SISTEM SOSIAL BUDAYA DEFINISI SISTEM SOSIAL “Merupakan hubungan timbale balik yang pencapaiannya tetap”
Menurut para ahli: 1. Rose Rosech ch warr warren en Sistem social adalah suatu system social “ organisasi daripada hak dan kewajiban secara timbale balik yang diharuskan oleh kebutuhan orang-orang yang menduduki berbagai posisi dalam masyarakat. 2. Ralph Linton Sistem social “pola-pola yang mengatur hubungan timbale balik antar individu dalam masyarakat dan antar individu dengan masyarakatnya (individu dengan individu, masyarakat dengan masyarakat) 3. Tal Talcot cot Pars Parson on Sistem social adalah karakteristik pada system social a. 2 atao atao lebih lebih manusia manusia yang yang sali saling ng berint berintera eraksi ksi b. Dalam kegiatannya kegiatannya dengan dengan mempertimb mempertimbangkan angkan tindakan tindakan orang orang lain lain c. Terkadang Terkadang manusia manusia dalam dalam syste system m itu bertindak bertindak bersama-s bersama-sa,a a,a untuk untuk mengejar kepentingan bersama Kesimpulan system social adalah “suatu oragnisasi social yang membedakan fungsi suatu bag ian terhadap bagian yang lain dan pada waktu yang bersamaan membutuhkan kompleks hubungan yang integral sebagai suatu kesatuan. KONSEP-KONSEP DASAR DALAM SISTEM SOSIAL 1. Fungsi Fungsi dan Sistem Sistem integr integrasi asi 2. Kete Keterg rgan antu tung ngan an 3. kelomp kelompok ok kolekt kolektifi ifitas tas dan dan kategor kategorii sosila sosila * Integrasi adalah adanya hubu ngan timbale balik secara serasi yang membentuk secara keseluruhan
YANG HARUS TERDAPAT DALAM SISTEM SOSIAL: 1. dalam setiap setiap social social terdapa terdapatt kegiatan kegiatan dan dan sejuml sejumlah ah orang orang 2. orang-orang orang-orang dan kegiatanny kegiatannyaa saling saling berhubungan berhubungan secara secara timbale timbale balik balik 3. hubunga hubungan n yang timb timbale ale balik balik bersif bersifat at konsta konstan n FUNGSI MANIFES DAN LATEN “ROBERT MERTON” 1. Fungsi Fungsi Mani Manifes fes (Jel (Jelas as teran terang g diketah diketahui) ui) 2. Fungsi Fungsi Laten Laten (Terse (Tersembu mbunyi nyi,, tidak diket diketahui ahui)) SALING KETERGANTUNGAN Konsepnya terdapat unsure penting:
1. Dalam konsep ini, ada 2 bagian/lebih ada ketergantungan dari yang lainnya, dalam kelompok 2an dimana jumlahnya ada 2, maka gantungan satunya adalah pasangannya. 2. Dalam konsep ini: tidak harus diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan keseimbangan murni (50:50) 3. Dalam konsep ini: terkandung adanya saling ketergantungan dengan pengertian “saling membutuhkan itu harus seimbang” KELOMPOK KOLEKTIFITAS DAN KATEGORI SOSIAL KELOMPOK: Patokan utama apakah merupakan kelompok adalah kegiatan atai interaksinya KOLEKTIFITAS Sejumlah orang yang mempunyai solidaritas social karena memiliki nilai-nilai yang sama dan adanya kewajiban moral untuk memenuhi harapan-harapan peran tertentu. KATEGORI SOSIAL Ada beberapa criteria: 1. Tidak ada interaksi antar anggota 2. Tidak ada ikatan moral 3. Tidak ada harapan peran tertentu Jadi kategori social hanyalah karakteristik social yang dapat di lihat (seks, usia, tingkat pendapatan, pekerjaan dsb). PANDANGAN PARSON TENTANG SISTEM SOSIAL Masyarakat sebagai system social, memadang masyarakat sama denga organisme biologis, hal ini berkaitan dengan pandangan email durkheim yang menganggap bahwa dasar dari suatu system social adalah hubungan antara bahagian dan bahagian lainnya dalam suatu ketergantungan untuk membentuk suatu keseluruhan Menurut Durkheim, keseluruhan tidak sama dengan bahagian-bahagian lainnya, karena keseluruhan itu memiliki dunianya sendiri yang disebut dengan istilah SUL-GENERIS (sifat yang berbeda dengan bagian yang membentuknya) Menurut Parson untuk menganalisis suatu system social hendak kita memahami terlebih dahulu, institusi social karena memahami institusi social, kita dapat memahami pola peran atau status yang merupakan dasar utama dari suatu system social. Di dalam menjelaskan institusi social Parson terlebih dahulu menguraikan beberapa konsep yang berhubungan dengan tindak individu TEORI PARSON YANG UMUM SIFATNYA SISTEM SOSIAL Menekankan orientasi subjektif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu, pilihan pilihan ini secara normative di atur oleh nilai dan standar normative bersama, hal ini berlaku untuk tujuan yang ditentukan individu serta alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu
PRINSIP-PRINSIP DASAR MENURUT PARSON Bersifat universal dan mengendalikan semua tipe manusai, persoalannya bagaimana orientasi-orientasi individu terjalin satu sama lain di dalam suatu system social. DALAM KERANGKA UMUM PARSON Beliau menjelaskan orientasi bertindak terdiri dari elemen dasar: Orientasi multivasional dan orientasi nilai ORIENTASI MULTIVASIONAL Adalah yang menunjukkan pada keinginan individu yang bertindak itu untuk memperbesar kepuasan dan mengurangi kekecewaan ORIENTASI NILAI Adalah yang menunjukkan pada standar-standar normative yang mengendalikan piliha pilihan individu baik sebagai alat maupun tujuan dan prioritas sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang berbeda KERANGKA AGIL SEBAGAI PRASAYARAT FUNGSIONAL Kerangka ini dikembangkan parson dalam rangka menganalisis persyaratan-persyaratan fungsional dalam semua system social. Pada dasarnya kerangka ini menunjukkan pada seperangkat persyaratan fungsional harus dipenuhi. Semua system social. Persyaratan fungsional tersebut adalah sebagai berikut: a. Adaptation/adaptasi yang menunjukkan pada wahan bagi system soail utnuk menghadapi lingkungan . ada 2 perolehan yang diperoleh yang perlu dibedakan yaitu: 1. harus ada penyesesuain dari system itu terhadap tuntutan yang keras yang tidak dapat dirubah (fleksibel) yang masyarakat dari lingkungan system itu 2. Ada proses transformasi aktif dari situasi ilmu ini meliputi penggunaan segi-segi situasi yang bisa di manipulasi sebagai alat mencapai tujuan. Tetapi usaha memperoleh alat itu secara teliti harus dipisahkan demi pencapaian tujuan. b. Goal Attainment merupakan prasyaratan fungsional yang dari pandangan pasar bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuannya. Tekanan terutama pada tujuan bersama para anggota suatu system social menyimpan tujuan merupakan sejenis yang secara instistik memuaskan dengan mengikuti kegiatan-keg iatan penyesuaian c. Integration/ integrasi merupakan prasyarat yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota dalam suatu system social. Agar system social itu dapat berfungsi secara efektif hendaknya harus ada suatu tingkat solidaritas di atur para anggota. Masalah integrasi menunjukkan pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup menimbulkan solidaritas dan untuk bekerjasama dan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. d. Latent Pattern Maintenance Konsep latten sesungguhnya menunjukkan pada bertanya interaksi karena pada anggota dalam system social apa saja bisa jenuh dan letih. Interelasi adalah hal antara anggota dalam suatu system
Semua system social harus berjaga-jaga/waspada bilaman system itu sewaktuwaktu mengalami kekacauan sehingga para anggotanya tidak lagi berkaidah sebagai anggota system untuk menjaga hal tersebut dihubungkan mekanisme tertentu untuk membantu, memulihkan dorongan motivasi dan untuk memperbaharui/memperkuat komitmen terhadap pola-pola budaya system itu BEBERAPA PENDEKATAN DALAM SISTEM SOSIAL Di dalam mempelajari system social ada 2 pendekatan utama yang sama digunakan yaitu: 1. pendekatan struktur fungsional 2. pendekatan konflik (konflik approach) a. Pendekatan struktur fungsional menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi di atas dasar kata sepakat para ang gotanya tentang nilai-nilai kemasyarakat tertentu yang memiliki daya mengatasi perbedaan pendapat dan ketergantungan dari para anggotanya. Karena itu pendekatan ini cenderung masyarakat sebagai suatu system yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Oleh karena sifatnya yang dimiliki maka aturan pemikiran ini sering disebut integration spproach, order approach equilibrium approach/lebih dikenal sebagai structural fungsional approach, kata maklumi pula bahwa structural itu tubuh dari cara melihat masyarakat yang menganalogikan dengan organisme biologis, suatu pendekatan yang serinng kita kenal sebagai organisme approach (pendekatan yang berarti oragnisme Pendekatan Struktur fungsional sedangkan yang dikembangkan oleh parson dalam pengikutnya dapat dikaji melalui sejumlah anggapan dasar terhadap masyarakat tersebut: 1. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu system yang terdiri dari bagian2 yang saling berhubungan satu sama lain 2. dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di dalam suatu system bersifat ganda dan timbale balik 3. sekalipun integrasi social tidak perbah dapat dicapai dengan sempurna namun secara fundamental system social selalu cenderung bergerak kea rah equilibrium yang bersifat dinamis 4. sekalipun terjadi disfungsi, ketergantungan dan penyimpangan tetapi selalu terjadi penyesuaian 5. Pembahasan-pembahasan di dalam system social umumnya terjadi secara gradial melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner 6. pada dasarnya pembahasa-pembahasan social terjadi melalui 3 macam kemungkinan yaitu: a. penyesuaian yang dilakukan oleh system social terhadap perubahan perubahan yang dating dari luar b. perubahan pertumbuhan melalui proses diferensiasi. Struktural dan fungsional c. penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat 7. factor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu system social adalah consensus dari pada para anggotanya tentang nilai-nilai kemasyarakatan tertentu
Parson dan para pengikutnya harus diakui telah berhasil membawa pendekatan strukturak ketingkat perkembanganya yang sangat berpengaruh di dalam pertumbuhan teori-teori sosiologi. Meskipun demikian pemikiran-pemikiran tidak terlepas dari kritik-kritik dan perdebatan, kelemahan-kelemahan isu antara lain: 1. Setiap struktur social di dalam dirinya sendiri mengandung konflik-konflik dan kontradiksi yang bersifat internal yang pada gilirannya justru menjadi sumber terjadinya perubahan-perubahan social 2. reaksi dari suatu system social terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar (ekstra systemic change) tidak selalu bersifat objektif/penyesuaian 3. suatu system social di dalam waktu yang panjang dapat mengalami konflikkonflik social yang bersifat Visis Circle 4. perubahan-perubahan social tidak selalu terjadi secara gradual (pelan-pelan) melalui penyesuaian yang lunaj tetapi dapat pula terjadi secara evolusioner KONFLIK APPROACH (PENDEKATAN KONFLIK) Berdasarkan dengan pendekatan structural fungsional atau pandangan konflik approach berpangkal pada anggapan dasarnya sebagai berikut: 1. setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang terjadi secara terus menerus 2. konflik adalah gejala yang melekat pada setiap masyarakat 3. setiap unsure di dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya desintegrasi dan perubahan-perubahan social 4. setiap masyarakat terintegrasi di atas dominasi/penunguasaan oleh sejumlah orang atas sejumlah besar orang lain menurut teori ini pertentangan-pertentangan yang terjadi pada dasarnya bersumber dari masyarakat itu sendiri, kontradiksi-kontradiksi intern dalam kenyataanya berasal dari pembagian kekuasaan yang tidak merata. Hal ini mengakibatkan 2 kategori social yaitu mereka yang memiliki banyak otority/kekuasaan dan mereka yang kurang/ tidak memiliki kekuasaan, kedua kelompok ini memiliki kepentingan yang berbeda yaitu kelompok dengan otority yang banyak menginginkan status quo,sedang kelompok dengan otority yang kurang menginginkan terjadi perubahan status quo, karena kepentingan ini tidak selalu disadari adanya maka kepentingan ini disebut laten interest, sementara kelompok-kelompok semu karena terbentuknya kelompok ini biasanya juga tidak disadari CARA PENGENDALIAN KONFLIK Cara ini bermacam-macam tetapi yang penting adalah konsiliasi yaitu pengendalian melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan terciptanya diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang berlawanan, lembaga semacam ini bersifat parlementer kuasi parlementer di mana wakil semua pihak saling bertemu untuk membicarakan pertentangan mereka secara damai. Agar lembaga tersebut dapat berfungsi efektif maka lembaga tersebut harus memenuhi 4 syarat: 1. lembaga tersebut bersifat otonom dengan kewenangan mengambil keputusan tanpa campur tangan pihak lain/lembaga lain
2. lembaga tersebut harus bersifat monopolistis dalam arti lembaga itu saja yang berfungsi demikian 3. keputusan-keputusan dari lembaga tersebut bersifat mengikat terhadap semua kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut 4. Lembaga tersebut harus bersifat demokratis dalam arti setiap pihak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sebelum keputusan di ambil. Tanpa terpenuhi 4 syarat di atas, maka konflik yang terjadi akan menyusut ke bawah permukaan dan akan muncul kemudian pada saat-saat tertentu tanpa diduga sebelumnya. Agar ke-4 syarat dapat dipenuhi maka ada 3 syarat yang harus dipenuhi oleh pihak pihak yang berkonflik: 1. mereka yang berkonflik harus menyadari tentang adanya situasi kinflik di antara mereka dank arena itu disadari pula dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur diantara mereka. 2. pengendalian konflik hanya dapat dilakukan apabila berbagai kekuatan social yang berkonflik itu terorganisir 3. setiap kelompok yang terlibat harus mematuhi aturan-aturan tertentu yang memungkinkan hubungan –hubungan social memenuhi suatu pola tertentu. Aturan permainan tersebut pada gilirannya menjamin kelangsungan kelompok tersebut, sehingga tidak terjadi ketidakadilan dan dapat dihindarkan munculnya pihak-pihak ke-3 yang akan merugikan kepentingan mereka. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi: 1. mediasi 2. kedua belah pihak yang bersangkutan bersepakat untuk menujukkan pihak ke-3 yang akan memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana sebaiknya mereka menyelesaikan sengketa mereka, walaupun demikian nasihat pihak ke-3 tersebut tidak mengikat pihak-pihak yang bersengketa walaupun demikian pengendalian tipe ini kadang-kadang menghasilkan penyelesaian pertikaian cukup-cukup efektif, kareba cara ini dapat mengurangi irrasioanal dan biasanya timbul di setiap konflik sehingga meningkatkan pihak-pihak yang berkonflik menarik diri tanpa harus kehilangan nilai. 3. Arbitrasi (pewasitan) dalam hal ini kedua belah pihak yang berkonflik bersepakat untuk menerima /terpaksa menerima hadirnya pihak k e-3 yanga akan memberikan keputusan tertentu untuk menjelaskan konflik yang terjadi diantara mereka. VARIABEL-VARIABEL BERPOLA Di dalam kerangak umum ini variable variable berpola memperlihatkan lima pilihan dikhatan yang harus diambil seseorang baik secara implisit maupun eksplisit di dalam menghadapi orang lain dalam situasi social apa saja. Adapun pilihan tersebut digambarkan sebagai barikut: 1. afektifitas Vs Netrality Efektif 2. Orientasi diri Vs Orientasi Kolektif 3. Universalisme Vs Partikularisme 4. Aksripsi Vs Prestasi 5. Spesifitas Vs kekaburan
afektifitas Vs Netrality Efektif menerapkan suatu dilemma apakah mencari kegunaan emosional dari orang lain/tidak dalam situasi social. Kalau memiliki efektifitas berate orang-orang yang terlihat akan berhubungan satu sama lain secara emosional dari setiap memberikan kepuasan secara langsung Orientasi diri Vs Orientasi Kolektif • Di lema ini berkaitan demi kepentingan yang harus diutamakan. Orientasi diri berarti kepentingan pribadi yang lebih menda pat prioritas sedangkan orientasi kolektif berarti kepentingan orang lain secara keseluruhan diutamakan. Universalisme Vs Partikularisme • Dilemma ini berhubungan dengan mengaktifkan dari standar standar normative yang digunakan untuk menyeras hubung social. Pola universalisme mencakup standar, yang diterapkan untuk semua orang, sedangkan pola partikularisme meliputi standar yang disesuaikan pada suatu hub ungan tertentu diantara mereka yang berinteraksi atau di daerah pada sifat-sifat tertentu yang terdapat pada ke-3 belah pihak Aksripsi Vs Prestasi • Dalam dilemma ini yang ditekankan salah prestasi orang yang bertunduk atau klasifikasi orang lain dan bukan orientasi pribadinya. Pada dasarnya orang lain dapat dilihat dan dimiliki menurut siapa mereka dan apa yang mereka perbuat. Di dalam akskripsi khusus yang diperoleh berdasarkan kelahiran. Sedangkan pola prestasi menenkankan pada penampilan/kemmapuan yang nyata yang di miliki orang itu Spesifitas Vs kekaburan • Variabel dilihat sebagai variable yang berhubungan dengan ruang lingkup keterlibatan seseorang dengan orang lainnya, pola spesifik memperlihatkan pada adanya kewajiban timbale balik yang terbatas, klau kepuasan yang di namakan ato diberikan orang lain itu amatlah luas sifatnya maka pola itu bersifat kabur atau tidak menentu •
STRUKTUR MASYARAKAT MAJEMUK Perbedaan-perbedaan bangsa, agama, adapt istiadat dan kedeaerahan sering disebut sebagai cirri masyarakat majemuk, suatu istilah yang pertama kali diperkenalkan Furnival untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada masa Hindia-Belanda, konsep masyarakat majemuk yang digunakan oleh para ahli ilmu social di masa ini, merupakan perluasan dari konsep Furnival tersebut. Masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda
Oleh karena sifatnya yang demikian itu maka masyarakat majemuk tidak dapat di gol. Ke dalam satu dia ntara 2 jenis masyarakat yang memiliki unitunit kekeluargaan yang bersifat sigmentasi tetap structural kekeluargaan yang bersifat majemuk, tentang masyarakat denga tingkat diferensiasi yang tinggi dengan banyak lembaga yang bersifat komplementer dan saling tergantung. Masyarakat dengan tingkat solidaritas yang tinggi dengan solidaritas yang bersifat mekanisme, sedang masyarakat yang lainnya bersifat solidaritas yang
tinggi dengan solidaritas mekanik sedangkan masyarakat lainnya bersifat solidaritas yang tinggi dengan solidaritas organic. Solidaritas mekanik solidaritas tinggi • Solidaritas organic muncul solidaritas akibat saling ketergantungan dan • memunculkan Icorrene adanya perbedaan-perbedaan Keduanya tidak dapat dikategorikan ke dalam masyakata majemuk. • Sejarah kemerdekaan plularitas yang terdapat di dalam gol- pribumi memperoleh pengertian yang lebih penting dari sekedar apa yang dikemukakan oleh Furnival Beberapa factor penyebab timbulnya pluritas masyarakat Indonesia adalah: 1. Keadaan geografis Indonesia Sepanjang 300 mil dari Utara-Selatan sepanjang 1000 mil. Hal ini sangat mempengaruhi pluraitas bangsa Indonesia. Pada kira-kira 2000 tahun sebelum masehi Indonesia. 2. Indonesia terletak di atas dua samudra dan 2 benua 3. Hukum yang berbeda-beda system struktur yang berbeda-beda pula sehinggga kesuburannya pun berbeda (belum selesai)