Sistem manajemen lingkungan merupakan program yang harus diterapkan oleh setiap pemilik usaha atau perusahaan dalam bidang apapun sebagai jaminan bahwa usaha yang dijalankan tidak akan mendatangkan potensi merusak bagi lingkungan dalam operasinya. Agar setiap perusahaan perusahaan atau usaha memiliki memiliki standar yang sama dalam hal menjalankan menjalankan sistem operasional dengan standar ramah lingkungan, sistem manajemen lingkungan yang diterapkan masing-masing perusahaan harus berdasarkan standar resmi internasional yaitu ISO 14001. Standar ini wajib dituruti oleh berbagai perusahaan serta bidang usaha di seluruh dunia dalam hal operasi standar mereka dan yang melanggar akan menghadapi sanksi formal. Pemberlakuan prinsip-prinsip ISO 14001 berdasar pada pengertian lingkungan sebagai area di sekeliling wilayah operasi perusahaan atau organisasi yang mencakup berbagai faktor seperti air, tanah, udara, habitat makhluk hidup serta masyarakat sekitar. Penerapan prinsip-prinsip manajemen lingkungan secara optimal harus mencakup semua area ini bila ingin dianggap sebagai perusahaan yang terpercaya dan beretika. Penerapan sistem sistem manajemen lingkungan yang utuh utuh dan menyeluruh bukan bukan hanya merupakan kewajiban sebuah perusahaan melainkan juga sebuah langkah investasi yang bagus dan berjangka berjangka panjang. Berdasarkan ISO 14001, pengertian sistem manajemen lingkungan secara umum adalah satu sistem manajemen lengkap yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang terkait atau berpotensi mendatangkan dampak bagi lingkungan di sekitar wilayah operasi perusahaan, dimana sistem manajemen tersebut harus meliputi keseluruhan proses mulai dari perencanaan, penelitian, penerapan, penanggungjawaban, peninjauan dan peninjauan ulang serta pembuatan dan pemeliharaan kebijakan yang telah dihasilkan. Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14001 secara maksimal sesungguhnya sedang berinvestasi dengan menumbuhkan lingkungan usaha yang baik serta memberikan imej baik kepada masyarakat dan berpotensi menarik lebih banyak pelanggan atau investor. Selain itu, perusahaan yang sistem operasinya berkaitan dengan, berdampak pada atau memiliki sumber daya dari lingkungan akan menjamin kelangsungan operasi perusahaan di masa depan sekaligus keberlanjutan dari kondisi lingkungan di sekitarnya. Banyak perusahaan kurang etis yang menganggap mengangg ap bahwa penerapan sistem manajemen lingkungan, terutama yang berdasarkan ISO secara mendetail, merupakan hal yang membuang-buang waktu dan biaya serta tidak memiliki potensi komersil. Hal tersebut mungkin saja jika dilihat secara harfiah dan dalam jangkap pendek. Akan tetapi, untuk jangka pajang, jika prinsip manajemen lingkungan dalam dalam ISO 14001 diterapkan diterapkan secara maksimal, akan ada banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh satu perusahaan. Hal yang paling jelas nampak dalam penerapan sistem manajemen lingkungan adalah potensi berkurangnya kecelakaan kerja baik bagi para pekerja dan pihak-pihak di perusahaan maupun bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar wilayah usaha tersebut. t ersebut. Selain itu, penerapan sistem kerja berbasis lingkungan akan menunjukkan penghematan pada biaya listrik, air serta sumber-sumber energy untuk operasional perusahaan lainnya. Selain itu, tren ‘Green Company’ yang sangat populer sekarang akan membuat suatu perusahaan yang menerapkan sistem manajemen menurut ISO 14001 memiliki imej positif dalam industrinya sehingga berpotensi menarik investor dan konsumen lebih banyak. Pemilik perusahaan yang menerapkan sistem ini juga akan menghemat lebih banyak dalam hal biaya asuransi karena perusahaan asuransi biasanya menurunkan tarif untuk pihak yang menerapkan sistem sistem atau teknologi yang berpotensi menghemat energi serta menurunkan tingkat kecelakaan. Akhirnya, perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen lingkungan yang baik berpotensi membina hubungan baik dan harmonis dengan masyarakat sekitarnya, dimana hal ini dapat berdampak pada berbagai kemudahan yang dapat diperoleh perusahan terkait dengan dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS). Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan (EMS) adalah: “that part of the overall management system system which includes organizational structure planning, activities, responsibilities,practices, procedures, processes, and resources for developing, implementing, achieving, reviewing, and maintaining the environmental policy”. policy”. Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang lebih luas. Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2 macam yaitu: 1. Lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi pegawai, dll. 2. Lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan
masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll. Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan internal dan eksternal.
A. Aspek Lingkungan
Diantara definisi aspek lingkungan adalah: 1. Aspek lingkungan adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara (GEMI,2001). 2. Elemen dari aktifitas, produk, atau jasa perusahaan yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan dampak lingkungan (EPA, 1999). Atau dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan dalam diagram input-output proses produksi adalah semua elemen yang termasuk dalam non-produk atau by-produk.
Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA, 1999): 1. Biaya pembuangan limbah 2. Dampak pada kesehatan manusia 3. Biaya material 4. Tingkatan toksisitas 5. Konsumsi energy 6. Dampak pada sumberdaya, seperti buruh 7. Dll.
Adapun definisi dampak lingkungan adalah : 1. Dampak lingkungan didefinisikan sebagai interaksi aktual dengan atau memberi dampak pada lingkungan (EPA, 1999). 2. Adalah setiap perubahan pada lingkungan, apakah menguntungkan atau merugikan, secara keseluruhan atau sebagian yang diakibatkan dari aktifitas organisasi, produk atau jasanya. (GEMI, 2001).
Antara aspek dan dampak lingkungan terdapat hubungan sebab-akibat, dimana dampak lingkungan berasal dari aspek lingkungan, namun aspek lingkungan tidak selalu berdampak lingkungan (EPA, 1999). Untuk mengukur aspek dan dampak lingkungan ini dilakukan bermacam metoda. Salah satunya adalah metoda 6 langkah pemetaan proses EPA (1999). Aspek Lingkungan Industri
Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahan berada. Akibatnya, faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan sepert; ancaman pada perusahaan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu untuk dianalisis guna studi kelayakan bisnis. Michael E.Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut 5 kekuatan bersaing. Lalu R.E. Freeman sebagaimana dikutip oleh Wheelen merekomendasikan aspek yang keenam untuk melengkapinya. Keenam aspek yang menjadi pokok bahasan tersebut adalah : 1. Ancaman masuk pendatang baru 2. Persaingan sesame perusahaan di dalam industrinya 3. Ancaman dari produk pengganti 4. Kekuatan tawar menawar pembeli (buyers) 5. Kekuatan tawar menawar pemasok ( suppliers) 6. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya A. Ancaman masuk Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru masuk ke dalam suatu industri, yang sering disebut dengan Hambatan Masuk. Faktor – Faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Skala Ekonomi.
Apabila pendatang baru berproduksi dengan skala kecil, maka mereka akan dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi padahal perusahaan yang ada tengah
berupaya pada skala produksi yang terus diperbesar dan proses produksi yang terus menerus diefisiensikan sehingga harga per unit barang menjadi lebih rendah. Diferensiasi Produk.
Diferensiasi yang menciptakan hambatan masuk memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya dan usaha yang besar untuk merebut para pelanggan yang loyal kepada perusahaan utama. Kecukupan Modal
Jenis industri yang memerlukan modal besar merupakan hambatan yang besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industri yang memerlukan biaya yang besar untuk riset dan pengembangan serta eksplorasi. Biaya Peralihan
Hambatan masuk akan tercipta dengan adanya biaya peralihan pemasok, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan (switching cost) ini dapat berupa biaya pelatihan kembali karyawan, biaya peralatan pelengkap yang baru, dan desain ulang produk. Pada akhirnya biaya ini akan ditanggung oleh konsumen. Akses ke saluran distribusi
Jalur distribusi sangat menentukan penyebaran produk. Perusahaan yang mempunyai jalur distribusi yang luas dan bekerja secara baik akan sangat menghambat masuknya produk baru ke dalam pasar. Ketidakunggulan biaya independen
Keunggulan biaya yang dipunyai oleh perusahaan yang sudah ada sulit ditiru oleh pendatang baru. Keunggulan itu mungkin timbul dari teknologi yang telah dipatenkan perusahaan, konsesi bahan baku, atau subsidi pemerintah. Peraturan pemerintah Pemerintah biasanya menerbitkan sejumlah aturan yang mengatur bidang – bidang tertentu seperti yang selalu diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, misalnya lewat Daftar Investasi Negatif (DIN)
B. Persaingan sesama perusahaan dalam Industri
Persaingan dalam industri sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Persaingan pasar yang sempurna biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam hal harga produk. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
Jumlah kompetitor
Jumlah kompetitor atau pesaing sudah tentu akan mempengaruhi tingkat persaingan. kompetitor hendaknya dilihat dari beberapa sisi seperti jumlah, ukuran, dan kekuatannya.
Tingkat pertumbuhan industri
Pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya. Pertumbuhan industri yang lambat sebaiknya tidak direspons dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar pesaing. Karakteristik Produk
Produk hendaknya tidak hanya sekedar menyediakan kebutuhan dasar akan tetapi hendaknya memiliki suatu pembedaan (differentiation) atau nilai tambah Biaya tetap yang besar Pada jenis industri yang mempunyai total biaya tetap yang besar, perusahaan hendaknya beroperasi pada skala ekonomi yang tinggi.
Kapasitas
Kapasitas selalu berkorelasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas yang tinggi diperlukan untuk menjaga efisiensi biaya per unti.
Hambatan keluar
Hambatan keluar memaksa perusahaan untuk tidak keluar dari industri. Hambatan ini dapat berupa aset – aset khusus ataupun kesetiaan manajemen pada bisnis tersebut.
C. Ancaman dari produk pengganti
Perusahaan – perusahaan yang berada dalam suatu industri bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusinya dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama.
D. Kekuatan tawar menawar pembeli (Buyers)
Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan untuk memotong harga, meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan competitor melalui kekuatan yang mereka miliki. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perussahaan antara lain adalah :
Pembeli membeli dalam jumlah yang besar
Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
Switching Cost pemasok adalah kecil
Produk yang dibeli perusahaan mempunyai andil persentase yang besar bagi biaya biaya produksi, sehingga pembeli akan menawarkan insentif kepada pegawainya yang mampu menyediakan produk yang sama dengan harga yang lebih murah.
Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis
Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah mencari substitusinya.
E. Kekuatan tawar menawar pemasok (suppliers)
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemanapun mereka menaikan harga atau mengurangi kualitas produk atau servis. Pemasok akan kuat apabila beberapa kondisi berikut terpenuhi :
Jumlah pemasok sedikit
Produk/pelayanan yang ada adalah unik dan mampu menciptakan Switching Cost yang besar
Tidak tersedia produk substitusi
Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan
Perusahaan hanya membeli dalam jumlah yang kecil dari pemasok
F. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya
Kekuatan ke enam yang ditambahkan oleh freeman yang dikutip Wheelen adalah berupa kekuatan di luar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan kepentingan secara langsung kepada perusahaan. Stakeholder yang dimaksud antara lain adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemegang saham.
G. Implikasi pada SKB
Hasil studi aspek persaingan hendaknya memberikan informasi perihal : 1. Bagaimana situasi dan kondisi ancaman masuk bagi pendatang baru 2. Bagaimana situasi persaingan sesame perusahaan di dalam industrinya. 3. Ancaman dari produk pengganti 4. Kekuatan tawar menawar pembeli (buyers) 5. Kekuatan tawar menawar pemasok ( suppliers) 6. Pengaruh kekuatan Stakeholder lainnya Identifikasi Aspek Lingkungan Aspek lingkungan diartikan sebagai bagian dari kegiatan yang berinteraksi dengan lingkungan sedangkan dampak adalah akibat dari suatu aspek. Dengan kata lain, ada hubungan sebab akibat antara aspek dan dampak lingkungan. Hasil identifikasi merupakan suatu daftar aspek lingkungan dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aspek lingkungan. Selayaknya daftar aspek lingkungan ini harus memuat keseluruhan aspek lingkungan secara lengkap baik dalam kondisi normal, abnormal dan darurat, seluruh komponen lokasi seperti bagian produksi, gedung perkantoran, gudang yang terletak diluar pagar,. kondisi darurat adalah kondisi diluar normal yang memberikan dampak seketika besar dan tidak dapat dicegah kecuali mengurangi dampak setelah terjadi. Sedangkan kondisi abnormal merupakan kondisi di luar kondisi normal yang sudah diperkirakan dan terkendali. Identifikasi harus dilakukan tidak terbatas pada kegiatan-kegiatan di dalam areal perusahaan dan terkait dengan sumber limbah terbesar semata, tetapi menjangkau kepada aspek dari produk atau jasa. aspek dari produk memiliki cakupan yang lebih luas seperti tinjauan terhadap produk ketika disimpan di gudang, pemuatan produk/bahan baku ke alat trasnportasi, selama pengangkutan dan ketika digunakan oleh konsumen. Contoh paling ilustratif adalah produk penyulingan minyak mentah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor. Ketika pengangkutan terdapat aspek potensi tumpahan dan ledakan; ceceran ketika bongkar muat dan emisi gas-gas hasil pembakaran termasuk yang bersifat beracun (Pb) ketika dikonsumsi dalam kendaraan bermotor. Berbagai macam dampak jelas ditimbulkan dari aspekaspek tersebut dan memiliki kategori yang berat. Identifikasi dampak lingkungan merupakan pondasi dari sistem manajemen lingkungan dimana kelengkapan dari sistem, kesesuaian lingkup dan prioritas pekerjaan dihasilkan dari
elemen Standar ini. Keberhasilan sistem sangat tergantung pada pemahaman yang baik terhadap aspek/dampak lingkungan. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hal yang perlu ditumbuhkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah timbulnya kesadaran bahwa, mereka paham akan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian, berdaya yaitu mampu melakukan tuntutan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak menjalankan inisiatif lokal untuk menghadapi masalah lingkungan di sekitarnya. Dan, secara aktif tidak saja memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan lingkungan yang baik dan sehat secara terus menerus, tetapi juga melakukan inisiatif lokal. Demikian pula halnya dalam pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Keterlibatan dan peran berbagai kelompok/organisasi masyarakat dalam penyaluran aspirasi masyarakat ke DPRD melalui mekanisme demokrasi telah menciptakan suatu momentum menuju suatu rasa memiliki dan berkehendak serta berkelanjutan bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan perwujudan good environmental governance Ada beberapa strategi yang dapat sditempuh untuk memberdayakan masyarakat mengelola lingkungan hidupnya : 1. Mengembangkan
komunikasi
dengan
tokoh-tokoh
masyarakat
yang
mampu
menyampaikan pesan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungannya. 2. Mengembangkan kerjasama yang intensif dengan media massa dalam hal sosialisasi dan pemberitaan mengenai peran serta kelompok masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. 3. Memberikan apresiasi terhadap kelompok masyarakat yang berhasil mengelola lingkungannya. 4. Pengintegrasian aliansi mitra strategis ke dalam program lingkungan dilakukan melalui pendekatan yang melibatkan peran kelompok masyarakat secara aktif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara memberikan dukungan dan pengakuan kepada kelompokkelompok masyarakat yang mempunyai potensi tawar (barganing power) dalam hal isu lingkungan.
Tapi yang terpenting dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah masyarakat sadar sebagai bagian dari lingkungan dimana ia berada, tumbuhnya kearifan lokal dalam mengelola lingkungan seperti yang telah ditunjukkan oleh masyarakat adat antara Desa Teriak dan Desa Temia Sio Kecamatan Teriak Kabupaten Bengkayang yang telah menetapkan Hutan Gunung Jalo sebagai Hutan Adat. Dengan melestarikan hutan masyarakat setempat dengan hukum adat yang melekat padanya masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan ekosistem hutan dan seluruh habitat yang ada didalamnya. Evaluasi Lingkungan Setelah jelas dengan lingkup identifikasi dan kemudian di implementasikan, organisasi harus melakukan evaluasi terhadap keseluruhan aspek tersebut untuk menentukan aspekaspek yang dikategorikan sebagai aspek penting atau yang akan mendapatkan prioritas penanganannya (berdasarkan dari kajian resikonya). Standar tidak mensyaratkan suatu metoda evaluasi tertentu, termasuk apakah harus dengan metoda kualitatif atau kuantitatif. Tetapi yang perlu dibuat adalah suatu metoda evaluasi yang sesuai dengan tingkat kerumitan kegiatan organisasi itu sendiri. Parameter-parameter evaluasi yang dapat digunakan antara lain: a. Frekuensi aspek atau dampak, Menggambarkan seberapa sering dampak tersebut akan muncul dengan penjelasan bahwa semakin sering suatu dampak dilepaskan semakin penting dampak tersebut. Dampak yang muncul pada kondisi normal memiliki frekuensi lebih besar dari dampak dalam kondisi abnormal atau darurat. b. Tingkat bahaya dampak. Berdasarkan karakteristik dampak maka dapat diketahui bahwa suatu dampak dikategorikan sebagai berbahaya (limbah asam sulfat), sedikit berbahaya (limbah organik kandungan tinggi) atau tidak berbahaya (limbah cair berkonsentrasi rendah). Karakter bahan atau limbah dapat dipelajari dari MSDS atau hasil analisa kimia. c. Luas sebaran dampak. Seberapa luas dan banyak komponen lingkungan akan terkena. Secara mudah dikatakan bahwa dampak dari emisi gas memiliki potensi untuk mendapatkan nilai tinggi karena dari sifat gas-nya, dampak atau pencemaran yang ditimbulkan bisa mencapai dalam radius lokal (beberapa km dari lokasi perusahaan), regional (hujan asam di kawasan asia, misalnya) atau global (pemanasan global, perusakan lapisan ozon).
Berbeda dengan dampak dari limbah padat karena sifat fasanya, yang terbatas pada jangkauan lokal (propinsi) atau mungkin nasional. d. Dampak kepada masyarakat. Parameter ini mewakili unsur ketidakpastian yang dimiliki publik terhadap suatu dampak, yang umumnya muncul berdasarkan persepsi yang tumbuh pada masyarakat tersebut. Limbah gas berupa bau (pengolahan karet atau pulp) biasanya menimbulkan penilaian yang negatif dibandingkan gas lain yang relatif tidak berbau tetapi sebenarnya memberikan ancaman dampak pengurangan kesehatan lebih besar (contoh, uap amoniak dari pabrik pupuk atau emisi gas dari kendaraan bermotor). Jadi perusahaan harus mengkaji persepsi yang berkembang di masyarakat sekitar dan memberikan penilaian yang jujur kepada dampak tersebut. e. Biaya. Berapa biaya yang diperlukan untuk memulihkan dampak tersebut jika suatu pencemaran atau perusakan lingkungan terjadi. Semakin besar dana yang diperlukan semakin penting aspek lingkungan tersebut. Contoh, biaya untuk membangun IPAL agar buangan limbah cair di bawah baku mutu membutuhkan dana lebih besar dari biaya untuk menyediakan ember-ember penambung tetesan limbah cair karena bocor. Memahami masalah dalam merencanakan lingkungan Kesadaran tiap individu dalam masyarakat, mengenai pengelolaan lingkungan yang sehat dan menguntungkan generasi dari generasi dalam pemanfaatan potensi alam yang begitu melimpah di Indonesia ini amatlah di perlukan. Dalam pengelolaan lingkungan yang sehat dan berorientasi
kepada
pengelolaan
lingkungan
yang
konservatif,
artinya
memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang selanjutnya. Kesadaran terhadap lingkungan yang minim sekarang ini, lebih disebabkan karena minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya memiliki lingkungan yang sehat, bersih, indah dan nyaman. Agar tercipta kehidupan masyarakat yang sehat, teratur, dan memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap lingkungan yang ada sehingga menjadikannya lebih peduli terhadap lingkungan yang ia tempati Sekarang ini keadaan lingkungan sudah tidak seperti yang dulu, kita bisa melihat betapa kompleknya permasalahan pencemaran lingkungan ini, karena lingkungan merupakan sesuatu yang esensial bagi manusia, tanpa lingkungan manusia tidak bisa hidup jangankan tanpa lingkungan dengan lingkungan saja tapi yang sudah tercemar dengan segala macam bahan
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan manusia secara normal saja manusia sudah kerepotan dalam artian manusia membutuhkan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman. Bukan hanya sekedar lingkungan yang dapat ditempati tapi lebih dari pada itu. Solusi bagaimana harus diterapkan 1. Mengenai penegakkan hukum lingkungan yang tidak maksimal itu lebih disebabkan karena minimnya perhatian pemerintah terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul di masyarakat mengenai penegakkan hukum lingkungan. Hal itu bisa kita lihat dari pengelolaan sampah di tiap kota/kabupaten yang belum maksimal. 2. Masalah pencemaran lingkungan ini adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat dan pemerintah atau yang berkepentingan didalamnya akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berwawasan pembangunan berkelanjutan artinya masyarakat yang ada di setiap wilayah di manapun di Indonesia ini atau di belahhan bumi manapun juga, masyarakat hendaknya memiliki pemahaman dan memiliki wawasan tentang lingkungan hidup sebagai upaya untuk menjamin kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa yang akan datang.
Manajemen Lingkungan Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS). Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2 macam yaitu: 1. lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi. Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi pegawai, dll. 2. lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk
masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.
Praktek manajemen lingkungan perusahaan ditujukan agar menyatu dengan praktek manajemen bisnis umum, seperti telah dinyatakan oleh ISO 14001. Praktek manajemen lingkungan perusahaan sendiri perkembangannya banyak diinspirasikan oleh evaluasi implementasi ISO 14001. Aspek manajemen lingkungan yang berfokus fisik seperti definisi lingkungan secara tradisional, ternyata berpengaruh pula secara non-fisik dalam hal moralitas dan aspek modal spiritual manusia pelakunya. Memang praktek manajemen lingkungan selama ini berfokus pada perlindungan lingkungan dan memang berakar dari sasaran fisik lingkungan tersebut. Namun pada prakteknya, pada perusahaan yang telah mengimplementasikan ISO 14001, bila melakukannya dengan baik, akan ditanggapi karyawan dengan lebih banyak menyebutkan dampak intangible-nya yaitu peningkatan motivasi kerja (karena keamanan dan keselamatan kerja diperhatikan perusahaan), peningkatan kepercayaan karyawan terhadap kebijakan yang ditempuh manajemen, peningkatan citra perusahaan dikalangan karyawan, dst. (Hillary, 2000; Purwanto, 2002). Aspek-aspek peningkatan citra dan kepastian kelangsungan bisnis inilah yang juga menjadi sebab utama banyak perusahaan mencari sertifikasi ISO 14001, dan memang terbukti berpengaruh demikian. Jadi praktek manajemen lingkungan yang baik akan selalu terkait dengan aspek intangible misalnya citra perusahaan dan kepercayaan karyawan. Dalam hal lain justru inilah yang diperlukan bila perusahaan dituntut untuk menjadi sistem organisasi belajar (learning organization) yang diperlukan sistem perusahaan era informasi masa depan. Manajemen lingkungan menurut orientasi kebijakannya secara umum dapat dibagi 2 yaitu manajemen berorientasi pemenuhan (regulation compliance) dan orientasi setelah pemenuhan (beyond compliance) (Marcus et.al., 1997): 1. Berorientasi pemenuhan (regulation compliance). Kebijakan ini merupakan awal pemikiran manajemen lingkungan di perusahaan. Berangkat dari murni pemikiran akan akibat
yang
ditimbulkan
aktifitas
perusahaan
jangan
sampai
merugikan
keberlangsungan bisnis perusahaan yaitu dengan menaati peraturan pemerintah semaksimal mungkin untuk menghindari penalti – denda lingkungan, klaim dari masyarakat sekitar, dll. Memakai metoda reaktif, ad-hoc , dan pendekatan end-of-pipe
(menanggulangi masalah polusi dan limbah pada hasil akhirnya, seperti lewat penyaring udara, teknologi pengolah air limbah, dll). 2. Berorientasi setelah pemenuhan (beyond compliance). Berangkat dari pemikiran bahwa cara tradisional menangani isu lingkungan –dalam cara reaktif, adhoc , pendekatan endof-pipe- telah terbukti tidak efisien. Seiring kompetisi yang semakin meningkat dalam pasar global yang semakin berkembang, hukum lingkungan dan peraturan menerapkan standar baru bagi sektor bisnis diseluruh bagian dunia. Terdapat pendapat bahwa kinerja lingkungan yang baik tidak hanya masalah hukum dan moral. Mengurangi polusi berarti juga peningkatan efisiensi dan menghabiskan lebih sedikit sumberdaya. Kondisi kesehatan dan keselamatan yang baik sehingga tenaga kerja dapat lebih produktif. Sesuai dengan perkembangan pemahaman manajemen lingkungan, orientasi setelah pemenuhan juga bermacam tahapnya, namun umumnya bermuara pada tahap pencapaian kondisi pengembangan berkelanjutan (sustainable development) sekaligus integrasi bisnis lingkungan dalam konsep 'triple bottom line' , sesuai prinsip yang dinyatakan dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro, 1992.
Ketika perusahaan beroperasi, maka proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Pada prinsipnya dampak yang timbul dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu dampak bio-kimia-fisik dan dampak sosial. Contoh dari dampak bio-fisik-kimia misalnya pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan keanekaragaman hayati, atau pengurangan cadangan air tanah. Semua jenis dampak ini akan memberikan resiko yang mempengaruhi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Misalnya pencemaran air yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan, akan memberikan resiko pertanggungjawaban dalam bentuk tuntutan pidana dan tuntutan perdata, apakah tuntutan tersebut dari pemerintah, masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Ketika perusahaan berupaya untuk menerapkan ISO 14001, maka perusahaan tersebut telah memiliki komitmen untuk memperbaiki secara menerus kinerja lingkungannya. Namun, satu hal perlu dingat bahwa ISO 14001 merupakan standar yang memadukan dan menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan lingkungan hidup. Sehingga, upaya perbaikan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan akan disesuaikan dengan sumberdaya perusahaan, apakah itu sumberdaya manusia, teknis, atau finansial. Adakalanya, perbaikan kinerja lingkungan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat karena keterbatasan finansial. Misalnya, sebuah perusahaan yang proses bisnisnya menimbulkan
limbah cair yang mencemari lingkungan berupaya untuk menerapkan ISO 14001 di perusahaannya. Setelah kajian dilakukan, ternyata keterbatasan finansial membuat perusahaan tersebut sukar untuk mengelola limbahnya sehingga mencapai baku mutu limbah cair yang disyaratkan oleh pemerintah. Berdasarkan analisis finansial, ternyata perusahaan tersebut baru akan mampu membangun sistem pengolahan limbah yang memadai kira-kira beberapa tahun ke depan. Sehingga sebelum masa tersebut terlampaui, perusahaan tidak akan pernah memenuhi baku mutu lingkungan. Namun, bila perusahaan tersebut mengembangkan sistem manajemen lingkungan yang memenuhi persyaratan ISO, maka perusahaan tersbut bisa saja memperoleh sertifikat ISO 14001. Perusahaan lain, yang kinerja lingkungannya telah memenuhi baku mutu namun EMS-nya tidak memenuhi persyaratan tidak akan memperoleh sertifikat ISO 14001. Uraian di atas menunjukkan bahwa pada prinsipnya, penerapan ISO 14001 tidak berarti tercapainya kinerja lingkungan dalam waktu dekat. Sertifikat EMS dapat saja diberikan kepada perusahaan yang masih mengotori lingkungan. Namun, dalam EMS terdapat persyaratan bahwa perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara menerus (continual improvement). Dengan perbaikan secara menerus inilah kinerja lingkungan akan sedikit demi sedikit diperbaiki. Dengan kata lain ISO 14001 bersifat conformance (kesesuaian), bukan performance (kinerja) ISO 14001 merupakan standar lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary). Standar ini dapat dipergunakan oleh oleh organisasi/perusahaan yang ingin:
menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungannya membuktikan kepada pihak lain atas kesesuaian sistem manajemen lingkungannya dengan standar memperoleh sertifikat
Beberapa manfaat penerapan ISO adalah:
menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan meningkatkan kinerja lingkungan memperbaiki tingkat pemenuhan (compliance) peraturan menurunkan resiko pertanggungjawaban lingkungan sebagai alat promosi untuk menaikkan citra perusahaan
Selain manfaat di atas, perusahaan yang berupaya untuk menerapkan ISO 14001 juga perlu mempersiapkan biaya-biaya yang akan timbul, diantaranya:
waktu staf atau karyawan penggunaan konsultan pelatihan
Standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan telah diterbitkan pada bulan September 1996, yaitu ISO 14001 dan ISO 14004. Standar ini telah diadopsi oleh pemerintah RI ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi SNI-19-14001-1997 dan SNI-19-14001-1997.
ISO 14001 adalah Sistem manajemen lingkungan yang berisi tentang spesifikasi persyaratan dan panduan untuk penggunaannya. Sedangkan ISO 14004 adalah Sistem manajemen lingklungan yang berisi Panduan-panduan umum mengenai prinsip, sistem dan teknik-teknik pendukung. Elemen ISO 14001
ISO 14001 dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan – Do – Check – Action), sehingga elemen-elemen utama EMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar EMS, yaitu:
Kebijakan (dan komitmen) lingkungan Perencanaan Penerapan dan Operasi Pemeriksaan dan tindakan koreksi Tinjauan manajemen Penyempurnaan menerus
1. Kebijakan Lingkungan Kebijakan lingkungan harus terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan tersedia bagi masyarakat, dan mencakup komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran, dan patuh pada peraturan serta menjadi kerangka kerja bagi penetapan tujuan dan sasaran. 2. Perencanaan Mencakup indentifkasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi, identifikasi dan akses terhadap persyaratan peraturan, adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan kebijakan, dan adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan (termasuk siapa yang bertanggung jawab dan kerangka waktu) 3. Implementasi dan Operasi Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi. 4. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan
Mencakup prosedur yang secara teratur memantau dan mengukur karakteristik kunci dari kegiatan dan operasi, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan spesifik dan prosedur audit kenerja sistem manajemen lingkungan 5. Tinjauan Ulang Manajemen Mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, efektifitas sistem manajemen lingkungan terhadap perubahan yang terjadi. Pada prinsipnya, keenam prinsip ISO 14001 – Environmental Management System diatas dapat dibagi menjadi 17 elemen, yaitu:
Environmental policy (kebijakan lingkungan): Pengembangan sebuah pernyataan komitmen lingkungan dari suatu organisasi. Kebijakan ini akan dipergunakan sebagai kerangka bagi penyusunan rencana lingkungan. Environmental aspects (aspek lingkungan): Identifikasi aspek lingkungan dari produk, kegiatan, dan jasa suatu perusahaan, untuk kemudian menentukan dampak-dampak penting yang timbul terhadap lingkungan. Legal and other requirements (persyaratan perundang-undangan dan persyaratan lain): Mengidentifikasi dan mengakses berbagai peraturan dan perundangan yang terkait dengan kegiatan perusahaan. Objectives and targets (tujuan dan sasaran): Menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan, yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, dampak lingkungan, stakeholders, dan faktor lainnya. Environmental management program (program manajemen lingkungan): rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran Structure and responsibility (struktur dan tanggung jawab): Menetapkan peran dan tanggung jawab serta menyediakan sumber daya yang diperlukan Training awareness and competence (pelatihan, kepedulian, dan kompetensi): Memberikan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengemban tanggung jawab lingkungan. Communication (komunikasi): Menetapkan proses komunikasi internal dan eksternal berkaitan dengan isu lingkungan EMS Documentation (dokumentasi SML): Memelihara informasi EMS dan sistem dokumentasi lain Document Control (pengendalian dokumen): Menjamin kefektifan pengelolaan dokumen prosedur dan dokumen lain. Operational Control (pengendalian operasional): Mengidentifikasi, merencanakan dan mengelola operasi dan kegiatan perusahaan agar sejalan dengan kebijakan, tujuan, dan saasaran. Emergency Preparedness and response (kesiagaan dan tanggap darurat): mengidentifikasi potensi emergency dan mengembangkan prosedur untuk mencegah dan menanggapinya. Monitoring and measurement (pemantauan dan pengukuran): memantau aktivitas kunci dan melacak kinerjanya Nonconformance and corrective and preventive action (ketidaksesuaian dan tindakan koreksi dan pencegahan): Mengidentifikasi dan melakukan tindakan koreksi terhadap permasalahan dan mencegah terulang kejadiannya. Records (rekaman): Memelihara rekaman kinerja SML
EMS audits (audit SML): Melakukan verifikasi secara periodik bahwa SML berjalan dengan baik. Management Review (pengkajian manajemen): Mengkaji SML secara periodik untuk melihat kemungkinan-kemungkinan peyempurnaan berkelanjutan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk, bertambah dan beraneka ragamnya industri. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat. I.2 Rumusan Masalah 1) Apa yang dimaksud dengan sistem manajemen lingkungan? 2) Bagaimana Sistem manajemen lingkungan diterapkan? I.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui apa itu sistem manajemen lingkungan dan bagaimana sistem manajemen lingkungan tersemut diterapkan.
BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Sistem Manajemen Lingkungan Sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, dan sumber daya untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai, mengevaluasi dan memelihara kebijakan lingkungan. (ISO 14001: 2004) Pengertian lain sistem manajemen lingkungan (SML) merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan lingkungan dan mengelola aspek lingkungan yang dituangkan dalam ISO 14001. II.2 Karakter Sistem Manajemen Lingkungan Karakter dari sistem manajemen lingkungan antara lain adalah sebagai berikut : Dinamis dan selalu berkembang Melibatkan semua personil dari suatu organisasi Setiap komponen saling terkait Terintegrasi ke dalam sistem manajemen organisasi Konsistensi dalam kegiatan dan perilaku Operasi standar Mencerminkan visi jangka panjang dan kegiatan jangka pendek II.3 Pengertian ISO 14001 ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi yang dimaksudkan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan system manajemen lingkungan (ISO 14001 2001). II.4 Tujuan ISO 14001 ISO 14001 yang mengatur Sistem Manajemen Lingkungan bertujuan untuk meningkatkan daya guna lingkungan yang konstan dan mengimplementasikan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan efisien dan perbaikan terus menerus. II.5 Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan, terdapat beberapa fase yaitu : 1) Fase I : Kebijakan lingkungan yang meliputi, Pernyataan mengenai maksud dan prinsip-prinsip dalam peningkatan kinerja lingkungan Kerangka kerja dan arahan untuk keseluruhan kegiatan Motivator untuk melaksanakan SML Mencakup komitmen: Perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran dan penaatan terhadap peraturan
2) Fase II : Perencanaan yang meliputi, Unsur aspek lingkungan : a) Environmental aspects (Aspek Lingkungan): bagian dari kegiatan organisasi, produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan
b) Dampak lingkungan: Setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh kegiatan organisasi produk atau jasa c) Aspek penting lingkungan: aspek lingkungan yang memiliki atau dapat memiliki dampak penting lingkungan. d) Menyatakan bahwa organisasi perlu: Membuat prosedur untuk mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sehingga perusahaan dapat mengendalikannya, menentukan aspek penting, menjamin bahwa aspek penting dipertimbangkan dalam penentuan tujuan dan sasaran dan aspek lingkungan yang up-to-date. Unsur Peraturan Perundang-undangan atau Persyaratan Lainn ya a) Organisasi harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi dan memperoleh akses kepada peraturan dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan organdihasilkan. b) Peraturan Perundang-undangan diantaranya : Peraturan di tingkat nasional, provinsi dan daerah, ketentuan spesifik dalam perijinan, dokumen pemerintah dan perjanjian-perjanjian, serta kontrak dan dokumen lainnya yang membawa konsekuensi adanya kewajiban secara hukum c) Persyaratan lainnya diantaranya : Persyaratan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh organisasi peraturan, standar operasi industri, ketentuan-ketentuan internal, standar yang bukan bersifat peraturan, kesepakatan dengan pemda, kebijakan dan prosedur organisasi, serta perjanjian ketaatan sukarela. Unsur Tujuan dan Sasaran a) Tujuan Lingkungan : Tujuan lingkungan secara menyeluruh yang konsisten dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan oleh organisasi untuk dicapai. (ISO 14001: 2004) b) Sasaran Lingkungan : Persyaratan kinerja secara rinci yang dapat diterapkan oleh organisasi yang dihasilkan dari tujuan lingkungan dan perlu ditetapkan dan dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut. (ISO 14001:2004) Unsur Program Manajemen Lingkungan a) Menetapkan dan memelihara tujuan dan sasaran terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan manajemen di perusahaan. b) Pertimbangan aspek-aspek hukum dan ketentuan-ketentuan hukum lainnya, aspek penting lingkungan, pilihan teknologi dan keuangan, persyaratan bisnis dan operasi, dan pandangan pihak terkait. c) Konsisten dengan kebijakan lingkungan, termasuk merefleksikan komitmen terhadap pencegahan pencemaran. 3) Fase III : Implementasi dan Operasi meliputi, Unsur Struktur dan Tanggung Jawab a) Peran/fungsi, tanggung jawab dan kewenangan ditetapkan, didokumentasikan dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan yang efektif. b) Manajemen harus menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam implementasi dan mengendalikan sistem manajemen lingkungan. Sumber daya tersebut termasuk sumber daya manusia dan keterampilan khusus, teknologi dan sumber financial. c) Manajemen puncak organisasi harus menunjuk wakil manajemen. Unsur Kepedulian, Training dan Kompetisi a) Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
b) Personil yang pekerjaannya berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus telah menerima pelatihan yang memadai. c) Seluruh personil harus peduli terhadap : Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan lingkungan, prosedur dan persyaratan dalam EMS, dampak penting lingkungan, peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan EMS, serta personil harus kompeten. Unsur Komunikasi a) Sehubungan dengan aspek lingkungan dan EMS, organisasi perlu menetapkan prosedur untuk: o Komunikasi internal antar lini dan fungsi dalam organisasi. o Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi yang relevan dari pihak luar yang berkepentingan. b) Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi, secara tertulis ataupun elektronik, untuk : Menjelaskan unsur utama EMS dan interaksinya, serta memberikan arahan atas dokumen terkait. Unsur Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi, secara tertulis ataupun elektronik diantaranya untuk: Menjelaskan unsur utama EMS dan interaksinya, serta memberikan arahan atas dokumen terkait. Unsur Pengendalian Dokumen Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan seluruh dokumen yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini. Unsur Pengendalian Operasi Identifikasi kegiatan yang terkait dengan aspek penting lingkungan harus merencanakan kegiatan melalui: o Pembuatan prosedur terkait dengan aspek penting lingkungan o Pembuatan instruksi kerja dalam prosedur o Mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan relevan kepada pemasok dan kontraktor. Unsur Perencanaan dan Tanggap Darurat a) Harus mempunyai prosedur untuk: o Identifikasi potensi kecelakaan dan keadaan darurat o Menanggapi kecelakaan dan keadaan darurat o Mencegah dan menangani dampak lingkungan terkait. o Mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan relevan kepada pemasok dan kontraktor b) Peninjauan dan revisi prosedur c) Tes prosedur jika memungkinkan. 4) Fase IV : Pengecekan dan Tindakan Perbaikan Unsur Pemantauan dan Pengukuran a) Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk memantau dan mengkur karakteristik kunci dari kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting lingkungan. b) Organisasi harus melakukan Kalibrasi terhadap peralatan pemantauan. c) Organisasi harus mempunyai Prosedur untuk evaluasi periodik terhadap pemenuhan peraturan perundangan. Unsur Evaluasi Pemenuhan
a) Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk mengevaluasi secara periodik pemenuhan organisasi terhadap peraturan perundangan dan peraturan lainnya. b) Catatan pemenuhan harus disimpan. Unsur Ketidakterpenuhan, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan a) Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk menentukan tanggung jawab dan kewenangan untuk menangani ketidakterpenuhan, tindakan perbaikan dan pencegahan. b) Tindakan perbaikan dan pencegahan harus sesuai dengan besarnya masalah dan sepadan dengan dampak lingkungan yang terjadi. c) Memperhatikan semua perubahan pada prosedur akibat adanya tindakan perbaikan dan pencegahan. d) Catatan : Tindakan perbaikan adalah memperbaiki permasalahan yang terjadi dengan segera (misalnya memperbaiki kran yang bocor). Tindakan pencegahan adalah merancang untuk mencegah terjadinya masalah yang sama di kemudian hari (memperbaiki prosedur untuk pemeliharaan). Ketidakterpenuhan dapat diidentifikasi melalui audit, monitoring dan pengukuran, maupun komunikasi. Unsur Pengendalian Rekaman a) Harus ditetapkan prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan dan disposisi rekaman lingkungan. b) Rekaman harus mencakup catatan pelatihan dan hasil audit serta kajian-kajian. c) Rekaman harus jelas dan mudah dilacak. d) Rekaman harus dijaga sesuai dengan ketentuan sistem untuk menunjukkan kesesuaian dengan standar internasional ini. Unsur Audit Internal a) Harus ditetapkan prosedur untuk audit mencakup ruang lingkup audit, frekuensi dan metodologi, tanggung jawab pelaksanaan audit dan pelaporannya. b) Audit untuk menentukan kesesuaian EMS dengan rencana dan memastikan penerapannya. 5) Fase V : Kajian Manajemen a) Organisasi harus melakukan kajian terhadap EMS untuk memastikan keterpenuhan, ketepatan, dan keefektifan dari sistem. b) Kajian harus terbuka terhadap kemungkinan perubahan pada kebijakan, tujuan dan unsur lain dalam EMS
BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini ialah : 1) Sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, dan sumber daya untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai, mengevaluasi dan memelihara kebijakan lingkungan. (ISO 14001: 2004) 2) ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi yang dimaksudkan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan system manajemen lingkungan (ISO 14001 2001). 3) ISO 14001 yang mengatur Sistem Manajemen Lingkungan bertujuan untuk meningkatkan daya guna lingkungan yang konstan dan mengimplementasikan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) dengan efisien dan perbaikan terus menerus. 4) Terdapat 5 fase dalam penerapan sistem manajemen lingkungan yaitu : Kebijakan lingkungan, perencanaan, implementasi dan operasi, pengecekan dan tindakan perbaikan, serta kajian manajemen.