SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN CHF
DISUSUN OLEH : Kelompok 3
1.
Addini Nur Fadillah
(S-13001)
2.
Aditiya Kurniawan
(S-13003)
3.
Ardi Hary Saputra
(S-13013)
4.
Ayu Rohmawati Fitaningrum
(S-13014)
5.
Betty Anggreani
(S-13016)
6.
Cris Topel Arden
(S-13018)
7.
Dewinda
(S-13020)
8.
Dina Sangkristi Anggraita
(S-13021)
9.
Erma Suryani
(S-13025)
10. Fatimah
(S-13028)
11. Jefri Candra
(S-13034)
12. Sari Septianita
(S-13051)
13. Sidiq Ramadhan
(S-13054)
14. Vinthia Yuliana
(S-13058)
PRODI S1-KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN CHF
Pokok Bahasan
: Penyakit Jantung
Sub Pokok Bahasan
: Penyakit Gagal Jantung Kongestif
Sasaran
: Keluarga pasien
Hari/Tanggal
: Rabu, 4 Juni 2014
Waktu
: 30 Menit
Tempat
: Bangsal Unit Care
A. Analisis Situsional
Penyuluh
: Perawat memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien
Peserta
: Keluarga pasien
B. Latar Belakang
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000) Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia harapan hidup, salah satunya gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di negara industri dan negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal 2
jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi gagal jantung secara nasional belum ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006 diruang rawat jalan dan inap didapat 3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien, sedangkan di Amerika pada tahun 1999 terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000 pasien
menjadi
871.000
pasien.
Gagal
jantung
merupakan
penyebab
kematian
kardiovaskuler, dan kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu peburukan akut pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia diperkirakan 10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada gagal jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu terdiagnosis. (Kompas, 9 juni 2007). Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel secara progresif bertambah. Gagal jantung kongestif adalah ketidakmamuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi (Brunner & Suddart)
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang pencegahan sekunder yang cocok untuk pasien de ngan Gagal Jantung Kongestif (chf). 2.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti acara penyuluhan diharapkan dapat: 1.
Menjelaskan bagaimana pencegahan sekunder bagi pasien dengan gangguan chf
2.
Menyebutkan tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gangguan chf
3.
Menyebutkan bagaimana penatalaksanaan medis bagi pasien dengan gangguan chf
D. Materi (terlampir)
Penyuluhan Pencegahan Sekunder bagi Pasien Gagal Jantung Kongestif
3
E. Metode
Ceramah Diskusi F.
Media
LCD Layar Proyeksi G. Seting Tempat Keterangan : : Keluarga : Fasilitator : Penyuluh : Layar proyeksi : Laptop
H. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audient Pembukaan ( 5 Menit ) 1. Mengucapkan salam
1. Menjawab salam
2. Apersepsi tentang materi yang akan
2. Merespon persepsi penyuluhan
dibahas 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan yang
3. Memperhatikan penjelasan tentang
hendak dicapai
tujuan penyuluhan yang ingin dicapai
Kegiatan Inti ( 25 Menit ) 1. Menjelaskan tentang
1. Memperhatikan penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pengertian tentang
2. Memperhatikan penjelasan yang diberikan
4
3. Menjelaskan pentingnya
3. Memperhatikan penjelasan yang diberikan
4. Menjelaskan peranan
4. Memperhatikan penjelasan yang diberikan
5. Menjelaskan
5. Memperhatikan penjelasan yang diberikan
6. Sesi tanya jawab
6. Audience bertanya
Penutup ( 5 Menit ) 1.Memberi salam penutup
1.Menjawab salam
2.Evaluasi
2.Memperhatikan Evaluasi
I. Pengorganisasian Kelompok
Penatalaksanaan
:
1. Addini Nur Fadillah
:
2. Aditiya Kurniawan
:
3. Ardi Hary Saputra
:
4. Ayu Rohmawati Fitaningrum
:
5. Betty Anggreani
:
6. Chris Topel Arden
:
7. Dewinda
:
8. Dina Sangkristi Anggraita
:
9. Dwita Ayu Styaningsih
:
10. Endang Setyaningsih
:
11. Erma Suryani
:
12. Fatimah
:
13. Jefri Candra
:
14. Sari Septianita
:
15. Sidiq Ramadhan
:
16. Vinthia Yuliana
:
5
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur a. Membuat preplanning sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Membuat kontrak waktu dengan keluarga c. Menyiapkan media dan perlengkapan d. Mempersiapkan setting sesuai dengan preplanning. e. Target undangan hadir 100%. 2. Evaluasi Proses a. Presentator menyampaikan materi tentang pencegahan sekunder pada pasien chf b. Keluarga menanggapi positif pelaksanaan kegiatan. 3. Evaluasi Hasil a. 80% keluarga hadir dalam acara penyuluhan b. 80% keluarga mengetahui tentang pencegahan sekunder pada pasien chf
K. Referensi
Rencana asuhan keperawatan medikal bedah.vulume 2.barbara engram http://www.pustakasekolah.com/penyakit-gagal-jantung. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996 Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002
6
LAMPIRAN MATERI
PENCEGAHAN SEKUNDER PADA PASIEN CHF A. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal jantung dan bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke stadium yang lebih berat. Pada tahap ini dapat dilakukan
dengan
diagnosa
gagal
jantung,
tindakan
pengobatan
dengan
tetap
mempertahankan gaya hidup dan menghindari faktor resiko gagal jantung. a. Farmakoterapi
Preparat Digitalis Untuk memperlambat denyut jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel sehingga meningkatkan curah jantung.
Diuretik Untuk menolong membersihkan kelebihan cairan dalam tubuh, sehingga mengurangi tekanan pada pembuluh darah/vena pada paru-paru
Vasodilator Untuk mengurangi afterload (tahanan vaskular perifer), sehingga dapat memperbaiki curah jantung. Seperti diet rendah garam, suplemen oksigen, tirah baring.
TIRAH BARING Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis berbaring..
OKSIGEN Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
TERAPI NITRAT DAN VASODILATOR KORONER Menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
7
DIURETIK Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah.
DIGITALIS Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
INOTROPIKPOSITIF Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan
kekuatan
kontraksi
miokardium
(efek
inotropik
positif)
dan
meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
SEDATIF Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
DIET Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
B. PENATALAKSANAAN
Menurut prioritas terbagi atas 5 kategori : 1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik a. Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler b. Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan c. Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung 2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan a. Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan 8
b. Mencatat intake dan output c. Menimbang berat badan d. Restriksi garam/diet rendah garam 3. Mencegah terjadinya komplikasi Post Operasi a. Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien b. Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring c. Merubah posisi tidur d. Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis e. Memeriksa atau memonitor EKG 4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi) Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial. Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal jantung. 5. Pendidikan
kesehatan
yang
menyangkut
penyakit,
prognosis,
obat-obatan
serta
pencegahan kekambuhan a. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya b. Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat c. Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol d. Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin e. Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala f. Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik
9
1) Mengurangi Beban Kerja Jantung Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban krja jantung dan sistem kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan
jaringan
terhadap
darah
yang
mengandung
oksigen.Untuk
mencapai
keseimbangan ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari. Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban kerja jantung dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh molekul hemoglobin. Tindakantindakan untuk menurunkan ansietas membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian agens penghambat β adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri. 2) Peningkatan Fungsi Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara kontraktilitas serta kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas termasuk memantau keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis. Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh 10
karena itu, lansia yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi untuk mengetahui adanya gejala-gejala overdosis. Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan dan dukungan minimal. Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau peningkatan napas yang pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif. Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut jantung dan tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
11
Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dan gagal jantung adalah : 1. Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. 2. Meningkatkan
kekuatan
dan
efisiensi
kontraksi
jantung
dengan
bahan-bahan
farmakologis. 3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat.
1. Terapi Farmakologis a.
Glukosida jantung, diuretic dan vasodilator merupakan dasar terapi farmakologis gagal jantung.
b.
Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
2. Terapi Diuretik a.
Diberikan untuk memacu ekresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespon. Pembatasan aktivitas digitalis dan diet rendah natrium, jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan, furosemid (Lasix) terutama sangat penting dalam terapi gagal jantung karena dapat mendilatasi renula, sehingga meningkatkan kapasitas urea yang pada gilirannya mengurangi preload (darah vena yang kembali ke jantung).
b.
Terapi diuretic jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia yang mengakibatkan lemah, letih, malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan cepat.
c.
Pemberian diuretic dalam dosis besar dan berulang juga bisa mengakibatkan hipokalemia ditandai dengan denyut nadi lemah, suara jantung menjauh, hipertensi, otot kendor, penurunan refleks tendon dan kelemahan umum.
3. Terapi Vasodilator
Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung.
Natrium nitraprosida secara intravena melalui infuse yang dipantau tepat dosisnya harus dibatasi agar tekanan systole arteriole tetap dalam batas yang diinginkan.
Nitrogliserin. 12
4. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam Pasien gagal jantung dengan obesitas harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat badannya. Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 gr/ hari untuk gagal jantung ringan atau < 2 gr/hari untuk gagal jantung berat. 5. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan m emperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal. 6. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi. 7. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan. 8. Pemberian oksigen. Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. 9. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
13
14