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN SEKUNDER KERACUNAN
Satuan Acara Pendidikan Kesehatan Hari/Tanggal
: Kamis, 9 Oktober 2013
Waktu
: 45 menit
Tempat Pelaksanaan
: Ruangan Capung RSUD.Patrakomala
Sasaran
: Pasien dan Keluarga Pasien
Topik Kegiatan
: Pencegahan/Tindakan Sekunder Keracunan
Sub Topik
: 1. Pengertian dan Penyebab Keracunan 2. Macam-Macam Keracunan 3. Tanda & Gejala Keracunan 4. Penatalaksanaan/Pencegahan Keracunan
A. LATAR BELAKANG
Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama di bidang kesehatan. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui secara past i, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di beberapa rumah sakit, tetapiangka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif, alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya. Selain itu sering kita mendengar terjadinya kematian di dalam mobil hal ini disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam keadaan hidup atau jalan sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan perlahanlahan terhirup oleh orang yang ada di dalam mobil. Salah satu senyawa kimia yang ada dalam asap hasil pembakaran tidak sempurna adalah gas karbon monoksida (CO)
|1
Masalah yang tak kalah peliknya ialah masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya). Masalah ini merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kotakota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15 – 24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. B. TUJUAN
1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapakan peserta dapat mengerti dan memahami mengenai Keracunan dan Pencegahan/Penanganannya. 2. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan peserta dapat: 1) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian dan penyebab Keracunan 2) Mengetahui dan mampu menyebutkan macam-macam Keracunan. 3) Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda & gejala Keracunan. 4) Mengetahui dan mampu Penatalaksanaan/Pencegahan Sekunder Keracunan.
C. PESERTA PENYULUHAN
Pasien sebanyak 5 Orang
Keluarga Pasien 10 Orang
|2
D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara
Penyuluhan
Pencegahan/Penanganan
Sekunder
adalah
mahasiswa
semester lima Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut.
E. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah 2. Tanya jawab
F. STRATEGI PELAKSANAAN Tahap
Pembukaan
Kerja
Kegiatan
Mengucapkan salam
Melakukan perkenalan diri
Menyampaikan maksud dan tujuan
Mengadakan kontrak waktu
Penyuluh menjelaskan mengenai:
Waktu
5 menit
15 menit
1. Pengertian dan penyebab Keracunan 2. Macam-macam Keracunan 3. Tanda & gejala Keracunan 4. Patofisiologi, Pemeriksaan Penunjang Keracunan 5. Pencegahan/Penanganan Sekunder Keracunan
Penutup
Tanya jawab
15 menit
Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan dan
10 menit
mengevaluasi jalannya ceramah.
Mengakhiri kontrak
Melakukan evaluasi kegiatan
Salam penutup Jumlah
45 menit
G. MEDIA DAN ALAT
1. Leaflet 2. Power point
|3
H. SETTING TEMPAT
Keterangan gambar:
Penyuluh Moderator Peserta dan Keluarga Pasien Fasilitator/Anggota Operator
I. PENGORGANISASIAN
Penyuluh
:
Tito Ahmad Rizkiawan
Moderator
: Datia Nahdiatussalam
Operator
: Salman AlFarizi
Fasilitator
:
Alif Agung Panca Ligar Cahya Fitria M
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur Rencana
kegiatan
dipersiapkan
dua
hari
sebelum
kegiatan
dan
informasi
kepengurusan satu hari sebelum kegiatan. 2. Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat waktu
Peserta yang hadir 80% dari jumlah total peserta
Tempat : Ruangan Capung RSUD.Patrakomala |4
Peserta yang aktif bertanya 20% dari total peserta.
3. Evaluasi Hasil a) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali pengertian dan penyebab Keracunan b) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali macam Keracunan. c) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda & gejala Keracunan. d) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali penanganan/pencegahan sekunder Keracunan. 4. LAMPIRAN-LAMPIRAN
a) Materi b) Soal c) Leaflet
|5
Lampiran Materi MATERI PENYULUHAN KERACUNAN
A. DEFINISI
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam ja ngka panjang. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui system pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (krisanti paula,2009). Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik. B. ETIOLOGI
1. Zat Kimia 2. Makanan 3. Obat-obatan (NAPZA)
|6
C. MACAM KERACUNAN
1. Mencerna (menelan) racun Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan
untuk
mempercepat
eliminasi
racun
terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum : a. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi. b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. c. Tangani syok yang tepat. d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun. e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin. f.
Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditela, yaitu: 1)
Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
2)
Dialisis
3)
Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi. i.
Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j.
Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri. l.
Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma. n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang. o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang. |7
1) Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri 2) Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien atau keluarga 2. Keracunan melalui inhalasi Penatalaksanaan umum : a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela. b. Longgarkan semua pakaian ketat. c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan. d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut. e. Pertahankan pesien setenang mungkin. f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun. 3. Keracunan makanan Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah. b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya. c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia. d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi e. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif. 4. Gigitan ular Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh. Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh
|8
dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi : a. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak. b. Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan. c. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya). d. Menentukan keparahan dampak keracunan. e. Memantau tanda vital. f. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik. g. Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan pembekuan). 5. Sengatan serangga Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum: a. Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat absorbsi. b. Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik. c. Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut: 1) Injeksi segera dengan epineprin 2) Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari 3) Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es 4) Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan 5) Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. D. TANDA & GEJALA
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas. 1) Keracunan ringan
: Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada
lidah, kelopak mata, pupil miosis. 2) Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, bradikardi. |9
3) Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru ,inkontenesia urine dan feces, koma. Sumber lain : Gejala ringan meliputi:
Anoreksia Nyeri kepala
Rasa lemah
Rasa takut
Tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
Keracunan sedang :
Nausea
Muntah-muntah
Kejang atau kram perut
Hipersaliva
Hiperhidrosis
Fasikulasi otot dan bradikardi.
Keracunan berat :
Diare
Pupil pi- poin
Reaksi cahaya negatif
Sesak nafas
Sianosis,
Edema paru .inkontenesia urine dan feces
Kovulsi
Koma, blokade jantung
E. PENCEGAHAN/TINDAKAN SEKUNDER
1. Resusitasi. Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan
| 10
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask. 2. Eliminasi. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia. 3. Anti dotum (penawar racun) Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir pada tempat penumpukan. a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering, takikardi, midriasis, febris dan psikosis). c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4
– 6 – 8 dan 12 jam. d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal. Sumber Lain : Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan meliputi : 1. Penatalaksanaan Kegawatan Berhubungan dengan intoksikasi dapat mengancam nyawa, maka walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan maka setiap kasus intoksikasi harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang mengancam nyawa.Penilaian terhadap tanda vital seperti tanda jalan napas, pernapasan sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat dan seksama sehingga tindakan resusitasi tidak terlambat dimulai.Berikut ini adalah urutan resusitasi seperti yang umumnya dilakukan. A = Airway Support
| 11
Factor utama yang membuat klien tidak sadar adalah adanya sumbatan di jalan napas klien, seperti lidah, makanan ataupun benda asing lainnya. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi tidak sadar itulah lidah klien akan kehilangan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trachea sebagai jalan napas.Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Tekhnik yang dapat dilakukan penolong adalah cross-finger (silang jari), yaitu memasukkan jari telunjuk dan jempol menyentuh gigi atau rahang klien.Kemudian tanpa menggerakkan pergelangan tangan, silangkan kedua jari tersebut dengan geraakan saling mendorong sehingga rahang atas dan rahang bawah terbuka.periksa adanya benda yang menyumbat atau berpotensi menyumbat.Jika terdapat sumbatan, bersihkan dengan teknik finger-sweep (sapuan jari) dengan menggunakan jari telunjuk yang terbungkus kassa (jika ada). Ada dua maneuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / chin lift dan jaw trust. Head tilt atau chin lift: Teknik ini hanya dapat digunakan pada klien pengguna
NAPZA tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini adalah : 1. Letakkan tangan pada dahi klien (gunakan tangan yang paling dekat denga dahi korban). 2. Pelan-pelan tengadahkan kepala kliendengan mendorong dahi kearah belakang. 3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. 4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan sampai mulut klien tertutup. 5. Pertahankan posisi ini. Jaw trust : Teknik ini dapat digunakan selain teknik diatas. Walaupun teknik ini
menguras tenaga, namaun merupakan yang paling se suai untuk klien pengguna NAPZA denag cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan teknik ini adalah : 1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan dikedua sisikepalakorban.
| 12
2. Cengkeram rahang bawah korbsn pada kedua sisinya. Jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkanpada sudut rahang. 3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan. 4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah denagn kedua ibu jari. B = Breathing Support
Bernafas adalah usaha seseorang yang dilakukan secara otomatis.Untuk menilai secara normal dapat dilihat dari pengembangn dada dan berapa kali seseorang bernafas dalam satu menit.Frekuensi/ jumlah pernafasan normal adalah 12-20x / menit pada klien deawasa. Pernafasan dikatakan tidak normal jika terdapat keadaan terdapat tanda-tanda sesak nafas seperti peningkata frekuensi napas dalam satu menit, adanya napas cupinghidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas), adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut), warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan, tidak ada gerakan dada, tidak ada suara napas, tidak dirasakan hembusannapas dan klien dalam keadaan tidak sadar dan tidak bernapas. Breathing support adalah penilain status pernapasan klien untuk mengetahui apakah klien masih dapatbernapas secara spontan atau tidak. Prinsip dari melakukan tindakan ini adalah dengan cara melihat, mendengar dan merasakan (Look, Listen and Feel = LLF). Lihat, ada tidaknya pergerakan dada sesuai dengan pernapasan.Dengar, ada tidaknya suara napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung klien.Rasakan, dengan pipi penolong ada tidaknya hembusan napas (sesuai irama) dari mulut dan hidung korban.Lakukan LLF dengan waktu tidak lebih dari 10 detik. Jikaterlihat pergerakan dada, terdengar suara napas dan terasa hembusan napas klien, maka berarti klientidak menglami henti napas.masalah yang ada hanyalah penurunan kesadaran.dalam kondisi ini, tindakan terbaik yang dilakukan perawat adalah mempertahankan jalan napas tetap terbuka agan ogsigenisasi klien tetap terjaga dan memberikan posisi mantap. Jika korban tidakbernapas, berikan 2 kali bantuan per-napasan denag volume yang cukup untuk dapat mengembangkan dada. Lamanya memberikan bantuan pernapasan sampai dada mengembang adalah 1detik.Demikian halnya berlaku jika | 13
bantuan pernapasan diberikan melalui mulut ke mulut dan mulut ke sungkup muka. Hindari pemberian pernapasan yang terlalu banyak dan terlalu kuat karena akan menyebabkan kembung (distensi abdomen) dan dapat menimbulan komplikasi padaparu-paru. Bantuan pernapasan dari mulut ke mulut bertujuan memberikan ventilasi oksigen kepada klien.Untuk memberikan bantuan tersebut, buka jalan napas klien, tutup cuping hidung klien dan mulut penolong mencakup seluruh mulut klien.Berikan 1 kali pernapasan dalam waktu 1 detik.lalu penolong bernapas biasa dan berikan pernapasan 1 kali lagi.Perhatikan adakah pengenbangan dada klien. Jika tidak terjadi pengembangan dada, maka cara penolong tidaak tepat dalam membuka jalan napas. Cara yang samaa dilakukan jika alat pelindung terdiri dari 2 tipe, yaitu pelindung wajah dan sungkup wajah.Pelindung wajah berbentuk lembaran yang terbuat dari plastic bening atau silicon yang dapat mengurangi kontak antara klien dengan penolong.Sedangkan jika memakai sungkup wajah, maka biasanya terdapat lubang khusus untuk memasukkan oksigen.Ketika oksigen telah tersedia, maka berikan aliran oksigen sebanyak 10-12 liter/menit.
C = Circulation Support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika tindakan ini dilakukan dengan cara yang salah maka akan menimbulkan penyulit-penyulit seperti patah tulang iga, atau tulang dada, perdarahan rongga dada dan injuri organ abdomen. Sebelum melakukan RJP pada klien perawat harus memastikan bahwa klien dalam keadaan tidak sadar, tidak bernapas dan arteri karotis tidak teraba. Cara melakukan pemeriksaan arteri karotis adalah dengan cara meletakkan dua jari diatas laring (jakun). Lalu geser jari penolong ke arah samping dan hentikan disela-sela antara laring dan otot leher. Setelah itu barulah penolong merasakan denyut nadi. Perabaan dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik. Melakukan resusitasi yang benar adalah dengan cara meletakkan kedua tangan ditulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari mengarah ke kiri dengan posisi lengan tegak lurus dengan sendi siku tetap dalam eksteni (kepala tengkorak). | 14
Untuk memberikan kompresi dada yang efektif. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100x/menit dengan kedalaman kompresi 4-5 cm. Kompresi dada harus dilakukan selam nadi tidak teraba dan hindari penghentian kompresi yang terlalu sering. Rasio kompresi ventilasi yang direkomendasian adalah 30:20. Rasio ini dibuat untuk menigkatkan jumlah kompresi dada, mengurangi kejadian hiperventilasi, dan mengurangi pemberhentian kompresi untuk melakukan ventilasi. 2. Penilaian Klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik perlu mendapat perhatian karena dapat mengancam nyawa seperti koma, kejang, henti jantung, henti nafas, dan syok. 3. Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi ditujukan pada tingkat kedaruratan klien. Yang paling penting dalam anamnesis adalah mendapatkan informasi yang penting seperti : a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yang digunakan, termasuk obat yang ering dipakai, baik kepada klien (jika memungkinkan), anggota keluarga, teman, atau petugas kesehatan yang biasa mendampingi (jika ada) tentang obat yang biasa digunakan. b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik. c. Pemeriksaan fisik Lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan akibat intosikasi, yaitu pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut jatung, ukuran pupil, keringat, dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang diperlukan berdasarkan skala prioritas dan pada keadaan yang memerlukan observasi maka pemeriksaan fisik harus dilakukan berulang.
| 15
Soal Evaluasi : 1. Sebutkan dan Jelaskan Pengertian Keracunan ? 2. Sebutkan dan Jelaskan Penyebab Keracunan ? 3. Sebutkan dan Jelaskan Macam Keracunan ? 4. Sebutkan dan Jelaskan Tanda & gejala Keracunan? 5. Sebutkan dan Jelaskan Penanganan/pencegahan Sekunder Keracunan?
| 16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : Http//Scribd.Com. Asuhan Keperawatan Ca.Serviks. (Diakses tanggal 9 Oktober 2013) Sudoyo dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.5. Jakarta : Internet Publishing Hadiyani, Murti. -------. www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf . diakses tanggal 9 Oktober 2013 Anonimity. . Pencegahan Keracunan Secara Umum. www.pom.go.id/public/siker/desc. diakses tanggal 9 Oktober 2013
| 17