BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Recurrent aphthous stomatitis ditandai oleh ulser rekuren yang nyeri pada mukosa mulut. Kelainan ini dikalsifikasikan menjadi tiga kategori sesuai dengan ukurannya yaitu aftosa minor, aftosa mayor, dan ulser herpetiformis. Sekiltar 20% populasi terkena aftosa minor yang mempunyai tendensi untuk muncul pada mukosa bergerak dan terletak diatas kelenjar saliva minor. minor. Aftosa minor memiliki ulser dangkal,berbatas dangkal,berbatas jelas dan berukuran kecil (diameter kurang dari 1cm). Pada aftosa mayor menghasilkan diameter lebih dari 1cm dan proses healing lebih lama serta muncul jaringan parut. Pada Pada ulserasi herpetiformis mirip dengan herpes primer. Sifat yang paling mencolok pada ulserasi herpetiformis adalah terdapat erosi putih abu-abu dengan jumlah banyak, menggerombol dan menjadi ul cer. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Recurrent dari Recurrent Aphthous Aphthous Stomatitis ? 2. Apa etiologi dan predisposisi Recurrent predisposisi Recurrent Aphthous Aphthous Stomatitis ? 3. Bagaimana patogenesis Recurrent patogenesis Recurrent Aphthous Aphthous Stomatitis ? Stomatitis ? 4. Bagaimana tahapan Recurrent tahapan Recurrent Aphthous Aphthous Stomatitis ? Stomatitis ? 1.3 Tujuan Masalah
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi serta penjelasan mengenai kasus Recurrent Aphthous Stomatitis. Stomatitis . informasi tersebut mencakup definisi, etiologi, patogenesis dan tahapan Recurrent tahapan Recurrent Aphthous Aphthous Stomatitis.
Definisi Recurrent Aphthous Stomatitis
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan kondisi ulseratif pada rongga mulut yang paling umum terjadi.1 SAR ditandai oleh ulser rekuren, tunggal atau jamak, nyeri, berbentuk bulat atau oval, ditutupi oleh pseudomembran putih sampai kuning atau abu-abu, berbatas jelas dan memiliki eritema. Etiologi Dan Predisposisi Recurrent Aphthous Stomatitis
Faktor utama yang saat ini terkait dengan RAS meliputi faktor genetik, kekurangan hematologis, kelainan imunologis, dan faktor lokal, seperti trauma dan merokok. Selama 30 tahun terakhir, penelitian telah menyarankan hubungan antara RAS dan limfositotoksisitas, sitotoksisitas sel yang dimediasi oleh antibodi, cacat pada subpopulasi sel limfosit dan perubahan limfositase CD4 menjadi CD8. Penelitian terbaru berpusat pada disfungsi jaringan sitokin mukosa kaskade sitokin mukosa abnormal pada pasien RAS menyebabkan respons imun yang dimediasi oleh sel yang berlebihan, yang mengakibatkan ulserasi mukosa secara lokal. Etiologi dari RAS belum diketahui pasti, namun ada beberapa factor yang berhubungan dengan RAS yaitu: 1. Herediter Defisiensi imun (Severe Combined Immunodeficiency) yang menyebabkan system imunitas selular (limfosit) tidak bekerja dengan baik. Sedangkan limfosit ini berfungsi sebagai pengenalan awal untuk mengenali ancaman. 2. Infeksi bakteri dan virus Di rongga mulut dalam keadaan normal terdapat populasi mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi bila mikroorganisme mempunyai akses ke jaringan, contohnya pada bakteri Streptococcus sanguis dapat menyerang sistem imun pada rongga mulut, bakteri ini dapat terhidrolisis dengan siklus aliran darah yaitu pada penderita rekuren aftosa stomatitis, yang dikarenakan organisme yang terdapat di dalam rekuren aftosa stomatitis mekanismenya dengan membelah sel dan menuju ke dalam jaringan lunak dan jaringan saraf. 3. Imun Pengendapan immunoglobulin dan komponen-komponen komplemen dalam epitel dan atau respon imun seluler terhadap komponen imun merupakan penyebab terjadinya RAS. Sekretori Imunoglobulin A (sIgA) merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan antigen local. 4. Alergi
Bahan-bahan allergen yang diduga berhubungan dengan rekuren aftosa stomatitis minor adalah benzoic acid dan cinnamic aldehide yang sering dipakai sebagai penyedap rasa, kacang kenari, tomat, buah-buahan terutama strawberry, cokelat, kacang tanah, sereal, kacang, keju, tepung terigu atau gandum yang mengandung gluten.
5. Hormonal Perubahan kadar estrogen berperan dalam siklus menstruasi. Pada fase luteal terjadi penurunan kadar progesterone dalam siklus menstruasi. Kadar estrogen dan progesterone turun drastic pada sekitar hari ke-28 ketika terjadi menstruasi. Fase luteal terjadi dalam waktu dekat menjelang menstruasi atau 14 hari setelah ovulasi. Estrogen dapat merangsang maturasi lengkap sel epitel mukosa mulut. Rendahnya kadar progesterone maka efek proses self limiting berkurang, PMN (polimorfonuklear) menurun, permeabilitas vaskuler menurun sehingga mudah terbentuknya RAS yang muncul secara periodic sesuai siklus menstruasi. 6. Trauma dan Stres RAS yang terjadi pada penderita yang menggunakan alat ortodonsi cekat timbul kemungkinan disebabkan oleh trauma, emosi atau psikis. Penderita kadang mengalami stress berulang setelah pengaktivasi alat ortodonsinya karena bracket yang tertekan terus menerus pada mukosa bibir menimbulkan peradangan atau pendarahan di bawah epitel yang menyebabkan lesi eksofitik. 7. Hematologi Defisiensi zat besi, vitamin B12, asam folat. Etiologi dibagi menjadi 2 bagian yaitu predisposisi (HLA association, immune disregulation, nutriosonal deifisiecny) menyebbakan terjadinya bentukan papul dan makula dan triggering (microtrauma, infection) menyebabkan terjadinya ulseratif.
Patogenesis Recurrent Aphthous Stomatitis
Pada derah ulser terdapat lapisan eksudat yang terdiri dari fibrin dan beberapa red blood cells. Terdapat eritematus karena terjadi peradangan vaskular dan vasodilaasi pembuluh darah. Adanya RAS disebabkan karena inflamasi neurogenik yang akan menghasilkan substansia P yang merangsang adanya infiltrasi leukosit dan nekrosis sel epitel sehingga terbentuk ulser. Mekanisme nya yaitu dimulai pada fase inisiasi yang mana pada epitel telah terjadi trauma atau injury sehingga sel mengeluarkan mediator pro inflamasi yaitu sitokin dan TNF – alpha. Keluarnya mediator tersebut merangsang leukosit untuk datang ke area jejas. Selanjutnya
masuk ke fase Primary Damage Response dimana mediator inflamasi semakin bertambah dan TNF alpha mengaktivasi NF (neuron factor) yang menyebabkan sel injury menjadi nekrosis sehingga terbentuklah ulser yang bagian tengahnya terdapat sel – sel nekrosis. Ulser tersebut mudah untuk dimasuki agen jejas seperti bakteri sehingga diperlukan pertahanan yang lebih kuat karena barrier pertama telah hilang. Oleh karena itu pada lamina propria telah disediakan banyak sekali makrofag yang akan fagositosis agen jejas tersebut lalu memproduksi sitokin. Sitokin yang banyak tersebut akan beikatan dengan serabut – serabut saraf di rongga mulut (A delta dan C fibers). Setelah keduanya berikatan dengan mediator, serabut C mensekresikan Substansia P untuk menginisiasi rasa sakit. Setelah faktor predisposisi dihilangkan dan juga penggunaan obat anti inflamasi maka mediator akan berkurang sehingga akan terjadi fase healing. Sel basalis yang aktif membelah akan menuju maturasi dan menghasilkan keratin. Tahapan Recurrent Aphthous Stomatitis
Lesi RAS yang pertama kali muncul seringkali terjadi pada usia 20-an dan dapat ditimbulkan oleh trauma minor, menstruasi, infeksi saluran pernafasan atas, atau kontak dengan makanan tertentu. Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan infiltrasi neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi pembuluh darah (perivaskular), tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun secara keseluruhan terlihat tidak spesifik (Cawson dan Odell, 2002). Tahap-tahap perkembangan ulser pada RAS (Greendberg dan Glick, 2003) : 1. Tahap prodormal : berlangsung 2 – 48 jam, rasa tidak enak di dalam mulut dan disertai gejala malaise seperti demam. Tetapi tahap ini jarang terjadi pada kebanyakan pasien. 2. Tahap pre-ulseratif : berlangsung 18-72 jam. Ditandai dengan adanya macula dan papula yang berkembang dengan tepi eritematus. 3. Tahap ulseratif : merupakan tahap yang dominan, pasien merasakan adanya nyeri lokal pada mukosa mulut. Papula akan berulserasi dan ulser diselimuti oleh pseudomembran fibrinosus. Hal ini yang menyebabkan ulser berwarna putih. Pada bagian tengah epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan dangkal dengan margin yang tajam dan jelas dikelilingi daerah yang eritema karena terjadi peradangan vaskuler dan vasdilatasi pembuluh darah.
4. Tahap penyembuhan : rasa nyeri menghilang. Bila ulcer berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan.