BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar belakang belakang
Demam Demam tifo tifoid id dise disebut but juga juga denga dengan n typu typuss abdom abdomin inal alis is atau typoid typoid fever . Demam Demam tifoid tifoid adalah adalah penyaki penyakitt infeks infeksii akut yang yang biasany biasanyaa terdapa terdapatt pada salura saluran n pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran, yang disebabkan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi typhi atau Salmonella Salmonella paratyphi paratyphi A, Salmonella Salmonella paratyphi B dan Salmonella paratyphi C.5 Demam tifoid merupakan masalah kesehatan global, dengan 20 juta kasus diperkirakan dan 700.000 kematian tiap tahunnya. Dalam ! dekade terakhir demam tifoid tifoid menjadi menjadi masala masalah h keseha kesehatan tan global global bagi masyar masyarakat akat dunia. dunia. Diperk Diperkira irakan kan insidensi penyakit ini mencapai "#7 juta kasus di seluruh dunia dengan angka mortalitas mencapai $00 ribu ji%a per tahun. Daerah endemik demam tifoid tersebar di berbagai benua mulai dari &sia, &frika, &merika 'elatan, aribia, hingga ceania. 'ebagian besar kasus (*0+) ditemukan di negara berkembang seperti angladesh, -aos, epal, /akistan, ndia, 1ietnam, dan ndonesia.,2," Demam tifoid merupakan penyakit endemis di ndonesia yang disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella typhi. typhi. /realensi 3 + kasus demam tifoid terjadi pada umur "#3 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. /ada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar sukar dibeda dibedakan kan dengan dengan penyaki penyakitt demam demam lainny lainnyaa sehing sehingga ga untuk untuk memast memastika ikan n diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman u ntuk konfirmasi.! 'embilan puluh enam persen (3$+) kasus demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, typhi, sisany sisanyaa disebab disebabkan kan oleh S. paratyphi. paratyphi. uman masuk melalui makanan atau minuman, setelah mele%ati lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menemb menembus us dindin dinding g usus usus sehing sehingga ga mencap mencapai ai folike folikell limfoi limfoid d usus usus halus halus plaque (plaque peyeri). peyeri). uman ikut aliran limfe mesentrial ke dalam sirkulasi darah (bakterimia primer) mencapai 4' (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi). 'etelah
1
mengalami bakterimia sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal). 6asa inkubasi demam tifoid ini berkisar 0#! hari.! Diagnosis dini demam tifoid sangat diperlukan agar pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, sehingga komplikasi dapat dihindari. Diagnosis pasti demam tifoid ini adalah dengan ditemukannya kuman 'almonella pada biakan darah, urin, feses atau sumsum tulang. /erlu diingat bah%a tidak semua semua fasilitas kesehatan memiliki fasilitas biakan tersebut. 'ehingga sering diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan pemeriksaan serologis idal. !,5 /emilihan antibiotik untuk penatalaksanaan demam tifoid harus selektif, karena sudah banyak bakteri Salmonella thypi yang resisten terhadap beberapa antibiotik. /enelitian yang dilakukan sama dkk tahun 20, tes kepekaan obat mengungkapkan bah%a ! (*+) dari isolat resisten terhadap kloramfenikol dan * ("5+) dan 2 (!0+) isolate yang resisten terhadap ampisilin dan 86/#'69 masing# masing. Dua (!+) isolate 6D4 resistensi terhadap kloramfenikol, ampisilin dan 869#'69. 8idak ada isolate resisten terhadap ciproflo:acin dan ceftria:one. 1.2 Tujuan
8ujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari demam tifoid.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definii
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever . Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.5 2.2 E!i"e#i$l$gi
Di beberapa negara penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan, termasuk di Indonesia. Indonesia dan sebagian besar Asia Selatan merupakan daerah endemik demam Tifoid. 6 Anak-anak prasekolah dan
yang berusia
-1! tahun
seringkali
men"adi
penderita penyakit ini akibat perilaku "a"an sembarangan yang makanan
maupun
minuman
yang
dikonsumsi
tidak
te"amin
kebersihannya.# Demam tifoid ter"adi pada 16-$$ "uta manusia setiap tahunnya, dengan meninggal sebanyak %%.%%%.&,1$
%a#bar 1. ;eographic Distribution of 8hyphoid
$
2.& Eti$l$gi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan Salmonella paratyphi C dari genus salmonella, termasuk anggota dari famili Enterobacteriaciae, merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil (batang). akteri ini berukuran 2#" < 0,! # 0,$ =m, bergerak dan merupakan bakteri anaerob fakultatif yang berarti bakteri ini dapat tumbuh dalam kondisi ada dan tidak adanya oksigen.5 akteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. akteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu $00 >) selama 5 ? 20 menit, pasteurisasi, dan pendidihan. 5 @ika penyebabnya adalah Salmonella paratyphi, gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
%a#bar 2. &ntigenic 'tructure of 'almonellae Ased in 'erologic 8yping
'
%a#bar &. nfeksi Salmonella Typhi dalam tubuh manusia
2.' (akt$r )eik$
Adapun beberapa hal yang faktor resiko demam tifoid antara lain sebagai berikut(#,& 1. 2. $. '.
Sanitasi lingkungan yang buruk Personal Hygiene yang buruk )en"adikan sungai sebagai septi* tank rumah tangga )engkonsumsi makanan +khususnya sayuran dalam kondisi
mentah dan minum . asteurisasi susu yang tidak baik 6. ara pengolahan dan penya"ian makanan dan minuman yang tidak baik 2.* Pat$fii$l$gi
&da dua sumber penularan Salmonella typhi B pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering karier. Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi terjadinya karier. Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia
melalui
makanan
yang
terkontaminasi
kuman.
'ebagian
kuman
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.2 ila respon imunitas humoral mukosa g& usus kurang baik maka kuman akan menembus sel#sel epitel terutama sel 6 dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel#sel fagosit terutama oleh makrofag. uman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya diba%a ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. 'elanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ#organ ini kuman meninggalkan sel#sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda#tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.2 Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara Cintermittent ke dalam lumen usus. 'ebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. /roses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktiasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman 'almonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, sakit kepala, sakit perut, instabilitas askular, gangguan mental dan koagulasi.2 Di dalam plague /eyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan ('.typhi intra makrofag menginduksi reksi hipersensitiitas tipe lambat, hiperplasia jaringan, dan nekrosis organ). /erdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague /eyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel#sel mononuklear di dinding usus. /roses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. ndotoksin dapat menempel di reseptor sel
6
endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardioaskular, pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
PATHWAY
bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi masuk ke saluran *erna
sebagian dimusnahkan asam lambung sebagian masuk usus halus
peningkatan asam lambung di ileum terminalis membentuk limfoid pla/ue peyeri mual, muntah sebagian hidup sebagian menembus intake kurang dan menetap lamina propria
gangguan nutrisi
perforasi
perdarahan
masuk aliran limfe
masuk ke kelen"ar
limfe mesenterikus
0IT3ITIS menembus aliran darah
nyeri tekan masuk hepar dan lien
hepatomegali, splenomegali infeksi Salmonella typhi, paratypi, dan endotoksin
dilepasnya 4at pirogen
oleh leukosit
D0)A) TI5ID
#
2.+ ,anifetai Klini
6asa inkubasi biasanya 7#! hari, tapi bisa mencapai "#"0 hari. ;ejala#gejala yang timbul amat berariasi, dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. 'elama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal seperti penyakit infeksi akut pada umumnya, berupa rasa tidak enak badan, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epistaksis.$ ;ejala demam sering didapatkan meningkat perlahan#lahan dan
terutama
pada sore hingga malam hari dan menurun pada pagi hari. Dalam minggu kedua gejala#gejala menjadi lebih
jelas berupa demam disertai bradikardi relatif
(peningkatan suhu o> tidak diikuti peningkatan denyut nadi 0 kali permenit), lidah kotor yang ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor. Eati dan limpa membesar dan nyeri pada saat perabaan, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen, stupor, koma, delirium.7,* onstipasi lebih mungkin pada demam tifoid, sedangkan diare dengan paratifoid. ;ejala klinis pada demam paratifoid hampir sama dengan gejala klinis pada demam tifoid, tapi secara keseluruhan gejala pada
demam paratifoid lebih
ringan. &.- Diagn$i
Diagnosis tifoid karier dapat ditegakkan berdasarkan ditemukannya kuman S.typhi pada biakan feses ataupun urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang yang telah satu tahun paska demam tifoid. 'aat ini, kultur darah langsung yang diikuti dengan identifikasi mikrobiologi adalah standar emas untuk mendiagnosa demam tifoid.! 2.-.1 Ana#nei '
-
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi, demam terutama pada sore atau malam hari.
&
-
&nak sering mengigau (delirium), malaise, letragi anoreksia, nyeri kepala,
-
nyeri perut, diare konstipasi, muntah, perut kembung. /ada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.
2.-.2 Pe#erikaan fiik
;ejala klinis berariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi. esadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai dari pada splenomegali. adang#kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.! 2.-.& Pe#erikaan !enunjang
&dapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid adalah sebagai berikutB . /emeriksaan hematologis /ada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan anemia normokrom normositik akibat perdarahan usus atau supresi sumsum tulang, lekopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, dan bila terjadi abses piogenik bisa terjadi leukositosis. 8rombositopenia
sering
dijumpai,
kadang#kadang
berlangsung
beberapa
minggu.3 2. /emeriksaan ';8 dan ';/8 ';8 dan ';/8 seringkali meningkat, tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam tifoid. enaikan ';8 dan ';/8 ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.3 ". iakan iakan darah positif pada !0#$0+ kasus yang diperiksa pada minggu pertama sakit, sedangkan biakan feses ataupun urin akan positif setelah minggu pertama. iakan dari sumsum tulang akan positif pada penyakit stadium lanjut, dan merupakan pemeriksaan yang paling sensitif. iakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Eal ini
!
disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada teknik pemeriksaan laboratorium, perjalanan penyakit, ri%ayat aksinasi, dan pen gobatan anti mikroba.3 !. Aji 'erologi A. UJI IDAL Aji %idal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). &glutinin yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan Salmonella dan para orang yang pernah diaksinasi terhadap demam tifoid. &ntigen yang digunakan pada uji %idal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. 6aksud uji %idal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid. &kibat infeksi oleh S.typhi, pasien membuat antibodi (aglutinin), yaituB*,3 . &ntigen (berasal dari tubuh kuman), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. agian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. &ntigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. 2. &ntigen E (berasal dari flagella kuman), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. &ntigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol. ". &ntigen 1i (berasal dari simpai kuman) yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin dan E yang ditentukan titernya untuk diagnosis. 6akin tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita demam tifoid. Eampir semua ahli sepakat bah%a kenaikan titer aglutinin ! kali terutama aglutinin atau aglutinin E dalam jangka %aktu 5?7 hari bernilai diagnostik amat penting untuk demam tifoid..3 /embentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke#empat, dan tetap tinggi selama beberapa minggu. /ada fase akut mula#mula timbul aglutinin , kemudian diikuti dengan aglutinin E. /ada orang yang telah sembuh, aglutinin
1%
masih tetap dijumpai setelah !#$ bulan sedangkan aglutinin E menetap lebih lama antara 3#2 bulan.3 6enurut penelitian ardani uji idal dianggap positif bila titer antibodi F$0, baik untuk aglutinin maupun E. 'emakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan orang menderita demam tifoid. riteria hasil uji idal dinilai positif apabila memenuhi ketentuan 8iter aglutinin dan E sebesar atau sama dengan titer aglutinin yang ditetapkan sebagai titer diagnostik berdasarkan batas atas nilai rujukan titer aglutinin yang telah ditentukan. 'etiap daerah memiliki standar anglutinin idal yang berbeda beda. ilai standar agglutinin idal untuk beberapa %ilayah endemis di ndonesia adalah di Gogyakarta titer dan E H F$0, 'urabaya titer dan E H F$0, 6anado titer dan E H F*0, @akarta titer dan E H F*0, 6akasar titer dan E F"20.5 'ebaiknya tes idal dilakukan dua kali yaitu pada fase akut dan konalesen, untuk mendeteksi adanya peningkatan titer. /ada beberapa penderita tidak dijumpai peningkatan titer antibodi karena specimen diambil pada stadium lanjut, titer antibody yang tinggi pada daerah endemic atau respon antibody tidak baik sebagai akibat pemberian antibiotic yang terlalu diniakhir#akhir ini tes idal dilakukan satu kali pada fase akut. /enilaian hasil tes idal pada satu spesimen sangat sulit. /ada beberapa pasien, uji idal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, %alaupun biakan darah positif. Iaktor#faktor yang mempengaruhi Aji idalB$,7,3 a. Iaktor#faktor yang berhubungan dengan pasienB ) eadaan umum ;iJi buruk menghambat pembentukan antibodi. 2) 'aat pemeriksaan selama perjalanan penyakit &glutinin baru dijumpai dalam darah setelah pasien sakit satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu kelima atau keenam penyakit. ") /engobatan dini dengan antibiotik eberapa peneliti berpendapat bah%a pengobatan dini dengan obat antimikroba menghambat pembentukan antibodi. !) /enyakit#penyakit tertentu
11
/ada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi pembentukan antibodi, misalnya pada agamaglobulinemia, leukimia, dan karsinoma lanjut. 5) bat#obat imunosupresif atau kortikosteroid bat#obat ini menghambat pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial. $) 1aksinasi dengan kotipa atau tipa /ada seorang yang diaksinansi, titer aglutinin dan E meningkat. &glutinin biasanya menghilang setelah $ bulan samapi tahun, sedangkan titer aglutinin E menurun perlahan#lahan selama atau 2 tahun. leh karena itu, titer aglutinin E pada seorang yang pernah diaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik. 7) nfeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya. eadaan ini dapat menyebabkan uji idal positif, %alaupun dengan titer rendah. *) 4eaksi anamnestik 4eaksi anamnestik adalah keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap '.typhi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan demam tifoid pada seseorang yang pernah diaksinasi atau ketularan Salmonella di masa lalu. b. Iaktor#faktor teknis ) &glutinasi silang arena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen dan E yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain. leh karena itu, spesies Salmonella penyebab infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji idal. 2) onsentrasi suspensi antigen onsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji idal akan mempengaruhi hasilnya.
12
") 'train Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen &da peneliti yang berpendapat bah%a daya aglutinasi suspensi antigen dari strain Salmonella setempat lebih baik daripada suspensi antigen dari strain lain. B. UJI TUBE/
Aji 8ube: merupakan uji semi#kuantitatif kolometrik yang mudah dan cepat, hanya membutuhkan %aktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit). Easil positif uji tube: ini menunjukkan terdapat infeksi 'amonella serogrup D %alau tidak secara spesifik menunjuk pada '.typhi. nfeksi oleh '.parathypi akan memberi hasil negatif. 'ecara imunologi, antigen bersifat imunodominan. &ntigen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus, dan merangsang mitosis sel tanpa bantuan dari sel 8. arena sifat#sifat tersebut, respon terhadap antigen berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke !#5 untuk infeksi primer dan hari ke 2#" untuk infeksi sekunder. Aji tube: hanya dapat mendeteksi g6 dan tidak dapat mendeteksi g; sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau.3 0. ,ETDE ENZYME IMMUNOASSAY EIA3 DT
Aji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik g6 dan g; terhadap antigen 6/ (outer membrane protein) S. typhi. Deteksi terhadap g6 menunjukkan fase a%al infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap g6 dan g; menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. /ada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi g; spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus akut, konalesen dan reinfeksi. /ada metode Typhidot- ! yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot ! telah dilakukan inaktiasi dari g; total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap g 6 spesifik.2 D. UJI Ig, DIPSTI0K
1$
/emeriksaan ini dapat secara khusus mendeteksi antibody g6 spesifik terhadap S. typhi pada spesimen serum atau "hole blood . Aji ini menggunakan strip yang mengandung atigen lipopolisakarida (-/') S. typhoid dan anti g6 (sebagai kontrol), reagen deteksi yang mengandung antibody anti g6 yang dilekati dengan lateks pe%arna, cairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji. 'ecara kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis uji dengan membandingkannya dengan reference strip.2 5. /emeriksaan radiologi ! - Ioto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia. - Ioto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna. - /ada perforasi usus tampakB o Distribusi udara tak merata &irfluid leel o ayangan radiolusen didaerah hepar o Adara bebas pada abdomen o 2.4 Penatalakanaan
'
,e"ika#ent$a5
&ntibiotikB! - loramfenikol (drug of choice) 50#00 mgFkgFhari, oral atau 1, dibagi
-
dalam ! dosis selama 0#! hari. &moksisilin 00 mgFkgFhari, oral atau 1, selama 0 hari. otrimoksasol $ mgFkgFhari, oral, selama 0 hari. 'eftriakson *0 mgFkgFhari, 1 atau 6, sekali sehari, selama 5 hari.
-
'efiksim 0 mgFkgFhari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 0 hari /ada penelitian yang dilakukan sama dkk tahun 20, tes kepekaan obat
mengungkapkan
bah%a
!
(*+) dari
isolat
resisten
terhadap
kloramfenikol dan * ("5+) dan 2 (!0+) isolat yang resisten terhadap ampisilin dan 86/#'69 masing#masing. Dua (!+) isolate 6D4 resistensi terhadap kloramfenikol, ampisilin dan 869#'69. 8idak ada isolat resisten terhadap ciproflo:acin dan seftriakson.
ortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.!
1'
-
Deksametason #" mgFkgFhari, 1, dibagi " dosis hingga kesadaran membaik.
Be"a65'
-
8indakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus.
Su!$rtif5 '
-
Demam tifoid ringan dapat dira%at di rumah 8irah baring solasi memadai ebutuhan cairan dan kalori dicukupi
In"ikai ra7at ina!5
Demam tifoid berat harus dira%at inap di rumah sakit
>airan dan kalori ! - 8erutama pada demam tinggi, muntah, atau diare, bila perlu asupan cairan dan
-
kalori diberikan melalui sonde lambung. /ada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi !F5 kebutuhan
dengan kadar natrium rendah. - /enuhi kebutuhan olume cairan intraascular dan jaringan - /ertahankan fungsi sirkulasi dengan baik. - /ertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan 2. - /elihara keadaan nutrisi. - /engobatan gangguan asam basa dan elektrolit. &ntipiretik, diberikan apabila demam H "3o>, kecuali pada pasien dengan ri%ayat kejang demam dapat diberikan lebih a%al.! Diet ! - 6akanan tidak berserat dan mudah dicerna. - 'etelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup. 8ransfusi darahB kadang#kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.!
Pe#antauan
-
aluasi demam dengan memonitoring suhu. &pabila pada hari !#5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka harus segera kembali diealuasi adakah
1
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S.typhi terhadap antibiotic, atau
-
kemungkinan salah menegakan diagnosis.! /asien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 2! jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai komplikasi. /engobatan dapat dilanjutkan dirumah.!
2.8 K$#!likai
omplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, terutama bila pera%atan pasien kurang sempurna. omplikasi demam tifoid dapat dibagi dalamB!
-
omplikasi intraintestinalB perforasi usus atau perdarahan saluran cernaB suhu menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palapasi, bising usus menurun sampai menghilang, defanse muscular positif, dan pekak hati menghilang.
-
omplikasi ekstraintestinalB tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia, syok septik, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, dll.
2.19 Pr$gn$i
Amumnya prognosis pada demam tifoid adalah baik. /rognosis kurang baik bila terjadi komplikasi.!
16
BAB III PENUTUP &.1 Kei#!ulan
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever . Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella parathypi A, B dan C dari genus salmonella, termasuk anggota dari famili Enterobacteriaciae, merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil (batang).
1#
akteri ini berukuran 2#" < 0,! # 0,$ =m, bergerak dan merupakan bakteri anaerob fakultatif yang berarti bakteri ini dapat tumbuh dalam kondisi ada dan tidak adanya oksigen.
1&
DA(TA) PUSTAKA
. >ammie, I.-. K 'amuel, .6. 2005. Salmonellosis# Principles of $nternal edicine# %arrison &' th Ed . *37#300. 2. rusch, @.-. 200. Typhoid (ever . %%%.emedicine.medscape.com. ". katan Dokter &nak ndonesia. 200*. uku A)ar $nfe*si dan Pediatri Tropis +nd Ed . @akartaB adan /enerbit D&. !. katan Dokter &nak ndonesia. 2003. uku /edoman /elayanan 6edis. @akartaB adan /enerbit D&.
. ehrman, dkk. 2%%% Ilmu Kesehatan Anak , ener"emah( A. Samik 7ahab. 8akarta( enerbit uku 9edokteran 0:. $. idodo D, 2003. Demam 8ifoid. uku &jar lmu /enyakit Dalam @ilid disi elima. @akarta alai /enerbit IA. Eal 2737 ? 2*0$. 7. 'oedarmo '', et al, 2002. uku &jar lmu esehatan &nak, nfeksi dan /enyakit 8ropis disi . @akartaB alai /enerbit IA. *. E. Diagnosis, treatment, and preention of thypoid feer. ;eneaB EL 6ay 200". 3. Earrison 84 et al. EarrisonMs /rinciples of nternal 6edicine. $th ed. /hiladelphiaB 6c;ra%EillL 2005. p.*3*#*30. 0. 8atang ', et al, 2000. /edoman /elayanan esehatan &nak 4' 'umber aras. @akartaB A/8. /enerbitan Aniersitas 8arumanagara. . sama 6E, et al, 20. >eftria:one ersus >hloramphenicol for 8reatment of &cute 8yphoid feer. >airoL 6esir. 2. egum Nohra, et al. aluation of 8yphidot (g6) for arly Diagnosis of 8yphoid Ieer. angladesh @ 6ed 6icrobiol 202L 0" (0)B 0#". ". &ntony '.Iauci t al. EarrisonMs 6anual of 6edicine *th dition. 202. 6c;ra% Eill. !. aker et al. 'earching Ior 8he lusie 8yphoid Diagnostic. 6> nfectious Diseases 200, 0B!5
1.
ardani. pemariksaan salmonella typhi. 200* Ocited 200 0$ meiPL &ailable fromB httpBFFmikrobia.comF200*F05Fsalmonella#paratyphiQ.pdf.
1!