“You don’t get to 500 million friends without making a few enemies.” Movie Review: The Social NetworkFull description
Film reviewDescripción completa
REVIEWDeskripsi lengkap
Tugas Review Film the CorporationFull description
review hos cokroaminoto
review hos cokroaminoto
Film Review
Makalah 1 Review Film Deepwater HorizonFull description
Deskripsi lengkap
This is my review about film Our Brand Is CrisisFull description
Film review of Filipino director Jun Robles Lana's Barber's TalesFull description
.Descrição completa
4th Film ReviewFull description
TugasFull description
A critical analysis of the 2008 film starring Tom Cruise and directed by Bryan Singer. This review covers the plot, differences from history, and a discussion of ethics and morality. Include…Full description
Nama NIM Mata Kuliah Offering Tanggal Perkuliahan
: Mohamad Miftahul Huda : 170351616545 : Pendidikan Kewarganegaraan : MM : 5 Februari 2018
Film dokumenter yang berjudul Alkinemokiye berisi be risi beberapa peristiwa dibalik eksploitasi emas terbesar di dunia yang mengandung kesan yang sangat memilukan. Adanya permasalahan serius antara PT Freeport Indonesia dengan rakyat papua khususnya para karyawannya yang nantinya menimbulkan gejolak bentrokan, isu-isu politik, dan gerakan separatis. Saat itu, beberapa d ari mereka menjadi korban dari tindak kekerasan aparat dan penembakan dari penembak gelap yang diduga dibayar oleh PT Freeport Indonesia. Saat itu tepatnya tahun 2011 terjadi mogok kerja besar-besaran yang dilakukan oleh 8000 karyawan PT Freeport Indonesia. Peristiwa ini merupakan pemogokan terlama dan terbanyak semenjak PT Freeport beroperasi tahun 1967. Mereka menuntut upah yang sesuai dan sebanding dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Dimana diketahui bahwa tiap tahun sejak abad 20 hingga tahun 2011 harga emas dunia terus mengalami kenaikan dan pendapatan perusahaan terus bertambah. Namun kenyataannya gaji karyawan tetaplah sama dan masih kurang dari yang selayaknya mereka dapatkan. Disini terlihat adanya ketimpangan ekonomi yang sangat besar. Para kaum kapitalis semakin kaya dan berkuasa, sedang mereka para pekerja dipaksa tidak berkutik dengan masalah ekonomi yang mereka derita. Kembali mengingat sejarah berdirinya PT Freeport di Indonesia. Sejarah mencatat bahwa saat itu papua resmi menjadi bagian dari Indonesia pada tahun 1963 di bawah pemerintahan Soekarno. Tiga tahun setelah itu di tahun 1966 Rezim Soekarno diganti dengan Rezim Soeharto yang tengah didukung oleh bangsa Barat. Seketika setahun kemudian pada tahun 1967 rezim yang baru itu menandatangani kontrak selama 30 tahun dengan Freeport. Dibalik kontrak tersebut, terdapat fakta yang sangat memprihatinkan bahwa di tahun 1969 saat referendum digelar, mereka tidak melibatkan mayoritaas rakyat papua. Padahal disana terdapat 7 suku asli papua. Dari sejarah berdirinya PT Freeport saja kita sudah bisa menilai, didukung dengan fakta yang terjadi saat ini bahwa rakyat papua memang seperti sedang mengalami penjajahan dalam bentuk baru atau yang biasa disebut dengan neo kolonialisme. Kita tahu bahwa papua merupakan tempat ekploitasi tambang emas terbesar didunia, namun sangat memprihatinkan karena para penduduk khususnya para pekerja lokal tidak mendapatkan keadilan dan masih jauh dari kata sejahtera. Film ini menggambarkan kepada kita bagaimana keberpihakan petinggi negara terhadap kaum
kapitalis, dimana negara seperti hanya dijadikan sebagai alat eksploitasi terhadap tanah papua, rakyat papua, dan para pekerjanya. Dimulai dari tidak sebandingnya upah mereka dengan pendapatan perusahaan khususnya pendapatan dari pihak luar negeri, kemudian kebijakan atau janji-janji perusaahan mengenai uang pensiunan yang tidak kunjung diberikan. Hal ini tentu sangat mengecewakan dan menyakiti hati mereka. Dari banyaknya emas yang telah dieksploitasi di tanah papua, rakyat papua hanya mendapatkan segelintir dari kekayaan alam tersebut yang sejatinya adalah milik mereka.