tugas kelas 8 semeter dua judul buku : 10 cara merevolusi otak kanan anak. karya penulisnya dokter siapa gitu hehehehe ^^
DdfDeskripsi lengkap
Buku Perilaku Konsumen, James F. EngelFull description
Berisi ringkasan Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yag Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-detik TerakhirFull description
evaluasiFull description
Full description
Full description
evaluasi
asdasdasdasdFull description
Full description
Landasan Pendidikan
Landasan PendidikanDeskripsi lengkap
ringkasan buku metode qualitatif moleong
Deskripsi lengkap
Buku Ringkasan Teknisi Hp
mpktFull description
tugas kelas 8 semeter dua judul buku : 10 cara merevolusi otak kanan anak. karya penulisnya dokter siapa gitu hehehehe ^^Deskripsi lengkap
Ringkasan Buku O BrienFull description
Deskripsi lengkap
1. Apakah Konsep Dasar Perkembangan Moral Lickona? 2. Apa saja Nilai – nilai Etika Lickona secara Universal? 3. Apa saja Aspek – aspek Moral Lickona? 4. Apa saja Komponen - komponen sebag…Full description
Ringkasan buku Thomas Lickona (Teaching Respect and Responsibility) Diawali dengan pertanyaan apakah sekolah perlu mengajarkan “nilai”? pertanyaannya: nilai siapa? Bukankah di tengah masyarakat yang majemuk ini, setiap individu bebas memiliki nilainya sendiri. (h.3) Situasi dan kondisi dunia saat ini sudah berubah. Budaya kekerasan menjadi ciri. Ironisnya, di kalangan anak-anak remaja di Amerika Serikat, kekerasan bahkan menjadi suatu tontonan. Anak-anak yang dianggap sebagai anak ‘baik-baik’ dengan sangat mengejutkan telah melakukan suatu tindakan kekerasan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. (h. 4) Dalam penelitian yang dilakukannya, diketahui bahwa kebanyakan anak bermasalah selalu datang dari keluarga yang bermasalah. (h.4) Kurangnya peran orangtua dalam mendidik anak menjadi faktor utama yang menyebabkan sekolah merasa perlu untuk melakukan pendidikan nilai.(h.4). Hal lain yang menjadi faktor penyebabnya adalah media yang terdapat di sekitar kehidupan anak. Sebagai contohnya peran televisi dengan berbagai tayangan-tayangan kekerasan yang terdapat di dalamnya (h.5) Secara khusus dalam konteks Amerika Serikat, Thomas Lickona menjelaskan bahwa budaya tamak dan materialisme di masyarakat berkembang pesat dan membentuk nilainilai serta tujuan-tujuan dalam diri anak remaja. Menghasilkan uang menjadi suatu pembenaran untuk melanggar peraturan (h.5). Pengetahuan moral yang paling mendasar kelihatannya telah lenyap dari kebudayaan masyarakat kita. (h.5) Pendidikan nilai menjadi topik paling hangat di dalam dunia pendidikan saat ini. (h.5) Kenyataan pada masyarakat Amerika dan Eropa, berkembangnya “logical positivism” memperlihatkan perbedaan yang mendasar antara “fakta” dan “nilai”. Kebenaran faktual hanyalah apabila sesuatu itu bisa dibuktikan/didemonstrasikan secara ilmiah. Pengajaran nilai dianggap sangat subyektif, tergantung orang yang menilai. (h.8). Lickona mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartshorne dan May yang diberi judul “doktrin spesifisitas (kekhususan)” (h. 7-8). Dalam penelitian itu disimpulkan bahwa perilaku jujur dan tidak jujur seseorang sangat bervariasi dan ditentukan oleh situasi yang khusus (contohnya tingkat resiko yang mungkin dialami), bukan oleh suatu sikap internal yang konsisten yang biasa disebut “karakter”. Memang dalam beberapa penelitian yang terpisah terdapat juga analisa mengenai sikap dan perilaku yang ‘terintegrasi’ (artinya: dinilai cukup konsisten, yaitu konsisten jujur atau konsisten tidak jujur), tetapi pada saat penelitian tersebut dipublikasikan. Maka yang mendapat penekanan tetaplah tindakan moral yang berangkat dari situasi khusus tertentu. Kebangkitan “personalisme” pada tahun 1960an dan 1970an mengedepankan pencapaian ambisi dan keinginan pribadi sebagai tujuan utama. (h.9-10). Pendekatan “Klarifikasi Nilai” muncul seiring berkembangnya personalisme pada tahun 1960an dan 1970an. Klarifikasi Nilai mencegah guru untuk mengajarkan Nilai. Gagasan bahwa orang dewasa sepatutnya mengarahkan anak-anak dalam soal benar dan salah, atau bahkan mencoba mempengaruhi ‘posisi nilai’ anak, sama sekali ditolak. (h. 10).