BAB I PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran forensik berhubungan dengan identifikasi manusia yang hidup hidup ataupun ataupun manusia manusia yang telah meninggal. meninggal. Identifikasi Identifikasi forensik forensik merupakan merupakan salah satu upaya membantu penyidik menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana maupun kasus perdata. Penentuan identitas seseorang sangat penting bagi peradilan karena dalam proses peradilan hanya dapat dilakukan secara akurat bila identitas tersangka atau pelaku dapat diketahui secara pasti. Identifikasi forensik dapat dilakukan dengan metode-metode antara lain yaitu metode visual yang dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada anggota keluarga atau teman dekatnya untuk dikenali, pemeriksaan dokumen, pemeriksaan perhiasan yang dikenakan korban, pemeriksaan pakaian, identifikasi medis meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh/kelainan khusus, khusus, jaring jaringan an parut parut bekas bekas operasi operasi/lu /luka, ka, tato (rajah (rajah, , pemerik pemeriksaan saan gigi, gigi, pemeriksaan serologi, metode eksklusi, identifikasi potongan tubuh, anatomi, penentuan ras, dan identifikasi kerangka. !paya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan, ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan superimposisi serta rekonstruksi wajah. "ila terdapat terdapat tulang tengkorak tengkorak yang utuh dan terdapat terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, maka dapat dilakukan metode superimposisi, yaitu dengan menumpukk menumpukkan an foto #ontgen #ontgen tulang tengkorak tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama sa ma dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. $engan demikian de mikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.
1
BAB II PEMBAHASAN
1.1. .1.
IDE IDENTI NTIFIKA FIKAS SI FORE FORENS NSIIK %edo %edokt ktera eran n foren forensi sik k meru merupak pakan an ilmu ilmu yang yang memp mempel elaja ajari ri meng mengen enai ai
identi identifik fikasi asi manusi manusiaa yang yang hidup hidup maupun maupun manusi manusiaa yang yang telah telah mati. mati. Penilai Penilaian an dilaku dilakukan kan berdas berdasarka arkan n data data karakt karakteris eristik tik fisik fisik korban korban mengen mengenai ai sebab sebab akibat akibat kematia kematian. n. %ranio %raniofasi fasial al superim superimpos posisi isi merupa merupakan kan aplika aplikasi si dari antrop antropolo ologi gi forensik untuk menentukan identifikasi seseorang dengan mempelajari sisa dari tulang tengkorak orang tersebut, biasanya hal ini dilakukan pada kasus orang hilang, atau pada kasus keadaan perang maupun kejadian bencana alam. &ebe &ebelu lum m memb membua uatt kepu keputu tusa san n iden identi tifi fika kasi si,, bias biasan any ya antr antrop opol olog ogii mempelajari data ante mortem seseorang baik dari usia, umur, tinggi, ras, tanda kelahiran serta mengumpulkan data-data penting dari keluarga dekat. &erta data post mortem seperti sisa tulang yang didapatkan seperti sisa dari tulang tengkorak. &ebena &ebenarny rnyaa ada beberap beberapaa cara yang yang biasa biasa diguna digunakan kan sebaga sebagaii prosed prosedur ur identifikasi daripada menggunakan skeleton, seperti' a. emban embandin dingka gkan n cetakan cetakan sidik sidik jari jari tanga tangan n dan kaki kaki b. embandingkan data pada dagu dan dan gigi (data cetakan gigi c. )ksternal )ksternal dan internal internal otopsi otopsi seperti seperti melihat melihat bentuk, bentuk, letak letak dan ukuran ukuran dari tato atau tanda luka. d. Peme Pemeri riks ksaa aan n $*+ $*+ 1.1.1. 1.1.1. Jenis Jenis Iden Identif tifika ikasi si Foe Foensi nsik k a. Pe!e Pe!eiks iksaan aan Sidi Sidik k Jai Jai etode ini membandingkan sidik jari jenaah dengan data sidik jari ante mortem. &ai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. $engan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenaah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenaah dengan kantong plastik. ". Meto Metode de #is #is$a% $a%
etode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenaah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. cara ini hanya efektif 2
pada jenaah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. al ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenaah tersebut. &. Pe!eiksan Dok$!en
$okumen seperti %artu anda Penduduk (%P, &urat Iin engemudi (&l, Paspor, dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam saku pakaian yang dikenakan makin sangat membantu mengenali jenaah tersebut. perlu diingat bahwa pada kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenaah belum tentu adalah milik jenaah yang bersangkutan. d. Pe!eiksaan Pakaian dan 'e(iasan
$ari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenaah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenaah tersebut. %husus anggota *I (entara *asional Indonesia dan Polri (%epolisian #epublik Indonesia identifikasi dipermudah oleh adanya nama serta *#P (*omor #egistrasi Polisi yang tertera pada kalung logam yang dipakainya. e. %dentifikasi Medik
etode ini menggunakan data umum dan data khusus. $ata umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya. $ata khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang, dan sejenisnya. etode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara modifikasi (termasuk pemeriksaan 0 dengan sinar-1 sehingga ketepatannya cukup tingi. "ahkan pada tengkorak / kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. elalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur, tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya. f. Pe!eiksaan )i*i 3
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-1 dan pencetakan gigi dan rahang. 2dontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. &eperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. $engan demikian dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem. *. Pe!eiksaan Seo%o*ik
Pemeriksaan serologi bertujuan untuk menentukan golongan darah jenaah. Penentuan golongan darah pada jenaah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang. &aat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik $*+ yang akurasinya sangat tinggi. (. Metode Eksk%$si
etode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut, dan sebagainya. "ila sebagian 34 besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut di atas, maka sisa korban di identifikasi menurut daftar penumpang. i. Identifikasi Poton*an T$"$( Man$sia +Kas$s M$ti%asi,
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau hewan. "ilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh. Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi. !ntuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan
beberapa
pemeriksaan
seperti
pengamatan
jaringan
secara
4
makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigenantibodi (reaksi presipitin. Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti drumstick pada leukosit dan badan "arr pada sel epitel serta jaringan otot. -. %dentifikasi Kean*ka
!paya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. $icari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan kekeringan tulang. "ila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data ante mortem. "ila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto #ontgen tulang tengkorak diatas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama, dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. k. Pe!eiksaan Anato!ik
Pemeriksaan +natomik dapat memastikan bahwa kerangka yang diperiksa tersebut adalah kerangka manusia. %esalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologi reaksi presipitin dan histologi jumlah dan diameter kanal-kanal havers.
%. Penent$an Ras
Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologi pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul, atau lainnya. +rkus igomatikus dan gigi
5
incisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras ongoloid. 5enis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal. &edangkan tinggi
badan
dapat
diperkirakan dari
panjang
tulang tertentu,
dengan
menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli melalui suatu penelitian. $jaja &urya +tmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia ' " 67,387 9 ,::;< (tib 9,4;=0(fib (lk ;,8<8; " 677,;77 9 3,ggg (tib 9 (lk ;,0=3< " 67<,3773 9 3.,3=33 (fib (lk =,433< ulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 3 milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan. #ata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita. +pabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 44'04. &elain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan. (khusus untuk rumus $jaja &urya +tmaja, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya. !kuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan. "ila tidak diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.
1..
SUPERIMPOSISI
&uperimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk menentukan identitas seseorang dengan membandingkan koban semasa hidupnya dengan
6
tengkorak yang ditemukan . eknik superimposisi dibagi menjadi superimposisi kraniofasial dan superimposisi dentis.
1..1. S$'ei!'osisi Kaniofasia% a. Anato!i Ten*koak
engkorak dibentuk oleh tulang-tulang yang saling berhubungan satu sama lain dengan perantaraan sutura. ulang tengkorak terdiri dari tiga lapisan yaitu tabula eksterna, diploe dan tabula interna. Pada orang dewasa ketebalan dari tulang tengkorak bervariasi antara : milimeter sampai dengan ,= centimeter, dengan bagian yang paling tipis terdapat pada daerah pterion dan bagian yang paling tebal pada daerah protuberantia eksterna. ulang tengkorak dibagi menjadi dua bagian yaitu *eurocranium (tulang-tulang yang membungkus otak dan >iscerocranium (tulang-tualng yang membentuk wajah. *eurocranium terdiri atas tulang-tulang pipih yang berhubungan satu dengan yang lain. Ada ti*a !a&a! s$t$a /ait$ 0 7
. &utura serrata, dimana tepi dari masing-masing tulang berbentuk sebagai gigigigi gergaji dan gigi-gigi ini saling berapitan. 3. &utura skualosa, dimana tepi dari masing-masing tulang menipis dan saling menutupi. :. &utura harmoniana atau sutura plana, dimana tepi dari masing-masing tulang lurus dan saling tepi menepi. Ne$o&&ani$! di"ent$k o%e( 0
. 2s. ?rontale 3. 2s. Parietale :. 2s. emporale ;. 2s. &phenoidale =. 2s. 2ccipitalis <. 2s. )thmoidalis #is&eo&ani$! di"ent$k o%e( 0
. 2s. aksilare 3. 2s. Palatinum :. 2s. *asale ;. 2s. @acrimale =. 2s. Aygomatikum <. 2s. Boncha nasalis inferior 7. >omer 8. 2s. andibulare
NORMA FRONTALIS
$ilihat dari depan tengkorak tampak oval dengan bagian atas lebih lebar daripada bagian bawah. "agian atas dibentuk oleh os. ?rontal yang konveks dan halus sedangkan bagian bawah sangat irreguler. $iatas kedua cavum orbita terdapat tonjolan yang melengkung dinamakan arcus superciliare yang tampak lebih menonjol pada pria dibandingkan dengan pada wanita dan diantara kedua arcus terdapat bagian yang menonjol yang disebut glabela. $ibawah glabela terdapat nasion yang merupakan pertemuan antara sutura internasal dan sutura 8
frontonasal. Bavum orbita menyerupai segi empat dimana pada sisi atas (supra orbita margin dibentuk oleh os. ?rontal yang pada /: medialnya terdapat supra orbital norch yang merupakan tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf supra orbita. &isi lateral dibentuk oleh prosedur frontal os. Aygomaticum dan proccesus ygomaticum os.?rontale. &isi bawah atau posterior orbital margin dibentuk oleh os. Aygomaticum dan os. maksila. &isi medial dibentuk oleh bagian atas os. ?rontal dan bagian bawah os. @acrimal.
( 2s cranium tampak dari depan
NORMA OIPITALIS
engkorak dilihat dari belakang menyerupai potongan roti dengan lengkung pada bagian atas dan samping, datar pada bagian bawahnya. &utura lambdoid dapat tampak seluruhnya. Pada norma occipitalis tampak '
9
- 2s. 2ccipital dengan bagian-bagian protuberantia occipitalis eksterna, linea nuchaesuperior, linea nuchae inferior dan inion - 2s. Parietale - 2s. emporalis
( 2s cranium tampak dari belakang
NORMA LATERALIS
$ilihat dari depan tengkorak tampak oval dengan bagian atas lebih lebar dari pada bagian bawah. "agian atas dibentuk oleh os. frontal yang konvleks dan halus sedangkan bagian bawah sangat ireguler. $iatas cavum orbita terdapat tonjolan yang melengkung dinamakan arcus superciliare yang tampak lebih menonjol yang disebut glabela. $ibawah glabela terdapat nasion yang merupakan pertemuan antara sutura internasal dan sutura frontonasal. Bavum orbita menyerupai segi empat dimana pada sisi atas (supra orbita margin dibentuk oleh os. ?rontal yang pada /: medialnya terdapat supra orbital norch yang merupakan tempat keluarnya pembuluh darah dan saraf supra orbita . &isi lateral dibentuk oleh 10
proccesus frontal, os. Aygomaticum dan proccesus ygomaticum dan os.maksila. &isi medial dibentuk oleh bagian atas os.frontal dan bagian bawah os. lacrimal.
( 2s cranium tampak dari belakang ". Dasa Metode Identifikasi Kaniofasia% S$'ei!'osisi
&uperimposisi krinofasial merupakan teknik yang digunakan di forensik dengan menggunakan fotograf atau video dari seseorang dan dibandingkan dengan tengkorak orang tersebut. $engan memproyeksikan kedua foto diatas satu sama lain, ahli antropologi forensik dapat mencoba untuk memperkirakan apakah hal tersebut berasal dari orang yang sama. %raniofasial superimposisi sukese membandingkan kerangka manusia dengan fotogafi yang baru-bari ini digunakan sebagai metode identifikasi pada korban tsunami di laut india. $engan adanya teknik kraniofasial superimposisi dirasakan tidak hanya sangat membantu dalam pemecahan masalah identifikasi korban bencana tetapi juga membantu dalam mengidentifikasi penjahat dan teroris. 11
&. Se-aa( Kaniofasia% S$'ei!'osisi
Pada tahun 88:, teknik superimposisi digunakan untuk identifikasi jenaah dengan melakukan perbandingan antara tengkorak dengan fotograf dari jenaah tersebut. Peneliti seperti Celcker (88:, is (80=, &chaaffhausen (87=,88: dan >on ?riep (0: memainkan peranan penting dalam identifikasi kranio-fasial. Penelitian yang mereka lakukan yaitu menganalisis dari ketebalan jaringan lunak, dan hubungan yang ada antara jaringan lunak wajah dan tulang tengkorak. 2leh karena itu, rekonstruksi fasial dan superimposisi foto tengkorak seringkali bertumpangtindih karena teknik diantara keduanya sangat berhubungan dan sangat sama. Perkembangan fotografi turut berperan dalam perkembangan penggunaan teknik identifikasi, yang dikemukakan oleh seorang ahli kriminalogi Perancis, +lphonse "ertillon. $alam metodenya, ia menggunakan sistem Ddeskripsi dan karakterisasiE yang dapat dengan menggunakan fotograf untuk mengidentifikasi dan dikenal dengan metode "ertillonase. &istem identifikasi tersebut tergantung kepada karakter yang tetap dari bagian tubuh tertentu, sehingga seseorang dapat dikenali melalui ciri khususnya. etode tersebut kemudian menjadi terkenal sejak digunakan oleh polisi Perancis untuk mengidentifikasi tindak kriminal dan terbukti dengan dapat ditemukannya sejumlah besar pelaku criminal. "ertillon adalah seorang polisi berkebangsaan Perancis dan peneliti biometrik yang mengembangkan sistem deskripsi dan klasifikasi melalui penggunaan antropometri dan menciptakan sistem identifikasi berdasrkan pengukuran fisik kepala dan badan. Pengembangan metode ini untuk menemukan teknik identifikasi yang cocok untuk seorang individu. &istem ini tidak konsisten karena berbeda pengukuran untuk setiap petugas polisi yang melakukan pengukuran. Pada awal ditemukannya teknik sidik jari pada tahun 803, penggunaan metode bertilion sudah tidak digunakan dan penggunaan sidik jari digunakan untuk mengidentifikasikan seorang individu. "ertillon embuat suatu metode baru dengan pemeriksaan dokumen dan penggunaan galvanoplasti.
12
Pada awal penggunaanya ada beberapa masalah yang ditemukan dari penggunaan superimposisi fotografi tengkorak yaitu posisi fotograf dan tengkorak harus diletakkan pada orientasi yang sama pada gambar tersebut. Pada tahun 0:=, "rash dan &mith berhasil melakukan superimposisi fotografi pada kasus pembunuhan #uFton, yang membunuh isti dan pembantunya lalu menghilangkan mata, gigi, dan bagian terbesar dari kulit yang terdapat di wajah. &ebuah fotograf dari jenaah nyonya #uFton digunakan dalam ternik superimposisi dimana engkorak dan fotogaf dari nyonya #uFton diatur sesuai dengan ukuran yang benar dan diorientasikan sehingga didapatkan hasil sketsa wajah yang akurat. $engan menemukan titik identifikasi dari korban maka pengaturan skala dari gambar dapat dibuat dengan menggunakan kerangka gambar yang terdiri dari tulang dan wajah di fotograf dan kemudian dilakukan superimposisi. %asus lainya yang terkenal adalah kasus #achel $obkin yang terjadi di @ondon 0;:. $imana ditemukan sisa-sisa kerangka di gudang gereja yang telah dibom dan oleh seorang patologi bernama %eith &impson, kerangka tersebut dianalisa dan kemudian diketahui sebagai milik dari seorang perempuan bernama #achel $obkin yang dilaporkan menghilang = bulan lalu. %emudian dilakukan identifikasi lanjutan dengan menggunakan teknik superimposisi, menggunakan foto tulang tengkorang antemortem dari #achel $obkin dan ditemukan banyak kemiripan sehingga timbul dugaan uan $obkin sudah membunuh istrinya dan melatakkannya di gudang dari gereja yang dibom tersebut. asalah yang sering ditemukan adalah satu tengkorak dapat cocok dengan orang yang berbeda. &ehingga digunakanlah metode dengan garis, gambar, dan poin penanda yang terdapat pada sejumlah ketebalan jaringan ikat, hingga posisi sebuah tengkorak yang berorientasi sama pada fotograf. Grunner dan #einhard mengajukan metode modifikasi dan diadopsi oleh elmer dan Grunner untuk penggunaan superimposisi video. etode ini juga dimodifikasi oleh @eopold pada tahun 078, yang menggunakan sebuah kamera berformat besar dan layar proyeksi antara tengkorak dan kamera.
13
eknik modern dikembangkan dan teknik yang lebih tua dimodifikasi, dengan perkembangan dari monitor video dan kompositor animasi video. Blyde &now merupakan seorang peneliti +merika pertama yang dapat menggunakan kamera video untuk superimposisi fotografi. etode ini mencakup dua kamera video yang mengambil gambar tengkorak dan fotograf secara tersendiri. ?otograf kemudian dikirim ke sebuah kompositor video animasi. Intensitas dari gambar dapat bervariasi dan kendali proporsi dapat diperloeh. &ebagai teknik yang sudah dikembangkan bertahun-tahun, teknik ini menjadi tidak penting daripada masalah utama untuk akuraasi pencocokan antara tengkorak dan sebuah fotograf. Penting sekali mengetahui bahwa superimposisi bukan hanya mencoba mencocokan tengkorak ke dalam kepala individu, tetapi usaha untuk menilai kecocokan antara tengkorak ke sebuah fotograf wajah. Pengenalan dari peralatan elektronik sudah membantu simplifikasi teknik superimposisi dari tulang tengkorak dan superimposisi video. Penelitian dari +ustin-smith dan maples menyatakan bahwa kesempatan false positif menjadi 0,
dan
%iralyfalvi
mengembangkan
sebuah
teknik
yang
menggunakan sebuah metode berbasis komputer untuk mengecek hasil dari superimposisi. Pada sebuah penelitian, satu tengkorak dan dua fotograf digunakan untuk perbandingan. &atu fotograf dari individu yang manan tengkoraknya berasal dan fotograf lainnya adalah dari seorang indiviidu yang sama. Perbandingan kesamaan digunakan pada poin yang ditandai pada tengkorak, fotograf, dan monitor untuk kondisi sebelum dan sesudahnya. Pada prinsipnya, penelitian yang dibuat menggunakan penanda tengkorak, wajah dan monitor untuk menilai baiknya kecocokan antara penanda tengkorak, wajah, dan monitor untuk menilai seberapa baiknya penanda yang dicocokan dengan superi mposisi.
14
d.
Ak$asi dai S$'ei!'osisi Foto Ten*koak
"anyak penelitian yang menyatakan bahwa teknik superimposisi dental meningkatkan akurasi dari hasil yang diperoleh untuk identifikasi. al ini dikarenakan penyocokan antara fotograf gigi dengan tengkorak jauh lebih mudah dan lebih akurat. 5ika rangka gigi tersedia, usaha untuk menyocokannya dengan catatan gigi sebelum kematian, dapat dilakukan. *amun demikian, pada banyak kasus tidak ada data tentang rangka gigi yang tersedia sehingga superimposisi fotografi pada bagian anatomi lain digunakan dalam teknik penyocokan tersebut. "anyak dari penelitian yang mengukur keakuratan dan validitas dari teknik ini. &atu dari peneliti pertama adalah dilakukan pada orang keturunan +merika yang dilakukan pada awal 004 oleh +ustin-&mith dan aples, yang menemukan kesempatan dari identifikasi untuk memberikan hasil false positif menggunakan foto lateral sebesar 0,ores yang menyatakan bahwa superimposisi foto tengkorak harusnya digunakan untuk mengeksklusikan bukan untuk tujuan inklusi. %esimpulannya yatu sebaiknya digunakan teknik superimposisi dental atau bentuk lainnya, seperti profil biologi yang cocok. 5ayaprakash et al juga menjelaskan bahwa penggunaan dari superimposisi foto tengkorak sebagai sebuah alat identifikasi, dan menyatakan bahwa tingkat akurasinya sebesar 0H. eskipun sistem pengadilan sudah menyetujui teknik superimposisi foto tengkorak sebagai alat identifikasi di seluruh dunia, namun tidak semua sistem pengadilan menggunakannya. "eberapa pengadilan menggunakan teknik ini untuk mengeksklusikan ada juga yang menginklusikan individu. ?enton et al menggunakan teknik yang dikenal dengan istilah proses orientasi dinamik. Ide penelitian ini adalah mengeksklusikan sebuah tengkorak
15
dari gambaran fotograf yang cocok. 5ika tidak dapat dieksklusikan maka orang tersebut merupakan individu dalam fotograf.
e. At$an
$nt$k
Foto*afi
'ada
S$'ei!'osisi
Foto
Ten*koak
dan
Identifikasin/a.
#edsicker menjelaskan bahwa dalam ruang lingkup dari fotografi forensik, pekerjaan fotografer adalah meneliti bukan hanya pada nilai artistiknya tetapi pada akurasi yang mana fotonya menggambarkan inti dari topik permasalahan. %edalaman ruang lingkup dari fotograf menjadi penting dalam fotografi yang mana kejadian kejahatan harus difoto. %edalaman dari ruang lingkup ini didefinisikan sebagai area dengan kemunculan pada fokus dari tampilan depan tampilan belakang. !ntuk semua tahapan dari fotograf kriminal, sebuah kedalaman dari ruang lingkup diperlukan sebagai lawan dari sebuah keadaan yang detail spesifik diperlukan sebagai contoh jejak darah dan jejak sepatu. %edalaman ruang lingkup menjadi sangat penting jika digunakan untuk superimposisi fotografi foto tengkorak. >ariasi dari teknik fotografi sebagai contoh jarak dari kamera atau angle dari kamera yang dapat menghasilkan beragam variasi yang tidak normal diantara 3 gambaran indentik. )liasova dan %rsek menggambarkan gangguan yang dapat terjadi dengan fotograf-fotograf bagaimana pengaruh dari akurasi superimposisi foto tengkorak. Proses superimposisi menggunakan gambaran 3 dimensi yang disuperimposisi ke dalam objek : dimensi. eskipun peneliti tersebut mengajukan bahwa mereka dapat menjelaskan gangguan melalui penggunaan dari sebuah model matematika, sehingga diperlukan pemahaman dari fotografi dan matematika.
. f. Pen**$naan dai Penanda Anato!i2kaniofasia% 'ada S$'ei!'osisi Foto Ten*koak. +ntroposkopi adalah sebuah metode yang menilai bentuk tubuh dari
inspeksi visual. Penilaian visual ini merupakan metode sangat tua yang masih 16
digunakan untuk pada kedokteran sekarang. +ntropometri mencakup pengukuran terhadap struktur tubuh manusia. Pengukuran ini lebih objektif dan lebih realistic. Penanda anatomi sudah diidentifikasikan pada wajah manusia/tengkorak untuk tujuan pengukuran antropometri. Penanda anatomi dapat memainkan peranan penting pada identifikasi seorang individu yang menggunakan fotografi dan peralatan kamera. eknik modern yang bertujuan untuk identifikasi forensik mencakup teknik yang menggunakan analisis pengukuran, analisis morfologi dan superimposisi. "eberapa penelitian sudah
membantu
proses identifikasi melalui
penggunaan penanda anatomi/kraniofasial dengan menggunakan pengukuran penanda dan proporsi yang dapat diperoleh dari fotograf atau kamera yang digunakan untuk identifikasi kejahatan. "entuk identifikasi ini, dikenal dengan Jidentifikasi gambaran wajah dapat dilakukan dengan menilai morfologi, antropometri, dan juga superimposisi. etode morfologi menggunakan peroporsi dan pola dari wajah seperti mata, alis, mata, hidung, dan bibir dengan sistem klasifikasi yang sudah berlaku. +nalisis antropometri didasarkan pada indeks yang mengukur dimensi wajah, tetapi juga telinga atau bentuk hidung, dan gaya rambut. &uperimposisi adalah metode membandingkan dua gambaran tersebut. Penggunaan dari penanda anatomi pada superimposisi foto tengkorak diperkenalkan untuk dihubungkan dengan penggunaan teknik superimposisi, selain itu untuk menghindari terjadinya false positif dan false negative.
*. Metode S$'ei!'osisi
&uperimposisi terbagi menjadi tiga tahapan, tahapan pertama adalah mencocokan tengkorak dengan fotograf. Pada tahapan ini, fotograf di salin ke dalam salinan digital dan melakukan scan pada tengkorak dengan salinan berupa gambaran tengkorak dengan gambaran : $ untuk teknik superimposisi. ahapan kedua berupa pencocokan morfologi dari tengkorak dan fotograf. Pada tahapan dilakukan pengubahan ukuran dan perbandingan pada fotograf dan tengkorak sehingga didapatka kesamaan diantara keduanya. Gambaran tengkorak dan 17
fotografi dipisahkan. &elanjutnya dilakukan pencocokan morfologi untuk menentukan kesamaan morfologi dari tengkorak dengan gambaran fotograf seseorang. Ini dilakukan dengan menggunakan daftar kelengkapan dari kesamaan frontal antara tengkorak dan wajah dari pedoman +ustin-&mith dan aples. Pada tahapan ketiga dilakukan superimposisi untuk mengetahui seberapa baiknya atau tepatnya penanda yang terdapat di tengkorak dan fotograf. Penanda kraniofasial digunakan untuk member penilaian objektif terhadap kecocokan dari tengkorak dan fotograf. +da dua penanda yang digunakan yaitu penanda tulang yang sangat akurat dan penanda kulit yang memerlukan banyak pengalaman. erdapat juga pembagian penanda menjadi penanda awal, penanda primer, dan penanda skunder. Penanda awal bertujuan untuk meyakinkan bahwa tengkorak tepat segaris dan seukuran dengan fotograf. Penanda primer digunakan karena mudah diidentifikasikan dan mudah dilihat pada tulang maupun kulit. Penanda sekunder adalah penanda yang susah untuk diidentifikasikan lokasinya. %riteria yang digunakan untuk mendefinisikan kecocokan antara fotograf dan tahapan ketiga adalah pencocokan berbasis computer dengan beberapa penanda. Pendekatan %raniofasial &uperimposisi dengan %omputer-based, antara lain' odel Cajah dan engkorak 3 Penutupan ulang dan Cajah 1... S$'ei!'osisi Denta%
etode ini juga distandarisasi oleh interpol yang dikenal dengan dental charting sistem. &elain itu, sistem ini juga telah diterapkan pada Corld $ental ?ederation ooth *umbering &istem. Pencocokan dental merupakan proses identifikasi yang dilakukan dengan membandingkan post mortem korban dengan ante mortem (dental records. etode ini sering digunakan sebab banyak dari korban bencana masih memiliki struktur gigi yang utuh. &elain itu, setiap manusia memiliki bentuk gigi yang unik. Pencocokan dental dilakukan dengan membandingkan satu persatu keadaan tiap gigi korban bencana (post mortem dengan dental record yang ada (ante mortem. Pemeriksaan yang demikian sangat
18
melelahkan, memakan waktu dan akan menjadi tidak akurat jika jumlah korban dan data record yang diperiksa cukup banyak. !ntuk mempermudah proses tersebut, perlu dikembangkan sistem yang mampu melakukan proses identifikasi ini secara otomatis. &istem ini harus mampu mengembalikan citra dental F-ray yang menjadi masukan beserta identitas dari pemilik citra tersebut. Perengkat lunak yang dikembangkan akan secara otomatis mencocokan keadaan gigi korban dengan dental record yang ada. a. Anato!i )i*i
Gigi manusia terdiri dari tiga'
+kar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang terletak di dalam tulang rahang.
ahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.
@eher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi.
1, St$kt$ )i*i
"adan dari gigi terdiri dari ' a )mail, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan dan abrasi. )mail tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, at organik dan air. b $entin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna kekuningan. $entin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari email. $entin terdiri dari 74 H bahan organik, terutama %alsium dan fosfor serta :4 H bahan organik dan air. c &ementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup akar gigi. &ementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. &ementum lebih lunak dari dentin dan terdiri dari =4H bahan organik berupa %alsium dan ?osfor dan =4H bahan organik.
19
d Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
, Mofo%o*i )i*i
enurut masa
pertumbuhan gigi manusia
terbagi menjadi dua, yaitu
'
a Gigi susu Gigi susu berjumlah
34 buah dan mulai tumbuh
pada umur < -0 bulan
dan lengkap pada umur 3
K 3,= tahun. Gigi susu
terdiri dari = gigi pada
setiap daerah rahang
Gambar =. &truktur gigi.
masing K masing adalah '
3 gigi seri (incicivus, gigi taring. b Gigi permanen Gigi permanen berjumlah 38 K :3 terdiri dari 3 gigi seri, gigi taring, 3 gigi premolar, dan : gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu. +ntara umur < K ; tahun 34 gigi susu diganti gigi permanen. Gigi molar dan 3 mulai erupsi pada umur < K 3 tahun sedangkan gigi molar : mulai erupsi pada umur 7 K 3 tahun. 3, No!en&%at$ )i*i *omenklatur yang biasa dipakai adalah '
.
Bara Asigmondy Gigi susu > I> III II I I II III I> > > I> III II I I II III I> > Bontoh ' c bawah kanan ' III m3 atas kiri ' > Gigi tetap 87<;:3 3:;=<78 87<;:3 3:;=<78 Bontoh ' P3 atas kanan ' = I bawah kiri '
20
3.
Bara Palmer ' cara yang paling mudah dan universal untuk dental record Gigi susu )$B"+ +" B $ ) )$B"+ +" B $ ) Bontoh ' c bawah kanan ' B
m3 atas kiri ' )
Gigi tetap 87<;:3 3:;=<78 87<;:3 3:;=<78 Bontoh ' P3 atas kanan ' = :.
I bawah kiri '
Bara +merika ' yaitu dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, lalu ke bawah kiri.
Gigi &usu (pakai huruf romawi 1
I1
>III >II
>I
>
1I 1II 1III 1I> 1>
I>
III
II
I
1>I 1>II 1>III 1I1 11
Bontoh ' c bawah kanan ' 1III
m3 atas kiri ' I
Gigi etap (pakai angka biasa ' < = ; : 3 4 0
8
7
7 8 0 34 3 33 3: 3;
3= 3< 37 38 30 :4 : :3
Bontoh ' P3 atas kanan ' : ;.
<
=
;
: 3
I bawah kiri ' 3=
Bara +plegate %ebalikan dari cara +merika yaitu dengan menghhitung dari atas kanan ke kiri, kebawah kiri lalu ke bawah kanan Gigi &usu ' I
II
III
I>
>
11 1I1 1>III 1>II 1>I Bontoh ' c bawah kanan ' 1>II
>I
>II >III
I1 1
1> 1I> 1III 1II 1I m3 atas kiri ' 1
Gigi etap '
3
: ;
= < 7
8
:3 : :4 30 38 37 3< 3=
0 4 3 : ; = < 3; 3: 33 3 34 0 8 7 21
Bontoh ' P3 atas kanan ' ; =.
I bawah kiri ' 3;
Bara aderup Gigi &usu '
49
94
4-
-4
Bontoh ' c bawah kanan ' 4:-
m3
Bontoh ' P3 atas kanan ' =9
I
atas kiri ' 94=
Gigi etap '
9
9
-
-
bawah kiri ' -
<.
&istem &candinavian (tidak begitu banyak digunakan 9 ' untuk gigi geligi atas - ' untuk gigi geligi bawah Bontoh ' P3 atas kanan ' 9=
I3 bawah kiri ' 3-
". Teknik S$'ei!'osisi Denta% &etelah mendapatkan gambaran tentang gambaran orang yang hilang
kemudian dilakukan visualisasi dari ona mulut, setelah itu dilakukan proses orientasi spasial pada arkus dental sehingga didapatkan tampilan dari arkus. Gambaran
tersebut
kemudian
dilakukan
superimposisi
dengan
fotograf
antemortem dan dilakukan penilaian terhadap kecocokan fotograf antemortem dengan tulang gigi.
22
Fi*. 3. &ome eFamples of dental superimposition
BAB III KESIMPULAN
!paya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, parturitas (riwayat persalinan, ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan superimposisi serta rekonstruksi wajah. $icari 23
pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
"ila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data-data hasil pemeriksaan dengan data-data antemortem. "ila terdapat tulang tengkorak yang utuh dan terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, maka dapat dilakukan metode superimposisi, yaitu dengan menumpukkan foto #ontgen tulang tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. $engan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. Pada keadaan tersebut dapat pula dilakukan pencetakan tengkorak tersebut lalu dilakukan rekonstruksi wajah dan kepala pada cetakan tengkorak tersebut dengan menggunakan materi lilin atau gips sehingga dibentuk rekaan wajah korban. #ekaan wajah tersebut kemudian ditunjukkan kepada tersangka keluarga korban untuk dikenali.
DAFTAR PUSTAKA
. +mir, +. 3444. Kapita Selekta Kedokteran Forensik . st ed. edan' !&! Press 3. "oer, +rdiyan. Osteologi Umum. 4th ed. Padang' Percetakan +ngkasa #aya 24
:. "udiyanto, +., Cidiatmaka, C., +tmaja, $. &., 000. Identifikasi Forensik . $alam' Ilmu %edokteran ?orensik. 5akarta' "agian Ilmu %edokteran ?orensik ?akultas %edokteran !niversitas Indonesia' alaman 07-343 ;. Glinka, 5. 004. Antopometri & Antroskopi.:rd ed. &urabaya =. %rogman, C.., Iscan .L., 08<. The Human Skeleton in Forensic Medicine. Illinois' homas Publisers <. *andy, +. 00<. Principles of Forensic Medicine. st ed. Balcutta' *ew Bentral "ook +gency (P @td 7. *ielsen, &.%. 084. Person Identification ! Means of the Teeth. "ristol' 5ohn Cright M &ons @td 8. !belaker, $ouglas . 34=. "raniofacial Superimposition# Historical $e%ie and "urrent Issues' (ournal of forensic sciences'
25