RESIKO KEPATUHAN Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku.
Pada
tahun
2005
BIS
( Bank
for
International
Settlements) mengeluarkan panduan tentang Compliance and Compliance Function in Banks. BIS mendefinisikan risiko kepatuhan sebagai risiko hukum atau regulatory sanctions, kerugian finansial yang material, atau kehilangan reputasi bank sebagai akibat dari kegagalan bank mematuhi hukum, pengaturan, aturan, Standar operasional atau kode etik. Dalam rangka meningkatkan pengelolaan risiko kepatuhan, Bank BNI memperkuat memperkuat struktur organisasi organisasi dan jajaran SDM pada Compliance and Good Corporate Governance Division dengan membaginya menjadi lima bagian, yakni; Corporate Governance Opinion Department, Policy/Procedure and Control
Department, Fraud Banking
Investigation Department, Legal Compliance Department, dan Area Compliance Representative. Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit (KPMM, Kualitas Aktiva Produktif, PPAP, BMPK) risiko lain yang terkait Dalam menilai risiko inheren atas risiko kepatuhan, indikator yang digunakan adalah jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan, frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record kepatuhan bank, perilaku yang mendasari pelanggaran, dan pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi keuangan tertentu. Berikut ini disajikan contoh parameter risiko kepatuhan inherent pada bank : Tabel : Contoh Parameter Risiko Inheren atas Risiko kepatuhan No
Indikator
Keterangan
1. Risiko Inheren Jenis dan 1.
1. Jumlah sanksi denda
signifikansi
kewajiban membayar yang
pelanggaran
dikenakan kepada bank dari
yang dilakukan
otoritas 2. Jenis pelanggaran atau
Jenis dan signifikansi pelanggaran merupakan jenis dari ketentuan yang dilanggar oleh bank yakni apakah apakah ketentuan yang tergolong prudensial atau
No
Indikator
Keterangan
ketidakpatuhan yang
hanya merupakan pedoman. Pada
dilakukan oleh bank
prinsipnya sanksi yang dikenakan uga berbeda terhadap bank atas pelanggaran yang dilakukannya tersebut.
Frekuensi 2.
1. Jenis dan Frekuensi
Frekuensi lebih
pelanggaran
pelanggaran yang sama yang bersifat historical dengan melihat
yang dilakukan
ditemukan setiap tahunnya
trend kepatuhan bank selama 3
atautrack
dalam 3 tahun terakhir
tahun terakhir periode penilaian
record kepatuhan bank
2. Signifikansi tindak lanjut bank atas temuan tersebut
untuk mengetahui jenis pelanggaran yang dilakukan apakah berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan signifikan oleh bank.
Frekuensi Pelanggaran atas 3. Pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi
ketentuan pada transaksi keuangan tertentu karena tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku (best ractice).
Dalam hal ini contohnya adalah pelanggaran terhadap kode etik bisnis, antara lain UCP, ISDA, ICC, ataupun standar-standar
keuangan
lainnya yang umumnya
tertentu
digunakan di dunia keuangan.
Sebagaimana risiko lainnya, penilaian Risk Control System / Risk Governance untuk risiko kepatuhan juga mengacu kepada Pilar 2 Basel II sebagaimana diatur dalam PBI tentang penerapan Manajemen Risiko. Hasil penilaian Risiko Kepatuhan Inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko selanjutnya menghasilkan net risk / risiko komposit untuk risiko kepatuhan yang diilutrasikan sebagaimana diagram dibawah ini :
Matriks di atas memberikan arahan mengenai peringkat tingkat risiko yang dihasilkan oleh peringkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko bank. Matriks ini tidak bersifat mandatory, sehingga bank dapat menentukan sendiri peringkat tingkat risiko dengan menggunakan analisis yang komprehensif dan terstruktur dan didukung dengan fakta-fakta yang relevan.