PENYEHATAN UDARA – B B EVALUASI FUNGSI VENTILASI DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DALAM RUANGAN Dosen Pembimbing :
Budi Pramono, S.KM., M.Kes Kuat Prabowo, S.KM., M.Kes
Disusun oleh : KELOMPOK 4
1. Cindy Setia Widiastuti
P23133116005
2. Dewinta Ayu Silma Raharian
P23133116007
3. Dimas Sambas Saputra
P23133116008
4. Faisal Abdulrahman
P23133116010
5. Ismi Damayanti
P23133116016
6. Maria Cahya Ningtyas
P23133116021
Tingkat 3 DIV Kesehatan Lingkungan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II 2019
EVALUASI FUNGSI VENTILASI DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DALAM RUANGAN
A. Fungsi Ventilasi
Ventilasi diperlukan untuk menyediakan oksigen ke dalam ruang, untuk pertukaran udara di dalam ruang dan untuk menukar udara kotor (udara polusi) yang termasuk di dalamnya karbon dioksida dan bau ruangan. Tujuan ventilasi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Menghilangkan dan mengeluarkan emisi gas-gas polusi yang dihasilkan oleh pengguna ataupun alat-alat pada ruangan, yaitu gas-gas berupa bau yang dihasilkan oleh keringat pengguna, kentut (Amonia), pernafasan (CO2), bau-bau tak sedap lainnya. 2. Menghilangkan uap air yang dapat meningkatkan kelembaban ruangan dan membuat tidak nyaman bagi pengguna, seperti uap masakan, uap pernafasan,dan sebagainya. 3. Menghilangkan kalor yang berlebihan di ruangan yang membuat ruangan panas dan tidak nyaman. 4. Menyegarkan ruangan dengan pertukaran udara. 5. Secara alami meningkatkan kenyamanan termal pada ruangan. 6. Mencegah terjadinya peledakan atau kebakaran
B. Persyaratan dan Aplikasi Sistem Ventilasi Prinsip utama ventilasi ialah menggerakkan udara kotor dalam rumah atau di tempat
kerja, kemudian menggantikannya dengan udara bersih. Sistem ventilasi menjadi fasilitas penting dalam upaya penyehatan udara pada suatu lingkungan kerja dan upaya membuat udara dalam ruangan tersebut menjadi segar. Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela sebagai berikut : 1) Luas lubang ventilasi tetap, min. 5% dari luas lan tai ruangan. 2) Luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) min 10% luas lantai ruangan. 3) Tinggi lubang ventilasi min 80 cm dari langit-langit.
4) Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup min 80 cm dari lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela min 30 cm. 5) Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain. 6) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran udara ini diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti lemari, dinding, sekat-sekat, dan lain-lain. 7) Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
Beberapa alternatif sistem ventilasi yang biasa diaplikasikan adalah: 1. Sistem Ventilasi Cooling Pad
Metode pendinginan dilakukan dengan pemasangan sistem karton basah, melalui pendinginan menggunakan hasil penguapan, Gsi wind Chill effect, dan ventilasi tekanan negatif untuk memudahkan membersihkan gedung dari bau dan udara yang stagnan serta menjaga suhu gedung agar konsisten.
Ada beberapa keuntungan dengan sistem ini, yaitu setelah pemasangan sistem kombinasi, secara efektif menghabiskan udara bertemperatur tinggi untuk menurunkan suhu di dalam gedung secara cepat dan menjaganya pada kondisi yang paling nyaman, yaitu antara 25-320Celcius. Aplikasi sistem ini bisa meningkatkan efisiensi pabrik. Kemudian, sistem ini juga secara efektif meningkatkan pertukaran udara di dalam gedung sekitar 95-99%. Sistem kombinasi ini merupakan cara yang terbaik dalam menurunkan suhu di dalam gedung.
2. Sistem Ventilasi Dinding
Teori pertukaran udara dan distribusi udara membuang udara yang baud an stagnan keluar gedung, dan digantung di jendela atau pintu-pintu masuk untuk membawa udara segar ke dalam. Dengan sistem ini, kecepatan aliran udara per detik, jumlah pertukaran udara setiap jam, jumlah udara segar yang akan dialirkan ke dalam, dapat di kontrol secara akurat. Sistem ini dikenal juga sebagai cara
yang paling ekonomis, ini terdiri dari beberapa sistem yaitu: Sistem ventilasi dinding merupakan sistem ventilasi tekanan negatif yang terbaik. Cara ini sangat efektif meningkatkan efisiensi ventilasi pabrik hingga 90-97%. Untuk mencegah lepasnya udara panas kepada tetangga, ventilasi tekanan negatif yang dipasang di dinding (jenis siku) merupkan solusi yang tepat.
Dengan cara ini pembuangan udara panas kemudian diarahkan ke atas maupun ke bawah. Cara ini merupakan sistem ventilasi yang bersahabat dengan lingkungan dan efektif dan meningkatkan efisiensi pertukaran udara di pabrik sekitar 85-95%.
C. Pencemaran Udara dalam Ruangan
Pencemaraan udara dibagi menjadi dua yaitu pencemaraan udara luar ruangan dan pencemaran udara dalam ruangan. Pencemaran udara dalam ruang merupakan masalah kesehatan yang sangat serius dalam berbagai lingkungan non industri (Anies, 2004). Pencemaran udara dalam ruang, walaupun tidak berhubungan langsung dengan emisi global, namun sangat penting untuk menentukan keterpajanan seseorang.
Di daerah perkotaan, isu mengenai pencemaran udara dalam ruang berkembang pesat mengingat sebagian besar masyarakat menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam ruangan terutama dalam ruang kerja perkantoran dan industri (Kusnoputranto, 2002).
D. Sumber Pencemaran Udara dalam Ruangan
Berdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National Institute of Occupational Safety and Health) ada 5 sumber penyebab pencemaran di dalam ruangan yaitu : 1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan bahan pembersih ruangan. 2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak didekat gedung,
3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran f ormaldehide, lem, asbes, fiberglass, dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut 4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya. 5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara
E. Akibat dari Pencemaran Udara dalam Ruangan
Secara umum efek pencemaran udara dalam ruang terhadap individu atau maunisia dapat berupa sakit baik akut maupun kronis, mengganggu fungsi fisiologi (paru, syaraf, transpot oksigen, hemoglobin), iritasi sensorik, kemunduran penampilan, rasa tidak nyaman dan efek terhadap saluran pernafasan.
F. Kualitas Udara dalam Ruangan ( I ndoor A ir Quality )
Kualitas udara atau Indoor Air Quality dalam suatu ruangan adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan pada kualitas atau mutu udara dalam suatu ruang yang dimasukkan ke dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang dipergunakan dalam ruangan atau gedung tersebut memenuhi syarat kesehatan atau sebaliknya (Idham, 2003).
Pengertian Indoor Air Quality (IAQ) adalah istilah yang mengacu pada kualitas udara di dalam dan di sekitar bangunan dan struktur, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan. Kualitas udara di dalam ruangan merupakan gambaran dari kondisi udara di dalam ruangan yang memadai untuk dihuni oleh manusia.
G. Evaluasi Ventilasi Hubungannya dalam Pengendalian Pencemaran Udara dalan Ruangan
Kualitas
udara
dalam
ruangan
dapat
berdampak
pada
produktivitas,
kenyamanan, biaya pemeliharaan gedung dan bahkan kesehatan dan keselamatan, baik positif atau negatif tergantung pada bagaimana manjemen kualitas udara. Satu hal yang paling mendasar dalam penentuan kualitas udara adalah bagaimana pertukaran udara terjadi karena dampaknya dapat berhubungan langsung dengan peningkatan atau pengurangan jumlah polutan yang dihasilkan didalam ruangan. Kualitas monoksida,
udara
radon,
dalam senyawa
ruang organik
dapat yang
dipengaruhi mudah
oleh
gas
menguap),
(karbon partikulat,
kontaminan mikroba (jamur, bakteri) atau massa atau energi stressor yang dapat menimbulkan kondisi yang merugikan kesehatan. Penggunaan ventilasi untuk mencairkan kontaminan merupakan metode utama untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang gedung. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan adalah aktivitas penghuni ruangan, material bangunan, furniture dan peralatan yang ada di dalam ruang, kontaminasi pencemar dari luar ruang, pengaruh musim, suhu dan kelembaban udara dalam ruang serta ventilasi (EPA,1998).
1. Kecepatan Aliran Udara Kecepatan aliran pergerakan udara adalah hal pertama yang harus diukur untuk memastikan
bahwa
pergerakan
udara
sudah
cukup
dalam
kondisi
nyaman. Pergerakan udara dapat berefek pada tingkat kenyamanan dimana bila terlalu besar akan terasa berangin atau dingin, begitupula sebaliknya makan akan terasa pengap atau sesak. Nilai pengukuran yang timbul menununjukan tingkat kecukupan udara yang memasuki suatu ruangan. Hal ini akan menjamin tidak ada penyumbatan udara yang terjadi. Kecepatan aliran juga merupakan indikator keseimbangan distribusi udara ke setiap sudut atau zona ruangan. Kecepatan udara jarang seragam disetiap bagian dari saluran ventilasi tergantung dari bentuk saluran, belokan dan cabang cabangnya serta gesekan. Secara umum udara cenderung bergerak lebih lambat ke arah tepi atau sudut dan lebih cepat ke arah titik pusat. 2. Suhu / Temperatur Udara
Suhu udara sangat berperan terhadap kenyamanan kerja. Sebagaimana kita ketahui, tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskular, namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Variasi suhu udara tubuh dengan ruangan memungkinkan terjadinya pelepasan suhu tubuh, sehingga tubuh merasa nyaman. Sebaliknya suhu ruangan yang tinggi merupakan beban tambahan bagi seseorang yang sedang bekerja. Untuk melakukan penilaian suhu udara ruangan, pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu suhu basah dimana pengukuran dilakukan jika udara mengandung uap air. Pembacaannya dilakukan dengan termometer sensor kering dan sensor basah. Kisaran suhu yang dipersyaratkan oleh Kepmenkes RI Nomor 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan dan lingkungan kerja perkantoran dan industri yaitu berkisar 18 – 28°C. Perubahan suhu lebih dari 7°C secara tiba-tiba dapat menyebabkan pengerutan saluran darah, sehingga perbedaan suhu dalam dan luar ruangan sebaiknya kurang dari 7°C. Itulah sebabnya penetapan suhu udara perlu memperhitungkan iklim setempat agar perbedaan suhu dapat disesuaikan. 3. Kelembaban Udara Kelembaban udara dihitung dari perbandingan suhu basah dan suhu kering, dengan demikian kedua ukuran ini saling berkaitan. Kombinasi suhu dan kelembaban udara yang tepat akan menciptakan kenyamanan ruangan, sebaliknya kombinasi keduanya dapat pula memperburuk kondisi udara ruangan. Kelembaban relatif udara yang rendah, yaitu kurang dari 20% dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran. Sedangkan kelembaban yang tinggi pada suhu tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan pelepasan formaldehid dari material bangunan. Agar terpenuhi kenyamanan dengan kelembaban relatif udara dengan besaran sekitar 65%, sangat layak dipertimbangkan adanya penggunaan AC.
Kisaran kelembaban yang dipersyaratkan oleh Kepmenkes RI Nomor 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan dan lingkungan kerja perkantoran dan industri yaitu berkisar 40-60%. 4. Bau
Bau dapat menjadi keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hydrogen Sulfida, Amonia dll. Selain itu juga dihasilkan oleh berbagai proses biologi oleh mikroorganisme. Kondisi ruangan yang lembab dengan suhu tinggi dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau yang kurang sedap karena pembusukan oleh mikroorganisme.
Untuk membuat udara bisa mengalir alami biasanya lubang ventilasi dibuat pada dua buah bidang dinding. Perbedaan tekanan didalam dan diluar bangunan akan membantu udara mengalir dari ventilasi pada bidang dinding yang satu menuju vetilasi pada bidang dinding yang lain. Jumlah ventilasi udara pada bangunan (rumah) harus cukup untuk mendukung proses sirkulasi udara , mengalirkan udara segar dari luar kedalam ruangan.
1) Suhu Ruangan
Suhu ruangan sesuai dengan daerah tropis di Indonesia dapat dibagi ke dalam 3 bagian:
Sejuk nyaman, 20,5ºC sampai 22,8 ºC
Nyaman optimal, 22,8 ºC sampai 25,8 ºC
Hangat nyaman, 25,8 ºC sampai 27,1 ºC
Berdasarkan standar di atas, suhu suatu ruangan dikatakan nyaman adalah berkisar di antara 20,5 ºC sampai dengan 27,1 ºC. 2.4.2. 2) Kelembaban Udara
Kelembaban udara di daerah tropis untuk suatu ruangan dikatakan nyaman adalah berada di antara 50% sampai 60% terhadap kelembaban udara jenuh di ruangan tersebut. 3) Angin Kenyamanan
suatu ruangan yang mempunyai ventilasi alami harus memperhatikan kondisi gerak angin yang tidak lebih besar dari 0.25 m/detik dan tidak lebih kecil dari 0.15 m/detik kea rah kepala pengguna ruangan. 4) Radiasi/Konduksi Panas
Radiasi panas adalah termasuk radiasi panas matahari dari kaca jendela, bukaan permanen pada ruangan, termasuk juga alat-alat yang menimbulkan panas seperti komputer, lemari pendingin, dispenser, televisi, api kompor, dan sebagainya. Konduksi panas adalah termasuk benda-benda yang dapat mengalirkan panas dari luar maupun dari dalam ruangan, seperti dinding, atap, asbes, gypsum, dan sebagainya. Suhu dalam ruangan harus tetap dikisarkan di antara 20.5 ºC sampai dengan 27,1 ºC dengan memperhitungkan fungsi dari ventilasi alami pada ruangan tersebut sehingga ruangan tetap mempertahankan kenyamanannya.
A. Dampak Akibat Ventilasi Yang Tidak Memenuhi Syarat
Manusia menghabiskan 90 % waktunya dalam lingkungan konstruksi, baik itu di dalam bangunan kantor ataupun rumah yg mungkin sekali kualitas udara dalam ruangnya tercemar oleh
chemical
yg berasal dari dalam maupun luar ruangan, tercemar oleh mikroba ataupun
disebabkan karena ventilasi udara yg kurang baik. Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Contoh polutan yang bisa mencemari ruangan misalnya asap rokok; ozone yg berasal dari mesin foto copy & printer ; volatile organics compounds yg berasal dari carpets, furniture, cat, cleaning agents dan sebagainya; debu, carbon monoxide, formaldehyde, dan lainlain. Keluhan utama yang yang ditimbulkan dari pencemar udara dalam ruangan itu bisa berupa iritasi (mata berair, bersin, hidung tersumbat, gatal tenggorokan) , sesak napas, sakit kepala, kelelahan, gejala seperti flu, dan bronkitis (e.g Legionella).
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut : 1. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair 2. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering
3. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi. 4. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada dan juga hydropneumonia (paru-paru basah) 5. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal 6. Gangguan saluran cerna: Diare / mencret 7. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran kencing
Menurut Prof. dr. Juli Soemirat, Ph. D & Team. Gangguan yang dapat muncul dari kualitas udara yang buruk berupa timbulnya penyakit yang berasal dari kondisi bangunan ( Building Related Desease, BRD) seperti kanker, asma, hypersensitivety pneunomitis, iritasi selaput lendir, humidifier fever, legionnaire, alergi dan lain-lain. Gangguan lain berupa gejala Sindroma Bangunan Sakit (Sick Building Syndrome, SBS) yang menggambarkan keluhan-keluhan non-spesifik dari penghuni. Keluhan itu mencakup iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit, serta sakit kepala, lelah, sukar konsentrasi, napas pendek/berat, termasuk keluhan tentang temperatur dan kelembaban udara.Keluhan ini hilang bila penderita keluar dari gedung atau bila yang bersangkutan tidak berada di dalam gedung.Keluhan tersebut biasanya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59223/Chapter%20II.pdf?sequence=5 https://www.scribd.com/document/341849233/BAB-II#download