TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA RENCANA TANGGAP DARURAT BENCANA GUNUNG MERAPI
Oleh: Muhammmad Muhammmad Irsad
21010114120010
Mohammad Rois Ma'ruf
21010114120017 2101011412 0017
Aan Nur Ahmad H
21010114120027 21010114120027
Blinka Hernawan P
21010114120028 21010114120028
Setiyo
21010114120061
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan banyak pulau, terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi. Kondisi tersebut tersebut menyebabkan Indonesia rawan terhadap berbagai bencana alam. Di Indonesia terdapat 129 gunung berapi aktif, 70 diantaranya d iantaranya digolongkan digolon gkan sangat berbahaya. Keberadaan gunung berapi membawa dampak kesuburan bagi tanah di sekitar, sehingga banyak penduduk yang bermukim. Namun dibalik itu terdapat bahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa, kerusakan alam dan kehancuran lingkungan apabila terjadi bencana gunung meletus. Peristiwa bencana alam merupakan kejadian yang sulit dihindari dan diperkirakan secara tepat. Dampak bencana dapat berupa korban jiwa, harta benda, kerusakan infrastruktur, lingkungan sosial, dan gangguan terhadap tata kehidupan serta penghidupan masyarakat yang telah mapan sebelumnya. adalah gunung berapi di bagian tengah tengah Pulau Jawa dan merupakan Gunung Merapi adalah salah satu gunung api teraktif di Indonesia. di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten barat, Kabupaten Boyolalidi Boyolalidi sisi utara dan timur, serta Kabupaten serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, tahun 1548, gunung gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Dari aktivitas Gunung Merapi telah mengakibatkan jatuh korban jiwa, rusaknya lingkungan, lumpuhnya aktifitas ekonomi dalam waktu beberapa saat, dan adanya ancaman mengenai kebencanaan lainnya. Dengan pembuatan makalah mengenai rencana tanggap darurat kebencanaa n ini, diharapkan dapat mengurangi dampak dari pengaruh meletusnya Gunung Merapi terhadap lingkungan dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat upaya apa saja yang dilakukan dalam menghadapi erupsi gunung berapi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1
Dampak apa saja yang ditimbulkan dari erupsi Gunung Merapi?
1.2.2
Dimana sajakah wilayah yang terkena dampak dari erupsi Gunung Merapi?
1.2.3
Bagaimanakah cara menanggulangi dampak erupsi Gunung Merapi?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari erupsi Gunung Merapi,
1.3.2
Untuk mengetahui wilayah yang terkena dampak dari erupsi Gunung Merapi,
1.3.3
Untuk mengetahui cara penanggulangan dampak erupsi Gunung Merapi.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan dalam bidang penanggulangan bencana erupsi gunung berapi,
1.4.2
Bagi pembaca, sebagai sumber pengetahuan mengenai penanggulangan bencana erupsi gunung berapi,
1.4.3
Bagi masyarakat kawasan gunung berapi, sebagai sumber informasi mengenai tata cara penanggulangan bencana erupsi gunung berapi yang dapat dipraktekkan,
1.4.4
Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan terhadap penanggulangan bencana erupsi gunung berapi pada wilayah yang rawan terkena dampak,
1.4.5
Sebagai gambaran dan acuan agar dapat lebih baik lagi dalam menyelesaikan makalah pada waktu yang akan datang.
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Sejarah Bencana Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah P ulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua. Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1 – 2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra. Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum
tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969. Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adan ya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma. Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng IndoAustralia ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan
Merapi
yang
dampaknya
besar
tercatat
pada
tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawadiselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik .[7] Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan den gan catatan korban terbesar hingga sekarang.[butuh rujukan]Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 20 10 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010), meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20 – 30 km.
2.2
Wilayah Dampak Letusan Gunung Merapi
Adapun untuk wilayah yang terkena dampak dari letusan Gunung Merapi berbeda-beda di setiap kali terjadinya letusan. Namun, pada salah satu letusan yang terjadi pada Gunung Merapi yaitu pada tahun 2010, tercatat beberapa wilayah yang menerima dampak besar dari erupsi Gunung Merapi ini.
Gambar 1. Peta Zona Ancaman Bahaya Gunung Merapi
2.3
Dampak Letusan dan Erupsi Gunung Merapi
Dengan adanya letusan dan erupsi Gunung Merapi setidaknya ada dampak kepada masyarakat baik untuk masyarakat yang terkena dampak maupun untuk masyarakat luas. Dampak tersebut adalah sebagai berikut :
Dampak Positif
a. Menambah kesuburan kawasan sekitar Sinabung, sehingga dapat ditumbuhi banyak pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapa tahun kedepan,
b. Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan karya seni dari endapan lava yang telah dingin, c. Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, d. Sisa-sisa aktivitas Gunung Sinabung dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
Dampak Negatif a. Merusak pemukiman warga sekitar bencana, b. Menyababkan kebakaran hutan, c. Menyebabkan gagal panen, d. Matinya infrastruktur, e. Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana. f.
Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana,
g. Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerban gan karena debu vulkanik mengganggu jarak pandang pilot, h. Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh. 2.4
Mitigasi bencana Gunung Berapi Merapi
Upaya mitigasi bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi dua bagian, yaitu : upaya mitigasi non struktural (upaya pembangunan non fisik) dan upaya mitigasi struktural (upaya pembangunan fisik). A. Upaya Mitigasi Non-Struktural -
Hindari tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava atau lahar.
-
Perkenalkan bahan bangunan tahan api.
-
Meningkatkan pengamatan dan kewaspadaan terhadap resiko letusan gunung api di daerahnya.
-
Identifikasi daerah bahaya (dapat dilihat pada Data dasar Gunung Api Indonesia atau Peta Kawasan rawan Bencana Gunung Api.
-
Masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta Kawasan rawan Bencana Gunung Api.
-
Melakukan pemetaan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan suatu wilayah atau area yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap sebagai lahan pertanian dan sebagianya.
-
Melakukan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang bermukim di sekitar gunung api.
-
Memberi penyuluhan khusus kepada anggota keluarga yang palinglemah (bayi, anak,orang sakit,orang lanjut usia,penyandang disabilitas).
-
Menentukan status kegiatan gunung api dan melaporkannya sesuai prosedur tetap.
B. Upaya Mitigasi Struktural -
Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk kegiatan penting harus jauh atau di luar dari kawasan rawan bencana gunung api.
-
Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api.
-
Membuat barak pengungsian permanen, terutama di sekitar wilayah gunung api yang sering meletus.
-
Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
-
Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi khususnya bagi anggota keluarga yang paling lemah (bayi, anak, orang sakit, orang lanjut usia, orang penyandang disabilitas).
-
Menyediakan alat transportasi bagi penduduk apabila ada perintah untuk mengungsi.
-
Membuat cek dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda pemukiman, persawahan, atau kebun atau fasilitas umum lainnya.
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat sebelum, saat, dan setelah gunung berapi meletus antara lain sebagai berikut. A. Tindakan yang harus dilakukan sebelum gunung meletus :
-
Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung berapi, dan ancaman ancaman nya.
-
Mengajak keluarga dan masyarakat untuk menghindari daerah bahaya, yang dimaksud dengan daerah bahaya adalah lereng gunung, lembah atau kawasan yang memungkinkan dialiri lahar.
-
Mengetahui jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan.
-
Siapkan lampu senter dengan kondisi baterai yang masih baik.
-
Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.
-
Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos Pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
-
Pemerintah akan menyediakan angkutan untuk pengungsian. Masyarakat harus mengungsi ke barak pengungsian.
-
Lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Bisa menggunakan masker, topi, celana panjang dan baju lengan panjang.
-
Abu letusan berbahaya bagi tubuh, usahakan jangan menghirup secara langsung udara yang terkena abu letusan.
-
Patuhilah pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya penanggulangan bencana. Jangan mudah terhasut untuk segera kembali ke rumah saat status masih dalam bahaya.
-
Buat persediaan perlengkapan darurat seperti : 1. Senter dan cadangan batu batere. 2. Obat-obatan untuk pertolongan pertama. 3. Makanan dan air minum untuk keadaan darurat. 4. Pembuka kaleng. 5. Masker debu. 6. Sepatu
-
Mintalah keluarga yang bertinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai ‘hubungan keluarga’ sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk
kontak jarak jauh. Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat, dan nomor telepon anggota keluarga yang lain.
B. Tindakan yang harus dilakukan saat gunung berapi meletus : -
Cari tempat perlindungan yang aman.
-
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering, dan daerah aliran lahar, hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan.
-
Saat memilih alat penerangan pilihlan lampu senter, Jangan menggunakan a pi, lilin, atau yang mengandung gas.
-
Mengenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
-
Jika terjadi bencana gunung berapi, lindungi mata dari debu. Bila ada gunakan pelindung mata seperti kaca mata renang atau apapun yang bisa mencegah debu ke dalam mata.
-
Jangan memakai lensa kontak saat gunung berapi meletus.
-
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung dari abu letusan gunung berapi.
-
Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
-
Periksa adanya luka, setelah menolong diri sendiri , bantu menolong orang lain yang terluka atau terjebak. Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan
pertolongan
pertama
jika
memungkinkan.
Jangan
coba
untuk
memindahkan mereka yang luka serius karena justru bisa memperparah luka. -
Apabila terjebak di dalam ruangan/rumah : 1. Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk, lubang/keran. 2. Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau ruangan yang tertutup. 3. Bawa binatang atau hewan peliharaan ke ruang tertutup.
-
Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
C. Tindakan yang harus dilakukan setelah gunung api meletus : -
Mencari temapt penampungan atau evakuasi
-
Apabila kondisi memungkinkan, bersihkan atap dari timbunan abu karena beratn ya bisa merusak atau merubuhkan atap bangunan.
-
Lindungi diri dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang, sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungi dari luka akibat barang-barang yang pecah.
-
Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya termasuk pecahan gelas, kaca, dan obat-obatan yang tumpah.
-
Gunakan air bersih untuk mencuci piring, mandi, minum, dan sebagainya. Jangan menggunakan air yang tercemar.
-
Sebelum air digunakan harus direbus terlebih dahulu, kurang lebih 7 menit.
-
Jangan lipa untuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum memasak atau makan, setelah buang air, setelah melakukan pembersihan, setelah menangani apa saja yang telah tercemar oleh abu vulkanik.
2.5
Waspada terhadap bencana susulan.
Rencana Tindak Darurat
Rencana tindak darurat atau RTD merupakan analisis secara sistemik dan menyeluruh terkait penanggulangan terjadinya bencana yang bertujuan untuk meminimalkan kerugian dari berbagai aspek. a. Jenis Bencana Jenis bencana yang ditanggulangi adalah letusan gunung api Merapi, yang difokuskan pada peristiwa turunnya awan panas yang dapat membakar benda dan organisme yang dilaluinya atau terkena dan juga paparan abu vulkanik dari letusan gunung api yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, serta material-material seperti batu yang ikut terlempar akibat letusan yang dikhawatirkan dapat menimpa warga. b. Penyebab Penyebab adanya awan panas dan abu vulkanik serta material-material batu ini adalah terjadinya letusan gunung api Merapi c. Yang perlu dihindari
Aktivitas warga yang berdekatan dengan radius dampak letusan yaitu 10 kilometer dari puncak gunung api. Untuk itu, perlu dilakukan evakuasi warga maupun barang yang penting dan memungkinkan ketika masa siaga gunung api. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan timbulnya banyak korban akibat belum sempatnya warga menyelamatkan diri dan barang berharganya. d. Yang perlu dipersiapkan 1. Pemantauan aktivitas vulkanik gunung api Merapi Pemantauan status gunung api harus terus menerus dilakukan, dan ditingkatkan ketelitian serta keketatannya ketika memasuki masa waspada menuju siaga. 2. Adanya sistem informasi yang dapat dengan mudah sampai kepada warga Perlu adanya jalur informasi yang cepat (early warning) kepada warga ketika terjadi peningkatan status kewaspadaan Gunung Merapi. Baik secara formal maupun informal. Selain itu, pada kondisi biasa atau normal warga yang beraktivitas maupun tinggal di daerah cakupan dampak letusan gunung harus dipastikan sudah memahami langkah-langkah evakuasi agar dapat dengan sigap ketika bencana terjadi sewaktu-waktu. Hal ini bisa dilakukan dengan sosialisasi. 3. Tim dan perlengkapan evakuasi Tim dan seluruh perlengkapan evakuasi yang mencakup alat-alat pen yelamatan dan kendaraan harus sudah disiapkan ketika memasuki masa siaga tingkat tinggi, agar evakuasi dapat segera dilakukan. e. Analisis kebutuhan 1. Jumlah korban potensial Dari 4 kabupaten, terdapat kurang lebih potensi korban jiwa sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk untuk masing-masing lokasi rawan bencana Gunung Merapi
Lokasi
Jumlah Penduduk
Kab. Temanggung
768.339 jiwa
Kab. Magelang
1.245.496 jiwa
Kota. Magelang
131.703 jiwa
Kab. Sleman
1.062.861 jiwa
Kab. Boyolali
967.197 jiwa
Kab. Klaten
1.158.795 jiwa
Kab. Bantul
931.356 jiwa
Kab. Gunung Kidul
755.977 jiwa
Kab. Kulon Progo
445.655 jiwa
Kota. Yogyakarta
410.262 jiwa
(Sumber : Dinas Pencatatan Penduduk masing-masing wilayah)
Dari keempat wilayah tersebut, didapat total warga kurang lebih empat juta jiwa. Perlu diprioritaskan untuk dilakukan evakuasi besar dengan mobilisasi massa pada kecamatan-kecamatan yang berada dalam radius 20 km dari puncak gunung Merapi. Berdasarkan data letusan terbesar dari lima letusan terakhir gunung Merapi yaitu pada tahun 2010 sebagai beriku :
Gambar 2. Rekapitulasi Korban, Pengungsi dan Kerusakan Akibat Letusan Gunung Merapi
diketahui jumlah korban mencapai 776 jiwa dengan korban jiwa men inggal dunia 322 jiwa dan korban luka-luka 454 orang. Jumlah warga pengungsi mencapai 112.585 jiwa. Berdasarkan data warga pengun gsi pada tahun 2010, maka
rencana korban yang perlu dievakuasi untuk menghadapi bahaya yang sama adalah
Jumlah warga pengungsi (2010) x faktor keamanan (1,5) = 112.585 x 1,5 = 168.877,5 atau kurang lebih 170.000 jiwa yang perlu dievakuasi.
2. Kebutuhan evakuasi Jika digunakan mobil angkut milik TNI dengan kapasitas 50 orang, maka dibutuhkan setidaknya 3400 kali pengangkutan dengan truk evakuasi yang sudah disebar ke lokasi-lokasi rawan bencana gunung Merapi. Dengan perjalanan evakuasi rata-rata adalah 30 km/jam/perjalanan, dibutuhkan setidaknya 3400 truk evakuasi yang disebar di masing-masing lokasi/pos evakuasi bencana menuju
tempat pengungsian. Dengan begitu, dalam waktu kurang dari satu hari, seluruh warga sudah dapat terevakuasi ke masing-masing pengungsian. 3. Lokasi pengungsian Lokasi evakuasi harus berada pada jarak atau radius aman dari letusan yaitu minimum pada jarak 20-25 km. Akses jalan dari lokasi evakuasi menuju lokasi pengungsian harus lancar dan diketahui secara baik oleh tim evakuasi untuk memudahkan dan mempercepat mobilisasi warga ke tempat aman.
Gambar 3. Peta Titik Camp Pengungsian
4. Kebutuhan pengungsi a. Papan Kebutuhan akan tempat pengungsian yang layak merupakan kebutuhan pertama yang akan dirasakan oleh pengunjung, sehingga tempat dibuat senyaman mungkin agar para pengungsi tidak merasa stress.
Gambar 4. Kondisi Tempat Pengungsian di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
b. Pangan Dengan salah satu kebutuhan pokok bagi para pengungsi berupa pangan (dalam hal ini Beras), maka dapat diperkirakan kebutuhan per jiwa per satuan waktu sebagai berikut,
Kebutuhan beras
: 0,54 liter/orang/hari
Jumlah pengungsi
: 170.000 jiwa
Jumlah kebutuhan beras : 91.800 liter/hari
Berat 1 karung beras 50 kg. 1 kg kurang lebih 1,25 liter. Dapat dikatakan juga kebutuhan beras total adalah 1.470 karung beras/hari. Untuk kebutuhan pangan lain, menurut Peraturan Kepala BNPB no. 18 tahun 2009, disediakan Paket Logistik Pangan yang berisi :
Beras 0,4 kg (dapat dimasak dan disediakan saat jam makan oleh BNPB),
Lauk-pauk (dapat dimasak dan disediakan saat jam makan oleh BNPB),
Mi instan 3 bungkus,
Kecap 150 ml,
Air minum 4 L.
Paket pangan tersebut disediakan untuk tiap 1 (satu) jiwa tiap 1 (satu) hari selama di kamp pengungsian. c. Air Bersih Kebutuhan pokok lainnya adalah kebutuhan air bersih, dimana merupakan sarana utama karena akan digunakan untuk air minum, air mandi dan kebersihan lainnya. Air minum dan fungsi lainnya akan lebih baik apabila dibedakan. Perkiraan kebutuhan adalah sebagai berikut,
Kebutuhan air bersih
: 140 liter/orang/hari (Sumber: Ditjen Cipta Karya PU )
Jumlah pengungsi
: 170.000 jiwa
Jumlah kebutuhan air bersih
: 23,8 juta liter/hari
Kebutuhan air bersih diatas terdiri dari kebutuhan MCK dan kebutuhan yang berhubungan dengan air lainnya, kecuali untuk kebutuhan air minum. Untuk kebutuhan air minum, dapat dihitung sebagai berikut :
Kebutuhan air minum
: 4 liter/orang/hari
Jumlah pengungsi
: 170.000 jiwa
Jumlah kebutuhan air minum
: 680.000 liter/hari
Kebutuhan air minum disediakan pada Paket Pangan. Hasil yang didapat diatas merupakan total sehingga harus dibagi ke masing-masing daerah di posko pengusian yang telah ditetapkan.
Gambar 5. Tanki Air Bersih Kementrian PUPERA
Gambar 6. Kegiatan salah satu pengungsi menggunakan air bersih
d. Sandang Kebutuhan sandang para pengungsi harus juga dihitung, dimana masuk kedalam logistik penanggulangan bencana, yang salah satunya adalah Paket Sandang. Paket tersebut terdiri dari :
Satu perangkat lengkap pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai jenis kelamin beserta alas tidur yang layak,
Perempuan dan anak-anak setidaknya memiliki dua perangkat lengkap pakaian,
Anak-anak usia sekolah memiliki 2 stel seragam nasional lengkap beserta sepatu, alas kaki dengan ukuran yang tepat sesuai alas kaki sesuai dengan jenjang pendidikannya,
Setiap orang disediakan peralatan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya,
Setiap pengungsi memiliki satu pasang alas kaki,
Bayi dan anak dibawah 2 tahun diberi selimut dengan ukuran 100x70 cm, dan memiliki 12 stel popok cuci,
Sabun mandi 250 gr tiap bulan,
Sabun cuci 200 gr tiap bulan,
Disediakan pembalut yang cukup untuk perempuan dan anak-anak gadis yang telah mestruasi,
Sikat gigi dan pasta gigi sesuai kebutuhan standard.
Paket sandang tersebut adalah untuk 1 (satu) jiwa pengungsi. e. Pendidikan dan Psikologis Kebutuhan untuk pengungsi yang lain adalah kebutuhan akan pendidikan dan psikologis. Ketika bencana terjadi, secara otomatis anak-anak usia sekolah tidak akan bisa berangkat menuju ke sekolah masing-masing seperti hari biasa. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena akan mengganggu perkembangan anak. Selain itu, anak-anak akan merasa tertekan apabila tidak ada kegiatan yang tepat untuk mereka seperti bersekolah. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah :
Menyediakan
sekolah
sementara
dengan
mendatangkan
tenaga
pendidik sementara,
Menyediakan sarana bermain anak-anak yang bermanfaat,
Mengadakan berbagai acara ataupun lomba agar anak-anak tidak tertekan.
Gambar 7. Kegiatan bermain anak-anak agar anak tetap ceria
Gambar 8. Anak-anak korban bencana tetap bersekolah meskipun hanya menampung (Sumber: Kantor Berita Kemanusiaan)
Untuk jumlah kebutuhan sekolah yang diperlukan adalah :
Setingkat SD Kelas 1-6 = 80 kelas @ 50 anak
Setingkat SMP Kelas 1-3 = 50 kelas @ 50 anak
Setingkat SMA/SMK Kelas 1-3 = 30 kelas @ 50 anak
Selain itu, psikologis dari para orang tua juga harus diperhatikan dengan cara memberikan beberapa pelatihan keterampilan dan diajak membangun dan membantu tempat sekitar pengungsian.
Gambar 9. Para ibu-ibu tetap beraktivitas dengan membuat berbagai kerajinan
Gambar 10. Bapak-bapak bekerja sama dengan TNI membuat akses jalan
f. Kebersihan dan MCK Kebersihan merupakan salah satu kebutuhan manusia, begitu juga para pengungsi. Oleh sebab itu, pemerintah juga harus memperhatikan kebersihan pengungsian agar pengungsi dan stakeholder tidak terjangkit penyakit. Kebutuhan kebersihan yang dibutuhkan adalah :
Air bersih,
Alat kebersihan diri (telah dijabarkan pada sandang),
MCK yang bersih ; dengan kebutuhan minimal 100 bilik tiap pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi (tidak menggerombol di satu tempat).
Gambar 11. Bilik MCK yang bersih dan tertata
Gambar 12. Bilik MCK mobile milik BPBN
g. Kesehatan Untuk menangani korban-korban dari bencana erupsi gunung Merapi maka direkomendasikanlah rumah sakit-rumah sakit yang memang mumpuni untuk melayani pasien dengan kondisi luka tertentu. Namun rumah sakit-rumah sakit terekat diharapkan juga bisa membantu korba semaksimal mungkin terutama terkait dengan kondisi korban luka bakar. Berikut rincian rumah sakit beserta rujukan untuk kondisi luka tertentu :
Rumah Sakit Rujukan Luka Bakar : - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta - RSUP dr. Kariadi Semarang - RS dr. Suradji Tirtonegoro Klaten
Rumah Sakit Rujukan Orthopedi : - RS Orthopedi dr. Soeharso Solo
Rumah Sakit Ring I : - RS Panti Nugroho - RSUD Muntilan - RS Gracia
Rumah Sakit Ring II : - RS Jiwa Magelang - RSUD Sleman - RSUD Magelang - RSUD Boyolali - RSUD Klaten - RS Muhammadiyah Yogyakarta - RS Panti Rapih Yogyakarta - RS Bethesda Yogyakarta
Rumah Sakit Ring III : - RSUD Panembahan Senopati Bantul - RSUD Kabupaten Gunung Kidul
Kebutuhan lain yang tidak kalah penting adalah kesehatan. Pengungsi akan dicek kesehatannya masing-masing. Selain itu, pengungsi yang memiliki penyakit akan segera ditangani oleh petugas kesehatan yang diperbantukan. Berikut adalah kebutuhan para pengungsi terhadap kesehatan :
Alat P3K dan obat-obatan,
Bilik kesehatan. Di tiap pengungsian disediakan bilik kesehatan untuk pusat pengobatan cepat tanggap di lapangan,
Puskesmas. Di tiap pengungsian ditempatkan pada tempat yang tidak jauh dari puskesmas agar tindakan perawatan dapat segera dilakukan,
Ambulance. Di tiap pengungsian harus selalu sedia ambulance agar para pengungsi tetap terjaga keselamatannya akan kesehatan,
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/542-g-merapi?start=1
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2010/11/07/11676/bnpb-korban-meninggal-merapi232-orang-dan-setengah-juta-pengungsi/#sthash.EzwPJOkI.dpbs
https://rsudps.bantulkab.go.id/berita/2010/10/koordinasi-kesiapsiagaan-gunung-merapi
https://mountmerapi.wordpress.com/category/peta/page/3/
http://geospasial.bnpb.go.id/2010/11/23/peta-rekapitulasi-per-kabupaten-jumlah-korbanpengungsi-dan-kerusakan-akibat-letusan-gunungapi-merapi-23-nov-2010-2/
http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/