19
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI (PSAK) 48
PENURUNAN NILAI ASET
KELOMPOK 6:
Anang Febri Sulistyo (5)
Hendra Bagus Setiawan (17)
Rinawati (29)
Kelas 8D Akuntansi Alih Program
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seminar Akuntansi Program Studi Diploma IV Akuntansi Alih Program
Semester VIII Tahun Akademik 2016/2017
Daftar Isi
PENDAHULUAN 2
1.1 Pengertian 2
1.2 Tujuan 2
1.3 Ruang lingkup 3
PEMBAHASAN 5
2.1 Identifikasi Aset yang Mengalami Penurunan Nilai 5
a) Informasi dari sumber-sumber eksternal perusahaan 5
b) Informasi dari sumber-sumber internal perusahaan 5
2.2 Pengukuran Jumlah Terpulihkan 7
a) Penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual 7
b) Penentuan nilai pakai 8
2.3 Pengakuan dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai 10
2.4 Unit Penghasil Kas (UPK) dan Goodwill 13
2.5 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai 16
2.6 Pengungkapan 20
2.7 Penggunaan Teknik nilai Kini untuk Mengukur Nilai Pakai 21
2.8 Cntoh Kasus Lampiran PSAK 48 22
PENUTUP DAN KESIMPULAN 23
DAFTAR REFERENSI 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Menurut PSAK 48, definisi aset korporat adalah suatu aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kasi lain.
Pada setiap akhir periode pelaporan, PSAK 48 mengamanatkan kepada entitas untuk menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Hal ini harus dilakukan supaya suatu entitas tidak mencatat suatu aset melebihi jumlah terpulihkan.
Jumlah terpulihkan (recoverable amount) adalah senilai jumlah mana yang lebih besar antara nilai wajar (setelah dikurangi biaya untuk pelepasan aset)/fair value less cost to sell atau nilai pakai/value in use (present value dari estimasi future cash flow aset). Suatu aset dikatakan mengalami penurunan nilai (impaired) bila jumlah tercatat (nilai buku) aset melebihi jumlah terpulihkan. Pada kasus demikian, suatu entitas mengakui rugi penurunan nilai dan harus dinyatakan dalam laporan laba rugi.
Kemudian PSAK memberikan definisi lebih lanjut dari Fair value less cost to sell yaitu jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Yang dimaksud dengan biaya pelepasan aset adalah pengurang dalam nilai wajar antara lain biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset dan biaya incremental langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Tetapi imbalan akibat pemutusan kontrak kerja dan biaya terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan merupakan biaya incremental langsung untuk pelepasan aset. Dan yang dimaksud dengan nilai pakai (Value in use) adalah adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima atau unit penghasil kas.
1.2 Tujuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 48 bertujuan untuk menetapkan prosedur yang dapat diterapkan entitas agar entitas tidak mencatat aset melebihi jumlah terpulihkannya. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai. Selaint itu, PSAK 48 juga menentukan kapan entitas membalik rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
1.3 Ruang lingkup
PSAK 48 memuat standar mengenai penurunan nilai (impairment) yang dapat diterapkan terhadap semua aset, kecuali:
Persediaan (lihat PSAK 14: Persediaan);
Aset yang timbul dari kontrak konstruksi
Aset pajak tangguhan (lihat PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan);
Aset yang timbul dari imbalan kerja (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja);
Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat PSAK 13: Properti Investasi);
Biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Kontrak Asuransi; dan
Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
PSAK 48 ini berlaku untuk aset keuangan yang dikelompokkan sebagai investasi dalam:
Entitas anak (PSAK 4): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri;
Ventura bersama (PSAK 12): Bagian Partisipasi Dalam Ventura Bersama
Entitas asosiasi (PSAK 15): Investasi pada Entitas Asosiasi
PSAK 48 ini tidak berlaku untuk aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 dan properti investasi yang diukur pada nilai wajar sesuai PSAK 13. Namun demikian, PSAK 48 ini berlaku untuk aset yang dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar) sesuai dengan Pernyataan lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16: Aset Tetap.
Perbedaan PSAK 48 dengan IAS 36
PSAK 48 - Penurunan Nilai Aset secara garis besar mengadopsi seluruh pengaturan yang ada dalam IAS 36 - Impairment of Assets, kecuali untuk hal-hal yang perlu disesuaikan dengan standar yang ada dan telah dipakai di Indonesia. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Perihal
IAS 36
PSAK 48 (Revisi 2009)
Ruang Lingkup
Memasukkan biological aset dalam pengecualian ruang lingkup.
Tidak memasukkan biological asset dalam pengecualian ruang lingkup. Jadi biological asset masih tercakup.
Paragraf 4a
Ruang lingkup mengenai subsidiaries.
Diperjelas dengan menambahkan investasi dalam entitas anak yang disajikan dengan metode biaya dalam laporan keuangan tersendiri seperti yang dijelaskan dalam PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri.
Paragraf 12 H
Mengenai sumber informasi penilaian apakah aset mengalami penurunan nilai.
Ditambahkan informasi sesuai dengan perubahan di PSAK 4 Paragraf 12 H huruf (i) dihapus karena tidak relevan, terkait dengan perubahan di PSAK 4.
Penghapusan paragraf 91-95
Dihapus karena sudah menjadi appendiks C namun nomor paragraf selanjutnya tidak disesuaikan.
Dihapus karena sudah menjadi appendiks C dan nomor paragraph selanjutnya disesuaikan.
Appendiks B
Keterangan untuk menggunakan Appendiks B bila memakai IAS 16 versi sebelum 2003.
Appendiks B dihapus karena tidak relevan. PSAK 16 sudah merujuk pada IAS 16 terbaru.
Paragraf 139
Masa Efektif 31 Maret 2004 secara prospektif.
Masa efektif 1 Januari 2011 secara prospektif.
Paragraf 140 A-D
Ketentuan Transisi terkait dengan perbaikan IFRS/IAS lain.
Tidak diadopsi karena tidak relevan.
Sumber: Exposure Draft PSAK Nomor 48—Penurunan Nilai Aset.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Aset yang Mengalami Penurunan Nilai
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Selain itu terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai entitas juga:
Menguji penurunan nilai asset tak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas;
Aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya;
Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis secara tahunan.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas minimal mempertimbangkan, hal-hal berikut ini (psak 48 paragraf 12):
Informasi dari sumber-sumber eksternal perusahaan:
Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan selama periode tersebut lebih dari yag diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut atau akan terjadi dalam waktu dekat.\
Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai asset dan menurunkan jumlah terpulihkan asset secara material.
Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Informasi dari sumber-sumber internal perusahaan:
Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset
Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan terhadap aset yang digunakan
Tedapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih buruk atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan. Bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai mencakup adanya (PSAK 48 paragraf 14):
Arus kas untuk memperoleh aset atau kebutuhan kas selanjutnya untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut yang secara signifikan lebih tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya.
Arus kas neto atau laba rugi operasi actual dari aset yang lebih buruk dari yang dianggarkan
Penurunan signifikan arus kas neto yang dianggarkan
Rugi operasi ketika jumlah periode berjalan digabungkan dengan jumlah yang dianggarkan untuk masa depan.
Jika suku bunga pasar atau tingkat imbalan investasi pasar telah meningkat selama periode tertentu, maka entitas tidak disyaratkan untuk membuat estimasi formal jumlah terpulihlan aset dalam kasus berikut:
jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset tidak mungkin akan terpengaruh oleh peningkatan tingkat imbalan pasar. Sebagai contoh, peningkatan suku bunga jangka pendek mungkin tidak akan berpengaruh material terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk aset yarg memiliki sisa umur manfaat yang panjang.
jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset mungkin akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat imbalan pasar ini tetapi analisis sensitivitas sebelumnya atas jumlah terpulihkan menunjukkan bahwa:
tidak mungkin terjadi penurunan jumlah terpulihkan yang material karena arus kas masa depan juga mungkin meningkat (contohnya pada beberapa kasus, entitas mungkin Eampu menunjutkan bahwa pendapataanya disesuaikan sebagai kompensasi dari setiap kenaikan tingkat imbalan pasar); atau
penurunan dalam jumlah terpulihkan tidak mungkin menghasilkan rugi penurunan nilai yang material.
Jika terdapat insikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, maka mungkin mengindikasikan bahwa sisa umur manfaat, metode penyusutan atau nilai residu perlu ditelaah dan disesuaikan dengan pernyataan yang berlaku untuk aset tersebut, meskipun jika tidak terdapat rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset tersebut.
2.2 Pengukuran Jumlah Terpulihkan
Seperti disampaikan pada bagian pendahuluan, jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah suatu jumlah mana yang lebih besar antara nilai wajar (setelah dikurangi biaya untuk menjual) dan nilai pakai. PSAK 48 mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran jumlah terpulihkan antara lain:
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai dari aset tidak selalu perlu ditentukan keduanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai dan tidak perlu dilakukan estimasi jumlah lainnya.
Entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan jika tidak ada dasar harga pasar pada tanggal pengukuran.
Nilai wajar aset dikurangi biaya pelepasan dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan jika tidak ada alasan bahwa nilai pakai aset secara material melebihi nilai wajar dikurangi pelepasan.Kasus ini akan sering terjadi dalam kasus yang dimiliki untuk dilepaskan.
Selain itu, PSAK 48 juga mengatur bagaimana entitas dapat mengukur nilai wajar aset dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai aset, sebagai mana berikut ini:
Penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
Nilai paling reliable untuk menentukan nilai wajar suatu aset adalah harga aset tersebut dalam suatu perjanjian penjualan mengikat. Harga tersebut haruslah berdasarkan transaksi yang dilakukan secara wajar dan telah disesuaikan dengan biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung.
Jika tidak terdapat suatu perjanjian penjualan tersebut, maka nilai yang dipakai adalah harga pasar bila aset diperdagankan di pasar aktif. Harga pasar yang sesuai biasanya adalah harga penawaran terkini. Jika harga penawaran kini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir dapat menjadi dasar penentuan nilai wajar.
Kemudian bila tidak terdapat perjanjian dan tidak tersedia pasar aktif untuk suatu aset, maka nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik yang dapat dihimpun oleh entitas pada periode pelaporan. Dalam menentukan jumlah tersebut, entitas dapat mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini atas aset serupa dalam industri yang sama.
Bila nilai wajar telah ditentukan, maka atas nilai tersebut kemudian dikurangi oleh biaya pelepasan. Contoh biaya pelepasan adalah biaya hukum, biaya materai, pajak, biaya pemindahan aset dan biaya tambahan langsung untuk mejadikan aset dalam kondisi siap dijual.
Penentuan nilai pakai
PSAK 48 menyatakan berbagai elemen yang perlu diperhitungkan dalam melakukan estimasi nilai pakai aset. Elemen-elemen tersebut antara lain (psak 48 paragraf 30):
Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
Harapan adanya kemungkinan variasi jumlah atau waktu arus kas masa depan
Nilai waktu uang direpresentasikan oleh suku bunga pasar bebas risiko (risk free) yang berlaku.
Harga ketidakpastian yang elekat pada aset
Dan faktor lain seperti ketidaklikuiditasan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai arusa kas masa depan.
Selanjutnya, PSAK 48 menyatakan bahwa terdapat dua langkah yang dilakukan entitas untuk menentukan estimasi nilai pakai aset, yaitu:
Mengestimasi arus kas masuk dan keluar masa depan dari pemakaian aset dan dari pelepasan akhir.
Untuk melakukan estimasi arus kas masuk dan keluar masa depan dari pemakaian aset dan dari pelepasan akhirnya terdapat hambatan proyeksi arus kas antara lain:
Didasarkan pada asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.
Didasarkan pada anggaran keuangan yang terbaru dan telah disahkan oleh manajemen.
Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan yang berasal dari restrukturisasi.
Pendasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika periode yang lebih lama dapat dijustifikasi.
Periode setelah anggaran hanya dapat menggunakan tingkat yang tetap atau menurun, kecuali jika tingkat yang naik dapat dijustifikasi.
Tingkat pertumbuhan yang digunakan dalam proyeksi ekstrapolasi tidak dapat melebihi rata-rata jangka panjang pertumbuhan untuk produk, industri, atau negara tempat entitas beroperasi atau pasar dimana aset tersebut digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.
Kemudian, atas estimasi arus kas masa depan tersebut, harus memiliki komposisi yang meliputi (psak 48 paragraf 39):
Proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset
Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar dapat digunakan) dan dapat dikaitkan secara langsung, atau dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, pada aset.
Arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan aset pada akhir masa manfaatnya.
Jika arus kas masa depan dalam bentuk valut asing (PSAK 48 paragraf 54) maka:
Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan dihasilkan dan kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto yang tepat untuk satuan mata uang tersebut.
Tingkat pertukaran yang digunakan adalah kurs spot pada tanggal penghitungan nilai pakai.
Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut.
Tingkat diskonto yang dimaksud di sini adalah tingkat pengembalian yang disyaraktkan investor jika seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumah, waktu dan profil risiko yang setara dengan yang entitas harapkan akan dihasilkan dari suatu aset.
Dasar penetapan tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari:
nilai waktu uang; dan
risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.
Tingkat diskonto diestimasi dari salah satu:
Tingkat diskonto implisit pada transaksi pasar kini terhadap aset sejenis atau
Rata-rata tertimbang biaya modal entitas yang tercatat di bursa efek yang memiliki aset sejenis
2.3 Pengakuan dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai
Rugi penurunan nilai terjadi jika nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya sehingga jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Nilai tecatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan dan penurunan tersebut dikenal dengan rugi penurunan nilai.
Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi kecuali aset disajikan pada jumlah revaluasian sesuai dengan pernyataan lain (contoh di PSAK 16:Aset Tetap) dan beban depresiasi aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang direvisi setelah dikurangi nilai sisa.
Setiap rugi penurunan nilai aset revalusian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi yaitu :
diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama
rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset tersebut
Ilustrasi Penurunan Nilai:
Misalkan PT Kelas Damai Sejahtera melakukan uji penurunan nilai terhadap peralatan yang dimilikinya. Nilai tercatat dari peralatan sebesar Rp 300 juta, nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp260 juta dan nilai pakainyaRp 310 juta.
Jawab: Maka tidak ada penurunan nilai (impairment asset)
Rp 300 juta Rp 310 Juta
Rp 260 Juta Rp 310 juta
Contoh: Misalkan informasi PT Kelas Adem Ayem yang tersedia sama kecuali nilai pakai dari peralatan sebesar Rp 250 juta.
Jawab: Terdapat penurunan nilai aset sebesar Rp 40 juta
Rp 300 juta Rp 260 Juta
Rp 260 Juta Rp 250 juta
Untuk mencatat penurunan nilai aset maka diperlukan jurnal :
Dr. Kerugian Penurunan Nilai Rp 40 juta
Cr. Akulumasi Depresiasi Peralatan Rp 40 juta
Perusahaan Mawar melakukan reviu penurunan nilai dari beberapa aset yang dimilikinya pada tahun 2016. Sebidang tanah yang bebas digunakan dicatat pada nilai wajar dengan surplus revaluasi senilai Rp 50 juta, aset-aset lainnya dicatat pada nilai historis dikurangi akumulasi depresiasi atau amortisasi. Haril dari reviu sebagai berikut:
Fair value less costs to sell
Value in use
Carrying
amount
Tanah (nilai wajar)
Rp 312 juta
Rp 320 juta
Rp 380 juta
Bangunan, setelah didepresiasi
Rp 852 juta
Rp 890 juta
Rp 860 juta
Mesin, setelah didepresiasikan
Rp21 juta
Rp 18 juta
Rp 15 juta
Tentukan berapa rugi penurunan nilai dan bagaimanakah jurnalnya?
Jawab:
Berdasarkan informasi yang tersedia, aset yang mengalami kerugian penurunan nilai adalah:
Recoverable amount
Carrying amount
Impairment loss
Tanah, pada nilai wajar
Rp 320 juta
Rp 380 juta
Rp 60 juta
Aset Tak Berwujud, pada biaya teramortisasi
Rp 890 juta
Rp 860 juta
-
Mesin, setelah didepresiasikan
Rp 21 juta
Rp 15 juta
Rp 6 juta
Jurnal
Kerugian penurunan nilai dikurangkan terlebih dahulu ke surplus revaluasi
Jurnal untuk mengakui kerugian penurunan nilai tanah
Dr Surplus revaluasi Rp 50 juta
Rugi penurunan nilai (80 juta – 50 juta) 10 juta
Cr Tanah Rp 60 juta
Jurnal untuk mengakui kerugian nilai mesin
Dr Kerugian penurunan nilai Rp 6 juta
Cr Mesin Rp 6 juta
2.4 Unit Penghasil Kas (UPK) dan Goodwill
Unit Penghasil Kas (UPK) adalah kelompok aset terkecil yang mencakup aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
Goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok unit penghasil kas yang diperkirakan memberikan manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut, terlepas apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang diakuisisi ditempatkan dalam unit atau kelompok unit tersebut. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai secara tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai, dengan membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya.
Jika terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, maka jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual tersebut. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual, maka entitas menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas mana aset tercakup.
Jumlah terpulihkan dari aset individual tidak dapat ditentukan jika:
nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya pelepasan; dan
aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.
Dalam kasus ini, nilai pakai dan, jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk Unit Penghasil Kas Aset. Tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual yaitu menentukan nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup (aset dari unit penghasil kas = UPK). (PSAK 48 Paragraf 67)
Contoh:
Mesin A merupakan bagian dari rangkaian produksi dari lini produksi pembuatan makanan kaleng. Mesin A memiliki fungsi memproduksi kaleng kemasan yang secara khusus diproduksi untuk keperluan produksi makanan kaleng tersebut.
Dapat dikatakan bahwa mesin tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen, karena arus kas masuk hanya terjadi jika makanan kaleng selesai diproduksi lalu dijual. Untuk keperluan penilaian recoverable amount, maka penilaian mesin A menggunakan konsep Unit Penghasil Kas. UPK dari mesin tersebut adalah lini produksi pembuatan makanan kaleng, karena dari keseluruhan lini itulah yang memungkinkan adanya penjualan sehingga tercipta arus kas masuk yang independen.
Namun, apabila Mesin A tersebut selain men-supply kaleng kemasan di dalam lini produksi juga menjualnya di pasar, maka dapat dikatakan bahwa Mesin A memiliki arus kas masuk yang independen. Jika kasusnya seperti itu, maka penilaian recovery value atas Mesin A tidak menggunakan UPK lini produksi melainkan langsung dinilai atas Mesin A itu sendiri.
Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya.
Jumlah tercatat dari UPK:
mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
Rugi Penurunan Nilai (PSAK 48 paragraf 98):
Diakui untuk UPK, jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari unit) < jumlah tercatatnya.
Dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan sbb:
pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut (kelompok dari unit); dan
selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut (kelompok dari unit) dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit).
Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus mengurangi jumlah tercatat aset dengan jumlah yang tertinggi dari: (PSAK 48 paragraf 100)
nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan);
nilai pakainya (jika dapat ditentukan); dan
nol.
Jumlah rugi penurunan nilai yang semestinya dialokasikan ke aset harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit (kelompok dari unit).
Ilustrasi Penurunan Nilai UPK dan Goodwill
Suatu entitas mengoperasikan peralatan pengeboran minyak di dasar laut. Entitas menyediakan biaya restorasi senilai Rp 10 M, yang mencerminkan nilai kini dari biaya tersebut. Entitas tersebut menerima tawaran untuk membeli peralatan minyak seharga Rp 16 M, dan nilai biaya pelepasan seharga Rp 2 M. Nilai pakai sebesar Rp 24 M. Sedangkan nilai tercatat dari peralatan sebesar Rp 20 M. Apakah nilai dari peralatan menurun?
Jawab:
Nilai wajar dikurangi cost to sell dari peralatan adalah Rp 14 M (Rp 16 M – Rp 2 M).
Nilai pakai dari peralatan sebesar Rp 14 M (Rp 24 M – Rp 10 M). Nilai tercatat dari peralatan adalah Rp 10 M (Rp 20 M – Rp 10 M). Sehingga, nilai terpulihkan dari unit penghasil kas melebihi nilai tercatatnya, sehingga aset ini tidak diturunkan nilainya.
PT Kelas Damai Sejahtera memiliki 80% kepemilikan PT Kelas Aman Damai dengan membayar Rp 16 M pada 1 Januari 2016. Setelah tanggal akuisisi, aset bersih yang dapat diidentifikasi memiliki nilai Rp15 M. Sehingga:
Nilai wajar aset bersih bisa diidentifikasi
Rp15 M
Nilai aset bersih yang diakusisi
80% x Rp15 M = Rp12 M
Biaya kombinasi bisnis
Rp 16 M
Goodwill
Rp 4 M
PT Kelas Aman Damai merupakan UPK. Pada 31 Desember 2016, nilai yang dapat dipulihkan dari PT Kelas Damai Sejahtera sebesar Rp10 M. Hitung penurunan nilai goodwill
Jawab:
Bagian 1: Menguji penurunan nilai PT Kelas Aman Damai
Asumsi: depresiasi aset yang dapat diidentifikasi Rp1.5 M selama tahun 2016
Akhir tahun 2016
Goodwill
Aset yang dapat diidentifikasi
Total
Nilai tercatat bruto
Rp 4 M
Rp 15 M
Rp 19 M
Akumulasi depresiasi
-
(1.5 M)
(1.5 M)
Nilai tercatat
4 M
13.5 M
17.5 M
Goodwill minoritas
1 M
-
1 M
Nilai tercatat yang disesuaikan
Rp 5 M
Rp 13.5 M
Rp 18.5 M
Nilai yang dapat dipulihkan (10 M) lebih kecil dari nilai tercatat yang telah disesuaikan (18,5 M) Sehingga terjadi penurunan nilai sebesar 8,5 M.
Bagian 2: Mengalokasikan kerugian penurunan nilai
Akhir tahun 2015
Goodwill
Aset yang dapat diidentifikasi
Total
Nilai tercatat bruto
Rp 4 M
Rp 15 M
Rp 19 M
Akumulasi depresiasi
-
(1.5 M)
(1.5 M)
Nilai tercatat
4 M
13.5 M
17.5 M
Kerugian penurunan nilai
4 M
3.5 M
7.5 M
Nilai tercatat yang disesuaikan
0
Rp 10 M
Rp 10 M
2.5 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai
Setiap akhir periode, sebuah entitas akan menilai kembali apakah rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin telah menurun atau bahkan tidak ada lagi. Adanya penurunan terhadap rugi penurunan nilai yang telah diakui ini menyebabkan pembalikan rugi penurunan nilai. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini: (PSAK 48 paragraf 106)
Informasi dari sumber eksternal
Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nlai aset telah meningkat secara signifikan selama periode
Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode atau dalam waktu dekat.
Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain telah menurun selama periode tersebut dan penurunan tersebut akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset.
Informasi dari sumber internal
Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama periode atau diharapkan dapat terjadi dalam waktu dekat. Perubahan ini termsuk biaya yang timbul selama periode untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset
Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik aset lebih baik.
Dalam PSAK 48 paragraf 109, rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan terakhir diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, (ada pengecualian) dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.
Ketentuan Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai bagi aset Individu adalah sebagai berikut: (PSAK 48 paragraf 112-114)
Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataa lain (contohnya, model revaluasi di PSAK 16). Untuk aset yang disajikan pada jumlah revalusian, setiap pemulihan rugi penurunan nilai atas aset tersebut diperlakukan sebagai kenaikan revaluasi dan dicatat di dalam penghasilan komprehensif lain.
Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait. Setelah pembalikan rugi penurunan nilai diakui, penyusutan (amortisasi) yang dibebankan atas aset tersebut disesuaikan pada periode masa depan untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang direvisi, dikurangi nilai residunya (jika ada), dengan dasar sistematik selama sisa umur manfaatnya.
Contoh :
Pada 1 Januari 2016sebuah perusahaan mie instan membeli sebuah mesin seharga Rp420 juta. Manajemen perusahaan memutuskan bahwa mesin ini memiliki umur manfaat 10 tahun tanpa nilai sisa.
Pada akhir tahun 2016 terdapat indikasi penurunan nilai atas mesin tersebut. Manajemen menentukan bahwa nilai wajar atas aset tersebut sebesar Rp370 juta dengan biaya pelepasan Rp10 juta. Nilai pakai mesin tersebut diestimasikan sebesar Rp350 juta.
Pada akhir tahun 2017, manajemen mengidentifikasi adanya indikasi pemulihan atas rugi penurunan nilai yang terjadi di akhir tahun sebelumnya serta menentukan bahwa jumlah terpulihkan atas mesin tersebut sebesar Rp340 juta. Manajemenpun memutuskan untuk melakukan pembalikan rugi atas penurunan nilai tahun sebelumnya.
Penjelasan:
Bandingkan antara nilai tercatat aset dengan recoverable amount.
Nilai tercatat : Rp 420 juta – Rp 42* juta = Rp 378 juta
Nilai pakai : Rp 350 juta = Rp 350 juta
Nilai wajar : Rp 370 miliar – Rp 10 miliar = Rp 360 juta
Recoverable amount mesin tersebut adalah sebesar nilai wajarnya Rp360 juta (Nilai Wajar > Nilai Pakai). Dan dari perbandingan antara nilai tercatat dengan recoverable amount didapatkan penurunan nilai sebesar Rp18 juta.
31 Desember 2014
Jurnal Penyusutan
Dr. Beban penyusutan 42 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 42* juta
Jurnal penurunan nilai
Dr. Rugi Penurunan Nilai 18 juta
Cr. Akumulasi RPN - Mesin 18 juta
31 Desember 2015
Jurnal Penyusutan
Dr. Beban penyusutan 40 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 40 juta
(360 juta / 9 tahun)
Nilai terpulihkan : Rp 340 juta = Rp 340 juta
Nilai tercatat : Rp 360 juta – Rp 40 juta = Rp 320 juta
Nilai tercatat seharusnya* : Rp 336 juta = Rp 336 juta
* apabila tidak ada rugi penurunan nilai sebelumnya (8/10 x 420)
Jurnal Pemulihan RPN
Dr. Akumulasi RPN - Mesin 16 juta
Cr. Pemulihan RPN 16* juta
*(336 juta – 320 juta)
Jurnal Penyesuaian Penyusutan Setelah Pemulihan RPN
Dr. Beban penyusutan 2 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 2* juta
*(42 juta – 40 juta)
Jumlah tercatat setelah pemulihan rugi penurunan nilai tidak boleh melebihi jumlah tercatat neto seandainya tidak ada rugi penurunan nilai atas aset tersebut pada tahun-tahun sebelumnya. Dan dengan adanya pemulihan RPN ini menyebabkan beban penyusutan yang telah dibebankan sebelumnya perlu disesuaikan kembali agar nilai tercatat sesuai dengan nilai tercatat yang seharusnya.
Pembalikan Rugi Penurunan Nilai untuk UPK (PSAK 48 paragraf 117-118)
Dialokasikan kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat dari asetnya.
Diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai dengan PSAK ini.
Alokasi pembalikan rugi penurunan nilai jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:
jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode sebelumnya.
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill
2.6 Pengungkapan
Dalam penurunan setiap kelas aset, entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut:
Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
Jumlah rugi pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode
Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode
Entitas yang melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 (Segmen Operasi) mengungkapkan hal-hal berikut ini untuk setiap segmen dilaporkan:
Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode.
Terdapat pengungkapan tambahan utama yaitu
Setiap setiap UPK (atau kelompok UPK) yang memiliki nilai tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas termasuk:
Asumsi utama dan pendekatan manajemen yang digunakan untuk mengukur nilai terpulihkan
Periode dimana manajemen telah memproyeksikan arus kas, tingkat pertumbuhan, tingkat diskonto.
2.7 Penggunaan Teknik nilai Kini untuk Mengukur Nilai Pakai
Terdapat dua pendekatan yang berbeda untuk menghitung nilai kini. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai pakai aset. Pendekatan apapun yang diadopsi entitas untuk mencerminkan ekspektasi dalam kemungkinan variasi jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya seharusnya mencerminkan ekspektasi nilai kini dari arus kas masa depan, yaitu rata-rata tertimbang dari semua kemungkinan hasil. Pemilihan pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi yang ada. Kedua pendekatan tersebut adalah:
Pendekatan tradisional (Pendekatan tingkat diskonto sesuaian)
Menggunakan tingkat diskonto (discount rate) yang disesuaikan untuk mencerminkan tingkat risiko aliran kas. Pendekatan ini sangat berguna ketika aliran kas dapat ditentukan dan disebutkan dalam suatu kontrak (misalnya obligasi – aliran kas masa depan jelas jumlahnya). Tingkat diskonto dalam hal ini merupakan tingkat yang telah disesuaikan dengan risiko (risk adjusted), baik dalam jumlah, sifat, dan waktunya.
Penerapan nilai kini dalam akuntansi secara tradisional menggunakan kas estimasian dan "tingkat bunga sebanding dengan risiko". Artinya, pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa penggunaan tingkat diskonto tunggal dapat menggabungkan semua ekspektasi tentang arus kas masa depan dan premi risiko yang tepat. Dengan demikian, pendektan tradisional memberikan penekanan yang besar pada seleksi tingkat diskonto.
Pendekatan arus kas ekspektasian.
Menggunakan tingkat diskonto yang bebas risiko (risk free rate) tetapi mempertimbangkan beberapa skenario aliran kas yang mencerminkan hasil (outcomes) yang berbeda-beda, termasuk probabilitas keterjadiannya. Tingkat diskonto bebas risiko di sini mungkin hampir sama dengan tingkat pengembalian obligasi pemerintah.
Pendekatan nilai kini ekspektasian ini menggunakan beberapa kemungkinan aliran kas yang diharapkan (multiple cash flow) dari suatu kejadian. Misalnya, dalam pembayaran gaji pekerja pembongkaran gedung di akhir masa manfaat gedung, kemungkinan pekerja dibayar Rp 20 adalah 35%, dibayar Rp50 adalah 40%, dan dibayar Rp100 adalah 65%. Jadi nilai aliran kas ekspektasian adalah (Rp20*35%)+(Rp50*40%)+(Rp100*65%). Pendekatan kedua ini dapat digunakan untuk menentukan present value dari provisi ARO.
2.8 Cntoh Kasus Lampiran PSAK 48
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Aset korporat adalah suatu aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kasi lain.
Pada setiap akhir periode pelaporan, PSAK 48 mengamanatkan kepada entitas untuk menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Hal ini harus dilakukan supaya suatu entitas tidak mencatat suatu aset melebihi jumlah terpulihkan. Pertimbangan dalam menentukan penurunan nilai berasal dari:
Informasi dari luar perusahaan
Perubahan signifikan nilai pasar
Perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup hukum
Perubahan suku bunga
Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya
Informasi dari dalam perusahaan
Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset
Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang diharapkan
Jumlah terpulihkan (recoverable amount) adalah senilai jumlah mana yang lebih besar antara nilai wajar (setelah dikurangi biaya untuk pelepasan aset) atau nilai pakai (present value dari estimasi future cash flow aset). Suatu aset dikatakan mengalami penurunan nilai (impaired) bila jumlah tercatat (nilai buku) aset melebihi jumlah terpulihkan. Pada kasus demikian, suatu entitas mengakui rugi penurunan nilai dan harus dinyatakan dalam laporan laba rugi. Beban depresiasi aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang direvisi setelah dikurangi nilai sisa.
Dalam penurunan setiap kelas aset, entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut:
Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
Jumlah rugi pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode
Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode
DAFTAR REFERENSI
Ikatan Akuntan Indonesia. (2014). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Kieso, D., Weygandt, J., & Warfield, T. (2013). Intermediate Accounting Fifteenth Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.