LAPORAN KASUS OD ABLYOPIA REFRAKTIF + COMPOUND HIPERMETROP ASTIGMAT
I. IDENTITAS IDEN TITAS PASIEN PASIEN
Nama
:
An. A
Umur
:
9 tahun
Jenis kelamin
:
Perempuan
Suku / bangsa
:
Makassar/ Indonesia
Agama
:
Islam
Tgl masuk
:
9 No! "#$
No. %eg
:
""#
%umah Sakit
:
%umah Sakit Pendidikan UN'AS
Pemeriksa
:
dr. (
II. ANAMNESIS
)eluhan utama
: Penglihatan mata kanan kabur
Anam Anamne nesi siss Te Terpim rpimpi pin n
: (ia (iala lami mi se*a se*ak k kur kuran ang g leb lebih ih & tah tahun un +ang ang lal lalu. u. (ira (irasa saka kan n kab kabur ur
pada saat melihat *auh. Saat di kelas pasien duduk pada deret ke,& dan tidak dapat melihat tulisan di papan tulis dengan dengan *elas. Penglihatan Penglihatan ganda ganda tidak ada. Mata tidak tampak *uling. Jika pasien menonton t! harus selalu dengan *arak +ang dekat dan merasa sering -epat lelah bila terlalu lama memba-a buku atau menonton t!. %i. Pasien pernah berobat ke dokter Spesial Spesialis is mata mata sekitar sekitar bulan bulan +ang +ang lalu lalu dan didiagnos didiagnosis is dengan dengan Amblio Ambliopia pia serta serta telah telah mendapatkan terapi tutup mata dan ka-a mata. %ia+at keluarga menderita pen+akit +ang sama tidak ada.
III. PEMERIKSAAN
)eadaan Um Umum
: Sa Sakit se sedang ang/ 0i 0i1i -u -ukup/Sadar
Tekanan (arah
: #""/2" mm'g
Nadi
: 3"4/menit
Pernapasan
: #34/menit
Suhu
: &56"7
1
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI A. INSPEKSI
PEMERIKSAA N Palpebra Apparatus lakrimalis Silia )on*ungti!a
OD
OS
8dema ,
8dema ,
;akrimasi ,
;akrimasi ,
Sekret , 'iperemis ,
Sekret , 'iperemis ,
Normal
Normal
Jernih Normal 7oklat5 kripte = *ernih Normal
Jernih Normal 7oklat5 kripte = *ernih Normal
Mekanisme Muskular
B . PALPASI PALPASI Tensi >kuler N+eri Tekan Tekan Massa Tumor 0landula Preaurikuler
OD Tn , ,
OS Tn , ,
Pembesaran ,
Pembesaran ,
C. Tonometri Tonometri
: tidak dilakukan pemeriksaan
D. Vi!
: ?>( @ "/#6" "/#6"
S= &.6"5 7, 526 A #3" "
"/2" B )a-a mata
lama ?>S @ "/"
E. C"m#! $i!"%
: Tidak dilakukan pemeriksaan 2
F. Co%o!r ene
: Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Li&'t ene
:
Li&'t Pro(e)tion OD
OS
= =
= =
+
=
= +
H. Pen*in"r"n o%i,
P8M8%I)SAAN )on*ungti!a )ornea
>( 'iperemis , Jernih Normal 7oklat5 kripte =
>S 'iperemis , Jernih Normal 7oklat5 kripte =
I. Pemeri,""n %"in Hir)'er& Tet - >( 2" 84otropia5
>S "" 7o!er Test
: N @ 84ophoria ( : >rtho
CB(T dengan ka-amata @ = , , ,
Busi @ Normal (iplopia @ Tidak ada Supresi @ Tidak ada
Stereops+ dengan ka-amata @ $" TN>
. F!n/!,o#i
-
FOD : %eDleks Dundus =5 papil N. II batas tegas5 7(% "5&5 A/? /&5 makula
reDleks Do!ea =. FOS
: %eDleks Dundus =5 papil N. II batas tegas5 7(% "5&5 A/? /&5 makula reDleks Do!ea =. 3
K. S%it %"m#
- Tidak dilakukan pemeriksaan
L. Te F%o!reen)e
: Tidak dilakukan pemeriksaan
M. Gonio,o#i
: Tidak dilakukan pemeriksaan
N. USG M"t"
: Tidak dilakukan pemeriksaan
O. L"or"tori!m
- Tidak dilakukan pemeriksaan
Re!me
:
Seorang perempuan 9 tahun datang ke poli mata %SP bersama ibun+a dengan keluhan penglihatan kabur +ang sudah dialami se*ak kurang lebih & tahun +ang lalu. (irasakan kabur pada saat melihat *auh maupun dekat. Saat di kelas pasien duduk pada deret ke,& dan tidak dapat melihat tulisan di papan tulis dengan *elas. Penglihatan ganda tidak ada. Mata tidak tampak *uling. Jika pasien menonton t! harus selalu dengan *arak +ang dekat. %i. Pasien pernah berobat ke dokter Spesialis mata sekitar bulan +ang lalu dan didiagnosis dengan Ambliopia serta telah mendapatkan terapi tutup mata dan ka-a mata. %ia+at keluarga menderita pen+akit +ang sama tidak ada. •
Pemeri,""n $i!: ?>( @ "/#6"
S= &.6"5 7, 526 A #3" "
"/2" B )a-a mata
•
lama5 ?>S @ "/" In#e,i /"n P"%#"i @ (alam batas normal FOD: : dalam batas normal Hir)'er& Tet - >( 2" 84otropia5 >S " " 7o!er Test : N @ 84ophoria5 ( : >rtho CB(T dengan ka-amata @ = Busi @ Normal5 (iplopia @ Tidak ada5 Supresi @ Tidak
•
ada Stereops+ dengan ka-amata @ $" TN>
• • • •
N. Di"&noi
>( Ambliopia %eDraktiD = 7ompound 'ipermetrop Astigmat
O. Pen"t"%","n""n 4
)a-amata monoDokal sesuai koreksi Pat-hing 6, *am/hari
)ontrol bulan berikutn+a
P. Pro&noi 0!o "/ Vit"m
-
0!o "/ S"n"m
- (ubia
0!o "/ Vi"m
- (ubia
0!o "/ Cometi)!m - (ubia
R DISKUSI
( 2" 84otropia >S " ". leh karena pada mata kanan dikeluhkan kabur saat melihat *auh maupun dekat serta pada pemberian ka-amata SDeris = dan 7+linder = menun*ukkan adan+a perbaikan !isus alaupun han+a beberapa baris5 sehingga dapat didiagnosis men*adi >( 7ompound 'ipermetrop Astigmat. Ambl+opia dapat diklasiDikasikan men*adi ambilopia strabismus5 anisometropia5 ametropia dan ambilopia depri!asi. Untuk ambliopia reDraktiD sendiri itu merupakan ambliopia pada mata ametropia atau anisometropia +ang tidak dikoreksi. (an penglihatan dapat membaik *ika setelah beberapa bulan *ika dikoreksi. Pada Ambl+opia perlu dilakukan pemeriksaan de!iasi bola mata sehingga dapat dilihat apakah terdapat strabismus +ang nampak pada pemeriksaan motoris naupun sensoris. 5
Prinsip penanganan ambliopia itu sendiri meliputi : Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah E langkah berikut : #. Menghilangkan bila mungkin semua penghalang penglihatan seperti katarak . )oreksi kelainan reDraksi &. Paksakan penggunaan mata +ang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata +ang lebih baik. >leh karena itu pada pasien ini selain di koreksi kelainan reDraksin+a5 dapat dilakukan pat-hing tes +aitu dengan menutup mata +ang sehat setiap hari selama 6 E *am sehingga mata +ang sakit dapat di paksa untuk memDokuskan ba+angann+a. (iharapkan dengan melakukan ini dapat setidakn+a memperbaiki Dungsi dari mata kanann+a +ang sakit. Caktu +ang diperlukan untuk laman+a terapi tergantung pada hal berikut : (era*at ambliopia5 Pilihan terapeutik +ang digunakan5 )epatuhan pasien terhadap terapi +ang dipilih5 Usia pasien.
BAB I PENDAHULUAN 6
Ambliopia adalah penurunan ta*am penglihatan5alaupun sudah diberi koreksi +ang terbaik. Ambliopia dapat unilateral atau bilateral *arang +ang tidak dapat dihubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun *aras penglihatan posterior. Ambliopia berasal dari bahasa Funani5+ang berarti penglihatan tumpul atau pudar amblus : pudar5 Ops : mata. )lasiDikasi ambliopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama +ang sesuai dengan pen+ebabn+a +aitu ambliopia strabismik5 Diksasi eksentrik5 ambliopia anisometropik5 ambliopia isometropia dan ambliopia depri!asi. # Ambliopia5 dikenal *uga dengan istilah Gmata malasH lazy eye5 merupakan suatu permasalahan dalam penglihatan +ang memang han+a mengenai E & populasi5 tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantin+a bagi kehidupan si penderita. Insidensin+a tidak dipengaruhi *enis kelamin dan ras. Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirin+a. Ambliopia +ang tidak diterapi dapat men+ebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantin+a pada mata +ang baik itu timbul suatu pen+akit ataupun trauma5 maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata +ang ambliopia5 oleh karena itu ambliopia harus ditatalaksana se-epat mungkin.# 'ampir seluruh kasus ambliopia itu dapat di-egah dan bersiDat re!ersibel dengan deteksi dini dan inter!ensi +ang tepat. . Umumn+a penatalaksanaan ambliopia dilakukan dengan menghilangkan
pen+ulit5 mengkoreksi kelainan
reDraksi5 dan memaksakan
penggunaan mata +ang lebih lemah dengan membatasi penggunaan +ang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau +ang beresiko ambliopia hendakn+a dapat diidentiDikasi pada umur dini5 dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik. Prognosis *uga ditentukan oleh *enis ambliopia dan dalamn+a ambliopia saat terapi dimulai.#
BAB II TINAUAN KEPUSTAKAAN 7
#. (8BINISI
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana ta*am penglihatan tidak men-apai optimal sesuai dengan usia dan intelegensin+a alaupun sudah dikoreksi kelainan reDraksin+a. Ambliopia berasal dari bahasa Funani +aitu amblyos tumpul dan opia penglihatan. (ikenal *uga dengan Gla1+ e+eH atau mata malas. Ambl+opia merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa E apa dan terkadang pasien han+a dapat melihat sangat sedikit. #
. ANAT>MI (AN BISI>;>0I
0ambar # : Anatomi bola mata Untuk dapat melihat maka diperlukan & komponen +aitu : Media reDraksi +ang dilalui oleh -aha+a5 persaraDan +ang menerima -aha+a dan menghantarkann+a ke otak5 serta otak sendiri +ang kemudian berDungsi sebagai persepsi. Fang termasuk kedalam media reDraksi adalah kornea5 auous humor5 lensa5 dan !itreus humor. Masing E masing dari organ ini harus dalam keadaan *ernih sehingga dapat dilalui oleh -aha+a. Setiap komponen tersebut memiliki indeks bias +ang berbeda,beda )ornea@ #5&2K Auous humor@ #5&& K ;ensa@#5$ K dan korpus !itreus@ #5&& serta memiliki kekuatan dioptri- +ang berbeda. 'al ini berperan terhadap letak dimana -aha+a akan diDokuskan nantin+a +aitu di retina. 7aha+a +ang masuk melalui media 8
reDraksi kemudian diDokuskan diretina. )emudian diretina akan ter*adi potensial aksi sehingga menghasilkan impuls listrik +ang kemudian akan dihantarkan ke thalamus melalui ner!us optik ke korpus geni-ulatum lateral di thalamus. Tetapi sebelum sampai akan ter*adi persilangan di -hiasma optikum sehingga mata kiri dan kanan dapat saling berhubungan. (ari korpus geni-ulatum lateral kemudian nantin+a akan dihantarkan rangsangann+a ke koteks di lobus o--ipital +ang berperan dalam Dungsi penglihatan.
0ambar : Bisiologi melihat ?isual Patha+ Pergerakan bola mata : a
Muskulus
rektus
lateral5 kontaksin+a
akan menghasilkan abduksi
atau
menggulirn+a bola mata kearah temporal dan otot ini dipersaraDi oleh saraD ke I? saraD abdusen. b
Muskulus
rektus medius5 kontraksin+a akan menghasilkan aduksi atau
menggulirn+a bola mata kearah nasal dan otot ini dipersaraDi oleh saraD ke III saraD okulomotor. -
Muskulus rektus superior5 kontraksin+a akan menghasilkan ele!asi5 aduksi5 dan intorsi bola mata +ang dipersaraDi oleh saraD ke III saraD okulomotor.
d
Muskulus rektus inDerior5 kontraksin+a akan menghasilkan depresi5 adduksi5 dan ekstorsi +ang dipersaraDi oleh saraD ke IIIsaraD okulomotor.
9
e
Muskulus oblik superior5 kontraksinn+a akan menghasilkan intorsi5 abduksi5 dan depresi +ang dipersaraDi saraD ke I? saraD troklear
D
Muskulus oblik inDerior 5kontraksin+a akan menghasilkan ekstorsi5 abduksi5 dan ele!asi +ang dipersaraDi saraD ke IIIsaraD okulomotor.
0ambar &. >tot,>tot 0erak
Ta*am penglihatan pada kedua mata sesudah dikoreksi reDraksi anomalin+a tidak terlalu berbeda dan tidak terdapat aniseikonia.
>tot,otot penggerak kedua bola mata seluruhn+a dapat beker*a sama dengan baik5 +akni dapat menggulirkan kedua bola mata sehingga kedua sumbu penglihatan menu*u pada benda +ang men*adi pusat perhatiann+a.
&
Susunan saraD pusatn+a baik5 +akni sanggup menDusi dua ba+angan +ang datang dari kedua retina men*adi satu ba+angan tunggal.
membedakan terang dan gelap sa*a. Adan+a perkembangan umur5 !isus *uga ikut 10
berkembang. Pada usia 6, tahun5 !isus men-apai maksimal. Perkembangan +ang pesat mulai
saat
kelahiran
sampai
tahun,tahun
pertama.
tidak
ada
anomali
reDraksi/kekeruhan media/kelainan retina maka !isus tetap sampai hari tua. Ta*am penglihatan normal berarti Diksasi dan pro+eksi normal sehingga mampu membedakan: #
bentuk benda
arna
&
intensitas -aha+a
0ambar $. Penglihatan
mata men*adi
strabismus.
&. 8PI(8MI>;>0I
Ambliopia adalah suatu masalah kesehatan mas+arakat +ang penting oleh karena men+ebabkan penderitaan seumur hidup. Usaha,usaha untuk mengatasin+a memerlukan 11
bia+a +ang besar5 kedisiplinan +ang tinggi dari dokter dan pasienn+a5 *uga aktu +ang lama. Pre!alensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap literatur5 berkisar antara # E &56 pada anak +ang sehat sampai $ E 65& pada anak dengan problema mata. 'ampir seluruh data mengatakan sekitar dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. (i 7ina5 menurut data bulan (esember tahun ""65 sekitar & E 6 atau 9 hingga 6 *uta anak menderita ambliopia. & (i Indonesia 5 suatu penelitian dengan sampel Murid,murid kelas # S( di kotamad+a bandung5 menun*ukkan angka pre!alensi Ambliopia berkisar #56 . Pada sebuah penelitian di Fog+akarta 5 didapatkan baha insidensi Ambliopia pada anak di kaasan perkotaan adalah sebesar "56 sedangkan di pedesaaan sebesar "5". # Tidak ada perbedaan insidensi berdasarkan *enis kelamin dan ras. Usia ter*adin+a ambliopia +aitu pada periode kritis dari perkembangan mata. %esiko meningkat pada anak +ang perkembangann+a terlambat5 prematur dan / atau di*umpai adan+a ria+at keluarga ambliopia.#
$. PAT>BISI>;>0I
Pada ambliopia didapati adan+a kerusakan penglihatan sentral5 sedangkan daerah penglihatan periDer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada ba+i dan balita5 mendukung konsep adan+a suatu periode kritis +ang peka dalam berkembangn+a keadaan ambl+opia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak +ang peka terhadap masukan abnormal +ang diakibatkan oleh rangsangan depri!asi5 strabismus5 atau kelainan reDraksi +ang signiDikan. $ Se-ara umum5 periode kritis untuk ambliopia depri!asi ter*adi lebih -epat dibanding strabismus maupun anisometropia. ;ebih lan*ut5 aktu +ang dibutuhkan untuk ter*adin+a ambliopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang depri!asi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia. Periode kritis tersebut adalah :#5$ #. Perkembangan ta*am penglihatan dari "/"" /" hinga "/" /5 +aitu pada saat lahir sampai usia & E 6 tahun. . Periode +ang beresiko sangat tinggi untuk ter*adin+a ambliopia depri!asi5 +aitu di usia beberapa bulan hingga usia 2 E 3 tahun. &. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat di-apai5 +aitu se*ak ter*adin+a depri!asi sampai usia rema*a atau bahkan terkadang usia deasa.
12
Calaupun mekanisme neuroDisiologi pen+ebab ambliopia masih sangat belum *elas5 studi eksperimental modiDikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan per-obaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia telah memberi beberapa masukan5 pada binatang per-obaan menun*ukkan gangguan sistem penglihatan Dungsi neuron +ang dalam/besar +ang diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks !isual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata5 dan sel +ang masih responsiD Dungsin+a akhirn+a dapat menurun. )elainan *uga ter*adi pada neuron badan genikulatum lateral. )eterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.6 Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi kompetitiD antar *alur penglihatan di kedua mata pada !isual korteks untuk berkembang hingga deasa.
6. );ASIBI)ASI
Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan +ang men*adi pen+ebabn+a.
AM<;I>PIA ST%A
+ang akhirn+a akan ter*adi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata +ang berDiksasi dan lama kelamaan ter*adi penurunan respon terhadap input dari mata +ang tidak berDiksasi. $5 Penolakan kronis dari mata +ang berde!iasi oleh pusat penglihatan binokular ini tampakn+a merupakan Daktor utama ter*adin+a ambl+opia strabismik. Pengaburan ba+angan Do!eal oleh karena akomodasi +ang tidak sesuai5 dapat *uga men*adi Da-tor tambahan. 'al tersebut di atas ter*adi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan diplopia dan konDusi. )onDusi adalah melihat ob*ek !isual +ang berlainan tapi berhimpitan5 satu di atas +ang lain. $5 )etika kita men+ebut ambliopia strabismik5 kita langsung menga-u pada esotropia5 bukan eksotropia. Perlu diingat5 tanpa ada gangguan lain5 esotropia primer,lah bukan eksotropia +ang sering diasosiasikan dengan ambliopia . 'al ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau de!iasi alternat dibanding de!iasi unilateral konstan5 +ang merupakan Hpras+aratH untuk ter*adin+a ambliopia. $5
BI)SASI 8)S8NT%I)
Biksasi eksentrik menga-u kepada penggunaan regio nonDo!eal retina terus menerus untuk penglihatan monokular oleh mata ambl+opia. Biksasi eksentrik terdapat sekitar 3" dari penderita ambliopia. Biksasi eksentrik ringan dera*at minor5 han+a dapat dideteksi dengan u*i khusus seperti !isuskop. 'al ini ban+ak di*umpai pada penderita ambliopia strabismik dan hilangn+a ta*am penglihatan ringan. Se-ara klinis bukti adan+a Diksasi eksentrik5 dapat dideteksi dengan melihat reDle4 kornea pada mata ambliopia +ang tidak berada pada posisi sentral5 dimana ia memDiksasi -aha+a dengan mata dominan ditutup. Umumn+a ta*am penglihatan adalah "/"" /" atau lebih buruk lagi. Penggunaan regio nonDo!eal untuk Diksasi tidak dapat disimpulkan sebagai pen+ebab utama menurunn+a penglihatan pada mata +ang ambliopia. Mekanisme Denomena ini masih belum diketahui. $5
AM<;I>PIA ANIS>M8T%>PI)
Terban+ak kedua setelah ambliopia strabismik adalah ambl+opia anisometropik. Ter*adi ketika adan+a perbedaan reDraksi antara kedua mata +ang men+ebabkan lama kelamaan ba+angan pada satu retina tidak Dokus. Jika ba+angan di Do!ea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran +ang disebabkan karena kelainan reDraksi +ang tidak sama antara kiri dan kanan5 maka ter*adi rintangan untuk Dusi. ;ebih E lebih Do!ea mata +ang lebih 14
ametropik akan menghalangi pembentukan ba+angan form vision. $5 )ondisi ini diperkirakan sebagian akibat eDek langsung dari ba+angan kabur pada perkembangan ta*am penglihatan pada mata +ang terlibat5 dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi +ang serupa tapi tidak harus identik dengan +ang ter*adi pada ambliopia strabismik. $5 (era*at
ringan anisometropia
h+peropia
atau astigmatisma #, ( dapat
men+ebabkan ambliopia ringan. M+opia anisometropia ringan L , & ( biasan+a tidak men+ebabkan ambliopia5 tapi m+opia tinggi unilateral , ( sering men+ebabkan ambliopia berat.
AM<;I>PIA IS>M8T%>PIA
Ambliopia isometropia ter*adi akibat kelainan reDraksi tinggi +ang tidak dikoreksi5 +ang ukurann+a hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. (imana alaupun telah dikoreksi dengan baik5 tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Ta*am penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu periode aktu beberapa bulan. )has untuk ambliopia tipe ini +aitu5 hilangn+a penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan5 karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan Da-tor pen+ebab. Mekanismen+a han+a karena akibat ba+angan retina +ang kabur sa*a. Pada ambliopia isometropia5 ba+angan retina dengan atau tanpa koreksi lensa sama dalam hal ke*elasan/ ke*ernihan dan ukuran. '+peropia lebih dari 6 ( dan m+opia lebih dari #" ( beresiko men+ebabkan bilateral ambliopia 5dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak ter*adi ambliopia. $5
AM<;I>PIA (8P%I?ASI Istilah lama ambliopia e4 anopsia atau Hdisuse ambl+opiaH sering masih digunakan untuk ambliopia depri!asi. Ambliopia ini sering disebabkan oleh kekeruhan media -ongenital atau dini +ang akan men+ebabkan ter*adin+a penurunan pembentukan ba+angan +ang akhirn+a menimbulkan ambliopia.
kasus unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik. $5 Anak kurang dari tahun5 dengan katarak kongenital padat / total +ang menempati daerah sentral dengan ukuran &mm atau lebih5 harus dianggap dapat men+ebabkan ambl+opia berat. )ekeruhan lensa +ang sama +ang ter*adi pada usia thn lebih tidak berbaha+a. Ambliopia oklusi adalah bentuk ambliopia depri!asi disebabkan karena penggunaan pat-h penutup mata +ang berlebihan. Ambliopia berat dilaporkan dapat ter*adi satu minggu setelah penggunaan pat-hing unilateral pada anak usia L tahun sesudah men*alani operasi ringan pada kelopak mata. $5
. (IA0N>SIS
Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan ta*am penglihatan +ang tidak dapat di*elaskan5 dimana hal tersebut ada kaitan dengan ria+at atau kondisi +ang dapat men+ebabkan ambl+opia.
#5$5
ANAMN8SIS
Sebagai tambahan5 penting *uga ditan+akan ria+at keluarga +ang menderita strabismus atau kelainan mata lainn+a5 karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita ambliopia. Strabismus di*umpai sekitar $ dari keseluruhan populasi. Brekuensi strabismus +ang HdiariskanH berkisar antara , . Brekuensi esotropia diantara saudara sekandung5 dimana pada orang tua tidak di*umpai kelainan tersebut5 adalah #6. Jika salah satu orang tuan+a esotropia5 Drekuensi meningkat hingga $". InDormasi ini tidak mempengaruhi prognosis5 tapi penting untuk keturunann+a.
P8M8%I)SAAN P8NUNJAN0 Pada ambl+opia +ang penting untuk di periksa adalah bagaimana Dusi dari kedua mata. 16
Busi ditentukan oleh Dungsi sensoris dari retina +aitu bagaimana retina men+atukan ba+angan dari mata kanan dan kiri sehingga men*adi # ba+angan di otak5 dan Dungsi motoris +aitu bagaimana reDleks pergerakan bola mata untuk mendapatkan bino-ular Dusion. (engan kata lain pemeriksaan +ang dilakukan adalah untuk menilai adan+a de!iasi bola mata atau tidak. 2 1
)eta*aman penglihatan Sensoris Penderita ambliopia kurang mampu untuk memba-a bentuk / huruD +ang rapat dan mengenali pola apa +ang dibentuk oleh gambar atau huruD tersebut. Ta*am penglihatan +ang dinilai dengan -ara kon!ensional5 +ang berdasar kepada kedua Dungsi tadi5 selalu subnormal. Telah diketahui baha penderita ambliopia sulit untuk mengidentiDikasi huruD +ang tersusun linear sebaris dibandingkan dengan huruD +ang terisolasi5 maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruD tunggal. 'al ini disebut H7roding PhenomenonH. #53 Terkadang mata ambliopia dengan ta*am penglihatan "/" / pada huruD isolasi dapat turun hingga "/#"" /&" bila ada interaksi bentuk -ountour intera-tion. Perbedaan +ang besar ini terkadang mun-ul *uga seaktu pasien +ang sedang diobati kontrol5 dimana ta*am penglihatann+a *auh lebih baik pada huruD isolasi daripada huruD linear. >leh karena itu5 ambl+opia belum dikatakan sembuh hingga ta*am penglihatan linear kembali normal. #53
Menentukan ta*am penglihatan mata ambliopia pada anak adalah pemeriksaan +ang paling penting. Calaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan +ang dapat diper-a+a sulit pada pasien anak E anak5 tapi untungn+a penatalaksanaan ambl+opia sangat eDektiD dan eDisien pada anak E anak. Anak +ang sudah mengetahui huruD balok dapat di tes dengan karta Snellen standar. Untuk Non!erbal Snellen5 +ang ban+ak digunakan adalah tes H8H dan tes H'>T?H. Tes lain adalah dengan simbol ;8A.T?.#53
17
Tes CB(T Corth Bour (ot test @ Dungsi stereos-op+
0ambar 6. CB(T test#53 Tes ini adalah tes +ang dilakukan untuk menilai Dungsi stereos-op+ dari seseorang. Sehingga dari pemeriksaan ini akan dapat mengetahui apakah ada gangguan Dusi dari mata5 diplopia dan apabila adan+a supresi salah satu mata sehingga +ang akan digunakan untuk melihat han+alah # mata sa*a. #53 &
Cover and Uncover Test : menentukan adan+a heterotropia atau heteroDoria.
0ambar . Cover and Uncover Test Prinsipn+a adalah dengan menutup mata +ang sakit dan mata +ang sehat. 'al ini digunakan untuk melihat adan+a tropia ataupun troDia +ang tidak kelihatan *ika menggunakan kedua mata ataupun melihat mata +ang mengalami tropia *ika han+a menggunakan mata +ang sakit tersebut apakah tetap mengalami tropia atau tidak.
18
Sehingga dengan kata lain ingin melihat Dungsi Diksasi mata. #53 4
Tes 'irs-berg: untuk mengukur dera*at tropia5 pemeriksaan reDlek -aha+a dari senter pada pupil. 7ara : a
Penderita melihat lurus ke depan.
b
;etakkan sebuah senter pada *arak # in-i kira,kira &" -m -m di depan setinggi kedua mata pederita.
-
Perhatika reDlek -aha+a dari permukaan kornea penderita.
d
)eterangan: ,
,
,
0ambar 2. Tes 'irs-berg 6
Tes )rimsk+: mengukur sudut de!iasi dengan meletakkan ditengah -aha+a reDleks kornea dengan prisma sampai reDlek -aha+a terletak disentral kornea.
19
0ambar 3. Tes )rimsk+
2. P8NATA;A)SANAAN
Ambliopia5 pada keban+akan kasus5 dapat ditatalaksana dengan eDektiD selama satu dekade pertama. ;ebih -epat tindakan terapeutik dilakukan5 maka akan semakin besar pula peluang keberhasilann+a.
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah E langkah berikut : #. Menghilangkan bila mungkin semua penghalang penglihatan seperti katarak . )oreksi kelainan reDraksi &. Paksakan penggunaan mata +ang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata +ang lebih baik. #5$55253
Pengangkatan )atarak
)atarak +ang dapat men+ebabkan ambliopia harus segera dioperasi5 tidak perlu ditunda E tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia ,& bulan pertama kehidupan5 sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak
20
bilateral5 inter!al operasi pada mata +ang pertama dan kedua sebaikn+a tidak lebih dari #, minggu. Terbentukn+a katarak traumatika berat dan akut pada anak dibaah umur tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah ke*adian trauma5 bila memungkinkan. Fang mana katarak traumatika itu sangat bersiDat ambl+opiogenik. #5$55253 )egagalan dalam Hmen*ernihkanH media5 memperbaiki optikal5 dan penggunaan regular mata +ang terluka5 akan mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan5 selambat E lambatn+a pada usia hingga 3 tahun. #5$55253
)oreksi %eDraksi
>klusi dan (egradasi >ptikal
#. >klusi
Terapi oklusi sudah dilakukan se*ak abad ke,#3 dan merupakan terapi pilihan5+ang keberhasilann+a baik dan -epat5 dapat dilakukan oklusi penuh aktu Dull time atau paruh aktu part,time. #5$55253
21
0ambar 9. Pat-hing terapi pada ambl+opia. A. >klusi Bull Time
Pengertian oklusi Dull, time pada mata +ang lebih baik adalah oklusi untuk semua atau setiap saat ke-uali # *am aktu ber*aga.Occlusion for all or all but one waking hour 5 Arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan -ara penggunaan mata +ang HrusakH.
ter*adin+a ambliopia pada mata +ang baik. #5$55253 <. >klusi Part,time
Oklusi part!time adalah oklusi selama #, *am per hari +ang akan memberi hasil sama dengan oklusi Dull,time. (urasi inter!al buka dan tutup patch,n+a tergantung dari dera*at ambl+opia. Ambl+opia Treatment Studies ATS telah membantu dalam pen*elasan peranan full!time patching dibanding part!time. Studi tersebut menun*ukkan5 pasien usia &,2 tahun dengan ambliopia berat ta*am penglihatan antara "/#"" @ /&" dan "/$"" @ /#" 5 full! time patching memberi eDek sama dengan penutupan selama *am per hari. (alam studi lain5 pat-hing *am/hari menun*ukkan kema*uan ta*am penglihatan hampir sama dengan pat-hing *am/hari pada ambliopia sedang / moderate ta*am penglihatan lebih baik dari "/#"" pasien usia & E 2 tahun. (alam studi ini5 pat-hing dikombinasi dengan akti!itas melihat dekat selama # *am/ hari. #5$55253 Idealn+a5 terapi ambliopia diteruskan hingga ter*adi Diksasi alternat atau ta*am penglihatan dengan Snellen linear "/" / pada masing E masing mata. 'asil ini tidak selalu dapat di-apai. Sepan*ang terapi terus menun*ukkan kema*uan5 maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan. #5$55253
. (egradasi >ptikal Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan kualitas ba+angan degradasi optikal pada mata +ang lebih baik hingga men*adi lebih buruk dari mata +ang ambliopia5 sering *uga disebut penalisasi penali1ation. Sikloplegik biasan+a atropine tetes # atau homatropine tetes 6 diberi satu kali dalam sehari pada mata +ang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat dekat. #5$55253 ATS menun*ukkan metode ini memberi hasil +ang sama eDektiDn+a dengan pat-hing untuk ambliopia sedang ta*am penglihatan lebih baik daripada "/#"". ATS tersebut dilakukan pada anak usia & E 2 tahun. ATS *uga memperlihatkan baha pemberian atropine pada akhir minggu eekend memberi perbaikan ta*am penglihatan sama dengan pemberian atropine harian +ang dilakukan pada kelompok anak usia & E 2 tahun dengan ambliopia sedang. Ada *uga studi terbaru +ang membandingkan atropine dengan pat-hing pada $#9 orang anak usia &,2 tahun5menun*ukkan atropine merupakan pilihan eDektiD. Sehingga5 ahli mata +ang tadin+a masih ragu E ragu5memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada pat-hing. #5$55253 23
Pendekatan ini mempun+ai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi5 +aitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. (engan atropinisasi5 anak sulit untuk HmenggagalkanH metode ini. 8!aluasin+a *uga tidak perlu sesering oklusi. #5$55253 Metode pilihan lain +ang prinsipn+a sama adalah dengan memberikan lensa positiD dengan ukuran tinggi Dogging atau Dilter. Metode ini men-egah ter*adin+a eDek samping Darmakologik atropine. )euntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non,oklusi pada pasien dengan mata +ang lurus tidak strabismus adalah kedua mata dapat beker*asama5 *adi memungkinkan penglihatan binokular. #5$55253
3. )>MP;I)ASI (A%I P8NATA;A)SANAAN Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk ter*adin+a ambliopia pada mata +ang baik. >klusi Dull,time adalah +ang paling beresiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat5 terutama pada anak balita. Bollo,up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah # minggu pada ba+i dan # minggu per tahun usia pada anak misaln+a : $ minggu untuk anak usia $ tahun. Oklusi part!time dan degradasi optikal5 obser!asin+a tidak perlu sesering oklusi full!time5 tapi follow!up reguler tetap penting. #5$55253 'asil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentukn+a kembali Diksasi alternat5 ta*am penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. #5$55253
Caktu +ang diperlukan untuk laman+a terapi tergantung pada hal berikut : #. . &. $.
(era*at ambliopia Pilihan terapeutik +ang digunakan )epatuhan pasien terhadap terapi +ang dipilih Usia pasien
Semakin berat ambliopia5 dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan +ang lebih lama. Oklusi full!time padaba+i dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam # minggu atau kurang. Sebalikn+a5 anak +ang lebih berumur +ang memakai penutup han+a seusai sekolah dan pada akhir minggu sa*a5 membutuhkan aktu # tahun atau lebih untuk dapat berhasil.
9. )8)AM
sebagian ter-apai5 sekitar setengah dari pasien,pasien akan mengalami kekambuhan5 +ang selalu dapat disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. )egagalan dapat di-egah dengan memakai pengaturan pada penglihatan5 seperti pat-hing selama # E & *am per hari5 penalisasi optikal dengan ka-amata5 atau penalisasi Darmakologik dengan atropine selama # atau hari per minggu. Pengaturan ini diteruskan hingga keta*aman penglihatan telah stabil tanpa terapi lain selain ka-amata biasa. )eadaan ini perlu tetap dipantau se-ara periodisampai usia 3 E #" tahun. Selama penglihatan tetap stabil5 inter!al kun*ungan untuk follow! up dapat dilakukan tiap bulan. #5$55253
#". P%>0N>SIS
Setelah # tahun5 sekitar 2& pasien menun*ukkan keberhasilan setelah terapi oklusi pertama.
25
D"1t"r P!t","
#. 0unaan C. "angguan penglihatan pada anak karna amblyopia dan penanganannya . Pidato pengukuhan guru besar B) U0M. Jog*akarta : ""2 . )hurana A.). Anatomy and development of the eye. In )hurana A.)5 editor. 7omprehensi!e ophthalmolog+. $ th ed. Ne Age International: India. ""2. &. Fulianti )usandari5 'amidah M. Ali. 'ubungan antara besarn+a anisometropia dengan kedalaman penglihatan binokuler dan ambliopia pada anak usia sekolah di unit raat *alan mata rsu dr. Soetomo Suraba+a. Jurnal >Dtalmologi Indonesia ?ol. 65 No. #5 April ""2 : 'al. 63 E $. $. Il+as Sidarta5 Fulianti %. Strabismus. In: Il+as Sidarta5 Fulianti %5 editors. Ilmu Pen+akit Mata. 6th ed. phtalmolog+. & rd ed. ""&. Corld S-ientiDi- : ;ondon. p. &
26
)$ ;ang. >pti- And reDra-tiD errors. In: lang5 editors. >phtalmolog+: A Short te4tbook. """. Thieme: stutgart. p.$$$ 3. Mi-hael C%5 et all. 7are oD the patient ith Ambl+opia. Ameri-an >ptometriAsso-iation. ""$. USA.
27