BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam situasi keadaan darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, baik, Penyaluran bantuan, distribusi logistik logistik sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi dengan tim lapangan untuk kesiagaan tanggap darurat bencana yang ada di tempat kerja dengan memiliki gugus tugas yang terdiri dari unit kerja ataupun pihak K3 sekalipun yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan sistem yang terpadu dalam penanganan Kedaruratan bencana. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai pemeliharaan dan peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi kerja dengan pekerja ( ILO, 1996). Perencanaan merupakan kata kunci untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga perencanaan dalam hal ini mempunyai mempunyai peran yang luar biasa. Perencanaan tanggap darurat tidak berarti hanya merencanakan tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadinya keadaan darurat saja, akan tetapi juga meliputi tindakan pencegahan dan persiapan-persiapan jika terjadi keadaan darurat, latihan dan simulasi tanggap darurat, manajemen tanggap darurat, dan sampai pada pemulihan kondisi pasca keadaan darurat. Yang dapat dikategorikan dalam keadaan darurat (emergency) adalah keadaan-keadaan yang tidak dapat ditangani dengan segera oleh oleh petugas petugas pada waktu terjadinya insiden, menimbulkan ancaman/keresahan yang selanjutnya dimungkinkan dapat mengakibatkan korban jiwa, menimbulkan kerusakan harta
1
benda
dan
melukai
manusia,
menimbulkan
kerusakan
peralatan
yang
membahayakan (terjadinya ledakan, kebakaran, dsb).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah “ Rancangan dan Tanggapan Darurat di Tempat Kerja“
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai penanganan evakuasi / tanggap darurat di tempat kerja 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui sistem tanggap darurat dan evakuasi apabila terjadi bencana di Tempat kerja. 2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penanganan evakuasi / tanggap darurat saat menghadapi bencana di tempat kerja
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pegawai dalam hal tata cara penanganan khusus sistem evakuasi / tanggap darurat terutama dalam hal penyelamatan manusia dan harta benda apabila terjadi bencana s ewaktu – waktu. 2. Sebagai penambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman, khusus tentang penanganan yang dapat diterapkan dalam sistem evakuasi / tanggap darurat 3. Terjalin kerjasama yang baik dengan pihak institusi pendidikan dalam kaitannya peningkatan sumber daya manusia.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Tanggap Darurat
Prosedur tanggap darurat, yaitu tata cara dalam mengantisipasi keadaan darurat, secara garis besarnya meliputi: •
Rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat.
•
Pendidikan dan Latihan.
•
Penanggulangan keadaan darurat.
•
Pemindahan dan penutupan.
2.1.1 Rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat.
Rencana/rancangan mempersiapkan
menghadapi
koordinasi
dan
keadaan petunjuk
darurat bagi
dimaksudkan rencana
untuk
kegiatan
organisasi/perusahaan, kesiagaan untuk bertindak dan mendeteksi kejanggalan pada kegiatan organisasi (pada proses pelayanan) dan/atau gejala alam, dimana diduga kemungkinan akan adanya kecelakaan baik perseorangan, gangguan di wilayah kerja atau kekacauan lingkungan. Penyusunan rencana/rancangan tersebut diatas, mengacu pada informasi sebagai berikut : a. Kemungkinan akan bahaya. b. System peringatan bahaya. c. Prosedur pengaturan tugas & bertindak. d. Manajemen dan control e. Komunikasi di lapangan. f. Urutan Kuasa. g. Tindakan / kegiatan anggota h. Pusat organisasi keadaan darurat i.
Prosedur pemindahan ( evakuasi )
j.
Kelompok penolong
k. Modal. Tanda dan peringatan yang baik dan benar untuk menghadapi keadaan darurat dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti :
3
a) Deteksi kebakaran b) Alarm kebakaran c) System peralatan deteksi d) Teriakan para pekerja. e) Peringatan dari luar. Rencana/rancangan tersebut harus berisikan informasi yang memungkinkan siapa saja untuk bisa menguasai keadaan darurat, seperti membunyikan alarm dan memberitahukan kepada atasan mereka secepatnya. 2.1.2 Pendidikan dan latihan
Pendidikan dan latihan dalam menghadapi keadaan darurat, dimaksudkan selain untuk memastikan perlindungan yang maksimal bagi jiwa dan kekayaan ( gedung, mesin/peralatan, kendaraan dan lain-lain), juga untuk mengurangi timbulnya situasi dengan akibat yang merugikan. Persyaratan utama yang harus dimengerti oleh para pekerja adalah mengerti dan memahami kegunaan dari : prosedur tanggap darurat dan rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat serta memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur penanggulangannya. 2.1.3 Penanggulangan Keadaan darurat.
Dalam hal menangani/menangulangi keadaan darurat, khususnya dilingkungan industry baik industry barang maupun industry jasa, diperlukan usaha bersama dari seluruh tim penyelamat ( Rescue Team). Untuk itu kelompok-kelompok tim penanggulangan keadaan darurat ( Emergency Response Team) harus sudah dibentuk dengan nama khusus, tindakan-tindakan dan kepada siapa harus dilaporkan dan koordinasi apa yang ada. Berikut ini adalah kelompok penanggulangan keadaan darurat yang bisa dibentuk : a. Pusat Koordinator selaku Pos Komando. b. Tim Penyelamat yang berpengalaman di bidang Pertolongan Pertama. c. Tim/Regu Pemadam Kebakaran. d. Keamanan ( Satuan Pengamanan/SATPAM). e. Anggota staff lain yang terpilih.
4
2.1.4 Pemindahan dan penutupan.
Pada
saat
keadaan
darurat,
pastikan
untuk
menutup/menghentikan
kegiatan/pekerjaan dan melakukan evakuasi (pemindahan) seluruh pekerja dari tempat kejadian. Evakuasi ini harus selalu disetujui oleh pejabat tertinggi dari jajaran manajemen atau apabila tidak ada ditempat bisa diwakili oleh pejabat dibawahnya, sesuai jenjang organisasi yang telah ditetapkan. Anggota tim/regu penyelamat harus selalu bersedia merelakan diri tinggal di tempat kejadian, kecuali dalam bahaya atau sesuai dengan petunjuk manajer senior. Rancangan dan tanggap darurat, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses manajemen. Komitmen dan kebijakan manajemen dalam menyikapi upaya pencegahan kerugian akibat keadaan darurat, merupakan “kunci” untuk mengendalikan resiko yang mungkin terjadi, sehingga d`pat mencegah dan atau meminimalisasi kerugian. Sikap waspada dan kesadaran serta disiplin yang tinggi dan penuh tanggung jawab dari seluruh unsure yang terlibat baik pimpinan perusahaan maupun tenaga kerja, akan pentingnya mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam prosedur tanggap darurat untuk tetap terpeliharanya pelayanan yang prima terhadap keselamatan tenaga kerja, dapat diciptakan melalui pendidikan dan latihan yang berkualitas.
2.2 Rencana Tanggap Darurat Rencana Tanggap Darurat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat lingkungan kerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat sehingga semua orang pada saat itu mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk selamat. Alasannya sederhana, karena kita tidak tahu kapan bencana itu datang, maka dari itu kita membutuhkan ketersediaan kita untuk menghadapinya. Bencana berdampak pada kerugian. Berikut ini kerugian yang mungkin dapat terjadi: •
Kecelakaan yang menimpa pada karyawan, tamu perusahan, atau lainnya dari yang teringan seperti luka sampai yang terberat atau korban jiwa.
•
Gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental
•
Kerusakan aset, meskipun kerugian ini bersifat finansial, namun dapat mengakibatkan kerugian secara ganda karena hilangnya proses kegiatan.
5
•
Terhentinya kegiatan operasi perusahaan, yang berakibat terhentinya proses bisnis yang menyangkut kredibilitas dan komitmen terhadap pelayanan pelanggan Dalam penanganan kondisi darurat, diperlukan pemahaman secara perspektif dalam
penanganan secara totalitas terhadap dampak adanya resiko bahaya yang meliputi: •
Komitmen pemilik dan pengelola instalasi proses produksi serta penghuni bangunan
•
Perencanaan tentang antisipasi penanggulangan keadaan darurat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan telah disiapkan yang memuat antara lain organisasi dalam bentuk koordinasi, tugas dan tanggung jawab secara jelas dan
prosedur
operasional penanggulangan keadaan darurat •
Penyediaan sarana dan prasana yang dibutuhkan dan handal ketika dibutuhkan
•
Penyediaan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensinya
•
Pembinaannya secara berkesinambungan dalam bentuk sosialisasi peningkatan kesadaran guna merubah perilaku selamat baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan darurat
•
Pelatihan simulasi darurat secara berkala dan evaluasi pelaksanaannya agar semua insan pelaku dalam organisasi tanggap darurat menjadi familiar dengan tugas dan tanggung jawab, serta semua sistem/sarana/peralatan darurat selalu siap pakai jika dibutuhkan.
2.3 Kategori Keadaan Darurat Keadaan Darurat Tingkat I (Tier I) Merupakan keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa manusia dan harta benda (asset), yan secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikonsinyir. Keadaan darurat kategori ini mempunyai satu atau lebih karakter sebagai berikut: •
Kecelakaan skala kecil atas suatu daerah tunggal atau satu sumber saja
•
Kerusakan asset atau luka korbannya terbatas
•
Karyawan yang bertugas dengan alat yang t ersedia dibantu regu tanggap darurat sudah cukup untuk menanggulanginya
Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II) Merupakan suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaaan darurat tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa korban manusia. Karakteristiknya sebagai berikut:
6
•
Meliputi beberapa unit atau beberapa peralatan besar yang dapat melumpuhkan kegiatan instalasi/pabrik.
•
Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat (diluar daerah instalasi).
•
Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat dan dalam pabrik itu sendiri, bahkan harus minta bantuan pihak luar.
Keadaan Darurat Tingkat III (Tier III) Merupakan keadaan darurat berupa malapetaka/bencana yang dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional. •
Manajemen Darurat Manajemen darurat merupakan proses dari penyiapan, penanggulangan dan pemulihan
dari setiap kejadian yang tidak direncanakan yang memberikan dampak negatif terhadap kegiatan perusahaan. Tujuannya untuk mengatasi kerentanan dalam keadaan darurat. Tiga pokok penting yang diperlukan pada pelaksanaan Manajemen darurat yaitu: •
Adanya tujuan yang ingin dicapai dalam keadaan darurat;
•
Tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan organisasi tanggap darurat dan sarana yang tersedia;
•
Kegiatan-kegiatan organisasi harus dilakukan pembinaan dan dievaluasi secara berkelanjutan. Manajemen darurat merupakan kegiatan yang berkesinambungan meliputi 4 tahap
kegiatan: 1. Pencegahan/mitigasi Tahapan mitigasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh terjadinya bencana. Tahap mitigasi memfokuskan pada tindakan jangka panjang untuk mengurangi risiko darurat. Tindakan mitigasi terdiri dari mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Mitigasi struktural adalah tindakan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan dampak darurat secara fisik seperti pembangunan gedung dengan srtuktur yang ketahanan terhadap penjalaran api sampai waktu tertentu, penyediaan sarana darurat untuk jalan keluar beserta pendukungnya, sarana proteksi kebakaran secara aktif, sarana komunikasi darurat dll. Sementara Mitigasi non-struktural adalah tindakan terkait kebijakan dan komitmen pengelola bangunan, pembinaan dalam bentuk pelatihan peningkatan pengetahuan dan
7
penyebarluasan informasi untuk mengurangi risiko terkait dampak darurat, pembangunan kepedulian dan peningkatan ketrampilan dalam menghadapi darurat. 2. Kesiap-siagaan pada tahap sebelum darurat Pada tindakan ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi suatu bencana akibat, untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara cepat, tepat dan efektif pada saat dan setelah terjadi kebakaran. Dalam tahap ini berikut hal-hal yang perlu dilakukan: •
Menyiapkan prosedur darurat kebakaran yang mencakup organisasi pelaksana darurat, tindakan yang harus dilakukan secara cepat dan tepat dalam keadaan darurat, serta sarana yang digunakan (Siapa melakukan apa dalam keadaan darurat dan peralatan apa yang digunakan).
•
Koordinasi baik secara internal maupun eksternal.
•
Bagaimana mengevakuasi penghuni bangunan secara cepat, tepat dan selamat.
•
Bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang yang terluka saat terjadi darurat.
•
Upaya-upaya yang dilakukan untuk pemulihan secara cepat.
•
Pelatihan simulasi darurat yang bertujuan untuk menilai kesiapan personil, ketepatan prosedur dalam mengansipasi keadaan darurat dan keandalan sarana darurat.
3. Tanggap darurat Tahap ini memfokuskan pada serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera setelah terjadi kejadian darurat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan.Yang termasuk kegiatan tanggap darurat antara lain: •
Tindakan penyelamatan penghuni bangunan dan aset perusahaan
•
Evakuasi penghuni bangunan dan penyelamatan korban
•
Pemberian pertolongan pertama
4. Rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap setelah bencana Merupakan serangkaian program kegiatan yang terencana, terpadu, dan menyeluruh yang dilakukan setelah kejadian darurat. Kegiatan pemulihan meliputi tindakan pemulihan dalam jangka pendek dan panjang, rekonstruksi, dan rehabilitasi. •
Tahapan Penyusunan Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran & Implementasinya Rencana tanggap darurat dalam bentuk prosedur tanggap darurat merupakan acuan
bagi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat. Perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat untuk industri maupun untuk bangunan sangat bervariasi. Faktor yang mempengaruhi adalah :
8
•
Karakteristik hunian, kegiatan dan mobilitas penghuni. Semakin tinggi bangunan, semakin kompleks dalam perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat. Ketersediaan sarana darurat, perencanaan kesiapan darurat harus menyesuaikan dengan kondisi ketersediaan sumber daya yang ada.
•
Lokasi geografi bangunan dan instalasi industri,
faktor letak geografi perlu
dipertimbangkan dalam kesiapan tanggap berkaitan dengan bencana alam. Lingkungan bangunan gedung dan instalasi proses, tata letak bangunan dan gedung yang berkaitan dengan kepadatan lingkungan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Dalam keadaan darurat, untuk area dengan tingkat mobilitas lalu lintas yang tinggi, akses bantuan luar seperti Dinas Pemadam atau Departemen Pemadam menuju ke bangunan akan mengalami hambatan, sehingga sumber daya yang tersedia harus mampu untuk menanggulangi keadaan secara mandiri. Perhatikan Alur berikut ini:
Tahap 1: Bentuk Tim Penyusun Rencana Tanggap Darurat
Tim Penyusunan dengan kriteria antara lain : •
Memahami filosofi K3
•
Mengenal kegiatan unit kerja
•
Memahami peralatan/sarana darurat secara operasional
•
Memahami tata laksana kerja organisasi
•
Semua anggota tim harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif
Tahap 2: Membuat/Menentukan Tujuan Dan Ruang Lingkup
Tentukan Tujuan dan Lingkup yang jelas dan tertulis yang disesuaikan dengan kebijakan dan komitmen perusahaan, sesuai dengan karakteristik hunian dan konstruksi bangunan serta sesuai dengan ketersedian sistem/sarana/peralatan darurat yang tersedia
9
Tahap 3: Identifikasi & Penilaian Risiko Kebakaran •
Identifikasi Evaluasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan keadaan darurat dalam bentuk penilaian resiko serta skenarionya.
•
Identifikasi potensi bahaya meliputi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi seperti ; Jenis keadaan darurat yang mungkin akan terjadi baik bahaya internal maupun external. Pertimbangan keadaan darurat seperti : Kebakaran. Ledakan, Ancaman Bom, Huru-hara Kegagalan Teknologi Bencana alam, seperti banjir, gempa dll Dalam Penilaian Resiko atau Risk assessment akan dapat teranalisa besarnya tingkat kejadian, seperti Luas/Volume bahan yang dapat terbakar potensi ledakan dan luas kebakaran, dan dampak kejadian seperti tingkat kerusakan, potensi terjadinya korban, dampak terhadap sekitar dan lamanya kejadian.
Tahap 4 : Menyusun Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Berdasarkan identifikasi & penilaian risiko
bahaya, akan dapat ditetapkan
kemungkinan potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi dan mitigasi yang sudah dilaksanakan bagaimana metoda atau prosedur untuk respon yang cepat, tepat dan terarah, siapa yang harus melaksanakan dan sarana peralatan apa yang dibutuhkan.
Pekerjaan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah : 1. Identifikasi Sumber Daya Identifikasi sumber daya bertujuan untuk menilai antara apa yang dibutuhkan dan apa yang tersedia untuk menanggulangi keadaan darurat sehingga memperkecil tingkat kerugian. Contoh sumber daya yang perlu diidentifikasi antara lain seperti: •
Kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam penanggulangan keadaan darurat,
sistem,
sarana,
prasarana
dan
peralatan
yang
dibutuhkan
dalam
penanggulangan, sistem komunikasi, pos komando, aksesibilitas ketempat kejadian dll •
•
Merencanakan organisasi, tugas & kewajiban petugas penanggulangan keadaan
darurat serta metoda yang gunakan untuk mempersempit dampak kondisi darurat seperti taktik & strategi yang digunakan melalui berbagai skenario. 2. Menyusun organisasi tanggap darurat. Penyusunan organisasi didasarkan atas kondisi struktur organisasi yang sudah ada (kondisi normal) secara prinsip bahwa organisasi ini hanya berjalan pada kondisi
10
darurat. Dalam struktur organisasi harus tertera secara jelas organigram dalam rantai komando dan secara tertulis tugas, tanggung jawab dan wewenang organisasi. 3. Menyusun prosedur tanggap darurat. Susun prosedur tetap tanggap darurat secara lengkap dan tertulis yang nantinya menjadi dokumen resmi yang telah disetujui oleh pimpinan dan selalu di perbaiki secara berkala melalui berbagai skenario.
Tahap 5: Susun rencana untuk pelatihan simulasi atau emergency drill •
Prosedur keadaan darurat hanya dokumen tertulis, jika tidak pernah dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang biasa disebut pelatihan simulasi darurat atau Emergency Drill .
•
Tujuan pelatihan simulasi darurat adalah agar tim tanggap darurat dan semua karyawan memahami dan terlatih dalam menghadapi keadaan darurat serta untuk memastikan semua sarana/peralatan darurat selalu dalam keadaan siap pakai dan berfungsi dengan baik.
•
Agar pelaksanaan pelatihan simulasi darurat berjalan dengan baik, perlu disiapkan skenario
kejadian
secara
rinci
yang
memuat
siapa
berbuat
apa
dan
sistem/peralatan/sarana yang digunakan.
Tahap 6: Evaluasi & Pemuthakhiran Prosedur •
Evalusi dan pemuthakiran protap tanggap darurat sangat diperlukan, dengan tujuan agar protap sudah teruji dan dapat dilaksanakan ketika terjadi keadaan darurat.
•
Evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi diperlukan, untuk menilai tingkat pemahaman dan ketrampilan dari setiap anggota Tim Tanggap Darurat terhadap prosedur, koordinasi dan komunikasi internal unit organsisasi dan external perusahaan tanggap darurat, Keandalan sarana/peralatan darurat, Kepatuhan penghuni bangunan gedung terhadap prosedur tanggap darurat.
•
Evaluator bisa dari internal perusahaan atau dari external.
•
Penyempurnaan protap berdasarkan berbagai masukan diantaranya dari Rekomendasi dari Hasil laporan evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi darurat, Rekomendasi hasil evalusi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, Adanya perubahan pada sarana/peralatan darurat, nama personal yang tercantum dalam organsiasi darurat, pergantian nomor telepon. Tahap 7: Susun Organisasi Tanggap Darurat
11
Organisasi darurat adalah pegelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil dalam mencapai tujuan yang berkaitan dengan kedaruratan. Sesuai dengan tujuan keadaan darurat, organisasi darurat hanya berfungsi dan melaksanakan kegiatan pada keadaan darurat saja.
12
Tahap 8: Susun Prosedur Tanggap Darurat
Dalam menyusun prosedur darurat tentunya harus mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan kesiapsiagaan tanggap darurat yaitu : •
Tindakan apa yang harus dillakukan dalam keadaan darurat?
•
Kapan tindakan itu harus dilaksanakan?
•
Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
•
Siapakah yang akan melaksanakan tindakan?
•
Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Tahap 9: Simulasi Tanggap Darurat
Keadaan darurat tidak bisa diketahui kapan dan dimana akan terjadinya, namun yang ada adalah bagaimana kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat yang meliputi
perencanaan
dan pengorganisasian,
pemahaman personil terhadap
pelaksanaan prosedur ketika terjadi keadaan darurat. Simulasi tanggap darurat sebisa mungkin simulasi yang persis dengan bahaya yang paling besar kemungkinannya terjadi di lingkungan kerja.
Tahap 10: Evaluasi dan Pemutakhiran
Rencana tanggap darurat dapat dievaluasi dan diupdate setelah dilakukannya simulasi keadaan darurat, terjadinya keadaan darurat, serta perubahan sistem dan struktur yang ada di lingkungan kerja.
13
Tujuan evaluasi adalah untuk mengidentifikasi kelemahan rencana tanggap darurat yang ada sehingga dilakukanlah perbaikan dalam kesiapsiagaan tanggap darurat. Berbagai parameter dapat digunakan untuk menilai tentang hasil pelaksanaan pelatihan simulasi tanggap darurat seperti prosedur tanggap darurat Kualitas Sumber Daya Petugas Pelaksana Simulasi Kebakaran & Evakuasi Terpadu Kesadaran Penghuni Gedung dalam menyikapi keadaan darurat Kehandalan Sistem Proteksi Bangunan, dan lain-lain.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja yang konkret, dalam rangka menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor informal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan. Maksud dan tujuan sistem tanggap darurat meliputi aspek kemanusiaan, aspek pencegahan kerugian, dan aspek komersial. Aspek kemanusiaan disini mencakup pencegahan dan minimalisir jatuhnya korban manusia, penyelamatan jiwa atau perlindungan karyawan atau orang yang berada disekitar terjadinya kejadian tersebut, pemindahan atau pengamanan sumber daya manusia atau aset ke tempat yang lebih aman, serta pemberian pertolongan pengobatan kepada korban-korban yang terluka. Perlengkapan dan sarana instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh sebuah perusahaan adalah personal protective equipment, fire fighting, fisrt aid kit box, emergency lighting dan power, dan communivation fasilities. Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang dilakukan harus dikomunikasikan secara penuh antara elemen yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian kondisi yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat diminimalkan. Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat adalah perlindungan, komunikasi, pengawasan, pelaporan, evaluasi dan koreksi
3.2 Saran
Secara umum, System manajemen bencana di tempat kerja sudah baik namun ada beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi, seperti program pemantauan, dan manajemen yang bagus.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Risiko. Jakarta: Dian Rakyat http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib26700-11.-bab – n.pdf
16