SATUAN ACARA PENYULUHAN CYSTOMA OVARII
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) IRNA II RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG 2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN CYSTOMA OVARII DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Menyelesaikan Pendidikan
Praktik Profesi Ners
1. 2. 3. 4.
DISUSUN OLEH : BENY WAHYUDY DIAN IMANSARI FELISITAS VICTORIA NI LUH PUTU DESY INDRAWATI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG PROGRAM STUDI NERS 2016
LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN CYSTOMA OVARII RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Tanggal 22 September 2016 Oleh : Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kendedes Malang
1. 2. 3. 4.
Anggota : Beny Wahyudy Dian Imansari Felisitas Victoria Ni Luh Putu Desy Indrawati
Malang,
September 2016
Mengetahui Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
(……………..…….………)
(……….…………………)
Kepala Ruangan
(……….…………………)
SATUAN ACARA PENYULUHAN CYSTOMA OVARII
Topik Sub Topik Hari/Tanggal Waktu / Jam Tempat Peserta Penyuluh
: Kesehatan Reproduksi Wanita : Cystoma Ovarii : Kamis, 22 September 2016 : 30 Menit /09.00 – 09.30 WIB : Ruang 10 RSSA : Keluarga dan pasien di Ruang 10 RSSA : Kelompok 3 Mahasiswa STIKes Kendedes Malang
I. LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang
pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny, 2008). Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk gangguan
adanya
pertumbuhan
sel-sel
otot
polos
yang
abnormal.
Pertumbuhan otot polos abnormal yang terjadi pada ovarium disebut kista ovarium. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen. 2005). Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai
“silent
killer”.
Pemeriksaan USG
transvaginal
ditemukan
kista
ovarium
pada
hampir
semua
wanita
premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post menopouse. Kebanyakan dari kista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa reproduksi. Dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse. Di Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk didalamnya, insiden kista ovarium mencapai 6,6%, kanker endometrium mencapai 4,8% dari 670.587 kasus kanker pada perempuan, sementara kanker payudara sebanyak 30,9%, dan serviks 19,8%. Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Jika menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, terjadinya perdaraha sekitar umur hamil 16-18 minggu ini perlu adanya perlindungan hormon progesteron. Berdasarkan hal tersebut maka kami mahasiswa Profesi Ners STIKes Kendedes Malang
mengadakan satuan acara penyuluhan dengan tema
Cystoma Ovarii sebagai salah satu bentuk promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien di ruang 10 RSSA mengetahui tentang penyakit Cystoma Ovarii. 2. Tujuan Khusus Serelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga pasien dapat : 1. Mengetahui pengertian Cystoma Ovarii 2. Mengetahui klasifikasi Cystoma Ovarii 3. Mengetahui penyebab Cystoma Ovarii 4. Mengetahui tanda dan gejala Cystoma Ovarii 5. Mengetahui pemeriksaan Cystoma Ovarii 6. Mengetahui pencegahan Cystoma Ovarii
III. MATERI 1. Pengertian Cystoma Ovarii 2. Klasifikasi Cystoma Ovarii 3. Penyebab Cystoma Ovarii 4. Tanda dan gejala Cystoma Ovarii 5. Pemeriksaan diagnostik Cystoma Ovarii 6. Pengobatan Cystoma Ovarii IV. METODA Ceramah Dan Tanya Jawab V. MEDIA Powerpoint Proyektor Laptop Leaflet
VI. KEGIATAN PENYULUHAN No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran
1
2
Pembukaan (5 menit)
Kegiatan Inti ( 20 menit )
1. Mengucapkan salam . Memperkenalkan diri
Kegiatan peserta
1. Menjawab 2. Mendengarkan dan memperhatikan . Kontrak waktu 3. Menyetujui . Menjelaskan 4. Mendengarkan dan tujuan pembelajaran memperhatikan 5. Apersepsi cystoma 5. Mendengarkan dan ovarii menjawab pertanyaan 1. Menjelaskan . Mendengarkan dan tentang pengertian memperhatikan cystoma ovarii 2. Menjelaskan . Mendengarkan dan klasifikasi cystoma memperhatikan ovarii 3. Menjelaskan . Mendengarkan dan penyebab cystoma memperhatikan ovarii 4. Menjelaskan tanda . Mendengarkan dan dan gejala cystoma memperhatikan ovarii 5. Menjelaskan . Mendengarkan dan tentang memperhatikan
6.
7.
3
Penutup 5 menit
1.
2. 3.
pemeriksaan diagnostik cystoma ovarii Menjelaskan komplikasi cystoma ovarii Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya Mengajukan 2 pertanyaan tentang materi pembelajaran. Kesimpulan dari pembelajaran Salam penutup
. Mendengarkan memperhatikan . Peserta bertanya
1. Menjawab
2. Mendengarkan memperhatikan 3. Mendengarkan menjawab
VII.PENGORGANISASIAN a. Kelompok 1) Moderator:
J ob Description: a) b) c) d) e) f) g) h)
dan
Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Menyebutkan materi yang akan diberikan Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2) Presenter:
Job Descri ption: a) Menggali pengetahuan keluarga tentang kemoterapi b) Menjelaskan materi mengenai kemoterapi c) Menjawab pertanyaan peserta
dan dan
3) Fasilitator: a.
Job Descri ption: a) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan b) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan c) Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan d) Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator memberikan kesempatan bertanya e) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta f) Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan 4) Observer: a.
J ob Description: a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan b) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan penyuluhan berlangsung c) Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil penyuluhan. VIII. SETTING TEMPAT
Keterangan: Presenter
Pembimbing
Moderator
Klinik
Observer
Audience
Fasilitator
Layar LCD
IX. EVALUASI a. Struktural 1) Peserta hadir di tempat penyuluhan 2) Penyelenggaraan Penyuluhan dilakukan di ruang 10 RSSA 3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan) 4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai b. Proses 1) Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas
2)
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 50% dari yang hadir c. Hasil Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus peserta dapat menyebutkan: 1) Pengertian Cystoma ovarii 2) Penyebab Cystoma ovarii 3) Tanda dan gejala Cystoma ovarii
X. ANTISIPASI MASALAH - Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat menstimulasi dengan cara berdialog dengan pemberi materi dalam membahas materi yang sedang diberikan. - Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya dilakukan konfirmasi pada pembimbing klinik yang mendampingi. XI. EVALUASI : Pertanyaan secara lisan a. Apa pengertian cystoma ovarii b. Sebutkan penyebab cystoma ovarii c. Sebutkan tanda dan gejala cystoma ovarii
Nilai : 80-100 50-70 20-40 0-10
: Peserta dapat menjawab dengan lengkap dan benar : Peserta dapat menyebutkan tetapi tidak lengkap : Peserta kurang memahami pertanyaan : Peserta tidak dapat menyebutkan sama sekali
MATERI CYSTOMA OVARII A. DEFINISI Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, udara, nanah ataupun bahan-bahan lain. Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih, cairan kental, kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah maka kistapun akan membesar sehingga dinding kista menipis dan mudah pecah (Nusratuddin, 2009). Kista ovarium adalah kantung kecil berisi cairan yang berkembang dalam ovarium (indung telur) wanita. Kebanyakan kista tidak berbahaya. Namun, beberapa dapat menimbulkan masalah, mulai dari nyeri haid, kista pecah, perdarahan, hingga penyakit serius, seperti: terlilitnya batang ovarium, gangguan kehamilan, infertilitas hingga kanker endometrium (CancerHelp, 2012). B. KLASIFIKASI Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah : 1. Tipe Kista Normal Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.
Gambar : kista ovarium fungsional
2. Tipe Kista Abnormal a. Kistadenoma Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri. b. Kista coklat (endometrioma) Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman. c. Kista dermoid Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala. d. Kista endometriosis Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas. e. Kista hemorhage Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah. f. Kista lutein Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
Gambar : kista corpus luteum
g. Kista polikistik ovarium Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
Gambar : kista polikistik ovarium C. PENYEBAB Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur. D. TANDA DAN GEJALA Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 2009). Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: 1. Perut terasa penuh, berat dan kembung 2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) 3. Haid tidak teratur 4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha 5. Nyeri senggama 6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. 7. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore, 2010).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1) 1. Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. 2. Ultrasonografi (USG) Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Gambar : USG kista ovarium 3. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor. 4. Parasintesis Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk. F. PENATALAKSANAAN 1. Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105). 2. Terapi bedah atau operasi Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama. Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy. Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted ) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23) Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23) yaitu: a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan. b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe. G. KOMPLIKASI Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya: 1. Akibat pertumbuhan kista ovarium Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai. 2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. 3. Akibat komplikasi kista ovarium a. Perdarahan ke dalam kista Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut. b. Torsio atau putaran tangkai Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis. c. Infeksi pada tumor Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen. d. Robek dinding kista Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut. e. Perubahan keganasan Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC. Bilotta,
Kimberli.
2012. Kapita
Selekta
Penyakit:
Dengan
Implikasi
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series. Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker Rahim/Leher Populer Obor
Rahim,
serta
Gangguan
lainnya.
Jakarta:
Pustaka