SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) “
Human Immunodeficiency Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
”
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) IRNA IV RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG NOVEMBER 2018
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Tanggal 22 Novenber 2018
Oleh : Gusmery Fathoni Nurul Fitriani Lulu Maryam Voth Megarini Purnamasari
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Klinik
Pembimbing Ruangan
___________________ ___________________
___________________ ___________________
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok bahasan
: HIV/AIDS
Sasaran
: Pasien, Keluarga Pasien dan Pengunjung
Hari/tanggal
: Kamis, 22 November 2018
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Ruang Penyuluhan IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar
Penyuluh
: Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah Malang
A. Latar Belakang
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS (Perilaku H idup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang berhubungan dengan
peningkatkan
kesehatan
individu,
keluarga,
masyarakat
dan
lingkungannya. Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang dicanangkan
pemerintah
sudah
berjalan
sekitar
15
tahun,
tetapi
keberhasilannya masih jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baru mencapai 38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tahun 2014. Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan
(77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan juga masih belum berjalan sebagaimana mestinya. B. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Intruksional Umum (Tiu)
Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS, diharapkan semua peserta penyuluhan mengerti dan memahami tentang materi.
Tujuan Intruksional Khusus (Tik)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu: 1) Pasien dan keluarga mampu memahami tentang pengertian HIV/AIDS 2) Pasien dan keluarga mampu memahami tentang cara penularan HIV 3) Pasien dan keluarga mampu memahami dan mengetahui hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV 4) Pasien dan keluarga mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS 5) Pasien dan keluarga mampu memahai cara pencegahan penularan HIV/AIDS C.
Sasaran
Sasaran penyuluh adalah pasien, keluarga pasien dan pengunjung D.
Media
1. Leafleat 2. LCD 3. Laptop
E.
Metode
1. Ceramah 2. Tanya Jawab F.
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
Tahap Waktu
5 Menit
Kegiatan
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Sasaran
Pembukaan
1. Mengucapkan salam
1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri
2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan
3. Menyetujui kontrak
tujuan
4. Menjawab
4. Kontrak waktu 5. Menggali
pertanyaan
pengetahuan
peserta sebelum dlakukan kegiatan penyuluhan
15 Menit
Penyajian
1.
2.
Menjelaskan
Mendengarkan
tentang:
Menanyakan.
Menjelaskan materi
penyuluhan 3.
Pasien dan keluarga
Menjawab pertanyaan
memperhatikan penjelasan
tentang
Pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan
cara
penularan HIV/AIDS 5.
Pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan pencegahan
Mendengarkan dan memperhatikan
HIV/AIDS 4.
cara
penularan HIV/AIDS 6.
Memberi kesempatan
untuk
bertanya/diskusi
10 Menit
Evaluasi
/
1. Menggali
Penutup
pengetahuan
Menjawab
peserta sesudah dilakukan
Menyimak
kegiatan penyuluhan
Menjawab salam
2. Menyimpulkan
hasil
kegiatan penyuluhan 3. Menutup dengan
salam
penutup
G. Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan a.
Input
Kegiatan penyuluhan dihadiri minimal 5 peserta.
Media yang digunakan LCD, Laptop, dsn Leafleat
Peket penyuluhan sesuai SPO dan up to date.
Waktu kegiatan penyuluhan 30 menit.
Tempat penyuluhan di ruang penyuluhan.
Pengorganisian penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan.
b.
Proses
Peserta
aktif
penyuluhan.
dan
antusias
dalam
mengikuti
kegiatan
c.
Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai s ampai akhir penyuluhan. Narasumber menguasai materi dengan baik.
Output Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan memahami materi penyuluhan.
d.
Outcame Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku kesehatan yang lebih baik.
2.
Evaluasi Promosi kesehatan rumah sakit untuk mengetahui efektifitas PKRS terhadap indikator dampak peningkatan perilaku kesehatan.
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Pengertian HIV dan AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel sel-s el darah putih yang bertugas menangkal infeksi. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai mempunyai kekebalan kekebalan untuk melindungi diri dari dari serangan serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain. B. Cara penularan HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2017c). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2016) 1. Seksual Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. 2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV. 3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, s eperti jarum tato tat o atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan. 4. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
C. Hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV Menurut WHO (2016), terdapat beberapa cara dimana dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular. 2. Memakai milik penderita, menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV. D. Gejala Klinis Menurut KPA (2017) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): 1. Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Selain terdapat gejala mayor terdapat juga gejala minor seperti : a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase. a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. AIDS. E. Pencegahan Ada beberapa cara untuk mencegah penularan HIV, antara lain : Mencegah penularan melalui hubungan seks. Jangan ber ganti-ganti pasangan guna meminimalkan kemungkinan terinfeksi HIV lewat pasangan dan yakinkan pasangan kita untuk melakukan hal yang sama. Jika kita tidak mengetahui pasti bahwa pasangan kita terinfeksi HIV atau tidak, sebaiknya memakai kondom yang baik dengan benar ketika berhubungan seks.
Mencegah penularan lewat alat-alat yang tercemar. Bila hendak menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat tersebut benar benar steril. Jangan sekali-kali menggunakan jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain. Mencegah penularan lewat darah. Bila hendak menjalani transfusi darah, pastikan darah tersebut telah diskrining dan dinyatakan bebas HIV oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Telah dikembangkan konsep ABC untuk mencegah HIV/AIDS, yakni: A = Abstinence (Menghindari), metode pencegahan yang paling efektif dengan cara menghindari hubungan seks dan perilaku berisiko tinggi. B = Be Faithful (Setia), berganti-ganti pasangan pasan gan meningkatkan risiko terinfeksi HIV.
C = Condoms (Menggunakan Kondom), melakukan hubungan seksual dengan perlindungan untuk mencegah penularan penyakit, termasuk HIV.
DAFTAR PUSTAKA
http://bumbata.com/10380/tips-sehat-pencegahan-faktor-risiko-fakta-penularanhiv/#ixzz2DYuF3A3k http://www.heqris.com/2009/08/cara-mencegah-penularan-hivaids.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/4/Chapter%20II.pdf http://infokesehatan101.blogspot.com/2012/06/pengertian-hiv-aids.html