5
STOMATITIS AFTOSA REKUREN
Tipe, Penyebab dan Penanganannya
Dewi Chaidhita
NIM: 130600070
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
ABSTRACT
Canker Sores in medical known as Stomatitis or Aphthous Stomatitis. Stomatitis that appear repeatedly in some period of time known as Recurent Aphthous Stomatitis (RAS). RAS is a disease on oral mucosa and can cause pain on eating, swallowing and speaking. The ulcer appear does not because of infection, and usually affect some oral parts like the inner part of cheek, around the lips, tongue, or on the throat and palate. The symptoms are sense of pain and burning for one or two days and followed by the emergence of the ulcer. Clinically, RAS can be divided into 3 types . This division is based on the level of severity: Minor RAS usually appear as an oval –shaped ulcer that feels pain, less than 1 cm in diameter. Major RAS usually appear after puberty, round or oval shape with a clearly visible boundary suburb. Abnormally protruding edges with a diameter of more than 1 cm . Herpetiform Aphthous Stomatitis consists of a colony of as many as 5-100 ulcers measuring 1-3 mm and were similar to herpes simplex sores. Etiology and pathogenesis of RAS is not known for sure. Several factors can affect the RAS include: trauma, stress, food, hormonal imbalance, smoking, microorganisms disorders, heredity, and mineral deficiencies. RAS treatment can also be done in various ways, depending on the RAS type and condition of the patients.
Key words: factors, types, Recurrent Aphthous Stomatitis, ulcer
ABSTRAK
Sariawan dalam medis lebih dikenal dengan istilah Stomatitis atau Stomstitis Aftosa. Stomatitis yang terjadi berulang pada rongga mulut disebut Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR). SAR adalah penyakit pada membran mukosa mulut dan dapat menyebabkan rasa sakit saat makan, menelan dan berbicara. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya muncul di beberapa bagian rongga mulut seperti bagian dalam pipi, di sekitar bibir, lidah, atau di tenggorokan dan langit-langit mulut. Gejala awalnya berupa rasa sakit dan terbakar selama satu atau dua hari kemudian dilanjutkan dengan munculnya luka di bagian rongga mulut. Secara klinis, SAR dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Pembagian ini berdasarkan tingkat keparahannya: SAR Minor biasanya muncul sebagai sebuah luka berbentuk oval yang terasa sakit, berdiameter kurang dari 1 cm. SAR Mayor biasanya muncul setelah pubertas, bentuknya bundar atau oval dengan batas pinggira yang terlihat jelas. Pinggirannya menonjol secara tidak normal dengan diameter lebih dari 1 cm. Stomatitis Aftosa Herpetiform terdiri dari kumpulan luka sebanyak 5-100 luka berukuran 1-3 mm yang mirip dengan luka herpes simpleks. Etiologi dan patogenesis SAR belum diketahui pasti. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi SAR antara lain: trauma, stres, makanan, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan merokok, gangguan mikroorganisme, faktor keturunan, dan kekurangan mineral. Penanganan SAR juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada jenis SAR dan kondisi pasiennya.
Kata kunci: faktor-faktor, tipe-tipe, Stomatitis Aftosa Rekuren, luka
PENDAHULUAN
Tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah sariawan. Hampir semua orang pernah mengalami sariawan. Bahkan, bisa dikatakan sariawan adalah penyakit mulut yang paling umum ditemukan di masyarakat. Penyakit ini sebenarnya relatif ringan dan tidak membahayakan jiwa, tapi dapat sangat mengganggu aktivitas seseorang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Masyarakat awam juga mengenal sariawan dengan nama panas dalam. Sariawan dalam medis lebih dikenal dengan istilah Stomatitis atau Stomatitis Aftosa. Aphtous berasal dari bahasa Yunani, yaitu aphta yang berarti luka. Istilah aphtous ini dinyatakan oleh Hipocrates pada tahun 460-370 SM. Stomatitis yang terjadi berulang pada rongga mulut disebut Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).2
Biasanya luka SAR pertama kali muncul sejak masih anak-anak. Sekitar 80% SAR muncul pertama kali pada usia di bawah 30 tahun. SAR adalah penyakit pada membran mukosa mulut yang sangat mengganggu dan dapat menyebabkan rasa sakit saat makan, menelan dan berbicara.5
Gejala awalnya berupa sakit atau rasa terbakar selama satu sampai dua hari yang kemudian dilanjutkan dengan munculnya luka di rongga mulut. SAR bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah yang paling sering timbul SAR adalah di mukosa bagian pipi dalam, bagian bibir dalam, lidah serta langit-langit mulut.
TIPE STOMATITIS AFTOSA REKUREN
Dari semua jenis penyakit yang menyerang membran mukosa, SAR adalah yang paling umum dijumpai.3 Luka ini bukan infeksi, dan biasanya muncul di beberapa bagian rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau di tenggorokan dan langit-langit mulut. Gejala awalnya berupa rasa sakit dan terbakar selama satu atau dua hari kemudian dilanjutkan dengan munculnya luka di bagian rongga mulut. Luka yang muncul akan trasa menyakitkan, terlihat jelas, tidak terlalu dalam, berbentuk bundar atau oval berwarna putih kekuningan dengan pinggiran kemerahan.5
Secara klinis, SAR dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Pembagian ini berdasarkan tingkat keparahannya.3
Stomatitis Aftosa Rekuren Minor
Sebanyak 75-85% dari kasus SAR yang terjadi di masyarakat adalah SAR Minor.5 SAR Minor didahului dengan rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus.2 SAR Minor biasanya muncul sebagai sebuah luka berbentuk oval yang terasa sakit, berdiameter kurang dari 1 cm. SAR Minor biasanya bertahan selama 7-10 hari dan sembuh tanpa luka parut.3 Sering terjadi di bagian lunak pipi, bibir, dasar mulut dan lidah.4
Stomatitis Aftosa Rekuren Minor pada bagian dalam bibir bawah
Stomatitis Aftosa Rekuren Mayor
SAR Mayor dikenal sebagai stomatitis aftosa yang paling parah. Lukanya lebih besar, lebih menyakitkan dan bertahan lebih lama daripada SAR Minor.3 Sebanyak 10-15% kasus SAR yang terjadi adalah SAR Mayor. SAR Mayor biasanya muncul setelah pubertas, bentuknya bundar atau oval dengan batas pinggiran yang terlihat jelas. Pinggirannya menonjol secara tidak normal dengan diameter lebih dari 1 cm. Sering kali muncul di bibir, langit-langit mulut dan tenggorokan. SAR Major bisa bertahan selama beberapa minggu hingga bulan dan sering meninggalkan bekas luka parut setelah sembuh.5
Stomatitis Aftosa Rekuren Major pada bagian dalam bibir bawah
Stomatitis Aftosa Herpetiform
Stomatitis Aftosa Herpetiform biasanya ditemukan di golongan umur yang lebih tua dan sebagian besar ditemukan pada wanita. Lukanya biasanya sembuh dalam waktu sepuluh hari atau lebih. Penyakit ini juga menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.4
Stomatitis Aftosa Herpetiform terdiri dari kumpulan luka sebanyak 5-100 luka berukuran 1-3 mm yang mirip dengan luka herpes simpleks. Biasanya pasien memiliki satu sampai tiga kumpulan luka dan muncul sebanyak dua sampai tiga kali setahun. Penyakit ini jarang ditemukan dan hanya menempati 5-10% dari seluruh kasus SAR yang ada.Lukanya juga, bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas parut. 5 Penyakit ini menyerang jaringan mukosa mulut, ujung lidah, bibir dan batas lidah.1
Stomatitis Aftosa Herpetiform pada bagian dalam bibir bawah
CIRI KLINIS DARI STOMATITIS AFTOSA REKUREN
CIRI
TIPE SAR
Minor
Major
Herpetiform
Ukuran (mm)
<10
>10
<5
Durasi (hari)
7-10
>14
>10
Luka Parut
Tidak
Ya
Tidak
Presentasi (%)
75-85
10-15
5-10
PENYEBAB STOMATITIS AFTOSA REKUREN
Etiologi dan patogenesis SAR belum diketahui pasti. Munculnya ulser pada SAR bukan oleh karena satu faktor saja (multifaktorial) tetapi dalam lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser.6 SAR dapat muncul karena membran mukosa pada rongga mulut mengalami penurunan daya tahan. Penurunan daya tahan ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya defisiensi vitamin, kondisi hormonal, atau stres. Dampaknya adalah kondisi mukosa mulut menjadi sangat rentan, mudah terkoyak, dan luka. Ketika kondisi daya tahan mukosa rongga mulut mengalami penurunan, dengan adanya trauma atau bentuk fisik pada mulut atau lidah, maka hal itu dapat memicu timbulnya SAR.
Selain itu, beberapa hal yang memengaruhi timbulnya SAR adalah:
Trauma. Adanya trauma dapat menyebabkan timbulnya SAR pada pasien.5
Stres. Stres juga dapat memicu munculnya SAR pada pasien.5
Makanan. Makanan seperti coklat, kopi, kacang-kacangan, sereal, almon, stroberi, keju, tomat (bahkan kulit tomat) bisa berpengaruh untuk beberapa pasien. Dalam sebuah penelitian, sebanyak 50% dari pasien yang menderita SAR mengalami kemajuan saat makanan-makanan tersebut tidak ada dalam menu mereka.5
Ketidakseimbangan hormon. Beberapa wanita menderita SAR setiap bulannya yang berhubungan dengan perubahan hormon pada saat menstruasi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron saat fase luteal siklus menstruasinya. 6
Kebiasaan merokok. Kebanyakan pasien SAR bukanlah perokok, dan biasanya perokok ringan lebih sering menderita SAR dibandingkan perokok berat. Beberapa pasien melaporkan terkena SAR setelah berhenti merokok. Obat yang mengandung nikotin juga digunakan untuk mengontrol frekuensi munculnya SAR. 5
Gangguan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut diduga juga berperan penting dalam patogenesis SAR, terutama golongan Streptococcus.6
Faktor keturunan. Lebih dari 42% pasien SAR memiliki orang tua yang juga menderita SAR. Kemungkinan terkena SAR sebesar 90% jika kedua orang tua juga penderita SAR, dan hanya 20% jika kedua orang tua bukan penderita SAR. Kemungkian juga bisa lebih parah dan muncul di usia yang lebih awal pada penderita yang memiliki sejarah SAR pada keluarganya.5
Kekurangan mineral. Lebih dari 20% pasien SAR mengalami kekurangan zat besi, asam folat, atau vitamin B.1
PENANGANAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN
Terapi pada sariawan merupakan terapi simptomatik, tidak ada pengobatan yang efektif terhadap sariawan. Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, atau mencegah timbulnya lesi baru.2
Tipe A. SAR yang bertahan hanya beberapa hari dan muncul hanya beberapa kali setahun digolongkan sebagai tipe A. Pada kasus ini dokter harus mengidentifikasi apa penyebabnya, apa yang harus dilakukan pasien untuk mengobatinya, dan apakan cara pengobatan itu efektif. Apa bila pengobatan itu efektif dan aman, maka pengobatan dapat dilanjutkan. Apabila faktor penyebabnya sudah ditemukan maka penyebab itu harus diatasi terlebih dahulu. Misalnya, jika SAR muncul karena adanya trauma di mulut, maka dokter dapat menyarankan sikat gigi yang lebih lembut atau cara menyikat gigi yang baik. Obat-obatan mungkin tidak diperlukan.5 Atau bila perlu dapat diberikan antibakterial mouthwash seperti klorheksidin 0,2% qds.2
Tipe B. SAR tipe B adalah SAR yang muncul tiap bulan, dan dapat bertahan selama 3-10 hari. Pada kasus ini pasien mungkin sudah mengganti jenis makanan dan kebiasaan kebersihan mulut. Jika faktor penyebabnya sudah ditemukan, maka cara penanganannya harus didiskusikan dengan pasien. Pengobatan yang sering diberikan adalah penggunaan obat kumur klorheiksidin (tanpa alkohol) dan penggunaan kortikosterois topikal segera setelah luka muncul. Untuk SAR yang lebih parah, pemberian kortikosteroid secara teratur mungkin dibutuhkan, jangan melebihi 50 mg perhari (lebih baik di pagi hari) selama lima hari. Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk harus diperbaiki saat lukanya sembuh.5
Tipe C. SAR tipe C merupakan tipe SAR yang paling parah dan menyakitkan. Bila satu luka selesai maka luka yang lain langsung muncul. Pasiennya lebih baik ditangani oleh spesialis penyakit mulut. Untuk pasien dengan kebersihan mulut yang buruk, harus memperbaiki kebersihan mulutnya.5
Cara lain untuk menangani SAR:
Stomatitis ringan:
Antibakteri mouthwash, contoh: klorheksidin 0,2% qds
Stomatitis ringan-sedang:
Antibakteri mouthwash atau anestesi local mouthwash, contoh: benzydamine 0,15%, lignocain 1% gel dioleskan pada area yang sakit
Berkumur dengan suspense sukralfat 1g/5ml, jangan ditelan
Stomatitis sedang-berat:
Antibakteri mouthwash atau anestesi local mouthwash, contoh: benzydamine 0,15%, lignocain 1% gel dioleskan pada area yang sakit
Berkumur dengan suspense sukralfat 1g/5ml, jangan ditelan
Analgetik oral, penggunaan secara subcutan, dan intravena dapat diberikan jika diperlukan
Jika terdiagnosis adanya infeksi, berikan antibiotic pada infeksi bakteri, antivirus pada infeksi virus, dan antifungi pada infeksi jamur
Pertimbangkan periksa ke dokter, atau ahli kesehatan gigi dan mulut untuk mendapatkan nasihat2
Selain cara di atas, menangani SAR juga dapat dilakukan dengan cara:
Memperbaiki faktor-faktor yang menyebabkan SAR
Mencukupi zat besi atau vitamin-vitamin yang kekurangan
Menghindari makanan-makanan yang menyebabkan SAR
Untuk pasien dengan ketidakseimbangan hormon progesteron, dapat mengurangi hormon tersebut dengan menggunakan progestogen
Dengan menggunakan kortikosteroid secara topikal dapat mengontrol SAR
Dengan menggunakan tetracycline (100 mg doxycycline dilarutkan dalam 10 ml air) sebagai obat kumur dapat mengobati dan memperpendek durasi luka. Tapi tidak boleh digunakan untuk anak usia di bawah 12 tahun. Karena tetracycline dapat menyebabkan noda di gigi
Menjaga kebersihan mulut 4
PENCEGAHAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN
SAR juga dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut:
Minimal 2 kali sehari membersihkan mulut dengan sikat gigi, dan benang gigi.
Jika menggunakan gigi palsu, harus dirawat dengan baik, dan pastikan memiliki kesesuaian yang baik ketika digunakan
Antibakteri mouth wash dapat direkomendasikan dalam keadaan tertentu
Hindari obat kumur yang mengandung alkohol, karena dapat menyebabkan mulut kering2
KESIMPULAN
SAR adalah penyakit pada membran mukosa mulut yang sangat mengganggu dan dapat menyebabkan rasa sakit saat makan, menelan dan berbicara. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya muncul di beberapa bagian rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau di tenggorokan dan langit-langit mulut. Gejala awalnya berupa rasa sakit dan terbakar selama satu atau dua hari kemudian dilanjutkan dengan munculnya luka di bagian rongga mulut. Secara klinis, SAR dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu stomatitis aftosa minor, stomatitis aftosa major dan stomatitis aftosa herpetiform. Sampai saat ini penyebab utama dari SAR belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor yang memengaruhi munculnya SAR. Penanganan dan pencegahan SAR juga dapat dilakukan dengan berbagai cara.
DAFTAR PUSTAKA
1 Gondolfo S, Scully C, Carrozzo M. Oral Medicine. Philadelphia: Churchill Livingstone Elveiser, 2006: 42-5.
2 Pusat Informasi Obat Universitas Islam Indonesia. Sariawan (Aphthous Stomatitis). http://piouii.wordpress.com/2013/01/13/sariawan-aphthous-stomatitis/ (9 November 2013)
3 Regezi JA, Sciubba JJ. Oral Pathology: Clinical-Pathologic Correlations. Philadelphia: W. B. Saunders Company, 1989: 46-52.
4 Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine 2nd Edition: The Basis of Diagnosis and Treatment. Philadelphia: Churchill Livingstone Elveiser, 2008: 151-7.
5 Scully C, Gorsky M, Lozada-Nur F. The Diagnosis and Management of Recurrent Aphthous Stomatitis: A Consensus Approuch. J Am Dent Assoc 2003; 134: 200-7.
6 Taqwim A. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS). 8 April 2011. http://dentosca.wordpress.com/2011/04/08/recurrent-aphthous-stomatitis-ras/ (9 November 2013)