SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tema
: Rematik (Rheumatoid Arthritis)
Sub Pokok Bahasan
: Diit & terapi penderita rematik
Sasaran
: Lansia penderita rematik
Hari/Tanggal
: Jum’at, 15 Desember 2017
Waktu
: 10.00 s.d. 11.00 (60 Menit)
Tempat
: BPSTW Ciparay
Pemateri
: Kelompok 12 Mahasiswa Tingkat 3 Prodi S1 Keperawatan
A. Tujuan Institusional Institusional (TI)
1. Tujuan Institusional Umum (TIU) Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit lansia penderita rematik mampu melakukan diit rematik dan mengetahui penanganan saat nyeri timbul dengan benar dan tepat. 2. Tujuan Institusional Khusus ( TIK) a. Lansia penderita rematik dapat menjelaskan definisi rematik dengan benar. b. Lansia penderita rematik menyebutkan tanda dan gejala rematik dengan benar. c. Lansia penderita rematik dapat memilih diit untuk penyakit rematik dengan tepat. d. Lansia penderita dapat mendemonstrasikan salah satu terapi untuk mengatasi nyeri rematik sesuai SOP.
B. Sub Pokok Bahasan
1. Definisi rematik 2. Penyebab rematik 3. Tanda dan gejala rematik 4. Macam-macam Diit untuk pasien rematik 5. Macam-macan terapi untuk penderita rematik
C. Materi Pengajaran
Terlampir
D. Strategi Strategi Intruksional
1. Menggunakan Video terapi rematik
2. Model diit makanan untuk pasien rematik 3. Menjelaskan materi penyuluhan dengan bahasa yang jelas dan intonasi yang sesuai 4. Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya 5. Memberikan reward atau hadiah kepada peserta yang bertanya 6. Melakukan diskusi untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta penyuluhan
E. Media Pengajaran
1. Video 2. Infokus 3. Leaflet 4. Model/contoh makanan diit rematik 5. Laptop 6. Lembar balik
F. Metode Pengajaran
1. Ceramah 2. Diskusi 3. Demonstrasi
G. Kegiatan Penyuluhan Tahapan Pra kegiatan
Kegiatan Penyuluhan a.
b. c. Kegiatan pembuka
a. b. c.
d.
Menjelaskan Materi
e. a.
Menyiapkan perlengkapan media mengatur ruangan menyiapkan daftar hadir Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan Melakukan kontrak waktu Apersepsi Menjelaskan pengertian rematik
Kegiatan Peserta Penyuluhan
Waktu
Metode
Media
a.
Menjawab salam b. menyepakati kontrak waktu c. memperhatikan
10 Menit
Ceramah Diskusi
Infokus
a. Menyimak b. Memperhatikan
45 Menit
Ceramah Diskusi Demonstrasi
-
Infokus Laptop
b. Menjelaskan penyebab rematik c. Menjelaskan tanda dan gejala rematik d. Bertanya tentang materi yang sudah disampaikan e. Menjekaskan
c.
Menjawab Pertanyaan d. Memberikan pendapat e. Memberikan pertanyaan
-
-
macam-macam diit untuk pasien rematik f.
Menjelaskan dan menayangkan video terapi untuk penderita rematik
g. Menjelaskan
macam-macan terapi untuk mengatasi nyeri rematik
Kegiatan Penutup
h. Memberi kesempatan untuk bertanya a. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan b. Menanyakan seputar materi yang telah diberikan c. Menganjurkan mencari referensi lain untuk menguatkan pengetahuan d. Mengucapkan salam penutup
a. Memperhatikan b. menanyakan materi yang belum dipaham c. Menjawab salam
5 Menit
Ceramah
H. Denah Penkes 1. Peserta diposisikan dengan membentuk setengah lingkaran atau leter U 2. Fasilitator berada diantara para peserta 3. Penyuluh berada didepan tengah peserta penyuluhan I. Evaluasi 1. Menjelaskan definisi rematik 2. Menyebutkan 2 dari beberapa penyebab rematik 3. Menyebutkan 2 dari beberapa 66 tanda dan gejala stroke 4. memperagakan salah satu program terapy stroke J. Referensi bobak, 2015 perawatan pasien stroke, EGC Rheumatoid Arthritis (Rematik)
Video Contoh makana n diit rematik Leaflet Lembar balik
A. Definisi Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik. Rheumatoid Artritis merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis. Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012). B. Penyebab C. Tanda Dan Gejala D. Diit Rematik E. Terapi Nyeri Penderita Rematik
ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS BAB II PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Rheumatoid Artritis Rhematoid arthritis merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya. Penyakit yang 75 % diderita oleh kaum hawa ini bisa menyerang semua sendi, namun sebagian besar menyerang sendi-sendi jari (proximal interphalangeal dan metacarpophalangeal).
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
2. 2 Manifestasi Klinis Reumatoid Artritis Tanda dan gejala setempat : Ø Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
Ø Lambat laun membengkak, panas merah, lemah Ø Poli artritis simetris sendi perifer à Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga Ø Artritis erosif à sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X Ø Deformitas à pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total Ø Rematoid nodul à merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat. Tanda dan gejala sistemik : Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia. Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu: 1)
Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan. 2)
Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck. 3)
Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan tubuh juga akan meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari. Sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi bisa terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya.
2. 3 Pathofisiologi Rheumatoid Artritis
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
2. 4 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya dikaitkan dengan nodula reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan prognosis yang buruk. Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit jaringan penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik progresif, dan dermatomiositis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah. Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia normositik normokromik melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai akibat pemberian obat untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons terhadap pemberian besi. Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda hitung sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai 15.000 – 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu menegakkan diagnosis lainya, misalnya : gambaran immunoelectrophoresis HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta Rose-Wahler test.
2. Pemeriksaan Radiologi Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.
2. 5 Penatalaksanaan Tujuan utama terapi adalah : 1.
Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2.
Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3.
Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: 1.
Istirahat
2.
Latihan fisik
3.
Panas
4.
Pengobatan
Ø Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml Ø Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat Ø Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan. Ø Garam emas Ø Kortikosteroid 5.
Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut: a) Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi. b)
Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c)
Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d)
Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ) Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 ) Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) B. ETIOLOGI Penyebab
pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus2. Endokrin3. Autoimun4. Metabolik5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderit C. MANIFESTASI KLINIS Pola karakteristik dari persendian yang terkena1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum. Gambaran Ekstra-artikular1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia2. Fenomena Raynaud.3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang. Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:1. demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.2. nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium.Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku d an jari tangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN REUMATOID ARTRITIS Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusaka n bagian dalam sendi ( Gordon, 2002). Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang
1. 2. 3. 4.
diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti sendi progesif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi. Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006) Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler. (Smeltzer, 2001). Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditanda i oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalam i hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009). Klasifikasi Rheumatoid Arthritis : Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu: Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
2.2 ETIOLOGI REUMATOID ARTRITIS Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi ( Price, 1995), keturunan ( Price, 1995; Noer S , 1996), dan lingkungan ( Noer S, 1996). Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. ( Maini dan Feldmann , 1998: Blab et al , 1999). Namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), factor metabolik dan infeksi virus ( Suratun, Heryati, Manurung & Raenah , 2008). 2.3 PATOLOGI REUMATOID ARTRITIS 1) Kelainan pada sinovia Kelainan artitis reumatoid dimulai pada sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hiperemi dan pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovia disertai dngan infiltrasi limposit dan sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi pembentukan vilus berkembang ke arah ruang sendi dan terjadi nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblas membentuk garis radial kearah bagian yang nekrosis. 2) Kelainan pada tendo Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai dengan invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo secara parsial atau total.
3)
Kelainan pada tulang. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : a. Stadium I ( stadium sinovitis) Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan. b. Stadium II ( stadium destruksi) Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. c. Stadium III ( stadium deformitas ) Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
4)
Kelainan pada jaringan ekstra artikular. Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra -artikuler adalah : a. Otot Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiograf menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. b. Pembuluh darah kapiler Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap temperatur. c. Nodul subkutan Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral dan dikelilingi oleh lapisan sel mnonuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh klien artritis reumatoid. Gambaran ektra-artikuler yang khas adalah ditemukannya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien artritis reumatoid. Gambar 3.2.3
d.
Kelenjar limfe Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hiperplasia folikuler, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan splenomegali. e. Saraf Pada saraf terjadi perubahan pada jaringan periuneral berupa nekrosis fokal, rekasi epiteloid serta infiltrasi yang menyebabkan neuropati sehingga terjadi gangguan sensoris. f. Organ-organ Visea Kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti jantung dimana adanya demam reumatik kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada katub jantung. ( Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, 2006).
2.4 MANISFESTASI KLINIS REUMATOID ARTRITIS Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular. ( Chairuddin, 2003). Kriteria dm American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987, adalah:
1.
Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2.
Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurangkurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3.
Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4.
Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak ( symmetrical polyartritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter. 6.
Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
7.
Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi. Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. (Mansjoer, 2001).
2.5 PATOFISOLOGI REUMATOID ARTRITIS Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk memahami lebih dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial.Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antartulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun. Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam fisiologi sendi. Pertama, kartil ago artikuler memberikan permukaan penahan beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih banyak tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal. ( muttaqin, 2005) . Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Pada respon imun Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis. Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.
2.6 KOMPLIKASI REUMATOID ARTRITIS Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis reumatoid. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan infark. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. ( Corwin, 2009). Osteoporosis. Nekrosis sendi panggul. Deformitaas sendi. Kontraktur jaringan lunak. Sindrom Sjogren ( Bilotta , 2011).
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG REUMATOID ARTRITIS Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboraturium terdapat: Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan sarkoidosis. Protein C-reaktif biasanya positif. LED meningkat. Leukosit normal atau meningkat sedikit. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik. Trombosit meningkat. Kadar albumin serum turun dan globulin naik. Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi. ( Mansjoer, 2001). Gambar RA rontgen :
2.8 PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN REUMATOID ARTRITIS Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita. Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain : 1. Pemberian terapi Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2.
Pengaturan aktivitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3.
Kompres panas dan dingin Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4.
Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralk ohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.
5.
Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. ( NANDA, 2013).
6.
Gizi Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat – syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
7.
Pembedahan Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi. Purin dan Rematik Asam Urat
Rematik asam urat menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri pada sendi, terutama pada jempol kaki. Peradangan sendi ini disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat, yaitu limbah alami tubuh. Asam urat tercipta saat tubuh memecah bahan kimia yang dikenal dengan purin.
Purin diproduksi secara alami di dalam tubuh dan juga ditemukan pada makanan tertentu. Jika ginjal Anda tidak menyaring cukup asam urat, atau tubuh Anda memproduksi asam urat terlampau tinggi, hal itu dapat berubah menjadi kristal. Jika Kristal tersebut masuk ke ruang antara persendian, maka dapat menyebabkan peradangan yang menyakitkan, kemerahan, dan bengkak. Panduan Konsumsi Makanan Rematik asam urat dapat ditangani dengan lebih banyak mengonsumsi makanan tertentu untuk mengurangi risiko terkena radang sendi kar ena penumpukan purin. Selain itu, Anda juga perlu membatasi konsumsi makanan serta minuman kaya purin. Berikut ini adalah contohnya Batasi konsumsi:
Daging merah: daging sapi, daging kambing dan daging bebek.
Jeroan seperti hati, otak, ginjal, jantung.
Beberapa jenis ikan seperti sarden, tuna, makarel.
Bir.
Boga bahari.
Makanan-makanan manis dan minuman ringan yang tinggi kadar gula buah atau fruktosanya.
Makanan mengandung ragi seperti roti.
Beberapa sayuran seperti bayam, jamur, kembang kol, kacang polong, kacang panjang, kacang merah. Sayuran tersebut memang mengandung purin yang tinggi, namun tidak meningkatkan risiko rematik asam urat.
Perbanyak konsumsi:
Buah-buahan, seperti jeruk, melon, apel.
Sayuran hijau, wortel, tomat.
Pastikan asupan cairan yang cukup membantu mengurangi pembentukan kristal di sendi. Usahakan minum air minimal 2 liter per hari. Namun, mungkin Anda memerlukan sebanyak 3 hingga 3,5 liter per hari, tergantung pada berat badan Anda dan juga seberapa sering Anda berolahraga.
Sumber karbohidrat yang lebih kompleks seperti kentang dan beras merah.
Mengonsumsi produk susu rendah lemak .
Selain memperbarui pilihan makanan, penting bagi pengidap rematik asam urat untuk menjaga berat tubuhnya dengan berolahraga secara teratur. Hal ini dikarenakan obesitas juga bisa menjadi faktor risiko utama penyakit rematik asam urat.
Halodoc, Jakarta - Rematik ( Rheumatoid Arthritis) adalah penyakit yang menyebabkan radang dan kemudian mengakibatkan rasa nyeri, kaku dan bengkak pada sendi. Bagian yang paling sering terkena rematik yaitu tangan, pergelangan tangan, kaki dan lutut. Akan tetapi, rematik juga bisa menjalar kebagian lain seperti bagian pinggul dan lutut yang dapat mengakibatkan si pengidap sulit untuk berjalan, berlutut, membungkuk, dan bahkan berdiri. Pengidap rematik lebih banyak kepada wanita dibandingkan pria, dengan tingkat usia 20-40 tahun. Penyebab rematik pun beragam, mulai dari asam urat, faktor usia, osteoporosis, mengonsumsi alkohol dan bahkan bisa terjadi akibat dehidrasi. Apabila seseorang telah mengalami rematik, sebaiknya pengidap harus memiliki pantangan rematik dengan cara menghindari konsumsi beberapa makanan pemicu rematik tersebut. Berikut adalah 5 makanan pantangan rematik yang harus dihindari: 1. Jeroan Jeroan merupakan makanan yang diambil dari dalaman hewan yang terdiri dari usus, hati, ampela, jantung, otak dan lainnya. Jeroan ini memang memiliki rasa yang lezat, terlebih lagi jika diolah dengan cara di sop dengan menggunakan santan.
Akan tetapi jeroan merupakan makanan pantangan rematik, yang apabila si pengidap memakannya akan memicu kambuh dan nyeri sakit di bagian yang terserang. Selain dapat memicu rematik, jeroan juga menyebabkan penyakit lain seperti jantung, hipertensi, obesitas dan komplikasi penyakit lainnya. 2. Santan Makanan pantangan rematik yang kamu harus hindari adalah santan. Memang santan akan menjadikan makanan bertambah lezat dan menjadi gurih. Akan tetapi santan mengandung zat rin yang tinggi dan kaya akan zat kolesterol. Jadi segala makanan yang mengandung santan, sebaiknya tidak boleh dikonsumsi atau menjadi pantangan rematik. Kandungan zat purin pada santan menjadi pemicu sendi menjadi sakit bagi pengidap rematik, dan juga asam urat. 3. Seafood Seafood merupakan makanan yang lezat, sebab rasanya yang gurih dan bisa diolah ke dalam berbagai jenis masakan. Sayangnya, bagi pengidap penyakit rematik. Seafood dapat memicu munculnya gejala rematik dan membuat kambuh. Seafood yang harus dihindari adalah berbagai jenis kepiting dan udang. 4. Sayuran Sayuran memang sangat menyehatkan untuk tubuh, di dalam sayuran banyak sekali jenis vitamin dan mineral yang bagus jika dikonsumsi tubuh. Sayangnya terdapat beberapa jenis sayuran yang menjadi pantangan, untuk pengidap asam urat dan juga rematik. Alasannya adalah di dalam sayuran tersebut terdapat zat puring yang tinggi, sehingga dapat memicu sendi yang sakit. Adapun sayuran yang menjadi pantangan rematik adalah bayam, jamur, kembang kol, kangkung, dan sawi. 5. Daging Kambing Sate kambing rasanya yang lezat, apalagi jika di olah dengan cara disatai atau di tongseng. Daging kambing dengan lemak menjadi pantangan orang yang memiliki penyakit seperti hipertensi, kolesterol, dan rematik. Zat purin yang tinggi menjadikan daging kambing sering menjadi pantangan bagi orang yang memiliki penyakit tersebut.
Itulah 5 makanan pantangan rematik yang harus dihindari, sebab masing-masing dari makanan tersebut memiliki zat purin yang tinggi pemicu rematik. Penyakit rematik memang tidak bisa disembuhkan secara instan, dibutuhkan pengobatan yang intens agar rematik dapat sembuh. Salah satu cara mengobati rematik memang dengan melakukan pantangan makanan. Melakukan pantangan makanan, bukan berarti kamu tidak bisa mengonsumsi semua jenis makanan. Ada juga makanan yang memang dianjurkan bagi pengidap rematik, seperti jahe, apel, kunyit, minyak zaitun, nanas, bawang putih, produk olahan susu, ikan dan makanan lainnya yang mengandung protein. Jika kamu ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai penyakit rematik dengan dokter, sekarang kamu bisa melakukannya secara GRATIS melalui aplikasi Halodoc secara cepat, aman dan nyaman. Caranya, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play. BAGIKAN :
MANA yang lebih baik untuk mengatasi nyeri sendi, kompres hangat atau dingin? Temukan jawabannya dari penjelasan dr. Reza Fahlevi.
BERITA TERKAIT+
Cegah Kelumpuhan, Ketahui Hal-Hal Penting soal Polio Kebiasaan yang Ganggu Metabolisme Tubuh selain Pola Makan Salah Agar Diet Sukses, Haruskah Makan Sekali Sehari? Pak Amir, seorang pria berusia 65 tahun, kerap mengalami keluhan nyeri sendi. Ia telah berobat ke beberapa dokter. Sebagian dokter menyarankannya untuk melakukan kompres hangat pada daerah sendi yang nyeri. Sementara sebagian dokter lainnya menyarankan untuk menggunakan kompres dingin. Hal ini membuatnya bingung. Sebenarnya, kompres mana yang lebih baik untuk mengatasi keluhan nyeri sendi? Nyeri sendi merupakan suatu keluhan yang sering terjadi, terutama pada orang yang sudah lanjut usia. Pada dasarnya,keluhan ini disebabkan oleh berbagai hal. – seperti pengapuran sendi (osteoartritis), penyakit rematik (rheumatoid arthritis), artritis asam urat (gout arthritis), dan artritis akibat infeksi (septic arthritis). Secara garis besar, ada dua jenis terapi yang perlu dilakukan oleh para penderita nyeri sendi. Pertama, terapi menggunakan obat dan yang kedua adalah terapi tanpa obat. Kompres merupakan salah satu terapi tanpa obat yang kerap disarankan oleh dokter pada penderita nyeri sendi. Namun hingga saat ini masih terdapat kontroversi mengenai jenis kompres terbaik. Sebagian dokter menyarankan kompres dingin sementara sebagian lainnya menyarankan kompres hangat. Pada dasarnya, baik kompres hangat maupun kompres dingin bermanfaat untuk mengurangi nyeri sendi. Hanya saja, tujuan penggunaan kompres tersebut berbeda. Kompres dingin lebih tepat digunakan pada sendi dengan tanda peradangan – seperti merah dan bengkak. Sementara kompres hangat lebih tepat digunakan pada penderita nyeri sendi tanpa gejala peradangan. Jika Anda mengalami nyeri sendi yang disertai gejala peradangan – seperti pada penyakit rematik, artritis asam urat, dan artritis akibat infeksi, pilihlah kompres dingin untuk mengurangi gejala. Sementara itu, jika Anda mengalami nyeri sendi tanpa gejala peradangan – seperti pada pengapuran sendi, pilihlah kompres hangat untuk mengurangi gejalanya. Sekarang Anda sudah mengetahui perbedaan manfaat kompres hangat dan kompres dingin untuk mengatasi nyeri sendi, bukan?