BAB 1 PENDAHULUAN
Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak sempurna. Kelainan be nt uk ini in i seri se ring ng ka li di se rtai rt ai de ng an tida ti da k te rb en tukn tu kn ya (a tr es ia ) lian li an g te ling li ng a da n kelainan tulang pendengaran.1 Na mun mu n ke la inan in an ini in i ja ra ng di se rtai rt ai de ng an ke la inan in an te ling li ng a da la m, ka re na pe rkem rk em ba ng an em br iolo io log g i ya ng be rb ed a an ta ra te ling li ng a da la m da n te ling li ng a te ng ah .1 Kejadia pada lelaki lebih sering daripada perempuan. Angka kejadian 1:!!! kela kelahi hira ran. n. "ebi "ebih h
seri sering ng pada pada teli teling ngaa
kana kanan. n. Keja Kejadi dian an pada pada teli teling ngaa unil unilat ater eral al
dibandingkan bilateral adalah #:1. #ekitar $!% mengenai telinga unilateral dan 1!% bi la te ra l. 1 &erjadi rjadi pada pada seti setiap ap '!!! '!!!! !!! !! kela kelahi hira ran n (ber (berga gant ntung ung kepad kepadaa stat statis isti tik k tiap tiapti tiap ap negaradan ras indiidual). *umlahnya di +ndone sia belu m diketah ui denga n pasti k ar en a
ti d a k pern pernah ah ada ada kolek koleksi si data data sehub sehubun ungan gan denga dengan n mikr mikroti otia. a. as as Asia sia lebi lebih h seri sering ng
terkena daripada ras lainnya.-,
1
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Embriologi &elinga mamalia dibagi menjadi tiga komponen yang berbeda dan saling berhubungan. /nitu /nitunit nit ini, ini, teling telingaa ekster eksternal nal,, tengah, tengah, dan bagian bagian dalam, dalam, berbeda berbeda dalam dalam asal asal embri embriolog ologik ik (0ambar -.1). &elinga &elinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga, dan membran timpani. &elinga eksternal embriologis berasal dari lengkungan brankhial pertama dan kedua , dan mencakup baik ektodermal dan komponen mesodermal . "engkungan jaringan mesenkim terdiri dari mesoderm paraksial dan sel pial neural . #elsel ini pial neural berasal dari otak belakang dan karenan karenanya ya memili memiliki ki implik implikasi asi untuk untuk regula regulasi si genetik genetik pembent pembentukan ukan otak otak belakan belakang g dan segmentasi serta pembentukan telinga luar.
0ambar -.1 Perkembangan telinga pada hari ke -$ dari gestasi
-
"engkungan pertama menimbulkan daun telinga anterior, liang telinga, cincin timpani, dan bagian superior dari maleus dan inkus. "engkungan kedua menimbulkan daun telinga posterior, bagianbagian dari meatus auditori eksternal, bagian in2erior maleus dan inkus, dan stapes suprastruktur. 3aun telinga dibentuk oleh perubahan bertahap dalam bentuk dan 2usi komponen hillocks auricular , yang berasal dari lengkungan brankhial pertama dan kedua ( 0ambar -.- ) . Pembentukan hasil pendengaran meatus eksternal dari piring padat epitel sel ektodermal, steker meatus yang akhirnya teresorbsi dengan hanya lapisan kanal yang tersisa. Kanal dilapisi oleh sel epitel asal ektodermal. 4embran timpani mulai berkembang selama minggu ke-5 kehamilan dan muncul dari aspek yang paling medial meatus, yang akhirnya menjadi lapisan luar dari membran timpani.
0ambar -.- pertumbuhan dari 6 hiloks telinga
II.2. Anatomi II.2.1 Telinga luar
&elinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai mebran timpani. 3aun telinga terdiri dari tulang ra7an elastin dan kulit. "iang telinga berbentuk huru2 #, dengan rangka tulang ra7an pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kirakira - cm.1 &elinga eksternal terdiri dari, kerangka tulang ra7an dimensi yang elegan dengan lobulus
jaringan
lunak. #ebuah terminologi
yang rumit
telah
dikembangkan untuk
menggambarkan daun telinga terbaik ditinjau secara isual (0ambar -.).1 Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modi2ikasi dari kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1
0ambar -. anatomi daun telinga
II.2.1 Telinga tengah
&elinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar adalah membran timpani, batas depan tuba eustachius, batas ba7ah ena jugularis, batas belakang aditus ad antrum, batas atas tegmen timpani (meningen otak), batas dalam berturutturut dari atas ke ba7ah adalah: (1) kanalis semi sirkularis, (-) kanalis 2asialis, () tingkap lonjong (oval window), () tingkap bundar (round window) dan (') promontorium.1 4embran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. 8agian atas disebut pars 2laksida (membran #hrapnell), sedangkan bagian ba7ah pars tensa (membran propria). Pars 2laksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubis bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari sekret kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1 8ayangan penonjolan bagian ba7ah maleus pada membran timpani disebut umbo. 3ari umbo bermula suatu re2lek cahaya (cone of light) yaitu pada pukul untuk membran timpani kiri dan pada pukul lima untuk membran timpani kanan. e2lek cahaya adalah cahaya dari luaryang dipantulkan oleh membran timpani. 3i membran timpani terdapat dua macam serabut, sirkuler dan radier. #erabut inilah yang menyebabkan timbulnya re2lek cahaya berupa kerucut.1 4embran timpani dibagi dalam empat kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis tegak lurus pada g aris itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atasdepan, atas belakang, ba7ahdepan, ba7ahbelakang untuk menyatakan letak per2orasi pada membran timpani.1 &ulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. #tapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. 9ubungan antar tulang tulang pendengaran merupakan persendian.1 Pada pars 2laksida terdapat daerah yang disebut atik. 3i tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.1 '
&uba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan dengan daerah naso2aring dengan telinga tengah.1
0ambar -. anatomi telinga tengah
II.3. i!iologi Proses mendengar dia7ali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. 0etaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengampli2ikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. nergi getar yang telah diampli2ikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilim2a pada skalaestibuli bergerak. 0etaran diteruskan melalui membrana eissner yang mendorong endolim2a, sehingga akan menimbulkan gerak relati2 antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya de2leksi stereosilia selsel rambut, sehingga kanalion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada sara2 auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area $!) di lobus temporalis. 0angguan telinga luardan telinga tengah dapat menyebabkan tuli kondukti2.1 6
0ambar -.' ;isiologi Pendengaran
BAB III MI"#$TIA
III.1. De%ini!i 4ikrotia terbentuk dari dua kata yaitu micro yang artinya kecil dan otia yang artinya telinga. 4icrotia adalah mal2ormasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk ringan sampai berat, dengan ukuran kecil sampai tidak berbentuk sama sekali (anotia). 8iasanya bilateral dan berhubungan dengan stenosis atau atreasia meatus akustikus eksternus dan mungkin mal2ormasi inkus dan maleus. Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak sempurna. Kelainan be ntuk ini sering ka li dise rtai de ng an tida k terb en tukn ya (atresia) lian g teling a da n kelainan tulang pendengaran.1
III.2. E&i'emiologi 4elnick dan 4yranthopoulos meneliti cacat dan anomalidaun telinga terkait dalam serangkaian '6.!!! kehamilan pada populasi etnis yang beragam ( Kaukasia 6 % , 6% A2rika Amerika , "atino 5 % ) , cacat telinga terjadi pada sekitar 1,1 % ( 11 1!!! ) kelahiran . Anomali yang parah , seperti mikrotia , terjadi pada sekitar di 1!.!!! kelahiran hidup . Kejadian telah dilaporkan 1 di !!! pada populasi *epang dan setinggi 1 di $!!1 tahun 1-!! pada populasi Naajo. 9ampir setengah dari pasien mikrotia dalam studi 4elnick dan 4yranthopoulos disajikan dengan mikrosomia kranio2asial, juga dikenal sebagai sindrom 7ajah auricular ertebral. 3alam studi yang sama, sisi kanan dipengaruhi hampir dua kali sesering kiri, dan de2ormitas bilateral terjadi pada 1! % pasien, dengan rasio dilaporkan kanan ke kiri ke bilateral sekitar !':!:!1 . 8anyak sumber melaporkan bah7a tulang belakang, urogenital, dan anomali ginjal terjadi dalam sindrom mikrosomia kranio2asial, meskipun hal ini tidak dikon2irmasi dalam kelompok ini. Kejadian pada lelaki lebih sering daripada perempuan. Angka kejadian 1:!!! kelahiran. "ebih
sering pada telinga
kanan. Kejadian pada telinga unilateral
dibandingkan bilateral adalah #:1. #ekitar $!% mengenai telinga unilateral dan 1!% bi la tera l. 1 5
&erjadi pada setiap '!!!!!! kelahiran (bergantung kepada statistik tiaptiap negaradan ras indiidual). *umlahnya di +ndone sia belu m diketah ui denga n pasti k ar en a
ti d a k pernah ada koleksi data sehubungan dengan mikrotia. as Asia lebih sering
terkena daripada ras lainnya.1
III.3. Etiologi 'an a(tor #i!i(o
Kedua 2aktor keturunan dan kecelakaan pembuluh darah dalam rahim telah diusulkan sebagai 2aktor etiologi mikrotia. 8eberapa kelompok telah mempelajari pasien mikrotia mereka sebagai probands, menemukan bukti untuk mikrosomia kranio2asial keluarga dan pola sugesti2 7arisan multi2aktorial. ;aktor penyebab yang spesi2ik juga dapat mencakup rubella ibu selama trimester pertama kehamilan, 8rent telah melaporkan eksposur thalidomide selama kehamilan sebagai penyebab poin Pos7illo dengan 7aktu berariasi dari cacat teratogenik pada pasien dengan kelainan bentuk telinga terkait dengan dysostosis mandibulo2acial (&reacher
III.) Mani%e!ta!i "lini!
Kelainan biasanya terlihat pada saat lahir dengan mal2ormasi aurikular jelas. &ingkat hipoplasia dari telinga eksternal adalah ariabel. Ketika mikrotia terlihat dalam hubungannya dengan anomali lainnya, karyotyping dapat mengungkapkan kelainan kromosom. Ada tiga kategori penting yang memudahkan menilai kelainan daun telinga dengan cepat. Kriteria menurut Aguilar dan *ahrsdoer2er, yaitu: (1) 3erajat 1: *ika telinga luar terlihat normal tetapi sedikit lebih kecil. &idak diperlukan prosedur operasi untuk kelainan daun telinga ini. $
&elinga berbentuk lebih kecil dari telinga normal. #emua struktur telinga luar ada pada grade 1 ini. Kita bisa melihat adanya lobule, heli= dan anti heli=. 0rade 1 ini dapat disertai dengan atau tanpa lubang telinga luar. (-) 3erajat -: *ika terdapat de2isiensi struktur telinga seperti tidak terbentuknya skapa, lobul, heliks atau konka. Ada beberapa struktur normal telinga yang hilang. Namun masih terdapat lobule dan sedikit bagian dari heli= dan antiheli=. () 3erajat : terlihat seperti bentuk kacang tanpa struktur telinga atau anotia. Kelainan ini membutuhkan proses operasi rekonstruksi dua tahap atau lebih. Kelompok ini diklasi2ikasikan sebagai mikrotia klasik. #ebagian besar pasien anak akan mempunyai mikrotia jenis ini. &elinga hanya akan tersusun dari kulit dan lobulus yang tidak sempurna pada bagian ba7ahnya. 8iasanya juga terdapat jaringan lunak di bagian atasnya. 3imana ini merupakan tulang kartilgo yang terbentuk tidak sempurna. 8iasanya pada kategori ini juga akan disertai atresia atau ketidakadaan lubang telinga luar.,'
0ambar .1 klasi2ikasi mikrotia #edangkan &an>er mengklasi2ikasikan mikrotia berdasarkan deskripsi dan lokasi dari de2ek: (1) tipe A yaitu telinga anotik, (-) tipe 8 yaitu telinga hipoplastik yang lengkap dengan atau tanpa atresia aural, () tipe < hipoplasia dari 1? tengah dari aurikel, () tipe 3 hipoplasia dari 1? superior dari aurikel, (') tipe yaitu telinga yang prominen.' Kemudian ada klasi2ikasi Nagata yang berhubungan dengan pendekatan operasi: (1) &ipe lobulus. Pasien memiliki sisa telinga dan lobulus salah posisi tapi tidak memiliki konka, meatus akusitikus atau tragus@ (-) &ipe konka: Pasien memiliki sisa telinga, lobulus salah posisi, konka
1!
(dengan atau tanpa meatus akustikus), tragus, dan anti tragus dengan insisura intertragica @ () &ipe konka kecil, pasien memiliki sisa telinga, lobulus salah posisi, dan indentasi kecil daripada konka@ () Anotia, pasien dengan tidak ada atau hanya sedikit telinga yang tersisa@ (') 4ikrotia atipikal, pasien ini memiliki de2ormitas yang tidak sesuai dengan kategori diatas. #ebagian besar pasien dengan mikrotia tidak memiliki gangguan lain. Namun sepertiga dari keseluruhan kasus akan mengalami jaringan dan tulang yang tidak berkembang di sisi mikrotianya. 9al ini biasanya disebut dengan hemifacial microsomia. #ekitar 1'% dari keseluruhan kasus mengalami kelemahan sara2 2asialis. Kelainan lainnya yang sangat jarang bisa berupa gangguan pembentukan palatum (bibir sumbing), gangguan jantung dan gangguan ginjal. *antung dan ginjal bisa terkena karena kedua organ ini berkembang bersamaan dengan perkembangan telinga luar dan tengah.6 Anakanak dengan mikrotia menjadi sadar dengan kondisi dirinya pada saat menginjak usia tiga setengah tahun. #ebelum usia itu anakanak cenderung tidak peduli dengan kondisinya. #etelah menginjak usia tersebut anakanak mulai menanyakan tentang telinganya yang kecil sebelah atau telinganya yang berukuran berbeda dari temantemannya.6 III.) Diagno!i!
4ikrotia akan terlihat jelas pada saat kelahiran, ketika anak yang dilahirkan memiliki telinga yang kecil atau tidak ada telinga. &es pendengaran akan dilakukan untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran di telinga yang bermasalah atau tidak. 3an jika ada gangguan pendengaran, maka derajat berapa gangguan pende ngarannya.,6
III.* Penatala(!anaan
/sia pasien menjadi pertimbangan operasi, minimal berumur 65 tahun. Pada usia ini kartilago tulang iga sudah cukup memadai untuk dibentuk sebagai rangka telinga dan telinga sisi normal telah mencapai pertumbuhan maksimal, sehingga dapat digunakan sebagai contoh rangka telinga. Pada usia ini daun telinga mecapai 5!$!% ukuran de7asa.-,6 3engan tidak adanya tulang ra7an daun telinga, pembedahan rekonstruksi jarang menghasilkan kosmetik yang memuaskan. Prostesis yang artistik adalah pemecahan yang paling 11
baik untuk kosmetiknya. Pada kelainan unilateral dengan pendengaran normal dari telinga sisi lain, rekonstruksi telinga tengah tengah tidak dianjurkan, tetapi bila terjadi gangguan pendengaran bilateral, dianjurkan rekonstruksi telinga tengah.' &erdapat tiga model rangka telinga untuk operasi rekonstruksi, antara lain: (1) tandur autologus, yaitu rekonstruksi menggunakan kartilalo autologus, telah menjadi standar operasi rekonstruksi karena tandur diterima dengan baik dan tidak terjadi reaksi penolakan jaringan. (-) prosthetic 2arm7ork, bila rekosntruksi menggunakan rangka silikon atau gorote=. 4etode ini sering menimbulkan komplikasi nekrosis. +ntegritas jaringan host dengan bahan prostetik masih memerlukan penelitian lebih lanjut. () prosthetic ear replacement.' 3iba7ah ini adalah tiga pilihan utama untuk rekonstruksi mikrotia: (1) rekonstruksi autogenik, dua teknik utama yang menjelaskan untuk rekonstruksi autogenik dari aurikel yang menggunakan kerangka kartilago dari tulang rusuk adalah teknik 8rent dan teknik Nagata.' &eknik 8rent meliputi empat tahapan: (a) pembuatan dan penempatan dari kerangka aurikuler kartilago tulang rusuk. (b) lubang telinga dirotasi dari malposisi ertikal menjadi posisi yang benar di aspek kaudal dari kerangka. (c) pengangkatan dari aurikel yang direkonstruksi dan pembuatan dari sulkus retroaurikuler. (d) pendalaman dari konka dan pembuatan tragus.6
1-
0ambar .Keterangan gambar: Pemuatan dari kerangka telinga dari kartilago tulang rusuk. &eknik brent tahap 1. A: 8lok dasar diperoleh dari sinkondrosis dari dua kartilago tulang rusuk. Pinggrian heliks dipertahankan dari sebuah kartilago rusuk yang mengambangB. 8: 4engukir detail menjadi dasar menggunakan gouge. <: Penipisan dari kartilago tulang rusuk untuk membuat pinggiran heliks. 3: 4engaitkan pinggiran ke blok dasar menggunakan benang nilon. : Kerangka selesai.
0ambar . Keterangan 0ambar: Pemasangan dari kerangka telinga teknik 8rent tahap 1. A: &anda preoperatie menandakan lokasi yang diinginka dari kerangka (garis lurus) dan pelebaran dari pembedahan yang diperlukan (garis putusputus). 8: Pemasangan dari kerangka kartilago. <: &ilan setelah tahap pertama. Kateter suction digunakan untuk menghisap kulit ke dalam jaringan interstisial dari kerangka.
1
0ambar .
Keterangan 0ambar: otasi dari lobules. &eknik 8rent tahap -. "ubang telinga di rotasi dari malposisi ertical menjadi posisi yang benar di aspek kaudal dari kerangka. A: 3esain dari rotasi lobus dibuat dengan incise yang dapat digunakan di tahap , konstruksi tragus. 8: #etelah rotasi dari lobules.
0ambar
0ambar .' Keterangan 0ambar: Pengangkatan dari aurikel yang di rekonstruksi dan pembuatan dari sulkus retroaurikuler.
1
leasi dari kerangka dan skin gra2t menjadi sulkus. &eknik 8rent tahap . A: +nsisi dibuat dibelakang telinga. 8: Kulit kepala retroaurikuler dimajukan ke sulkus jadi gra2t akhir tidak akan terlihat. <: 0ra2t yang tebal pada permukaan medial yang tidak tersembunya dari aurikel.
0ambar .6
Keterangan 0ambar: Pendalaman dari konka dan pembuatan tragus. Konstruksi dari tragus. &eknik 8rent tahap . A: 0ra2t konka diambil dari dinding konka posterior dari telinga yang berla7anan. 8: +nsisi bentuk " dibuat dan gra2t diamasukkan dengan permukaan kulit di ba7ah. <: 0ra2t sembuh dengan baik.
1'
A
8 0ambar .
Keterangan 0ambar: Pembuatan kerangka kerangka telinga dari kartilago tulang rusuk. &eknik Nagata tahap 1. A. #ecaa garis besar mirip dengan 8rent, dasar dan detailnya di buat dari sinkrondosis dari tulang rusuk. 8: mpat buah kartilago yang membuat kerangka kartilago diberikan nomor. 3asar dan pinggiran heliks seperti pada teknik 8rent. &erdapat potongan antiheliksa2ossa triangular tambahan dan ada tambahan potongan tragusantitragus yang khas pada prosedur Nagata. ,'
0ambar .5 Keterangan 0ambar: Penempatan dari kerangka kartilago, teknik Nagata tahap 1. A: +nsisi di desain, mengambil sebagian besar dari kulit di permukaan medial dari lobulus yang akan dibutuhkan untuk membentuk garis konka. 8: Kantung di bedah, membuat pedikel yang intak di ujung kaudal dari 2lap. <: Kerangka di masukkan. 3: &ilan dari kerangka setelah tahap 1. 3rain suction ditempatkan untuk menghisap kulit yang berada diba7ah kartilago.,'
16
0ambar .$ Keterangan 0ambar: leasi dari rekonstruksi telinga dan pembuatan dari sulkus retroaurikuler. Pengangkatan dari kerangka. &eknik Nagata tahap -. A: Aurikel diangkat, kulit kepala dibuat menjadi sulkus, dan kulit yang dipindahkan di tutup dengan 2lap temporoparietal dan skin gra2t. 8: #kin gra2t berada di tempatnya. Nagata menjelaskan kegunaan dari ketebalan kulit yang dipisah , tetapi penulis telah memperhatikan penyusutan yang drastic dari gra2t yang tipis dan menyarankan gra2t yang sangat tebal. <: Pemotongan melintang menunjukkan bah7a ga2t kartilago berada pada tempatnya menyediakan gambaran sebagaimana 2lap temporoparietal menutupi 2lap temporoparietal.,',6 (-) ekonstruksi alloplastik sejumlah material telah pernah digunakan untuk membuat kerangka aurikuler. #ekarang ini bahan yang paling sering digunakan adalah silastik atau cetakan polietilen yang bisa menyerap. Kerangka alloplastik memiliki resiko yang lebih tinggi untuk erosi dan eksposur dibandingkan dengan autogenus. ;aktor yang berkontribusi terhadap tingginya resiko ekstrusi adalah jaringan luka, kulit yang terlalu tipis, tekanan pada implan, tekanan dan in2eksi. Calaupun begitu dengan penutupan jaringan lunak yang adekuat, seperti 2lap temporoparietal 2asial, kerangka alloplastik dapat digunakan dengan sukses. 8anyak penulis menyatakan bah7a rekonstruksi alloplastik merupakan pilihan kedua setelah kartilago tulang rusuk.,6 @ () ekonstruksi prostetik, sebuah alternati2 untuk operasi rekonstruksi telinga adalah dengan menggunakan prostetik aurikuler. Pada beberapa pasien, ini merupakan alternati2 yang tepat. Prostetik aurikuler digunakan untuk menghindarkan operasi telinga dalam. +mplan titanium dari gabungan tulang merupakan yang pertama ditanamkan pada tulang mastoid. #etelah implant telah sembuh secara sempurna, dibuatlah prostetik silikon aurikuler yang sesuai dengan telinga 1
yang lain. 0abungan titanium ditonjolkan melalui tempelan kulit ke prostetik dengan mekanisme tertentu. "em tidak diperlukan. Prostetik bisadikeluarkan dengan mudah dan area tersebut dapat dibersihkan.',6,
III.+ "om&li(a!i
#eperti yng disebutkan sebelumnya, kerangka alloplastik memiliki resiko ekstrusi yang lebih besar dibandingkan dengan kerangka kartilago tulang rusuk. kstrusi yang membutuhkan pemindahan terjadi pada '!% dari kerangka silastik, dibandingkan pada 1-% dari kartilago tulang rusuk. Komplikasi lainnya termasuk in2eksi, hematom dan kehilangan kulit. 9al ini biasanya jarang terjadi dan kerangka hampir selalu bisa diselamatkan. Komplikasi daerah donor termasuk luka pada dadayang tidak bagus, retrusi ringan sampai berat dan peraturan dari kontur tulang rusuk.',6 III., Progno!i!
#ekitar $!% anak dengan mikrotia akan mempunyai pendengaran yang normal. Karena adanya atresia pada telinga yang terkena, anakanak ini akan terbiasa dengan pendengaran yang mono aural (tidak stereo). #ebaiknya orang tua berbicara dengan gurunya untuk menempatkan anak di kelas sesuai dengan sisi telinga yang sehat agar anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Pada kasus bilateral (pada kedua telinga) umumnya juga tidak terjadi pendengaran. 9anya saja anakanak perlu dibantu untuk dipasang dengan alat bantu dengar konduksi tulang (8A9A D 8one Anchor 9earing Aid). 9al ini diperlukan agar tidak terjadi gangguan perkembangan bicara pada anak. "ebih jauh lagi agar proses belajar anak tidak terganggu.-,
8A8 +E
15
PENUTUP
I-.1 "e!im&ulan
4icrotia merupakan mal2ormasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk ringan sampai berat, dengan ukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Kelaian telinga luar kongenital berupa mikrotia dan stenosis liang telinga berisiko tinggi untuk terbentuknya kolesteatoma dan in2eksi telinga tengah. #ekitar $!%, kasus mikrotia hanya mengenai satu telinga tengah saja (unilateral) dan 1!% dari kasus mikrotia adalah mikrotia bilateral. &elinga terbanyak yang terkena adalah telinga kanan. Anak lakilaki lebih sering terkena dibandingkan dengan anak perempuan. (sekitar 6':'). #ampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mikrotia. &api banyak hal yang harus diperhatikan oleh ibu hamil di trimester pertama kehamilan untuk mencegah terjadinya mikrotia pada janin, misalnya 2aktor makanan, stress, kurang gi>i, menghindari pemberian atau penggunaan obatobatan dan >at kimia. #elain itu, genetik bisa menjadi salah satu 2aktor penyebab mikrotia tapi belum pernah diketahui bagaimana genetik bisa mempengaruhi atau menjadi 2aktor penyebab mikrotia.
DATA# PUSTA"A
1$
1. Aerdi oe>in, Armiyanto. &umor hidung dan sinonasal. 3alam: #oepardi A, +skandar N, et al. 8uku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala F leher, edisi keenam. *akarta: ;akultas Kedokteran /niersitas +ndonesia, -!! -. &horne,
*."..
ar
econstruction.
Garticle
on
internetH.
-!11.
Aailable
on:
http:??777.emedicine.medscape.com . "al7ani A.K. "urrent #iagnosis and $reatment in Otolaringology % &ead and 'eck Surgery, -!!, 4c 0ra7 9ill, Ne7 Iork. '. #arkissian, a22i der. Otoplasty. +n 3olan, C editor. acial !lastic Reconstructice and $rauma Surgery, -!!', 4arcell3ecker, Ne7 Iork. 6. Kryger, Jol 8. *ikrotia Repair. +n Kryger, J8. !ractical !lastic Surgery. -!!. "andes 8iosciense, &e=as . &hrone <.9. +n2ormation about microtia? aural atresia Garticle on internetH -!1-. Aailable on: http:??777.microtia.com
-!